Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124761 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizky Amaliandini
"ABSTRAK
Setelah melakukan transplantasi ginjal, pasien diduga akan rentan mengalami stres. Berbagai usaha dapat dilakukan untuk menurunkan pengaruh stres terhadap kualitas hidup salah satunya dengan memiliki self-efficacy yang tinggi. Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana pengaruh self-efficacy dalam memoderasi pengaruh stres terhadap kualitas hidup pada pasien transplantasi ginjal. Terdapat 4 alat ukur yang digunakan, meliputi Quality of Life Scale Flanagan, 1970 , Perceived Stress Scale Cohen, 1983 , Transplant-Related Stressor Scale Frazier, 1995 , dan The Kidney Transplantation Self-Care Self- Efficacy Scale Weng, 2008 . Dari 55 partisipan ditemukan bahwa stres umum maupun spesifik secara signifikan menurunkan kualitas hidup t 53 =- 3,631,p

ABSTRACT
After a kidney transplantation, patients are prone to stress. Various ways can be done to reduce the influence of stress on quality of life, one of which by having a high level of self efficacy. This study examined the effect of stress on quality of life with self efficacy as the moderator among kidney transplant patient. This study used 4 measures, which were Quality of Life Scale Flanagan, 1970 , Perceived Stress Scale Cohen, 1983 , Transplant Related Stressor Scale Frazier, 1995 , and The Kidney Transplantation Self Care Self Efficacy Scale Weng, 2008 . This study found that general stress and specific stress can decrease quality of life significantly t 53 3,631,p"
2017
S67190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Ruth Berlian Medi Pricilia
"ABSTRAK
Kondisi pasca stroke tidak hanya menimbulkan kecacatan fisik tetapi juga psikologis seperti depresi pasca stroke dan isolasi sosial yang dapat menyebabkan penurunan efikasi diri (self-efficacy) dan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh intervensi Stroke Self Management Education  (SSME) berbasis audiovisual terhadap self efficacy dan kualitas hidup pasien pasca stroke. Penelitian quasi eksperimen ini melibatkan 36 responden yang dipilih dengan tehnik concecutive sampling yang dibagi menjadi kelompok intervensi (18 responden) dan kelompok kontrol (18 responden). Hasil uji  independent t test menunjukkan adanya perbedaan selisih skor self efficacy (pvalue < 0.0001;α 0,05)  dan kualitas hidup (pvalue = 0,001; α 0,05) yang bermakna antara kelompok intervensi dan kontrol. SSME berbasis audiovisual berpengaruh terhadap self efficacy dan kualitas hidup pada pasien pasca Stroke. SSME ini dapat digunakan untuk meningkatkan self efficacy dan kualitas hidup pada pasien pasca Stroke.

 


Post-stroke condition can lead to depression and social isolation that significanlly decrease self efficacy and quality of life among stroke patient. This study aimed at identifying the effects of Audiovisual-based Stroke Self Management Education (SSME) on self efficacy and quality of life of post-stroke patients. The method applied is quasi-experimental with total of 36 respondents. Concecutive sampling techniques was implemented when choosing the research subject and divided into two groups (intervention group and control group). The results of independent t-test showed there is significant mean differences of self efficacy (p value <0.0001; α 0.05) and quality of life scores(p value = 0.001; α 0.05) between the intervention and control groups.  To conclude, Audiovisual-based SSME affect significantly on self efficacy and quality of life among post-stroke patients. Audiovisual based SSME is recommended to improve self efficacy and quality of life among post-stroke patients.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T52331
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dories Septiana
"Latar Belakang. Transplantasi ginjal masih menjadi pilihan terbaik sebagai terapi pengganti ginjal terutama pada pasien penyakit ginjal stadium akhir, yang dapat meningkatkan kualitas hidup terkait kesehatan dari berbagai aspek terutama aspek kesehatan fisik dan fungsi psikososial dan dapat menurunkan efek penyakit serta dapat mengurangi risiko kematian bila dibandingkan dengan terapi konservatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kualitas hidup resipien setelah menjalani transplantasi ginjal beserta faktor-faktor yang berhubungan.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Subyek penelitian adalah pasien penyakit ginjal kronik yang telah menjalani transplantasi ginjal di RS dr. Cipto Mangunkusumo dari Januari 2018-Desember 2020. Penilaian kualitas hidup dilakukan dengan menggunakan kuesioner SF-36. Dilakukan analisis univariat, bivariat, dan multivariat pada variabel independen baik terhadap 8 domain dari SF-36, komponen MCS dan PCS, serta skor total keseluruhan dari SF-36.
Hasil. Durasi dialisis, kadar hemoglobin, ECOG dan depresi berkontribusi terhadap komponen PCS kualitas hidup (R2= 21,4%), sedangkan kadar hemoglobin dan depresi berkontribusi terhadap komponen MCS (R2= 33,6). Sedangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup secara keseluruhan adalah kadar hemoglobin, ECOG dan depresi (R2=40,7%).
Kesimpulan. Kualitas hidup resipien pasca transplantasi ginjal secara keseluruhan pada penelitian ini tinggi, dengan kualitas hidup pada komponen fisik lebih tinggi bila dibandingkan dengan komponen mental. Adapun faktor-faktor yang berkontribusi dan bermakna secara statistik terhadap keseluruhan kualitas hidup adalah kadar hemoglobin, status ECOG, dan depresi. Namun di samping itu, durasi dialisis dan ECOG juga berkontribusi terhadap komponen fisik terhadap kualitas hidup.

