Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187049 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aulia Rafidayanti
"ABSTRACT
This study was conducted in order to investigate the factors that influenced organizational citizenship behavior OCB in Hanamasa Restaurant by analyzing several factors, such as organizational socialization, organizational identification, and job involvement. Structural equation modelling analysis N 240 revealed that relations between employees rsquo evaluations of organizational socializaton and organizational citizenship behavior OCB were partially mediated by perceptions on organizational identification and job involvement.

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi organizational citizenship behavior OCB para karyawan di Restoran Hanamasa dengan menganalisis beberapa faktor, yaitu sosialisasi organisasi, identifikasi organisasi, dan keterlibatan kerja. Analisis model persamaan struktural N=240 mengungkapkan bahwa hubungan antara proses sosialisasi organisasi dan organizational citizenship behavior OCB dimediasi sebagian oleh identifikasi organisasi dan keterlibatan kerja.
"
2017
S69987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susilowati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Perceived Organizational Support yang terhadap Organizational Citizenship Behavior yang terdiri dari lima dimensi yaitu Conscientiousness, Altruism, Sportsmanship, Courtesy, dan Civic virtue yang dimediasi oleh dimensi dari Duty Orientations yaitu Duty to Member, Duty to Mission, Duty to Codes terhadap kinerja karyawan di Biro Setjen Kementrian Keuangan RI. Data penelitian ini diambil dari 205 sampel karyawan Biro Setjen Kementrian Keuangan dengan menggunakan kuesioner.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, Perceived Organizational Support berpengaruh terhadap Duty to member dan Duty to Codes. Sementara itu Duty to member dan Duty to Codes berpengaruh signifikan terhadap Conscientiousness dan Altruism, serta Duty to Mission tidak berpengaruh terhadap Sportsmanship, Courtesy, Civic virtue.

This study aims to determine the effect of Perceived Organizational Support consisting on Organizational Citizenship Behavior consisting of five dimensions: Conscientiousness, Altruism, sportsmanship, courtesy, and Civic virtue mediated by the dimensions of Duty orientations that is Duty to Members , Duty to Mission, and Duty to Codes on the performance of employees in the Bureau of the Secretariat General of the Ministry of Finance RI. The research data was taken from a sample of 205 employees of the Bureau of the Secretariat General of the Ministry of Finance RI using a questionnaire.
The results of this study show that, effect of Perceived Organizational Support. Perceived Organizational Support have significantly effect the Duty to members and the Duty to Codes, and Duty to Members and Duty to Codes have significantly effect the Altruism and Conscientiousness. Meanwhile Duty to Mission has no effect on sportsmanship, courtesy, Civic virtue.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S62761
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inggit Inggriani
"Penelitian ini menganalisis pengaruh kepribadian dan iklim organisasi terhadap organizational citizenship behavior pada organisasi JOB XYZ. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner kepada 178 sampel pada JOB XYZ. Sampel didapatkan dengan menggunakan probability sampling yaitu proportionate stratified random sampling untuk mendapatkan proporsi responden dari PT X, PT Y dan JOB XYZ hire. Penelitian ini mengukur organizational citizenship behavior menggunakan Organizational Citizenship Behavior Scale (Podsakof, 2000), kepribadian diukur berdasarkan skala Five Factor Personality Scale (Goldberg, 1999), iklim organisasi diukur menggunakan Organizational Climate Scale (Litwin & Stinger, 1968). Analisis data menggunakan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, heterokesdatisitas dan multikolaritas kemudian menggunakan inferential multiple regression. Penelitian ini menemukan bahwa kepribadian memiliki pengaruh signifikan terhadap OCB karyawan. Begitu juga halnya iklim organisasi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap OCB karyawan.

