Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6290 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maramis, Willy F.
Surabaya: Airlangga University Press, 2012
616.891 4 WIL c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Raphita Diorarta
"Covid-19 merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 yang ditemukan di Wuhan pada tahun 2019. Kelompok orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) rentan terhadap Covid-19 dikarenakan mereka sangat mungkin memiliki kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sendiri termasuk perawatan diri selama pandemi. Kondisi tersebut menjadi tantangan bagi keluarga dalam merawat ODGJ yang terkonfirmasi Covid-19, dan hal ini dapat berdampak secara psikologis, fisik, sosial dan juga ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi pengalaman keluarga merawat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dengan Covid-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi deskriptif dan dianalisis dengan metode Colaizzi. Pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam. Penelitian pengalaman keluarga dalam merawat ODGJ dengan Covid-19 melibatkan sepuluh partisipan, partisipan terdiri dari tujuh orang perempuan dan tiga orang laki-laki. Sepuluh partisipan sudah merawat ODGJ dengan diagnosa medis Skizofrenia kurang lebih selama 2 tahun sampai 10 tahun. Penelitian ini dilaksanakan secara daring dan luring, sembilan partisipan diwawancarai secara daring menggunakan aplikasi zoom meeting dan whatsapp video call dan satu partisipan diwawancarai secara luring dilaksanakan di wilayah rumah sakit pada saat partisipan mengantarkan pasien untuk kontrol. Penelitian dilaksanakan pada minggu kedua bulan November 2021 sampai minggu pertama bulan Desember 2021. Tema-tema yang muncul dari penelitian ini adalah : (1) situasi perawatan yang hampir sama dalam merawat ODGJ tanpa dan dengan Covid-19, (2) perbedaan dalam merawat ODGJ pada saat terkonfirmasi Covid-19 dan sebelum terkonfirmasi Covid-19, (3) sumber internal keluarga yang digunakan selama merawat ODGJ dengan Covid-19, dan (4) sumber eksternal keluarga yang digunakan selama merawat ODGJ dengan Covid-19. Peneliti merekomendasikan perawat jiwa untuk dapat bekerja sama dengan keluarga dalam mendukung pemulihan ODGJ dengan Covid-19, serta perawat jiwa juga dapat memenuhi kebutuhan keluarga akan informasi, dukungan, dan keterampilan dalam perawatan. Pemberian informasi juga dapat diberikan dengan intervensi keluarga yaitu Family Psychoeducation (FPE).

Covid-19 is a respiratory disease caused by SARS-CoV-2 which was discovered in Wuhan in 2019. Groups of people with mental disorders are vulnerable to Covid-19 because they are very likely to have difficulties in their own needs including self-care during pandemic. This condition is a challenge for families in caring for people with mental disorders who are confirmed with Covid-19, and this can have a psychological, physical, social and economic impact. This study aims to obtain a description of the experience of families caring for people with mental disorders (ODGJ) with Covid-19. This study use a descriptive phenomenological approach and analyzed by the Colaizzi method. Data collection using in-depth interviews. Research on family experiences in caring for people with mental disorders with Covid-19 involved ten participants, the participants consisted of seven women and three men. Ten participants had treated ODGJ with a medical diagnosis of Schizophrenia for approximately 2 to 10 years. This study was conducted online and offline, nine participants were interviewed online using the zoom meeting application and whatsapp video call and one participant was interviewed offline conducted in the hospital area when the participants took the patient for control. The study was carried out in the second week of November 2021 until the first week of December 2021. The themes that emerged from this study were: (1) almost the same treatment situation in treating ODGJ without and with Covid-19, (2) differences in treating ODGJ when confirmed Covid-19 and before confirmed Covid-19, (3) internal family sources used while treating ODGJ with Covid-19, and (4) family external sources used while treating ODGJ with Covid-19. Researchers recommend mental nurses to be able to work together with families in supporting the recovery of ODGJ with Covid-19, and mental nurses can also meet the family's needs for information, support, and skills in care. Information can also be given through family intervention, namely Family Psychoeducation (FPE)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daulima, Novy Helena Catharina
"Disertasi ini bertujuan untuk merumuskan model proses pengambilan keputusan pasung oleh keluarga, kuesioner keputusan pasung Daulima serta mengetahui pengaruh terapi keputusan perawatan tanpa pasung dan algoritma keputusan perawatan Daulima terhadap tingkat keputusan pasung. Desain penelitian menggunakan mixed methods dengan desain exploratory dengan jumlah sampel 22 orang partisipan dan 82 orang responden.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan adanya tahapan pada proses pengambilan keputusan pasung oleh keluarga, kuesioner keputusan pasung Daulima yang valid dan reliabel serta pengaruh terapi keputusan perawatan tanpa pasung dan algoritma keputusan perawatan Daulima terhadap penurunan tingkat keputusan pasung secara bermakna. Model proses pengambilan keputusan pasung oleh keluarga direkomendasikan sebagai landasan asuhan keperawatan keluarga klien gangguan jiwa yang dipasung. Kuesioner keputusan pasung Daulima direkomendasikan sebagai alat untuk mengukur keputusan pasung pada keluarga klien. Terapi keputusan perawatan tanpa pasung dan algoritma keputusan perawatan Daulima direkomendasikan sebagai intervensi bagi keluarga yang memiliki tingkat keputusan pasung yang tinggi.

