Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148780 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratu Permata Karimah
"ABSTRAK
Loyalitas karyawan merupakan kemauan karyawan untuk bekerja sebaik mungkin dan berkorban untuk mencapai tujuan perusahaan. Penting bagi suatu perusahaan untuk memiliki karyawan dengan loyalitas yang tinggi, karena semakin tinggi loyalitas karyawan maka akan semakin mudah bagi perusahaan dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan faktor-faktor yang memengaruhi loyalitas karyawan PT X di wilayah Jakarta, serta mencari profil dari karyawan PT X di wilayah Jakarta yang memiliki loyalitas tinggi. Data yang digunakan dalam analisis adalah data 467 karyawan PT X yang berasal dari kantor pusat serta 12 kantor cabang dan diperoleh dengan menggunakan kuesioner secara purposive sampling. Metode analisis data meliputi Partial Least Square PLS dan Classification and Regression Tree CART. Diperoleh hasil bahwa kepuasan kerja dan jenis kelamin memengaruhi loyalitas karyawan secara langsung, sementara kebutuhan fisiologis, keamanan, mencintai dan dicintai serta aktualisasi diri memengaruhi loyalitas karyawan secara tidak langsung melalui kepuasan kerja. Profil karyawan PT X di wilayah Jakarta yang memiliki loyalitas tinggi yaitu karyawan dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi serta tingkat kebutuhan fisiologis yang rendah, dan karyawan dengan tingkat kepuasan kerja yang rendah serta tingkat kebutuhan mencintai dan dicintai yang rendah.

ABSTRACT
Loyalties of employees are defined as their desires to do the best in their work so that the company target is achieved. Having loyal employees is important for the company, as it will be easier to achieve the company target. This study is conducted to identify variables that explain the employees loyalty in PT X, Jakarta. Furthermore, we also aim to generate the profiles of the high loyalty employees. Questionnaires were used to collect data from the central office and 12 branches office, using the purposive sampling scheme, giving 467 respondens in total. Data processing were conducted using Partial Least Square PLS and Classification and Regression Tree CART methods. The results showed that job satisfaction and gender directly influence employees rsquo loyalty. While, physiological needs, safety needs, love needs, and self actualization needs indirectly influence loyalty of employees through job satisfaction. The profile for high loyalty employees are high job satisfaction and low physiological needs or low job satisfaction and low level of love needs."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Shannon Sumargo
"Guru merupakan salah satu profesi penting yang memegang banyak peranan dalam kemajuan suatu bangsa. Guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar bertanggung jawab untuk membentuk murid-muridnya menjadi manusia-manusia yang lebih baik melalui pendidikan secara formal, yakni sekolah. Tenaga pendidik yang baik mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap pekerjaannya karena menganggap profesinya sebagai guru adalah bentuk pengabdian terhadap bangsa, sehingga dalam menjalankan profesinya, seorang guru akan melakukan yang terbaik sebagai wujud loyalitas yang dimilikinya. Guru yang berkomitmen terhadap pekerjaannya akan tercermin melalui kinerjanya dan cenderung mencapai kesuksesan dalam mengajar. Loyalitas terbentuk dari dalam diri seseorang atau dari internal dan dipengaruhi oleh faktor eksternal lainnya pula. Faktor individu seperti integritas seorang guru merupakan faktor internal yang memengaruhi tingkat loyalitas, sementara faktor eksternal yang memengaruhi, salah satunya adalah kepuasan terhadap hal-hal yang ada di tempatnya bekerja, yakni sekolah. Lingkungan kerja yang nyaman tentu akan mendorong seorang guru untuk semakin menyukai pekerjaannya. Secara rinci, faktor eksternal yang berpotensi untuk memengaruhi loyalitas guru antara lain adalah kepuasan terhadap gaji yang diterimanya, kepuasan terhadap beban kerja yang dilimpahkan sebagai pengajar, kepuasan terhadap pimpinan di sekolah, kepuasan terhadap rekan kerja, kepuasan terhadap penghargaan yang diterimanya di sekolah, kepuasan terhadap ketertiban, dan kepuasan terhadap fasilitas di sekolah. Tugas akhir ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat loyalitas guru di Komunitas Guru X di Provinsi DKI Jakarta menggunakan metode partial least square dan classification and regression tree (CART) untuk menganalisis profil guru dengan tingkat loyalitas tinggi tersebut. Data yang digunakan diperoleh melalui teknik haphazard sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat loyalitas guru di Komunitas Guru X di Provinsi DKI Jakarta dipengaruhi oleh faktor eksternal berupa kepuasan guru terhadap gaji yang didapatkan dan kepuasan terhadap pimpinan sekolah, serta faktor internal yaitu integritas. Profil guru dengan peluang paling besar untuk memiliki loyalitas tinggi antara lain: berintegritas tinggi atau memiliki usia di atas 40 tahun atau memiliki integritas rendah, tetapi memiliki kepuasan terhadap gaji dan pimpinan di sekolah yang tinggi.