This study describes about the influence of personality and organizational climate related to organizational citizenship behavior JOB organization XYZ. This study used a quantitative approach by distributing questionnaires to 178 samples at XYZ JOB. Samples of this study obtained by using probability sampling that is proportionate stratified random sampling to achieve the proportion of respondents from PT X, Y and JOB PT XYZ. This study measured the Organizational Citizenship Behavior by using Organizational Citizenship Behavior Scale (Podsakof, 2000), personality measured by the scale of the Five Factor Personality Scale (Goldberg, 1999), organizational climate is measured by using the Organizational Climate Scale (Litwin and Stinger, 1968). The data is analyzed by using the classical assumption of normality test, heteroskedastic and multicorrelation then using inferential multiple regression. This study found that the personality has significant influence to the OCB of employees. Moreover, the organizational climate has significant influence to the OCB of employees as well."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emi Tri Rachmawati
"Penelitian ini membahas pengaruh kecerdasan emosi terhadap organizational citizenship behavior OCB dengan dimediasi oleh komitmen organisasi di Lembaga X Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode non eksperimental Responden penelitian adalah 247 pegawai yang tersebar di seluruh unit kerja yang ada di Lembaga X Responden telah bekerja pada Lembaga X sedikitnya selama 3 bulan dengan alasan responden telah mengikuti masa percobaan sebelumnya Alat ukur yang digunakan adalah Trait Emotional Intelligence Questionnaire dari Petrides 2000 Organizational Commitment Scale dari Allen dan Meyer 1990 dan Organizational Citizenship Behavior Questionnaire yang dikembangkan oleh Podsakof 2001 Dengan menggunakan analisis strategi causal step yang dikembangkan oleh Baron dan Kenny 1986 penelitian ini menemukan bahwa komitmen organisasi menjadi partial mediator pada pengaruh kecerdasan emosi terhadap OCB di Lembaga X.

This study discusses the influence of emotional intelligence on organizational citizenship behavior OCB mediated by organizational commitment in The X Agency This study uses a quantitative approach with non experimental methods The respondents were 247 employees spread across work units at The X Agency Respondents had worked at The X Agency at least for 3 months on the grounds respondents have followed the previous probation The measuring instruments used are the Trait Emotional Intelligence Questionnaire developed by Petrides 2000 Organizational Commitment Scale by Allen and Meyer 1990 and Organizational Citizenship Behavior Questionnaire by Podsakof 2001 By using analysis of causal step strategy developed by Baron and Kenny 1986 this study found that organizational commitment is partial mediator on the influence of emotional intelligence to OCB in The X Agency."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisya Rachma Dieny
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh iklim organisasi terhadap organizational citizenship behavior OCB pada karyawan perusahaan bank syariah. Pengukuran pengaruh OC ini dilakukan menggunakan alat ukur organizational climate yang dikembangkan oleh Stringer 2002 dengan nilai reliabilitas sebesar .77. Pengukuran untuk tingkat OCB pada karyawan menggunakan alat ukur organizational citizenship behavior questionnaire yang dikembangkan oleh Lee dan Allen di tahun 2002. Alat ukur ini memiliki nilai reliabilitas sebesar .91. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa OC memiliki hubungan yang positif dan signifikan r = .277, p < .001 terhadap OCB yang menyatakan bahwa semakin baik persepsi karyawan terhadap iklim organisasinya maka akan semakin tinggi tingkat OCB yang dimilikinya.

This research is intended to see how Organizational Climate can influence Organizational Citizenship Behavior level among employees of Bank Syariah. The measurement of OC influence in this research is using Organizational Climate Questionnaire which was developed by Striger 2002 with the reliability score of .77. This research is using Organizationalal Citizenship Behavior Questionnaire by Lee and Allen 2002 to measure the level of employees rsquo OCB with the reliability score of .91. The result of this research shows that Organizational Climate has signifficanly positive effect of influencing the level of Organizational Citizenship Behavior on bank employees r .277, p .001 . This result explains that the better an employee rsquo s perceive their organizational climate, the higher his her level of OCB."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nawangsari Puji Cahyaningtyas
"Penelitian ini mengusulkan bahwa karyawan membentuk persepsi dukungan organisasi yang memberikan pengaruh terhadap organizational citizenship behavior dan intensi keluar melalui kepercayaan organisasi dan kepuasan organisasi. Hipotesis diuji menggunakan data yang didapatkan dari 126 karyawan sebuah perusahaan swasta melalui penyebaran kuesioner secara langsung. Hasil penelitian yang didapatkan dengan structural equation modeling menunjukkan bahwa persepsi dukungan organisasi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepercayaan organisasi dan kepuasan organisasi, kepercayaan organisasi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan organisasi, dan kepuasan organisasi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap organizational citizenship behavior (OCB) dan pengaruh negatif yang signifikan terhadap intensi keluar. Namun berbeda dengan penelitian terdahulu, persepsi dukungan organisasi tidak ditemukan memiliki pengaruh negatif terhadap intensi keluar dan pengaruh positif terhadap OCB, dan OCB tidak ditemukan memiliki pengaruh negatif terhadap intensi keluar.

