Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100062 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tampubolon, Edison
"ABSTRAK
Sambutan masyarakat pedesaan terhadap tabungan Simpedes BRI Unit sangat
luat biasa setidaknya tercermin dari perkembangan jumlah penabung dan total tabungan
dari 2.655 orang dan Rp.307 juta pada tahun 1984 meningkat hingga lebih dari 1,6 juta
orang nasabah dan total tabungan menjadi Rp.341, 95 miliar pada akhir tahun 1988 dan
keberhasilan tersebut tidak berhenti sampai disitu saja karena Simpedes BRI Unit telah
mampu melewati krisis ekonomi yang dihadapi industri perbankan pada tahun 1997 dan
tetap survive hingga saat ini dengan prestasi yang semakin menggembirakan karena pada
posisi Juni 2003 jumlah penabung telah mencapai 26.254.130 orang dengan total tabungan
hampir 18 triliun rupiah atau rata-rata tabungan yang dimiliki pemegang tabungan
Simpedes sebesar Rp 685.606.
Keberhasilan itu tentu saja diperoleh melalui usaha yang keras dan penetapan
strategi yang terencana dengan baik diantaranya dengan melakukan persiapan dan
perencanaan produk yang baik melalui analisis pasar, riset pasar dan penetapan target
sasaran yang tepat, sehingga produk yang diluncurkan benar-benar sesuai dengan segmen
pasar yang dipilih.
Sukses Simpedes ini dimanfaatkan BRI dengan memperkenalkan produk baru
"Simaskot" untuk meraih segmen masyarakat perkotaan sebagai pengembangan target
pasar dengan melakukan modiftkasi produk Simpedes berupa pembedaan jenis hadiah dan
jumlah setoran minimal yang dipersepsikan BRI sebagai faktor pembeda antara
masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Satu hal yang dilupakan BRI ketika
mengembangkan produk baru "Simaskot", tidak melakukan persiapan dan perencanaan
seperti yang dilakukannya sewaktu membidani kelahiran Simpedes, hal ini paling tidak
nampak pada Surat Edaran Direksi BRI NOSE:S.l63-DIR/BUD/11/89 tanggal 29
Nopember 1989 tentang Simpanan Masyarakat Kota (Simaskot) yang direncanakan untuk
mencukupi kebutuhan masyarakat kota akan instrumen simpanan maka Direksi
memandang perlu memperkenalkan Simaskot yang dilayani di BRI Unil Kola dan di
Kamor Cabang di Jakarta Raya, Kantor Cabang di ibukota propinsi dan Kantor Cabang
di ibukota kabupatenlkotamadya.
Tidak disadari bahwa Kantor Cabang wilayah Jakarta Raya, ibukota propinsi dan
ibukota kabupaten!kotamadya sudah melayani Tabanas BRI yang relatif lebih baik
dibanding Sirnaskot karena sudah lebih dahulu dikenal masyarakat perkotaan, sehingga
positioning "Simaskot" memasuki segmen perkotaan tidak jelas karena selain tidak
menawarkan sesuatu. yang unik tabungan ini juga menjadi pesaing Tabanas BRI yang di
layani Kantor Cabang yang berlokasi di pusat kota yang menjadi target Simaskot.
Sangat mudah membuktikan bahwa Bank BRI tidak serius mempersiapkan
produk barunya ini seperti yang dilakukannya terhadap Sirnpedes, misalnya Bank BRI
belum mendefenisikan dengan tegas segmen masyarakat perkotaaan itu sendiri sehingga
menimbulkan perbedaan persepsi tentang kebutuhan dari masyarakat kota itu sendiri.
Masyarakat kota menurut BRI ( sesuai dengan surat Edaran diatas) adalah masyarakat yang
tinggal di Jakarta, di ibukota Propinsi dan ibukota kabupaten!kotamadya suatu pemahaman
yang keliru dan terlalu sederhana apabila dipergunakan sebagai dasar penetapan
segmentasi, karena perilaku dan kebiasaan orang menabung yang bertempat tinggal dikota
dipastikan tidak semuanya sama karena banyak orang di kota masih berperilaku seperti
orang desa sebaliknya juga diyakini bahwa ada juga orang di desa berperilaku seperti
orang kota . dalam hal menabung. Contoh lain yang membuktikan bahwa penetapan
segmentasi tersebut tidak tepat, karena masing-masing ibukota propinsi, ibu kota
kotamadya dan ibukota kabupaten di negara kita ini tidak memiliki standar yang sama
dalam berbagai hal terutama dalam hal sumber daya sehingga penyebaran geografis yang
sangat luas akan mengakibatkan perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi yang pada
akhirnya akan mempengaruhi perbedaan sikap dan perilaku menabung. Artinya perilaku
masyarakat ibukota kabupaten Merauke dengan masyarakat ibukota kabupaten Bekasi
dalam hal menabung dapat dipastikan tidak sama karena adanya perbedaan rata-rata
penghasilan yang sangat signifikan yang pada akhirnya mempengaruhi fungsi tabungan.