Objective. This study aims to determine and identify factors associated with QoL after kidney transplantation.
Methods. This study used a cross-sectional design. We enrolled 107 consecutive subjects who had kidney transplantation at the Kidney transplantation center at Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital. from January 2018-December 2020. QoL was performed by the SF-36 questionnaire. Univariate, bivariate, and multivariate analyzes were performed on the independent variables and dependent variable (SF-36). Each analyzes of independent variables divided into 8 domains, the MCS and PCS components, and the overall total score of the SF-36.
Result. Duration of dialysis, hemoglobin levels, ECOG and depression were contributed to the PCS component of quality of life (R2= 21.4%) while hemoglobin levels and depression contributed to the MCS component (R2= 33.6). And factors related to total score of SF-36 were hemoglobin levels, ECOG status, and depression (R2=40.7%).
Conclusion. We found that overall QoL status after kidney transplantation in this study was high, with the PCS component being higher than MCS component. Factors that contributed and were statistically significant to Qol status were hemoglobin levels, ECOG status, and depression. Besides, the duration of dialysis and ECOG status also contributed to the physical component of SF-36.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vira Dina
"Quality of work life sangat penting untuk diteliti di PT ACS karena mengalami peningkatan kasus yang mengacu pada indikator quality of work life. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh self-efficacy dan safety climate terhadap quality of work life dan pengaruh tidak langsung melalui mediasi perceived fatigue. Data empiris dikumpulkan dari 628 pelaut di PT ACS, dengan menggunakan metode survei online. Studi ini di analisis menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dan confirmatory factor analysis untuk menguji tujuh hipotesis yang diajukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Self-efficacy dan safety climate berpengaruh positif terhadap quality of work life secara langsung. Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa self-efficacy dan safety climate penting untuk quality of work life pelaut, memiliki efek langsung positif signifikan. Selain itu, dukungan self-efficacy juga terbukti berpengaruh negatif terhadap perceived fatigue. Lebih lanjut, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengambil kebijakan di bidang sumber daya manusia untuk mengidentifikasi self-efficacy dalam rekrutmen dan seleksi talenta serta menciptakan safety climate di tempat kerja untuk meningkatkan quality of work life.