This study suggests that employees develop perceived organizational support which affects organizational citizenship behavior and intention to leave through organizational trust and organizational satisfaction. Hypotheses were tested with data collected from 126 employees in a privately held company by survey. The results obtained using structural equation modeling show that perceived organizational support significantly and positively affects organizational trust and organizational satisfaction, organizational trust significantly and positively affects organizational satisfaction, and organizational satisfaction positively affects OCB and negatively affects intention to leave. Contrast to previous studies, the results show that perceived organizational support doesn`t have a negative effect on intention to leave and doesn`t have a positive effect on OCB, and OCB doesn`t have a negative effect on intention to leave."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Hapsari K.P.
"Penyimpangan penlaku yang dilakukan oleh pekerja di lingkungan kerjanya (counterproductive work behavior) akan mengakibatkan kerugian baik bagi perusahaan organisasi maupun bagi orang lain di dalam lingkungan kerja. Berdasarkan akibat yang ditimbulkannya penyimpangan perilaku kerja dapat berupa penyimpangan serius atau penyimpangan ringan. Kerugian yang diakibatkan dari penyimpangan ini dapat berupa kerugian yang sifatnya material maupun yang tidak material. Oleh sebab itu perusahaan perlu mengenai faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab (determinants) timbulnya penyimpangan perilaku kerja.
Faktor faktor penyebab terjadinya penyimpangan perilaku kerja terdiri dari faktor individual faktor sosial dan interpersonal serta faktor organisasi. Dalarn penelitian ini penulis ingin melihat pengaruh berbagai determinan tersebut terhadap timbulnya penyimpangan perilaku di lingkungan kerja variabel yang digunakan sebagai faktor individual adalah need for achievement need for affiliation need for autonomy dan need for dominance. Untuk faktor sosial dan interpersonal digunakan varmabel leader-member exchange dan job clarity digunakan sebagai variabel untuk faktor organisasi. Berbagai determinan tersebut adalah sebagai independent variable. Sedangkan penyimpangan perilaku kerja (Counterproductive Work Behavior) sebagai dependent variable terdiri dan Property Deviance Production Deviance Personal Aggression dan Political Deviance. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner terhadap 109 responden yang
merupakan karyawan PT XYZ suatu perusahaan yang bergerak di bidang industri kehutanan. Berdasarkan nilai rata-rata diketahui bahwa responden cenderung memiliki keinginan (needs) yang tlnggi untuk keempat jems needs (Need for Achievement Need for Affiliation Need for Autonomy dan Need for Dominance) responden cenderung memiliki kuahtas hubungan yang baik dengan atasannya (Leader-Member Exchange) dan responden cenderung mengerti dengan jelas mengenai tugas tugasnya (Job Clarity) Up reliabthtas dengan menggunakan Cronbach's Alpha menunjukkan bahwa pertanyaan pertanyaan dalam kuesioner sudah reliable dan melalui uji collinearity diketahui bahwa tidak ada korelasi diantara keenam independent variable.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan regresi berganda (multiple regression) dengan 6 independent variable dan 4 dependent variable. Hasil dari penelitian ini antara lain
keinginan untuk berprestasi yang ada pada karyawan (Need for Achievement) berpengaruh negatif hanya terhadap penyimpangan perilaku kerja yang sifatnya organisasional (Property Deviance dan Production Deviance) dan tidak memiliki pengaruh terhadap penyimpangan yang sifatnya personal (Personal Deviance dan Political Deviance). Kebutuhan seseorang untuk berafihiasi dengan orang lain (Need for Affiliation) memiliki pengaruh negatif hanya pada Property Deviance saja sedangkan kebutuhan seseorang untuk memperoleh otonomi (Need for Autonomy) ternyata tidak berpengaruh sama sekali terhadap timbulnya keempat jenis penyimpangan perilaku kerja. Kebutuhan seseorang untuk berkuasa (Need for Dominance) memiliki pengaruh positif hanya terhadap penyimpangan perilaku kerja yang bersifat serius (Property Deviance dan Personal Agression) dan tidak berpengaruh terhadap penyimpangan perilaku kerja yang ringanlininor (Production Deviance dan Political Deviance)
Di antara keenam independent variable dalam penelitian ternyata Leader-Member Exchange merupakan vanabel yang secara signifikan memiliki pengaruh negatif terhadap timbulnya berbagai bentuk penyimpangan perilaku kerja Sebaliknya Job Clarity justru tidak berpengaruh sama sekali terhadap penyimpangan perilaku kerja. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa terjadinya penyimpangan perilaku kerja lebih dipengaruhi faktor manusia yaltu berbagai keinginan yang ada pada seseorang (Needs) dan kuahtas hubungan
antara atasan dengan bawahan (Leader-Member Exchange). Sedangkan faktor sistem organisasi yaitu kejelasan tugas (Job Clarity) tidak merniliki pengaruh terhadap timbulnya penyimpangan perilaku di lingkungan kerja.
Untuk mencegah timbulnya penlaku kerja yang menyimpang penulis memberikan saran bagi perusahaan yaitu agar perusahaan meningkatkan kualitas hubungan atasan dan
bawahan. Selain itu perusahaan juga harus dapat mengenali berbagai macam keinginan kebutuhan (needs) yang ada pada karyawan agar terhidar dan perilaku kerja yang menyimpang. Penulis juga memberikan saran untuk penelitian selanjutnya yaitu dengan memasukkan Leader Member Exchange sebagai mediating variable atau intervening variable (moderator).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vallya Sharina Dachyar
"Era disrupsi adalah suatu fenomena dimana inovasi memiliki potensi untuk mengacaukan atau bahkan mematikan suatu bisnis. Perusahaan harus berani melakukan self-disruption yang mana memiliki potensi untuk bertahan mengahadapi kompetitor. Perusahaan kedepannya harus mempersiapkan seluruh karyawan dengan menumbuhkan perilaku kerja inovatif, untuk mengantisipasi tantangan di era disruptif dengan menghasilkan inovasi yang dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Karyawan yang inovatif merupakan sumber daya manusia yang penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Tingkat perilaku kerja inovatif yang dimiliki karyawan dapat dipengaruhi dan ditingkatkan oleh leader-member exchange LMX, pemberdayaan psikologis, dan keterikatan karyawan.
Penelitian ini menggunakan metode Structural Equation Modeling SEM. Data penelitian ini diperoleh dari 226 karyawan ConsuCo yang telah bekerja minimal selama satu tahun di perusahaan secara offline.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa LMX memiliki pengaruh langsung yang bersifat positif terhadap perilaku kerja inovatif, sedangkan pemberdayaan psikologis ditemukan tidak memiliki pengaruh langsung terhadap perilaku kerja inovatif. Selain itu, keterikatan karyawan memiliki pengaruh positif terhadap perilaku kerja inovatif. Lebih lanjut, LMX dan pemberdayaan psikologis ditemukan memiliki pengaruh terhadap perilaku kerja inovatif melalui keterikatan karyawan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keterikatan karyawan memiliki peran sebagai mediator antara LMX mediasi parsial dan pemberdayaan psikologis mediasi penuh terhadap perilaku kerja inovatif.