Dari beberapa argumen tersebut diatas setidaknya dapat mengindikasikan
pengembangan segmen perkotaan yang dilakukan BRI kurang tepat namun belum dapat
dipergunakan sebagai alasan ilmiah untuk membuktikan bahwa pengembangan "Segmen
Perkotaan" yang dilakukan Bank BRI kurang tepat karena belum didasari pembuktian.
Tulisan ini akan menguji hipotesa tersebut dengan mempergunakan analisis statistik dan
program SPSS.
Dalam pengujian dan analisis data, penulis mengumpulkan informasi dan datadata
pendukung dengan melakukan wawancara terhadap dua ratus orang nasabah BRI unit
di Bendungan Hilir Jakarta mewakili nasabah perkotaan dan BRI Unit Citeureup Bogor
mewakili nasabah pedesaan serta melakukan studi kepustakaan pada Bank BRI dan Bank
Indonesia untuk mengetahui posisi tabungan BRI Unit pada industri perbankan. Agar hasil
pengujian lebih akurat selain analisis statistik juga akan dilengkapi dengan pembahasan
kinerja dan perkembangan tabungan BRI Unit (Simpedes dan Simaskot).
Kesimpulan tulisan ini menyebutkan bahwa kebijakan promosi dengan
"memberikan hadiah yang berbeda" tidak dapat membedakan penabung BRI Unit kota
dan penabung BRI Unit desa secara signifikan sehingga penetapan segmentasi yang
dilakukan Bank BRI dengan meluncurkan produk Simaskot menjadi kurang optimal, oleh
karena itu disarankan agar Bank BRI melakukan "Re-segmentasi Pasar" dan "Evaluasi
Produk" salah satu cara yang diyakini dapat mengantisipasi pertumbuhan market share
tabungan BRI Unit yang cenderung semakin menurun. Disamping itu penulis juga
merekomendasikan segmentasi baru yang dalam tulisan ini disebut sebagai "Penabung
Tradisional dan Penabung Modern" menggantikan segmentasi lama yang ditetapkan
berdasarkan lokasi BRI Unit
Satu hal yang ingin disampaikan bagi pembaca yang ingin melal.'Ukan penelitian
lebih lanjut tentang Segmentasi Tabungan BRI Unit agar melengkapi data-data penelitian
dengan melakukan wawancara terhadap nasabah Bank lain dan lokasi penelitian tidak
terbatas hanya di Pulau Jawa saja tetapi sebaiknya memilih sample mewakili seluruh
wilayah geografi Indonesia paling tidak perwakilan dari Indonesia Bagian Barat, Bagian
Tengah, dan Bagian Timur agar lebih mencerminkan kebiasaan dan perilaku menabung
masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan Indonesia yang sesungguhnya.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Irawan
"ABSTRAK
Seperti telah diketahui bersama. ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia Sangat
besar, Menurut hasil sensus ekonomi tahap III yang dihimpun oleh Biro Pusat Statistik,
pengusaha besar yang jumlahnya di: bawah 1% dari total 16 juta unit usaha menguasai 70%
produk domestik bruto. Hal ini terjadi karena kebijakan pemerintah dan lembaga keuangan
pada Masa Orde Baru memprioritaskan pertumbuhan usaha besar dengan pernbiayaan secara
besar-besaran dan cenderung berorientasi korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Model pembiayaan usaha besar seperti di atas ternyata berakibat kontraproduktif dan
mulai terlihat sejak krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Banyak pengusaha besar
yang berjatuhan karena tidak didukung o!eh dasar bisnis yang kuat dan sehat. dan terlalu
banyak menanggung hutang dalam mata uang asing yang sulk dikembalikan saat terjadi
fluktuasi kurs yang tajam terhadap rupiah.