Quality of work life is very important to study at PT ACS because there has been an increase in cases that refer to indicators of quality of work life. This study aims to examine the effect of self-efficacy and safety climate on quality of work life and the indirect effect through mediation of perceived fatigue. Empirical data was collected from 628 seafarers at PT ACS, using an online survey method. This study was analyzed using Structural Equation Modeling (SEM) and confirmatory factor analysis to test the seven proposed hypotheses. The results of the study show that self-efficacy and safety climate have a positive effect on the quality of work life directly. Thus, this study shows that self-efficacy and safety climate are important for seafarers' quality of work life, have a significant positive direct effect. In addition, self-efficacy support has also proven to have a negative effect on perceived fatigue. Furthermore, this research is expected to contribute to policy makers in the field of human resources in identifying self-efficacy in talent recruitment and selection and creating a safety climate in the workplace to improve the quality of work life."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosdiana Lukitasari
"Gambaran kualitas hidup pasien dengan epilepsi di berbagai belahan dunia menunjukkan rerata skor yang beragam dan secara umum berada pada rentang yang cukup baik. Namun demikian, tinggi rendahnya skor kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dan diduga self-efficacy menjadi salah satu aspek yang mempengaruhinya. Self-efficacy ialah komponen yang penting dan dibutuhkan untuk memperbaiki kualitas hidup klien dewasa dengan epilepsi.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara self-efficacy dengan kualitas hidup pada klien dewasa dengan epilepsi menggunakan desain cross-sectional. Penelitian ini menggunakan 50 orang klien dewasa dengan epilepsi sebagai sampel.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan rerata yang bermakna pada kualitas hidup berdasarkan stigma (p < 0,05) dan self-efficacy dengan kualitas hidup memiliki derajat kemaknaan kuat (p < 0,05;r = 0,511). Selain itu, analisis berikutnya menemukan tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan pada kualitas hidup berdasarkan penggunaan OAE, tipe serangan, frekuensi serangan, dukungan sosial (p>0,05).
Penelitian ini bermanfaat dalam pelayanan keperawatan agar dapat memenuhi kebutuhan klien yang berprinsip mengendalikan serangan beserta dampak negatif akibat serangan maupun medikasi. Sehingga, kualitas hidup klien dewasa dengan epilepsi diharapkan semakin baik.

An overview of the quality of life of patients with epilepsy in various parts of the world shows that scores vary widely and generally in a fairly good range, with values above 60 from a range of 100. However, high and low quality of life scores can be influenced by several factors and suspected self -efficacy is one aspect that influences it. Self-efficacy is an important and necessary component to improve the quality of life for adults with epilepsy.
The aim of this study is to identify relationship between self-efficacy and quality of life adult clients with epilepsy using cross-sectional analytical methods. This study used 50 adults with epilepsy.
The results showed that there were significant mean differences in quality of life based on stigma (p <0.05) and self-efficacy to quality of life has a strong degree of significance (p<0.05;r=0.511). Further analysis found that there was no significant difference in quality of life based on AED usage, type of seizure, frequency of seizure, social support (p>0.05).
This research is useful for nursing care in meeting needs that are principled to control seizure and side effects of medication. So, the quality of life of adult clients with epilepsy expected to be better.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Nurul Aisha
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh self-efficacy dan occupational stress terhadap perilaku sehat perawat. Partisipan penelitian ini adalah perawat yang bekerja di rumah sakit sebanyak 111 orang. Variabel perilaku sehat diukur dengan menggunakan alat ukur yang berdasarkan indikator perilaku sehat oleh Sarafino dan Smith 2011 , self-efficacy diukur dengan menggunakan alat ukur The Health Behavior Spesific Behavior Self-Efficacy Scale HSBSES yang sudah diadaptasi oleh Penney 2006 , sedangkan occupational stress diukur dengan menggunakan alat ukur Nurse Stress Scale NSS oleh Gray-Toft dan Anderson 1981 . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis null ditolak F= 8,806, p < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh self-efficacy dan occupational stress yang signifikan terhadap perilaku sehat pada perawat. Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa terdapat korelasi yang positif antar self-efficacy dan perilaku sehat yang berarti semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki perawat makan semakin tinggi perilaku sehat yang dijalankan sedangkan korelasi antara occupational stress dan perilaku sehat adalah negatif yang berarti semakin tinggi tingkat occupational stress yang dirasakan perawat makan akan semakin menurunkan perilaku sehatnya.Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh self-efficacy dan occupational stress terhadap perilaku sehat perawat. Partisipan penelitian ini adalah perawat yang bekerja di rumah sakit sebanyak 111 orang. Variabel perilaku sehat diukur dengan menggunakan alat ukur yang berdasarkan indikator perilaku sehat oleh Sarafino dan Smith 2011 , self-efficacy diukur dengan menggunakan alat ukur The Health Behavior Spesific Behavior Self-Efficacy Scale HSBSES yang sudah diadaptasi oleh Penney 2006 , sedangkan occupational stress diukur dengan menggunakan alat ukur Nurse Stress Scale NSS oleh Gray-Toft dan Anderson 1981 . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis null ditolak F= 8,806, p < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh self-efficacy dan occupational stress yang signifikan terhadap perilaku sehat pada perawat. Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa terdapat korelasi yang positif antar self-efficacy dan perilaku sehat yang berarti semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki perawat makan semakin tinggi perilaku sehat yang dijalankan sedangkan korelasi antara occupational stress dan perilaku sehat adalah negatif yang berarti semakin tinggi tingkat occupational stress yang dirasakan perawat makan akan semakin menurunkan perilaku sehatnya.