Disruption era is a phenomenon where innovation has the potential to disrupt or even kill a business. Companies must dare to do self disruption which has the potential to survive facing competitors. In the future, companies must prepare all employees by fostering innovative work behaviors, to anticipate challenges in the disruptive era by generating innovations that can provide a competitive advantage for the company. Innovative employees are an important human resource in maintaining the viability of the company. The level of employee 39s innovative work behavior can be influenced and enhanced by leader member exchange LMX, psychological empowerment, and employee engagement.
This research used Structural Equation Modeling SEM method. This research data is obtained from 226 ConsuCo employees who have been working for at least a year in the company through offline.
The results of this study indicate that LMX has a positive direct effect on innovative work behavior, whereas psychological empowerment is found to have no direct effect on innovative work behavior. In addition, employee engagement has a positive effect on innovative work behavior. Furthermore, LMX and psychological empowerment are found to have an effect on innovative work behavior through employee engagement. It shows that employee engagement has a role as mediator between LMX partial mediation and psychological empowerment full mediation on innovative work behavior.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Wening Sawitri
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara perceived organizational support (POS) dan workplace well-being (WWB). Pengukuran dilakukan dengan alat ukur Survey of Perceived Organizational Support (SPOS) (Eisenberger et al., 1986). Workplace well-being diukur dengan Workplace Well-Being Index (Page, 2005). Partisipan dalam penelitian ini adalah pekerja pabrik manufaktur penghasil baja di Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara perceived organizational support dan workplace well-being pada pekerja pabrik (r = .72; p < .01). Artinya, semakin baik dukungan organisasi yang dipersepsi oleh pekerja pabrik, semakin baik pula tingkat kesejahteraan dirasakan pekerja pabrik di tempat kerjanya.

