Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152677 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faradiella Damaputri
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara distres psikologis dan hardiness pada mahasiswa. Responden dalam penelitian ini merupakan mahasiswa yang berjumlah 1962 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Pengambilan data dilakukan menggunakan alat ukur Hopkins Symptom Checklist-25 HSCL-25 untuk mengukur distres pikologis dan Dispositional Resilience Scale 15-Revised DRS 15-R untuk mengukur hardiness. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara distres psikologis dan hardiness r=-0,252, n=1962.

This study was conducted to examine the correlation between psychological distress and hardiness among college students. Respondents in this study were 1962 students from various colleges in Indonesia. The data were collected using Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 to measure psychological distress and Dispositional Resilience Scale 15 Revised DRS 15 R to measure hardiness. The result indicated there is a significant negative correlation between psychological distress and hardiness r 0,252, n 1962, p"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Rachmawati
" ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara distres psikologis dan optimisme pada mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif kepada 1024 mahasiswa aktif di seluruh Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah convenience sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur distres psikologis adalah Hopkins Symptoms Checklist-25 HSCL-25 . Sementara itu, instrumen yang digunakan untuk mengukur optimisme adalah Life Orientation Test-Revised LOT-R . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara distres psikologis dan optimisme r = 0,303, N = 1024, p < 0,01, two-tails . Hasil analisis data demografis menunjukkan bahwa jenis kelamin memengaruhi optimisme dan status pernikahan dapat memengaruhi distres psikologis.
ABSTRACT This research was conducted in order to seek the relationship between psychological distress and optimism among college students. Quantitative research method was conducted to 1024 active college students in Indonesia. The sampling technique used was convenience sampling. The instrument used to measure psychological distress was Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 . Meanwhile, the instrument used to measure optimism was Life Orientation Test Revised LOT R . The result indicated negative and significant relationship between psychological distress and optimism r 0,303, N 1024, p 0,01, two tails . Demographic data analysis revealed that gender influences optimism and marriage status influenced psychological distress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amry Muhaimin Ramadhan
"Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan irasional dan kecenderungan mengalami distres psikologis pada remaja. Keberadaan ayah yang digambarkan melalui status buruh migran non buruh migran dianggap memiliki pengaruh dalam memperkuat atau melemahkan hubungan antara dua variabel utama. Penelitian ini perlu dilakukan mengingat remaja rentan untuk mengalami distres psikologis, khususnya remaja yang tumbuh tanpa figur ayah dalam jangka waktu tertentu. Studi korelasional ini menggunakan data yang didapat dari remaja yang tinggal di salah satu daerah dengan tingkat persentase buruh migran yang tinggi, Karawang (N=479). Shortened General Attitude and Belief Scale (SGABS) digunakan untuk mengukur kepercayaan irasional, Hopkins Symptoms Check List 25 (HSCL-25) digunakan untuk mengukur kecenderungan depresi dan kecemasan, dan data demografis berupa status ayah (TKI non TKI) digunakan untuk menggambarkan keberadaan ayah. Hasil analisis moderasi secara umum menunjukkan keberadaan ayah tidak signifikan memengaruhi kekuatan hubungan antara dua variabel utama (b = 0.001, p >0.129).

This study aimed to determine the relationship between irrational beliefs and the tendency to experience psychological distress among adolescents. Fathers presence described through the status of igrant workers - non-migrant workers, is considered to have an effect for strengthening or weakening the relationship between the two main variables. This research needs to be done because adolescents are vulnerable to experiencing psychological distress, especially adolescents who grow or grew up without a father presence in a certain period of time. This correlational study uses data obtained from adolescents who live in one area with a high percentage of migrant workers, Karawang (N = 479). The shortened General Attitude and Beliefs Scale (SGABS) was used to measure irrational beliefs, Hopkins Symptoms Check List 25 (HSCL-25) was used to measure tendencies of depression and anxiety, and demographic data in the form of father status (migrant workers - non-migrant workers) were used to describe father's presence. The results of the moderation analysis generally indicate that the presence of fathers did not significantly influence the strength of the relationship between the two main variables (b = 0.001, p >0.129)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Ayu Diansukma Ramadhani
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan antara subtipe ruminasi dan distres psikologis pada mahasiswa di Indonesia. Responden panilitian ini merupakan 1947 mahasiswa berkebangsaan Indonesia yang berkuliah di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Distres psikologis diukur menggunakan Hopkins Symptom Checklist-25 HSCL-25 dan ruminasi diukur menggunakan Ruminative Response Scale-Short Version RRS-Short Version.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distres psikologis memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan kedua subtipe ruminasi, yaitu reflective dan brooding yang sebelumnya dianggap memiliki pengaruh yang berbeda terhadap distres psikologis ketika dihitung secara bersamaan maupun terpisah.