Teaching is one of the most necessary professions that holds significant roles in advancing the nation. Teachers as an educator and preceptor embrace the responsibility to form their disciples for the better through formal education, namely schools. A meritorious teacher has high level of loyalty to the profession since being a teacher is considered as a dedication to the nation, and hence a teacher will perform well as an express of their loyalty. Loyalty of teachers will be reflected on their performance and tend to succeed on educating the students. However, the loyalty is not merely formed from the personality or character, but also influenced by external factors. A personality factor such as teachers’ integrity takes part as an internal factor in affecting the loyalty level and ones of the external factors influencing teachers’ loyalty are their satisfactions towards the school circumstances. A proper work environment encourages a teacher to like the profession more. More detail, external factors such as pay satisfaction, workload satisfaction, supervisor satisfaction, coworker satisfaction, appreciation satisfaction, discipline satisfaction, school facilities satisfaction are potentially give influences to teachers’ loyalty. In this thesis, a research about factors analysis for teachers’ loyalty level in An X Teacher Community in DKI Jakarta Province will be conducted with partial least square (PLS) and classification and regression tree (CART) method will be used for the teachers with high level of loyalty profile analysis purpose. Data will be sampled by using haphazard sampling technique. This research concludes if external factors pay and supervisor satisfaction, as well as internal factor integrity do affect the loyalty level of teachers in An X Teacher Community at DKI Jakarta Province. Profile of teachers with the largest probability to have high level of loyalty, such as: to have high level of integrity or are more than 40 years old or to have low level of integrity, but with the high level of pay and supervisor satisfaction."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Putri Hudayanti
"Penelitian ini mencoba untuk membahas analisis variabel-variabel Knowledge Management (KM) di PT Rekayasa Industri (Rekind). Variabel-variabel KM yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sepuluh variabel yang dikemukakan oleh Paul R. Gamble & John Blackwell. Sepuluh variabel tersebut adalah tingkat kesadaran & komitmen, strategi, budaya, fokus eksternal, insentif, teknologi informasi, pemeliharaan & perlindungan, assessment, organisasi, dan penggunaan & penerapan pengetahuan.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menggambarkan hubungan antara variabel-variabel KM dan menganalisa variabel-variabel KM yang paling berpengaruh terhadap implementasi knowledge management di Rekind. Dalam menggambarkan hubungan antara variabel-variabel KM digunakan analisis korelasi dengan bantuan software SPSS v.21, sedangkan untuk menganalisa variabel-variabel KM yang paling berpengaruh digunakan model dan teknik analisa Partial Least Square (PLS) dengan bantuan aplikasi SmartPLS.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa variabel Knowledge Management yang paling berpengaruh terhadap penerapan pengelolaan pengetahuan di Rekind adalah variabel strategi, variabel penggunaan dan penerapan pengetahuan, dan variabel insentif.