This dissertation aimed to formulate a model of family decision making proces for pasung, Daulima pasung decision questionnaire and to identity an impact of therapy of nursing care decision without pasung and Daulima nursing care decision algorithm toward pasung decision level. This study used a mixed method with exploratory design using 22 participants and 82 respondents.
This study invented stages of family decision making proces for pasung, a valid and reliable Daulima pasung decision questionnaire and impact of therapy on nursing care decision without pasung and Daulima nursing care decision algorithm toward a significant declining of pasung decision level. Model of family decision making proces for pasung was recommended as a nursing care platform for a family who is performing or going to perform pasung for mentally ill patient. Daulima pasung decision questionnaire was advised as a measuring instrument for pasung decision level on family of mentally ill patient. Moreover, therapy of nursing care decision without pasung and Daulima nursing care decision algorithm was suggested as an intervention for a family with a high level decision for pasung."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
D1950
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfan Pramoda Widyadaksa
"Sikap negatif terhadap gangguan jiwa masih menjadi fenomena yang kerap kali terjadi. Bahkan stigmatisasi ini dilakukan oleh mereka yang berpendidikan, seperti mahasiswa. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai sikap mahasiswa psikologi terhadap gangguan jiwa. Peneliti memutuskan untuk meneliti sikap mahasiswa dengan dasar bahwa sebagian besar penduduk di Asia memiliki stereotipe yang negatif terhadap orang dengan gangguan jiwa atau menstigma. Mahasiswa tidak lepas dari sikap ini. Padahal, mahasiswa adalah kaum terdidik. Survei dilakukan di empat universitas di Jabodetabek dengan partisipan berjumlah 104 orang, dengan perempuan berjumlah 83 dan laki-laki berjumlah 18 orang. Penelitian ini menggunakan alat ukur Belief in Mental Illness Scale BMI. Hasil menunjukkan bahwa sikap partisipan terhadap gangguan jiwa cenderung ke arah netral. Rata-rata tertinggi ditemukan pada item rang dengan gangguan jiwa sulit diprediksi, sementara rata-rata terendah ditemukan pada item orang dengan gangguan jiwa berbahaya. Peneliti kemudian mendiskusikan lebih lanjut mengapa temuan-temuan tersebut bisa terjadi. Untuk penelitian berikutnya, sebaiknya partisipan berasal dari kalangan nonpsikologi untuk memperkaya wawasan.