Menyadari hal itu, pemerintah mulai memperhatikan pertumbuhan usaha kecil yang
justru dapat bertahan saat krisis ekonomi terjadi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya RUU
perkreditan yang mencakup bebcrapa pasal yang terkait dengan pengembangan usaha kecil
Salah satu pasal mewajibkan bank untuk mengalokasikan sedikitnya 40% dari portofolio
kreditnya bagi usaha kecil. Pasal lain menyebutkan pula bahwa jaminan kredit bagi usaha
kecil adalah prospek usahanya, dan bank kreditur wajib mengawasi dan niembimbing debitur
usaha kecil.
Dengan adanya RUU tersebut, BRI yang selama ini telah dengan konsisten menyalurkan
kredit kepada usaha kecil dan menengah perlu melakukan pembenahan untuk menghadapi
persaingan yang akan semakin ketat di masa mendatang. Walaupun BRI memiliki
keunggulan banyaknya jaringan di wilayah pedesaan, namun demikian perbaikan pola kerja
dan kualitas pelayanan perlu dilakukan, agar tetap dapat mempertahankan kompetensinya.
Adapun tujuan khusus studi ini adalah memperbaiki pedoman kerja penyaluran kredit umum
pedesaan BRI unit dalam proses pendaftaran, pemeriksaan kelayakan kredit, pengambilan
keputusan dan penyaluran pinjaman, sera pembinaan dan pengawasan kinerja kredit.
Mengingat permasalahan dalam penyaluran Kupedes ini bersifat tidak terstruktur karena
diperigaruhi oleh karakter debitur dan sumber daya manusia BRI unit, budaya dan
kebijaksanaan perusahaan, serta kebijaksanaan pemerintah, studi ini menggunakan metode
Soft System Methodology (SSM) untuk menstrukturkan permasalahan dan mencari pemecahan
dengan model konseptual. Proses pembahasan masalah dalam SSM meliputi penggambaran
permasalahan dengan kartun (rich picture), analisis CAT WOE (Customers, Actors,
Transformation process, Work/view, Owners, dan Environment) untuk mengkaji faktor-faktor
yang mempengaruhi sistem dalam penyaluran kredit, identifikasi model konseptual dan sistem
tersebut. membandingkan model konseptual dengan kenyataan yang ada, dan membuat suatu
rekomendasi untuk perbaikan.
Sesuai dengan tujuan studi ini, pembahasan pedoman kerja penyaluran Kupedes dibagi
menjadi empat bagian, yaitu proses pendaftaran, pemeriksaan kelayakan kredit, pengambilan
keputusar. dan penyaluran pirij aman. serta prnbïnaan dan pengawasan kinerja kredìt.
Pada proses pendaftaran terlihat bahwa pembuku bersifat pasif dalarn melayani calon
debitur dan fungsinya lebih bersifat administratif. Seharusnya, pembuku lebih bersifat
proaktif dengan turut berperan dalam pemasaran Kupedes dan juga analisis awal calon debitur.
Pada proses pemeriksaan kelayakan kredit, kepala dan BRI unit desa (kepaia unit desa)
dapat pula melakukan pemeriksaan lapangan. Hal ini tidak sejalan dengan model konseptual
yang membedakan pembagian tugas antara pengambil keputusan dengan analis kredit. Untuk
itu, kepala unit desa sebaiknya fokus dalam perannya sebagai penanggung jawab dan
koordinator bagi BRI unit, dengan mendelegasikan tugas tersebut kepada mantri.
Pada proses pengambilan keputusan dan penyaluran pinjaman, terdapat kekurangan pada
pedoman kerja bag kepala unit desa dan kasir. Berkaitan dengan proses sebelumnya, jika
kepala unit desa melakukan pemeriksaan lapangan, maka wewenang pengambilan keputusun
terletak pada kantor cabang. Dengan diperbaiknya proses pemeriksaan kelayakan kredit,
maka kepala unit desa tidak perlu melakukan pemeriksaan lapangan dan wewenang
pengambilan keputusan terletak padanya. Sedangkan, pedoman kerja bagi kasir terlihat tidak
menunjukkan koordinasi dengan pembuku sehingga kasir masih menanyakan kepada nasabah
mengenai besar pinjaman, jangka waktu, ataupun cara mengangsur. Untuk itu, perlu
diperbaiki koordinasi antara kasir dengan pembuku.