This research is trying to analyze the Knowledge Management (KM) variables at PT Rekayasa Industri (Rekind). KM variables used in this research were ten variables which were proposed by Paul R. Gamble & John Blackwell. These ten variables were awareness & commitment, strategy, culture, external focus, incentives, information technology, maintenance & protection, ongoing assessment, organization, and using & applying knowledge.
Objectives of this research are describing interrelation between KM variables and anlyzing the most influencing KM variables to knowledge management application at Rekind. In describing interrelation between KM variables, it used correlation anlysis in SPSS v.21, while anlyzing the most influencing KM variables is using Partial Least Square (PLS) model and technique.
Result of this research were the most influencing Knowledge Management variables are strategy, using and applying knowledge, and incentive.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Gusti Ayu Nyoman Anggraini Larasati
"Pada masa era digital, banyak perubahan yang terjadi seperti pola pikir dan gaya hidup masyarakat. Perubahan akibat perkembangan dunia yang semakin pesat mewajibkan orang yang berusia di atas 50 tahun untuk beradaptasi. Selain itu, pada usia tersebut banyak peristiwa yang dialami oleh seorang individu, seperti ditinggalkan anak menikah, pensiun, dan cemas menghadapi kematian. Permasalahan mengenai perubahan dan ketidakpastian atas peristiwa di masa depan menyebabkan perasaan cemas pada orang yang usianya di atas 50 tahun. Hal ini membutuhkan perhatian khusus agar kualitas hidup orang dengan usia tua menjadi lebih optimal. Kecemasan menghadapi masa depan pada usia tua dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis deskripsi tingkat kecemasan menghadapi masa depan, menganalisis variabel-variabel yang secara signifikan menjelaskan kecemasan menghadapi masa depan pada orang yang berusia di atas 50 tahun dan menganalisis profil orang yang berusia di atas 50 tahun dengan tingkat kecemasan masa depan yang tinggi. Metode yang digunakan adalah regresi logistik untuk melihat variabel-variabel yang menjelaskan kecemasan menghadapi masa depan pada orang dengan usia di atas 50 tahun dan Classification and Regression Tree (CART) untuk melihat profil orang yang berusia di atas 50 tahun dengan tingkat kecemasan masa depan yang tinggi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari populasi orang yang berusia di atas 50 tahun di Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa tingkat kecemasan menghadapi masa depan responden mayoritas masuk ke dalam kategori tinggi. Kemudian, variabel-variabel yang secara signifikan menjelaskan tingkat kecemasan menghadapi masa depan responden adalah dukungan sosial, status pernikahan, dan jumlah anak kandung. Profil orang dengan usia di atas 50 tahun yang memiliki tingkat kecemasan menghadapi masa depan yang tinggi yaitu responden yang mendapatkan dukungan sosial rendah, memiliki anak kandung lebih dari atau sama dengan 3 orang, dan berstatus menikah.

In the digitalization era, a lot of changes happen, such as changes in mindset or lifestyle. Changes happened due to rapid world evolution forces people aged above 50 to adapt. People in that age also experience many things as individuals, such as being left by their children to marry, retirement, and fear of death. This problem about changes and uncertainty of the future cause anxiety to people aged above 50. This needs special attention so the life quality of the elderly be more optimal. Anxiety of facing the future in old age is caused by several factors. The goal of this study is to do description analysis about anxiety facing the future, to analyze variables that significantly explain anxiety facing the future on people aged above 50, and to analyze profiles of people aged above 50 who have high anxiety level facing the future. The method used in this study is logistic regression to see which variables explain anxiety facing the future on people aged above 50 and Classification and Regression Tree (CART) to see profiles of people aged above 50 who have high anxiety level facing the future. Samples for this study are taken from population in DKI Jakarta Province of people aged above 50. Based on the results, it is seen that the anxiety level of most respondents are high. Variables that significantly explain anxiety level facing the future of the respondents are social support, marriage status, and number of biological children. The profile of people aged above 50 who have high anxiety level facing the future are respondents who are married, get low social support, and have 3 or more biological children."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusinantika Metta Prawitasari