Negative attitude toward mental disorders is still an oft recurring. This stigmatization is even done by those who are educated, like college students. The purpose of the study is to get a picture of the attitude of psychology students to mental disorders. Researcher decided to examine student attitudes on the grounds that the majority of the populations in Asia perceive negative stereotype or stigma on people with mental disorders. College students, educated people, are not exempt from this attitude. The survey was conducted at four universities in Jabodetabek on 104 participants, with 83 women and 18 men. This study used the Belief in Mental Illness Scale BMI measurement tool. The results show that participants 39 attitudes toward mental disorders tend to be neutral. The highest average is found in item ldquo people with mental disorders are difficult to predict, rdquo while the lowest average is found on item people with mental disorders are dangerous. rdquo The researcher then discusses further why these findings could occur. For the next study, participants should come from non psychology backgrounds to enrich the insight.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daulima, Novy Helena Catharina
Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2019
610 JKI 22:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Winanti
"ABSTRAK
Gangguan jiwa pada warga binaan di dalam Lapas merupakan suatu hal yang mungkin terjadi. Pelayanan kesehatan yang kurang baik dan kondisi di dalam Lapas yang penuh dengan tekanan serta adanya pembatasan bergerak dapat memunculkan terjadinya stress dan depresi pada narapidana/tahanan, bahkan pada beberapa kasus muncul gejala psikotik yang perlu penanganan lebih serius. Meskipun masalah kesehatan jiwa merupakan hal yang penting di dalam Lapas/Rutan, namun sampai saat ini belum tertangani dengan baik. Kesehatan jiwa seolah-olah terabaikan, karena yang selama ini menjadi fokus penanganan adalah kesehatan fisik saja. Sebagai sebuah lembaga yang memiliki fungsi melakukan pelayanan terhadap masyarakat, dalam hal ini narapidana/tahanan, tentu saja lapas memiliki tanggung jawab memberikan pelayanan yang optimal kepada warga binaannya. Manajemen yang baik tentu sangat diperlukan, termasuk dalam manajemen pelayanan kesehatan jiwa. Dalam penelitian ini ada dua pertanyaan yang hendak dijawab, Bagaimana manajemen pelayanan kesehatan jiwa di Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta saat ini; serta Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Manajemen Pelayanan Kesehatan Jiwa di Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta saat ini. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan wawancara menggunakan pedoman wawancara. Informan penelitian terdiri dari: informan penting, terdiri dari 4 orang petugas lapas dan 6 orang warga binaan; informan kunci, adalah Kalapas Narkotika Klas IIA Jakarta; serta informan tambahan, terdiri dari mantan warga binaan, mantan Direktur Jenderal Pemasyarakatan, dan keluarga warga binaan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa manajemen pelayanan kesehatan jiwa di Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta belum mendapat perhatian yang serius baik dalam perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian. Masih ada kendala dalam pelayanan kesehatan jiwa yaitu peran dan komitmen penentu kebijakan, keterbatasan SDM, keterbatasan sarana prasarana, serta belum adanya MoU dengan Rumah Sakit Jiwa.

ABSTRACT
Mental illness of inmates inside the correction is something that possibly can happen. Low health treatment and overcrowd with lots of pressure and limited access could possibly give stress and depression to the inmates/prisoners. Even there are psychotic symptom which need serious treatment occurred in few cases. Although mental health is one of the important things inside the correction/detention house, but it is still not yet treated very well. It is seems to be ignored because, so far, the treatment only focusing on physical health. As an institution which has a function to serve the society, in this case is the inmates/prisoners, correction has an obligation, of course, to give an optimum care to the inmates. Good management is needed, including mental health care. There are two questions to answer in this study, how is the treatment of mental health in Jakarta Class IIA Narcotic Correction at present; and what are the obstacles encountered in the implementation of mental health care management in Jakarta Class IIA Narcotic Correction at present. This is a qualitative study by conducting interview with interview guidelines. The interviewees are important informants consist of 4 correction officers and 6 inmates; key informant is The Head of Jakarta Class IIA Narcotic Correction; also additional informant consist of ex-prisoners, former Director General of Correction and the inmates’ family. Based on the result of study, it is revealed that the mental health care management in Jakarta Class IIA Narcotic Correction is not seriously taken care in terms of planning, organizing, leading and controlling. There is, still, an obstacle in mental health care which is commitment and role of the policy makers, lack of human resources and infrastructures, also there is no Memorandum of Understanding (MoU) with the mental hospital.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Pitawati
"Latar Belakang: Yayasan Galuh merupakan sebuah panti rehabilitasi mental di Bekasi yang menangani orang dengan gangguan jiwa menggunakan metode pengobatan tradisional. Latar belakang petugasnya berasal dari non medis. Mereka mengenali gejala gangguan jiwa berdasarkan perilaku abnormal dan kekerasan. Orang-orang dengan gangguan jiwa sering disertai dengan gangguan dalam perawatan diri dan aktivitas sehari-hari. Belum ada penelitian tentang profil gangguan jiwa dan tingkat kemandirian penghuni Yayasan Galuh.
Tujuan: Untuk mendapatkan profil gangguan jiwa serta tingkat kemandirian penghuni Yayasan Galuh selama periode Desember 2012 sampai Januari 2014.
Metode: Dengan metode wawancara klinis berdasarkan PPDGJ III untuk mendapatkan diagnosis gangguan jiwa serta instrumen indeks Barthel untuk mendapatkan tingkat kemandirian dalam perawatan diri dan aktivitas sehari-hari-hari. Penelitian dilakukan selama periode waktu bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.