Pada proses pembinaan dan pengawasan kinerja kredit, kepala unit desa turut pula
berperan sebagai petugas pemberantas tunggakan di lapangan. Sebaiknya, peran kepala unit
desa cukup sebagai koordinator sehingga dapat lebih efektif dalam menjalankan tugasnya
sebagai penanggung jawab BRI unit. Pada proses ini, hal lain yang perlu diperbaiki adalah
perlunya diberikan laporan secara berkala mengenai kinerja Kupedes kepada kantor cabang,
dan pembayaran tunggakan Iangsung kepada kasir (tidak melalui petugas).
Di luar pedoman kerja tersebut, perlu pula dilakukan pelatihan bagi setiap fungsi yang
terlibat sehingga memahami pula karakteristik pemasaran jasa dan usaha kecil. dengan tujuan
memperkecil kesenjangan antara harapan debitur, persepsi manajemen, spesifikasi kualitas
jasa, komunikasi eksternal, dan jasa yang diterima debitur, Tindakan-tindakan yang dapat
dilakukan yailu mempelajarí apa yang diinginkan debitur, membangun standar kualitas
penyaluran Kupedes, memastikan bahwa kinerja jasa memenuhi standar, dan memastikan
bahwa penyerahan jasa sesuai dengan yang dijanjikan.
"
2002
T3076
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhika Aburizal Pratomo
"Semakin ketatnya persaingan di dalam dunia bisnis, perusahaan harus menerapkan strategi yang tepat dalam upaya menarik konsumen untuk memilih produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan tersebut. Persaingan bisnis pada industri perbankan terutama kartu kredit sangat tinggi, perusahaan perlu membangun suatu citra positif sebuah merek dari produk tersebut. BRI sebagai salah satu perusahaan bank terbesar dalam dunia keuangan dan perbankan di Indonesia, berupaya semaksimal mungkin dalam membangun citra positif untuk merek produk kartu kreditnya demi dapat bersaing di dalam bisnis kartu kredit di Indonesia dan demi mencapai visi dan misi yang mereka tetapkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana citra merek Kartu kredit BRI di wilayah Jabodetabek. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang yang pernah memiliki dan menggunakan Kartu kredit BRI dan berdomisili di Jabodetabek dengan menggunakan metode non-probability sampling serta teknik purposive. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan nilai mean. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa citra merek Kartu kredit BRI di wilayah Jabodetabek adalah tinggi.

Increasing competition in the business world, companies have to apply the right strategy to attract consumers to choose products or services produced by the company. Business competition in the banking industry especially credit card is very high, companies need to build a positive image of a brand of the product. BRI as one of the largest banks in the world of finance and banking in Indonesia, do everything possible to build a positive image for the brand credit card products in order to compete in the credit card business in Indonesia and to achieve the vision and mission that they charge. The objective of this research is to analyze brand image of BRI Credit Card in Jabodetabek. This research applied quantitative approach. The sample of this research is 100 person who ever had and used BRI Credit Card and domiciled in Jabodetabek, collected using non-probability sampling and purposive technique. This research used questionnaire as research instrument and analyzed with mean value. The result of this research indicate that brand image of BRI Credit Card in Jabodetabek is high."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Harianta
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5182
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Grandis Adi Pratama
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S9808
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indhira Mahayani
"Dalam rangka membantu para pengus a ha g olongan ekonomi menengah ke bawah dalam bidang permodalan, maka BRI Unit menyediakan fasilitas kredit, yaitu Kredit Umum Pedesaan (Kupedes ) berdasarkan SE Direksi BRI NOSE 18/ inv/1/1984. Ada 2 jenis kredit yang diberikan dalam rangka Kupedes ini, yaitu Kupedes Eksploitasi d an Kupedes Investasi. Kupedes eksploitasi adalah kredit yang diberikan untuk membiayai keperluan modal kerja. Dalam pemberian kredit tersebut, pihak bank meminta adanya jaminan, sebagaimana. di tetapkandalam Undang-undang No. 14 tahun 1967 pasal 24 ayat 1 yang menyebutkan bahwa bank tidak memberikan kredit tanpa adanya jaminan kepada siapapun. Di BRI Unit, pengikatan jaminan ada bermacam-macam. Namun bagi par a pengusaha, khususnya pengusaha kecil, jaminan fiducia adalah yang paling mudah disediakan, karena walaupun barangnya dijaminkan, tetapi masih dapat digunakan untuk keperluan usaha mereka. Pada pemberian besarnya kredit di BRI Unit ini diperhitungkan pula besarnya nilai jaminan yang.diberikan oleh debitur. Dalam pemberian kredit eksploitasi tersebut, BRI Unit melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap usaha nasabah. Namun demikian bank kadangkala menghadapi resiko menunggak/ wanprestasi dari pihak debitur. Selain itu, kewenangan pihak debitur dalam menguasai benda yang dijadikan jaminan juga dapat merupakan masalah bagi bank. Untuk mengatasi masalah wanprestasi dari pihak debitur, BRI Unit menyelesaikannya secara di bawah tangan atau melalui PUPN."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1992