ABSTRACT
The objective of this study was to examine the influence of self efficacy and occupational stress towards health behavior among nurses. Respondents counted 111 nurses who work at the hospital in Jabodetabek. Measurement of health behavior was using health behavior indicator by Sarafino and Smith 2011 , measurement of self efficacy was using The Health Behavior Spesific Behavior Self Efficacy Scale HSBSES which was adopted by Penney 2006 , and measurement of occupational stress was using Nurse Stress Scale by Gray Toft and Anderson 1981 . The results showed that the null hypothesis is rejected F 8,806, p 0,05 , which means there was a significant influence of self efficacy and occupational stress together on health behavior among nurses. The correlation of self efficacy and health behavior is positive which means, the higher the level of self efficacy, the higher the level of health behavior, while the correlation of occupational stress and health behavior is negative which means the higher the level of occupational stress, the lower the level of health behavior."
2016
S65919
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasby Pri Choiruna
"ABSTRAK
Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) dapat memiliki efikasi diri dan kualitas
hidup yang rendah akibat gejala sesak napas dan batuk. Penggunaan inhaler dengan
benar dapat mengatasi gejala-gejala tersebut. Mayoritas pasien PPOK masih
menggunakan inhaler dengan tidak tepat. Latihan penggunaan inhaler dapat
memperbaiki teknik penggunaan inhaler serta diharapkan dapat meningkatkan efikasi
diri dan kualitas hidup pasien PPOK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh latihan penggunaan inhaler terhadap efikasi diri dan kualitas hidup pasien
PPOK. Desain penelitian yang digunakan yaitu quasi experiment dengan nonequivalent
control group pretest-postest. Tiga puluh enam pasien PPOK dipilih menggunakan
consecutive sampling dan dibagi menjadi kelompok yang mengikuti latihan penggunaan
inhaler dan kelompok yang tidak mengikuti latihan penggunaan inhaler. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat peningkatan efikasi diri pasien PPOK secara bermakna sebesar
9,33 skor setelah latihan penggunaan inhaler (p=0,001; p<0,05) dan terdapat perbedaan
perubahan efikasi diri secara bermakna sebesar 6 skor dibandingkan pasien PPOK yang
tidak mengikuti latihan penggunaan inhaler (p=0,000; p<0,05). Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kualitas hidup pasien PPOK secara bermakna
dengan penurunan skor sebesar 10,355 setelah latihan penggunaan inhaler (p=0,001;
p<0,05) dan terdapat perbedaan perubahan kualitas hidup secara bermakna sebesar 6,55
skor dibandingkan pasien PPOK yang tidak mengikuti latihan penggunaan inhaler
(p=0,000; p<0,05). Terdapat pengaruh latihan penggunaan inhaler terhadap efikasi diri
dan kualitas hidup pasien PPOK sehingga latihan penggunaan inhaler direkomendasikan
kepada perawat untuk diberikan kepada pasien PPOK.