Hasil: Dari 210 responden didapatkan gangguan psikotik atau skizofrenia (F2) sebanyak 82,8%, gangguan afektif (F3) sebanyak 6,2%, retardasi mental (F7) sebanyak 1,4% dan ganggguan mental organik (F0) sebanyak 1%, sementara yang tidak ada psikopatologi sebanyak 8,6%. Untuk tingkat kemandirian sebagian besar penghuni termasuk mandiri yaitu sebanyak 157 orang (74,8%), 51 penghuni (24,3%) mempunyai ketergantungan ringan dan hanya 1 penghuni (0,5%) yang masing-masing memiliki ketergantungan sedang dan berat.
Simpulan: Dengan diketahuinya profil gangguan jiwa dan tingkat kemandirian penghuni Yayasan Galuh ini diperlukan perbaikan mutu layanan baik untuk kesehatan umum maupun kesehatan jiwa penghuni Yayasan Galuh dengan melakukan kerjasama dengan pihak pemerintah untuk kebijakannya dan pendidikan untuk memberikan pelatihan kepada petugas-petugasnya dan bidang ilmiah untuk penelitian lebih lanjut.

Background: Galuh Foundation is a traditional mental rehabilitation shelter in Bekasi. The workers were not having medical background. They diagnosed the residents as having mental disorder from abnormal behaviour and hostility. People with mental disorder is usually having impairment in self care and daily activities. There haven‟t been any study about mental disorder profiles and independency level of residents in Galuh Foundation.
Objective: The purpose of this study was to describe the profiles of mental disorder and independence level of residents in Galuh Foundation Bekasi from December 2012 until January 2013.
Methods: Clinical interview according to PPDGJ III (based on ICD 10) to get the profiles of mental disorder and by using the Barthel index to get the independency level of self care and daily activities of residents in Galuh Foundation, from December 2012 until January 2013.
Results: Of 210 residents who had psychotic disorder (F2) were 82.8%, affective disorder (F3) were 6.2%, mental retardation (F7) were 1.4%, organic mental disorder (F0) were 1%, and no psychopatology were 8.6%. From the 210 residents who were independence were 74.8%, mild dependence were 24.3%, and only 0,5% each for mediate and totally dependence.
Conclusion: There will be need improvement for mental health of residents in Galuh Foundation and their utilities by engaging with the government and with the institution to do more studies for better improvement.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prathama Wibisono
"ABSTRAK
Background Mental emotional disorder becomes one of among top five sources of premature death and disability in many countries around the globe. Several studies reveal that mental health problems are very common among the college student, resulting almost half of college students population having mental health problems. The aim of this study is to find out the prevalence of mental emotional disorder among the first year medical and also to identify whether or not the trend of mental emotional disorder is increase in medical student after 1 year of medical education.Methods The total population of this study is 44 people that consist of men and women aged range from 18 to 24 years from international class medical students in the third semester. This study used the pre post study design. In addition, this study rsquo s population is the international class medical students of Universitas Indonesia Batch 2015. They underwent SRQ 20 both in the beginning of medical education and after 1 year of medical education which is in 2015 and 2016 respectively. In addition, they also conducted Holme Rahes questionnaire and open questions in 2016 after 1 year of medical education.Results The prevalence of mental emotional disorder is 34.1 of total population after 1 year of medical education. Meanwhile, the frequency of mental emotional disorder in 2015 of this population is none. There are some changes comparing mental emotional disorders in 2015 and 2016 that the changes of differences in mean score of 5.909.