This study aims to find the relationship between perceived organizational support (POS) and workplace well-being (WWB). Perceived organizational support was measured using an instrument called Survey of Perceived Organizational Support (SPOS) (Eisenberger et al., 1986). Workplace well-being was measured using an instrument named Workplace Well-Being Index (WWBI) (Page, 2005). The participants of this study are 173 manufacture workers in an Indonesian company engaging in steel industry.
The result shows there is a significant positive correlation between perceived organizational support and workplace well-being (r = .72; p < .01). That is, the better organizational support that perceived by manufacture worker, the better workplace well-being they have.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45219
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nabilah Malinda
"Terdapat dua tujuan utama dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui hubungan antara perceived organizational support dengan strategi emotional labor dan mengetahui hubungan antara afek positif dan afek negatif dengan strategi emotional labor. Penelitian berdesain kuantitatif non-eksperimental ini memiliki total partisipan 118 orang dengan karakteristik partisipan merupakan seorang pegawai di sektor industri jasa di wilayah Jabodetabek. Emotional labor diukur dengan menggunakan Emotional Labor Scale (ELS) yang dikembangkan oleh Diefendorff et al. (2005), untuk mengukur perceived organizational support menggunakan survey of perceived organizational support (SPOS) yang dikembangkan oleh Eisenberger et al. (1986), serta untuk mengukur afek menggunakan Positive Affect Negative Affect Scale (PANAS) yang dikembangkan oleh Watson et al. (1988). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara afek positif dengan deep acting (r = 0,24, p < 0,01), serta afek negatif dengan surface acting (r = 0,26, p < 0,01). Hal ini menandakan bahwa individu yang cenderung mengalami perasaan yang positif seperti merasa bersemangat akan cenderung menampilkan emosinya secara tulus dengan mengubah perasaan yang sebenarnya dirasakan agar sesuai dengan aturan tampilan emosi yang diharapkan organisasi, sedangkan individu yang cenderung mengalami perasaan negatif yang tinggi seperti mudah tersinggung cenderung akan berpura-pura menampilan emosi sesuai dengan aturan tampilan organisasi dengan hanya mengubah gestur atau nada suara tanpa mengubah perasaan yang sebenarnya. Namun, hasil lainnya menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara perceived organizational support dengan strategi emotional labor baik berupa surface acting ataupun deep acting. Hal ini berarti baik atau buruknya persepsi yang dimiliki pegawai terhadap dukungan organisasi tidak berhubungan dengan regulasi tampilan emosi seperti apa yang akan ditampilkan.

There are two main objectives in this study, the first one is to investigate the relationship between perceived organizational support with the strategy of emotional labor and the second one is to investigate the relationship between positive affect and negative affect with the strategy of emotional labor. This quantitative non-experimental study has total 118 participants with the characteristics of the participants is an employee in the service industry in Jabodetabek area. Emotional labor was measured using the Emotional Labor Scale (ELS) developed by Diefendorff et al. (2005), to measure perceived organizational support used a survey of perceived organizational support (SPOS) developed by Eisenberger et al. (1986), and to measure affect, this study used Positive Affect Negative Affect Scale (PANAS) developed by Watson et al. (1988). The results of this study shows that there is a significant relationship between positive affect and deep acting (r = 0.24, p <0.01), also negative affect and surface acting (r = 0.26, p <0.01). This results indicates that employee who are likely to experience positive feelings such as feelings excited would tend to show emotions sincerely by changing the feelings that are perceived to be in accordance with the rules of emotion expected by organization (display rules), whereas employee who are likely to experience negative feelings such as high irritability tend to faking the display of emotion in order to display emotions that fit with display rules simply by changing the gestures or tone of voice without changing the actual feeling. However, other results shows that there is no relationship between perceived organizational support with emotional labor strategy either surface acting nor deep acting. This results indicates that good or bad employee?s perception of support from their organization is not related to what strategy of emotion regulation that will be displayed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65967
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>