ABSTRACT
Patients with Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) can have low selfefficacy
and quality of life due to symptoms of shortness of breath and cough. Proper
use of inhaler is able to overcome these symptoms. The majority of COPD patients are
still using inhaler incorrectly. Inhaler use training can improve technique of inhaler use
and is expected to improve self-efficacy and quality of life in COPD patients. The
purpose of this study was to determine the effect of inhaler use training on self-efficacy
and quality of life in COPD patients. The research design used quasi experiment with
nonequivalent control group pretest-postest. Thirty-six patients with COPD were
selected using consecutive sampling and were divided into groups that followed the
inhaler use training and those who did not follow the inhaler use training. The results
showed that there was a significant improvement on self-efficacy in COPD patients by
9.33 score after the inhaler use training (p=0.001; p<0.05) and there was a significant
difference on self-efficacy change of 6 scores compared to COPD patients who did not
follow the inhaler use training (p=0.000; p<0.05). The results also showed that there
was a significant improvement on the quality of life in COPD patients with a decrease
in the score of 10.355 after the inhaler use training (p=0.001; p<0.05) and there was a
significant difference on the quality of life change of 6.55 scores compared to the
COPD patients who did not follow the inhaler use training (p=0.000; p<0.05). There
was an influence of the inhaler use training on self-efficacy and quality of life in COPD
patients so that the inhaler use training is recommended to the nurses to be given to
COPD patients."
2018
T49011
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Athika Rani
"ABSTRAK
Peristiwa traumatik dapat membawa dampak yang positif, yaitu terjadinya posttraumatic growth. Peristiwa traumatik akan menghancurkan assumptive world yang dimiliki individu, sehingga individu akan membangun kembali asumsi dunia yang hancur untuk terjadinya posttraumatic growth. Selain itu, self-efficacy juga menjadi prediktor positif dalam kemampuan adaptasi individu dengan peristiwa traumatik yang dialami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh assumptive world dan self-efficacy terhadap posttraumatic growth pada remaja yang memiliki pengalaman traumatik. Posttraumatic Growth diukur dengan Posttraumatic Growth Inventory for Children and Adolescents PTGI-R-C , assumptive world diukur menggunakan World Assumptions Questionnaire WAQ , dan self-efficacy diukur menggunakan Trauma Coping Self-Efficacy CSE-T . Hasil penelitian yang dilakukan pada 280 remaja berusia 13-18 tahun ditemukan bahwa assumptive world memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap posttraumatic growth remaja. Ditemukan pula bahwa self-efficacy memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap posttraumatic growth remaja. Dalam konteks ini, semakin tinggi self-efficacy remaja dalam menghadapi peristiwa traumatik, maka semakin tinggi pula posttraumatic growth yang terjadi pada dirinya.

ABSTRACT
Traumtic events can have positive impact on a person, namely the posttraumatic growth. Traumatic events will destroy the assumptive world of the individual, thus a person will rebuild the new assumptions about the world for the occurrence of posttraumatic growth. In addition, self efficacy is also a positive predictor in the ability to adapt with traumatic events. The aim of this research was to examine the effect of assumptive world and self efficacy on posttraumatic growth in adolescents with traumatic experiences. Posttraumatic growth was measured using Posttraumatic Growth Inventory for Children and Adolescents PTGI R C , assumptive world was measured using World Assumptions Questionnaire WAQ , and self efficacy was measured using Trauma Coping Self Efficacy CSE T . The results conducted on 280 adolescents aged 13 18 years old showed that assumptive world positively and significantly affect posttraumatic growth. This research also found that self efficacy has a positive and significant affect on posttraumatic growth. In this context, the higher self efficacy of adolescent in the face of traumatic events, the higher the posttraumatic growth that they experience. "
2017
S69295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie Isabella
"ABSTRAK
Kanker dan pengobatan dapat menyebabkan berbagai dampak pada kehidupan
sehari-hari pasien. Self-efficacy yang rendah pada pasien kanker menyebabkan
penurunan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara self-efficacy dengan kualitas hidup pasien kanker di Rumah
Singgah Kanker Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara self-efficacy dengan kualitas hidup pasien kanker di Rumah Singgah
Kanker Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan
melibatkan 82 pasien kanker yang didapatkan melalui total sampling. Self-efficacy
dinilai dengan menggunakan instrumen Cancer Behavior Inventory (CBI),
sedangkan kualitas hidup dinilai dengan menggunakan instrumen Functional
Assessment of Cancer Therapy ? General (FACT-G). Hasil analisis menggunakan
uji Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
self-efficacy dengan kualitas hidup dengan nilai p value =0,000 (α=0,05). Edukasi
dan konseling mengenai self-efficacy dibutuhkan dalam upaya meningkatkan
kualitas hidup pasien kanker di Rumah Singgah Kanker Jakarta.