ABSTRAK
Gangguan mental-emosional menjadi salah satu dari 5 sumber penyebabnya kematian dini dan kecacatan di beberapa negara seluruh dunia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental sangat banyak ditemukan pada mahasiswa, yaitu hampir setengah dari setengah populasi mahasiswa mempunya masalah kesehatan mental. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan prevalensi gangguan mental-emotional pada mahasiswa kedokteran tahun pertama dan mengidentifikasi apakah kecenderungan gangguan mental-emosional akan bertambah pada mahasiswa kedokteran setelah menjalani satu tahun pembelajaran ilmu kedokteran.Metode: Total populasi dari penelitian ini adalah 44 mahasiswa yang terdiri atas pria dan wanita rentang umur mulai dari 18 sampai 24 tahun dari mahasiswa kedokteran kelas internasional semester tiga. Penelitian ini memakai pre dan post desain. Selanjutnya, populasi pada penelitian ini adalah mahasiwa kedokteran kelas internasional Universitas Indonesia angkatan 2015. Mereka telah melakukan pengisian kuisioner SRQ-20 saat mereka memulai pembelajaran kedokteran pada tahun 2015 dan setelah mereka melewati 1 tahun pertama pembelajaran kedokteran pada tahun 2016. Setelah itu, mereka juga telah mengisi kuisioner Holme-Rahes dan pertanyaan-pertanyaan terbuka pada tahun 2016 setelah 1 tahun pertama pembelajaran kedokteran.Hasil: Prevalensi dari gangguan mental-emotional adalah 34.1 dari total populasi penelitian ini setelah menjalani 1 tahun pertama pembelajaran kedokteran. Selain itu, frekuensi gangguan mental-emosional pada populasi penelitian ini tahun 2015 tidak ada. Terdapat beberapa perubahan saat membandingkan gangguan mental-emosional pada tahun 2015 dan 2016, yaitu perubahan dari rata-rata nilai sebesar 5.909"
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Amalia Putri
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas hubungan dukungan sosial keluarga, teman, dan petugas kesehatan jiwa dengan beban keluarga penderita gangguan jiwa. Responden dari penlitian ini adalah keluarga yang memiliki dan merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa seperti skizofrenia, bipolar, dan deperesi berat. Dukungan sosial merupakan sistem dukungan yang penting dimiliki oleh keluarga penderita gangguan jiwa, untuk mencegah beban keluarga yang dapat menyebabkan tekanan emosional. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan accidental sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya korelasi negatif antara dukungan sosial keluarga, teman dan petugas kesehatan terhadap beban keluarga penderita gangguan jiwa. Hasil negatif tersebut menunjukan bahwa semakin rendah dukungan sosial keluarga, teman, dan petugas kesehatan jiwa yang dimiliki maka semakin berat beban keluarga yang dirasakan. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Dharmawangsa dengan sampel 100 orang responden.

ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses correlation of social support from family, friend, and mental health professional with family burden of mental ilness patient. Subject of this undergraduate thesis is the family living with family member diagnosed with mental illness such as schizophrenia, bipolar, severe depression, and personality disorder. Social support is a support system that family who lives with family member with mental illness needed as protector from stress that is caused by taking care of family member with mental illness. This research use quantitative approach with descripitive research type. Accidental sampling was used as a sampling methode for this research The result of this research show low social support received from family and friends, high social support receives from mental health professional. This research also show low level of family burden. Negative correlates was found in this research. This research has taken place in Dharmawangsa Mental Hospital with 100 responden."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar Belakang: Pemasungan pada penderita gangguan jiwa berat masih terjadi di Indonesia. Tujuan analisis ini adalah mengetahui faktor yang paling dominan terhadap pemasungan orang dengan gangguan jiwa berat di Indonesia, serta mendapatkan gambaran karakteristik keluarganya. Metode: Data yang digunakan adalah data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013. Jumlah sampel rumah tangga (RT) yang dianalisis sebanyak 1655 yang berasal dari 11.896 blok sensus. Informasi mengenai adanya orang dengan gangguan jiwa berat yang dipasung diperoleh melalui wawancara kepada kepala keluarga yang dilakukan petugas yang telah dilatih. Variabel lain yang dianalisis adalah akses ke pelayanan kesehatan, letak geografis, pemukiman, dan status ekonomi keluarga. Data diolah dengan program statistik SPSS versi 21. Analisis yang dilakukan adalah bivariat dan multivariat berupa regresi logistik dengan metode complex samples. Hasil dinyatakan bermakna apabila memiliki nilai kemaknaan p<0,05 dengan indeks kepercayaan 95%. Hasil: Variabel yang mempunyai hubungan paling kuat terhadap pasung adalah status ekonomi rumah tangga yaitu kuintil indeks kepemilikian 1 mempunyai peluang tertinggi (OR suaian 2,32; IK 1,24-; 4,34). Rumah tangga dengan kuintil indeks kepemilikan 2 mempunyai peluang hampir sama (OR suaian 2,15; IK 1,14-4,40). Rumah tangga yang mempunyai tingkat sosial ekonomi rendah lebih banyak memiliki masalah ketidaktahuan adanya fasilitas kesehatan dan hampir setengah dari RT tersebut bertempat tinggal di perdesaan. Kesimpulan: Berdasarkan Riskesdas 2013, faktor yang paling berperan terhadap pasung di Indonesia adalah status ekonomi rumah tangga. Faktor ini ditambah dengan ketidaktahuan fasilitas kesehatan dan tempat tinggal yang jauh dari perkotaan. Saran: Pengetahuan keluarga penderita, ketersediaan obat-obatan dan akses ke fasilitas kesehatan yang mudah akan mendorong kepatuhan pengobatan dan mengurangi kecenderungan pemasungan orang gangguan jiwa."
BULHSR 18:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>