"Hasil Riskesdas (2018) menunjukkan 1,5% penduduk Indonesia menderita penyakit jantung koroner, artinya 15 dari 1000 penduduk Indonesia menderita penyakit ini dan 1,2% dari data tersebut adalah karyawan swasta. Faktor yang paling berpengaruh terhadap PJK adalah kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar trigliserida karyawan PT. X. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik. Pada penelitian ini, pendekatan studi yang digunakan adalah study cross sectional. Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh hasil bahwa variabel umur, obesitas, aktifitas fisik, perilaku merokok, riwayat penyakit keluarga, pola makan karbohidrat, protein, lemak, dan serat berhubungan dengan kadar trigliserida karyawan PT. X karena p-value lebih kecil dari alpha (α=0,05). Sedangkan Variabel jenis kelamin diperoleh p-value (0,215) lebih besar dari nilai alpha (α=0,05) artinya tidak ada hubungan jenis kelamin terhadap kadar trigliserida. Pada hasil analisis univariat menunjukkan semua responden penelitian tidak mengonsumsi alkohol. Tetapi, dapat diketahui 17,3% responden memiliki kadar trigliserida lebih dari batas normal. Pada penelitian ini nilai p-value tidak terlihat karena semua responden tidak mengonsumsi alkohol. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kadar trigliserida adalah variabel umur.

The results of Riskesdas (2018) show that 1.5% of Indonesia  population suffers from coronary heart disease, meaning that 15 out of 1000 Indonesians suffer from this disease and 1.2% of the data are private employees. The most influential factor on CHD is cholesterol and triglyceride levels in the blood. This study aims to analyze the factors associated with the triglyceride levels of PT. X employees. This type of research is a descriptive analytic study. In this study, the study approach used is cross sectional study. Based on the Chi Square Test results obtained that the variables of age, obesity, physical activity, smoking behavior, family history, carbohydrate, protein, fat, and fiber diet are related to the triglyceride levels of PT. X employees because the p-value is smaller than alpha (α = 0.05). While the sex variable obtained p-value (0.215) is greater than the alpha value (α = 0.05) meaning that there is no gender relationship to triglyceride levels. On the results of univariate analysis showed all study respondents did not consume alcohol. However, it is known that 17.3% have triglyceride levels more than normal. In this study the p-value was not seen because all respondents did not consume alcohol. The results of multivariate analysis showed that the most dominant variable affecting triglyceride levels is age.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamurijal Baharuddin
"Spirometri dirancang untuk mengidentifnkasi dan menilai abnormalitas fungsionai system pernafasan. Pajanan hazard inhalan di tempat kerja dapat menimbulkan respons iritan, iibrotik, alergik, infeksius, karsinogenik, dan sistemik bagi manusia. Beberapa iritan dapat saja tidak memberikan efek sistemik karena respons iritan lebih besar daripada efek sistemik manapun, sementara beberapa di antaranya dapat memberikan efek sistemik yang bermakna setelah penyerapan. Pajanan debu-debu mineral terkait dcngan pnoses terjadinya obstzuksi aliran udara kronik, yang mungkin juga dimediasi oleh dust-induced fibrosis pada saluran- saluran napas yang kecil. Di sisi lain, asap rokok memegang peranan sawat panting dalam proses terjadinya inflamasi dan memegang peran utama dalam patogcncsis PPOK.
Pada penclitian ini dianalisis hasil spirometri Karyawan PT X yang terpajan debu di area penambangan dan pemrosesan nikel untuk daerah kerja di dalam Plan! Site yang diasuransikan berpajanan debu lebih tinggi dan daerah kerja di luar Plan! Site yang diasumsikan berpajanan debu lebih rendah. Pcnelitian ini menggunakan desain cross seclional dengan analisis komparatif dengan menggunakan data rckam medik Check-up karyawan Iaki-Iaki, dengan sampel herjumlah 334.