S20331
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutarto
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Mujahid
"Persoalan Pembiayaan UKM yang berlaku di Bank konvensional selama ini adalah relatif tingginya tingkat suku bunga yang dibebankan serta penyerapan kredit UKM yang belum maksirnal. Salah satu altematif terhadap persoalan diatas adalah pola pembiayaan UKM dengan pola syari'ah. Namun demikian pembiayaan UKM melalui Bank Syari'ah tidak serta merta menyelesaikan masalah. Ada banyak hal yang harus dibenahi dalam pengembangan kredit UKM dengan pola syari'ah diantaranya adalah sosialisasi, pengembangan SDM syari'ah, proses penyadaran masyarakat dari interest minded ke cara usaha bagi hasil yang saling menguntungkan.
BRI terutama BRI Syari'ah sebagai salah satu lembaga perbankan syariah barn yang mengkonsentrasikan bisnisnya pada pembiayaan ritel dan mikro. Bila dilihat dari sisi teknik prosedur nampaknya tidak terlalu sulit untuk mentransformasi pola pembiayaan konvensional ke pola syari'ah, karena BRI mernang basisnya UKM, tetapi pada aplikasi yang lebih jauh maka akan nampak heberapa kendala yang memerlukan penanganan yang Iebih serius dan intensif metalui analisa SWOT sehingga kredit UKM dengan pola syari'ah bisa memudahkan, menguntungkan dan memberi manfaat kepada kreditur maupun debitur. Melihat penomena tersebut, penulis tertarik untuk melakukan kajian komprehensif terhadap penyaluran usaha kecil dengan pola syari'ah.

The conventional banking ongoing problem of financing for small and medium enterprise is high interest rate burden and unoptimal financing scheme. But there is a method in solving the financing problem through syariah scheme, but it does not mean financing through syariah banking system able to solve the entire financing problem. There are still a lot of problem, which need to be solved, such socialization, syariah human resources development, and society awareness process from interest minded to mutual profit sharing system.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) especially Bank Rakyat Indonesia Syariah is the newest syariah banking institutions, which its business concentrated to micro financing. It does not seem really difficult to transform conventional financing scheme to syariah financing scheme if it is being seen from technical procedure system. But for the further practical application system, there are still a lot of serious and intensive financing problem which need to be handled of making syariah financing system easier, profitable and benefitable for both side, creditor and debtor, through Strength, Weakness, Opportunity and Threat analysis (SWOT) Observing that phenomenon, I am interested to do such a comprehensive study of small and medium syariah financing system.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Marfuana
"Human error tidak dapat dihilangkan, namun dapat diminimalisir. Pada penelitian ini diperoleh tahap tugas yang dapat menyebabkan atau di prediksi menyebabkan kesalahan transaksi dengan menggunakan metode Systematic Human Error Reduction and Prediction Approach (SHERPA). Sebagai input dari metode SHERPA dilakukan Hierarchical Task Analysis (HTA) untuk mengetahui tahap tugas transaksi teller. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, semua tahap tugas transaksi dapat menyebabkan kesalahan namun yang paling kerap terjadi dengan tingkat kekritisan masalah yang tinggi adalah tahap menghitung uang.

Human error can not be eliminated, but can be minimized. In this study, obtained by phase task that may cause or lead to errors in the prediction of the transaction by using the method of Systematic Human Error Reduction and Prediction Approach(Sherpa). As input from the SHERPA method performed Hierarchical Task Analysis (HTA) to determine the stage of the task teller transactions. Based on the results of the analysis, all phases of transaction tasks can cause errors but most often occurs with a high level of criticality problems is the stage of counting the money"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51895
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>