ABSTRACT
Cancer and treatment can cause various effects on the patients? daily life. Low
self-efficacy in cancer patients led to decrease in their quality of life. This study
aims to determine the relationship between self-efficacy and quality of life in
cancer patients in Rumah Singgah Kanker Jakarta. The study design was crosssectional
involved 82 cancer patients, who were obtained through total sampling.
Self-efficacy was assessed by using Cancer Behavior Inventory (CBI) instrument,
while quality of life was assessed by using Functional Assessment of Cancer
Therapy - General (FACT-G) instrument. The results of analysis using Chi-square
test indicates that there is a significant relationship between self-efficacy and
quality of life with p value =0,000 (α=0,05). Education and counseling in selfefficacy
are needed in order to improve the quality of life of cancer patients in
Rumah Singgah Kanker Jakarta.
;;"
2016
S65233
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Tiara
"Performa akademik siswa dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara jenis pemberian umpan balik sebagai faktor eksternal dan academic self-efficacy sebagai faktor internal terhadap performa akademik siswa. Penelitian eksperimen terhadap 101 siswa SMA kelas X dalam setting alamiah di kelas. Siswa diminta untuk mengerjakan soal ulangan harian pelajaran Kewarganegaraan. Selanjutnya, hasil ulangan harian akan dikoreksi dan diberikan umpan balik.
Siswa dibagi menjadi dua kelompok secara acak yaitu sebagian mendapat umpan balik deskriptif berisi tentang informasi spesifik mengenai apa yang sudah benar dan kurang dari hasil ulangan harian yang dikerjakan dan siswa lainnya akan mendapat umpan balik evaluatif berisi tentang ringkasan mengenai seberapa baik siswa dalam mengerjakan ulangan, diberikan dalam bentuk poin nilai dan komentar singkat. Selanjutnya siswa diminta untuk merevisi hasil ulangan berdasarkan umpan balik yang diberikan. Setelah melakukan revisi, siswa diminta untuk mengisi kuesioner yang mengukur academic self-efficacy dari skala Academic Self-Efficacy Subscale from Self-Efficacy Questionnaire for Children (SEQ-C) dengan koefisien Cronbach?s Alpha sebesar α = 0.725.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis umpan balik signifikan mempengaruhi performa akademik siswa F (101)= 45.28, p < .05. Sedangkan, tidak ditemukan pengaruh yang signifikan dari academic self-efficacy terhadap performa akademik siswa F (101)= 0.01, p > .05, begitu juga interaksi antara jenis umpan balik dan academic self-efficacy terhadap performa akademik F (101)=0.146, p>.05. Hasil analisis tambahan menunjukkan jenis kelamin, durasi belajar, nilai UAS semester lalu, dan kesukaan terhadap pelajaran kewarganegaraan berkorelasi dengan performa akademik.

Student's academic performance is influenced by external and internal factors. Experimental research was conducted to determine whether there is influence between the type of feedback as external factors and academic self-efficacy as an internal factor of the student's academic performance. The participants of this experiment are 101 high school students of class X conducted in a natural setting. Students were asked to do an essay test of Citizenship lessons. Furthermore, the results of tests will be corrected and given feedback.
Students were divided into two groups randomly, students who get descriptive feedback contains specific information about how to improve the answer and the others receive evaluative feedback contains a brief comment and point on each answers. Furthermore, students were asked to revise the test based on the feedback given. Once revised, students were asked to fill out questionnaires that measure academic self-efficacy on a scale of Academic Self-Efficacy subscale from Self-Efficacy Questionnaire for Children (SEQ-C) with Cronbach's Alpha coefficient of α = 0.725.
The results showed that the type of feedback significantly effect a student's academic performance F (101) = 45.28, p <.05. Meanwhile, there was no significant effect on academic self-efficacy on student's academic performance F (101) = 0.01, p> .05. Also, there is no significant effect interaction between the type of feedback and academic self-efficacy on academic performance F (101) = 0146, p> .05. Results of additional analyzes indicate gender, duration of study, score final exam in last semester, and interest in Citizenship lessons correlated with academic performance.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>