Hasil dan kesimpulan: Secara demografis, karyawan golongan blue collar adalah dominan yakni sebesar 67,0 %. Adapun golongan white collar dan mixed masing-masing sebesar 18,9 % dan 14,1 %. Secara keseiuruhan, prcvalensi hasil spirometri abnormal (rcstriktif + obstruktit) sebesar 34,12 %. Dari uji bivariat kemudian dilanjutkan dengan uji multivariat ditemukan bahwa faktor risiko yang diperkirakan berperan terhadap gangguan faal paru obstruktif dan restriktif adalah variabel umur > 50 tahun, kebiasaan merokok, tidak berolahraga, IMT > 30,0, adanya gejala klinis saat check-up, dan masa kerja > 20 tahuu. Dari semua variabel ini, sccara statistik, disimpulkan tidak ada variabel yang memiliki kemaknaan hubungan dengan gangguan fungsi paru.

Spirometry is designed to identify and quantity functional abnormalities of the respiratory system. Exposure of occupational inhalants can result in irritant, fibrotic, allergic, infectious, carcinogenic, and systemic effects to human. Some irritants produce no systemic eject because the irritant response is much greater than any .systemic effect, while some also have significant systemic ejects following absorption Mineral dust exposure is associated with chronic obstructive airway process, which might be mediated by dust-induced fibrosis in the small airways. On the other hand, cigarette smoke plays a principal role in the inflammation process and the pathogenesis of COPD.
Spirometry results of the PT X employees who were exposed by dust in nickel mining and processing area which are devided to Plant Site area (assumed higher dust exposure) and beyond Plant Site area (assumed lower dust exposure) are anabfzed in this cross sectional study using comparative analysis method to 334 male employees ? medical check-up record.
Result and conclusion: In this study, blue collar workers group is predominant by 6720 % of total sample, while white collar group and mired group contribute 18,9 % and 14,1 %, respectively. Overall, prevalence of abnormal spirometry result (restrictive -é obstructive) was 34,12 %. By using bivariate and multivariate analysis consecutive of, it was found that risk factors presumably play important role in obstructive and restrictive lung function disorders are the following variables I age>50 years, smoking habit, no sport activities, BMl> 30, 0, presence of respirator clinical symptoms, and length of employment >20 years. This study concluded that of all these variables, none of them has a statistically significant association to lung function disorders.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T29191
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putra A. Samuel
"ABSTRAK
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pengangguran adalah penduduk yang selama
seminggu terakhir tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, atau
mempersiapkan suatu usaha, atau merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan,
karena merasa putus asa, atau sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja.
Sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah perbandingan jumlah
pengangguran terhadap angkatan kerja. Pengangguran adalah suatu masalah yang
serius bagi suatu negara. Tingkat Pengangguran Terbuka di Pulau Jawa, khususnya
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur beragam. Di Jawa Barat TPT cenderung
tinggi, sedangkan di Jawa Tengah dan Jawa Timur TPT cenderung rendah. Pada
skripsi ini akan dimodelkan TPT di ketiga daerah tersebut, menggunakan tingkat
pendidikan, kesehatan, PDRB, jumlah penduduk serta status pernikahan sebagai
variabel penjelas, faktor spasial juga diperhatikan karena jarak antar
kabupaten/kota yang berdekatan, akan mengakibatkan TPT cenderung berkorelasi.
Data yang digunakan adalah data sekunder bersumber dari BPS. Data akan
dianalisis menggunakan uji Moran I, untuk mengetahui tingkat dependensi spasial,
dan metode Spatial Autoregressive untuk mengetahui variabel-variabel yang
signifikan mempengaruhi TPT di ketiga daerah tersebut dan besar pengaruh faktor
spasialnya. Hasil yang diperoleh, variabel proporsi penduduk menikah, rate
penyakit, dan jumlah penduduk merupakan variabel yang signifikan
mempengaruhi TPT. Pada ketiga daerah tersebut, juga akan diteliti kabupaten/kota
manakah yang memiliki TPT tertinggi menggunakan metode Spatial Scan
Statistics. Hasil yang diperoleh, terdapat 22 kabupaten/kota yang merupakan
kelompok daerah dengan TPT paling tinggi (Most likely cluster) pada area
penelitian, 2 kabupaten/kota yang merupakan kelompok daerah dengan TPT paling
tinggi di daerah Jawa Barat, 1 kabupaten/kota yang merupakan kelompok daerah
dengan TPT paling tinggi di daerah Jawa Tengah, dan 15 kabupaten/kota yang
merupakan kelompok daerah dengan TPT paling tinggi di daerah Jawa Timur.

ABSTRACT
According to Badan Pusat Statistik (BPS), unemployment is the population that did
not work but looking for work, or preparing for a business, or find it is impossible
to get a job (in despair), or have been accepted to work but have not started
working over the past week. Unemployment Rate (TPT = Tingkat Pengangguran
Terbuka) is the ratio of the number of unemployed to the labor force.
Unemployment Rates in Java, especially in West Java, Central Java, and East Java
are diverse. In West Java TPT tends to be high, whereas in Central Java and East
Java TPT tends to be low. The objectives of this study is modeling the TPT in
those three regions, using rate of disease, infant mortality rate, educational level,
population size, proportion of married people, and GDRP as explanatory variables.
Spatial factors are also considered in the modeling since the closer the distance, the
higher the correlation. This study uses the secondary data from BPS. The data will
be analyzed using Moran I test, to obtain the information about spatial dependence,
and Spatial Autoregressive method to obtain information, which variables are
significant affecting TPT and how great the influence of spatial factors. The result
is, variables proportion of married people, rate of disease, and population size are
related to TPT significantly. In all three regions, will also be investigated
districts/cities which has the Hotspot of TPT using Spatial Scan Statistics Method,
that is 22 districts/cities as a regional group with the highest TPT (Most likely
cluster) in the study area, 2 districts/cities as a regional group with the highest TPT
in West Java, 1 district/city as a regional groups with the highest TPT in Central
Java, and 15 districts/cities as a regional group with the highest TPT in East Java."
2015
S61131
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Azzakia
"ABSTRAK
Partisipasi perempuan bekerja merupakan keputusan perempuan usia kerja untuk terlibat aktif secara ekonomi, baik sudah bekerja, menganggur, maupun sedang mencari pekerjaan. Persentase jumlah angkatan kerja perempuan meningkat sebesar 48 persen dalam kurun waktu 10 tahun, yaitu pada tahun 2006-2016. Keterlibatan perempuan di pasar kerja memberikan dampak positif untuk kesejahteraan ekonomi keluarga dan secara tidak langsung berdampak bagi perbaikan perekonomian negara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variabel-variabel yang memengaruhi partisipasi perempuan bekerja menggunakan metode Chi-Square Automatic Interaction Detection (CHAID) dan mengetahui risiko partisipasi perempuan bekerja berdasarkan variabel-variabel yang berpengaruh menggunakan metode Regresi Logistik. Variabel dependen pada penelitian ini adalah partisipasi perempuan bekerja, sedangkan variabel independen pada penelitian ini terdiri dari variabel tingkat pendidikan, usia, status perkawinan, pelatihan kerja, tanggungan, dukungan keluarga, hutang, dan kesehatan. Penelitian ini menggunakan data primer berjumlah 211 responden dengan lokasi penelitian di Kelurahan Pondok Cina yang terdiri dari 99 responden bekerja dan 112 responden yang tidak bekerja. Hasil analisis menggunakan
metode CHAID diperoleh variabel dukungan keluarga paling berpengaruh terhadap partisipasi perempuan bekerja. Kemudian terdapat variabel tanggungan dan tingkat pendidikan yang juga berpengaruh. Tingkat keakuratan hasil klasifikasi secara keseluruhan sebesar 73% menggunakan metode CHAID. Hasil analisis menggunakan metode Regresi Logistik diperoleh bahwa risiko partisipasi perempuan bekerja dengan mendapat
dukungan keluarga 12,64 kali lipat dari perempuan yang tidak mendapat dukungan keluarga. Perempuan yang tidak memiliki tanggungan memiliki risiko partisipasi kerja sebesar 4,25 kali lipat dari perempuan yang memiliki tanggungan, sedangkan perempuan dengan tingkat pendidikan dasar memiliki risiko partisipasi kerja sebesar 1,04 kali lipat dari perempuan dengan tingkat pendidikan tinggi.

ABSTRACT
Womens work participation is a decision of working-age women to be actively involved economically, as already working, unemployed, and those who still looking for work. Percentage of womens workforce increased up to 48 percent in a decade which is from 2006-2016. The involvement of women in the labor market gives positive impact on families economy wealthy and indirectly has an effect on improving the countrys economy. This study has a purpose to analyze variables that affect the participation
of womens work which uses Chi-Square Automatic Interaction Detection (CHAID) method. Also this study is conducted to know the risks in womens work participation based on the variables that are affected through the use of Logistic Regression method. Dependent variable in this study is womens work participation while independent variables of this study consists of level of education, age, marriage status, work training, dependent, familys support, debt, and health. This study uses primary data with total 211 respondents that consist of 99 respondents who work, and 112 respondents are unemployed. The research site is in Kelurahan Pondok Cina. The result of the analysis using CHAID method obtained variable of family`s support as the most influential variable towards womens work participation. Then dependent variable and level of education variable also affected. The overall accuracy of classification result is 73% using the CHAID method. The analysis result using Logistic Regression method found that the risk of participation of women working with family support was 12.64 times that of the women who did not receive family support. Working-women who have no dependents have a risk of work participation of 4.25 times that of women who have dependent meanwhile women with a basic level of education have a risk of participation of 1.04 times that of women with higher education."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Wardhana Nugraha
"Industri makanan adalah bisnis yang tak lekang oleh waktu. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada tahun 2010 terdapat 2.916 usaha restoran dan rumah makan berskala menengah dan besar di Indonesia. Segmen quick-casual dining telah menjadi salah satu industri food service terbesar di dunia. Salah satu bentuk restoran quick-casual di Indonesia adalah Restoran Solaria.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel restaurant image, perceived value dan kepuasan konsumen terhadap behavioral intention konsumen Solaria. Penelitian menggunakan desain riset deskriptif dengan metode survei. Sampel dihimpun dengan metode nonprobability sampling dengan teknik judgment sampling sebanyak 275 sampel. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan menggunakan skala Likert. Untuk mencapai tujuan penelitian data diolah dengan teknik analisa data SEM.
Hasil menunjukan kepuasan konsumen mampu membentuk behavioral intention secara langsung. Restaurant image mampu membentuk perceived value konsumen secara langsung dan secara tidak langsung mampu membentuk kepuasan konsumen melalui mediasi perceived value. Selain itu, perceived value mampu membentuk behavioral intention secara tidak langsung dengan dimediasi kepuasan konsumen. Hal ini menunjukan bahwa kepuasan konsumen mempunyai peranan yang signifikan sebagai mediasi untuk membentuk behavioral intention pada industri quick-casual restaurant.

Food industry is an eternal business. Badan Pusat Statistik (BPS) has recorded, that in 2010 there were 2.916 restaurants with medium and large business scale in Indonesia. Quick-casual dining segment has become one of the biggest food service industry in the world. Solaria is the one of quick casual restaurant form in Indonesia.
The objective of this research is to determine the influence of the restaurant image, perceived value and customer satisfaction on consumer behavioral intention Solaria. This research is using descriptive research design with survey method. Non probability sampling with judgment sampling technique were used to collect 275 samples. Questionnaire with Likert scale was used as measuring tool. SEM data analysis technique applied to achieve the objective of this research.
The result displays that customer satisfaction is able to directly shape the behavioral intention. Restaurant image is able to directly shape perceived value and it's able to shape customer satisfaction indirectly with perceived value as the mediation. More over, perceived value is able to directly shape customer satisfaction and it's able to shape behavioral intention indirectly with customer satisfaction as the mediation. It showed that customer satisfaction has significant mediating role in forming behavioral intention in the quick-casual restaurant industry.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44263
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Bagus Adiatmaja
"Latar belakang
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama pada pekerja perusahaan yang bergerak dalarn minyak dan gas bumi nasional. Para pekerja tersebut diharapkan mempunyai kewaspadaan akan faktor risiko penyakit kardiovaskular tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Skor Kardiovaskular Jakarta dapat dipakai guna menentukan kemungkinan kejadian kardiovaskular, guna upaya promotifpreventif risiko dan mengetahui hubungan faktor pekerjaan dengan Skor Kardiovaskular Jakarta maupun Skor Framingham.
Metode
Penelitian ini menggunakan rancangan kros seksional dengan 107 responden. Dilakukan pengumpulan data primer melalui wawancara, pengisian kuesioner dan pengumpulan data sekunder melalui penelusuran catatan rekam medic.
Hasil
Karakteristik sosiodemografi subyek sebagian besar berumur ? 45 tahun (70,1%). Skor Kardiovaskular Jakarta subyek sebagian besar tergolong kategori risiko tinggi (58,0%), sedangkan Skor Framingham subyek sebagian besar risiko rendah (76,6%). Dart analisis 1regresi logistik binary yang paling kuat berhubungan dengan Skor Kardiovaskular Jakarta adalah umur (OR-suaian=10,06, 95% CI=2,43-41,66), sedangkan yang paling kuat berhubungan dengan Skor Framingham adalah diabetes melitus (OR-suaian=216,82, 95%CI=13,76-3416,07) dan kolesterol-total (OR-suaian=162,I7. 95% C1=13,27-1982,17). Terdapat korelasi yang bermakna dengan arah positif dan cukup kuat antara Skor Kardiovaskular Jakarta dengan Skor Framingham (koefisien korelasi = 0,592 dan p = 0,000).
Kesimpulan
Skor Kardiovaskular subyek sebagian tergolong kategori risiko tinggi. Skor Framingham subyek sebagian besar tergolong kategori rendah. Tidak ada hubungan faktor pekerjaan dengan kedua skor tersebut. Terdapat korelasi antara Skor Kardiovaskular Jakarta dengan Skor Framingham. Skor Kardiovaskular Jakarta dapat dipakai pada populasi penelitian ini.

Background
Cardiovascular diseases are among the most common causes of death in employees of the national oil and gas company. Employees should be made aware on the cardiovascular risk factors.
The aim of this research was to know if Jakarta Cardiovascular Score could be used to determine cardiovascular risks and to know the relationship between job factors, Jakarta Cardiovascular Jakarta and Framingham Score.
Methods
This study was using cross sectional design with a sample of 107 respondents. Data were collected by interview using questionnaire and medical record file review.
Result
Sociodemographyc characteristics of the respondents showed that most of them were 45 years of age. The study found out that using Jakarta Cardiovascular Score most subjects showed risk high (58,0%), while using Framigham Score most subyects still showed risk low (76,6%). The result of logistic binary regression indicated that there were significant relationship between age and Jakarta Cardiovascular Score (adjusted-OR= 10,06, 95% CI=2,43-41,66) and also there were significant relationship among diabetic, cholesterol level and Framingham Score (adjusted-OR--216,82, 95% CI-13,76-3416,09 and adjusted-CR=162,17, 95% CI=13,27-1982,17). No significant relationship was found between job factors and either scores. A positive significant correlation was established between Jakarta Cardiovascular Score and Framingham score (coefficient of correlation 0,592, p=0,000).
Conclusion
Most subject showed high Jakarta Cardiovascular Score, while most subject showed low Framingham Score. No significant relationship was found between job factors and either scores. A positive significant correlation was established between Jakarta Cardiovascular Score and Framingham Score. Jakarta Cardiovascular Score can be used for the populations of this study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T21218
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>