The aim of this study was to proof the correlation between subtypes of rumination and psychological distress among Indonesian college students. The participants of this study were 1947 Indonesian college students from various colleges in Indonesia. Psychological distress was measured by Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 and rumination was measured by Ruminative Response Scale-Short Version RRS-Short Version.
The result indicated psychological distress had positive and significant correlation with both two subtypes of rumination, reflective and brooding, which assumed previously to have different effects on psychological distress when calculated either simultaneously or separately.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68556
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aat Nurlela
"Transisi dan penyesuaian dari SMA ke Perguruan Tinggi (PT) merupakan proses yang cukup sulit dan menantang bagi hampir semua orang di tahun pertama kuliah. Dalam masa adaptasinya, tantangan yang dihadapi mahasiswa di tahun pertama memiliki kemungkinan potensi risiko kesehatan mental yang buruk, seperti kesepian, kurangnya aktivitas sosial, dan merasa harga diri yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penyesuaian diri di perguruan tinggi dan distres psikologis pada mahasiswa baru di Indonesia. Partisipan pada penelitian ini adalah mahasiswa semester satu program sarjana di perguruan tinggi di Indonesia yang berusia 18-21 tahun (N = 137). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur penyesuaian diri adalah College Adaptation Questionnaire (CAQ) dari O’Donnell (2018) dan Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) untuk mengukur distres psikologis yang telah diadaptasi oleh Turnip dan Hauff (2007). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara penyesuaian diri dan distres psikologis (r=-0.311, p<0.01). Artinya, semakin tinggi penyesuaian diri di perguruan tinggi, maka semakin rendah distres psikologis pada mahasiswa baru dan begitupun sebaliknya. Hasil penelitian, diharapkan menjadi bahan rujukan bagi perguruan tinggi dalam upaya pembuatan kebijakan preventif untuk mencegah meningkatnya distres psikologis pada mahasiswa baru.

Transitioning from high school to university is challenging for most individuals in their first year of college. During this period of adaptation, first-year students face challenges that potentially risk their mental health, manifesting as feelings of loneliness, a lack of social activities, and low self-esteem. This study explored the relationship between college adjustment and psychological distress among Indonesian first-year students. The participants were first-semester undergraduate students at universities in Indonesia, aged between 18-21 years old (N = 137). The College Adaptation Questionnaire (CAQ) from O’Donnell (2018) was used to measure college adjustment, while the Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25), adapted by Turnip and Hauff (2007), was used to measure psychological distress. The results showed a significant negative relationship between college-adjustment and psychological distress (r = -0.311, p <0.01). suggesting that the higher the levels of college adjustment, the lower the psychological distress in new students and vice versa. The study results are expected to reference universities' preventive policy-making efforts to prevent increased psychological distress in first-year undergraduate students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Media Rahmawati
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan social support dan resiliensi dengan distres psikologis pada mahasiswa di Indonesia. Responden dalam penelitian ini merupakan mahasiswa berusia 18-25 tahun. Fenomena distres psikologis pada mahasiswa disebabkan oleh banyaknya tuntutan yang dibebankan pada mahasiswa dan sulitnya mencari sumber materi perkuliahan yang akan diikuti serta padatnya jadwal perkuliahan, sehingga untuk mengatasi hal tersebut diperlukan social support dan resiliensi bagi mahasiswa. Meski demikian, distres psikologis pada mahasiswa masih sering terjadi dan memiliki urgensi yang tinggi untuk diperhatikan dan diatasi. Penelitian terdahulu telah menemukan adanya interaksi resiliensi dalam pengaruh dukungan sosial terhadap penurunan tingkat distres psikologis.
Tipe penelitian kuantitatif dengan menggunakan tiga skala penelitian dalam pengambilan data yaitu MSPSS mengukur social support, HSCL-25 mengukur distres psikologis, dan CD-RISC untuk resiliensi. Teknik accidental sampling dengan pengambilan data secara online sebanyak 417 responden dengan hasil bahwa social support dan resiliensi berpengaruh signifikan terhadap distres psikologis. Implikasi penelitian yakni bagi mahasiswa untuk lebih menjalin komunikasi dengan teman, keluarga dan orang di sekitar agar mendapat dukungan sosial yang baik dan akan berdampak pada ketahanan mahasiswa dalam menghadapi setiap masalah sehingga distres psikologis akan menurun

This study aims to determine the relationship between social support and resilience with psychological distress in Indonesian students. Respondents in this study were students aged 18-25 years. The phenomenon of psychological distress in students is caused by the many demands placed on students and the difficulty of finding the source of the subject matter to be followed and the busy lecture schedule, so that to overcome this, it requires social support and resilience to students. Even so, psychological distress in students is still common and has a high urgency to be noticed and overcome.
This type of quantitative research uses three research scales in data collection, namely MSPSS to measure social support, HSCL-25 to measure psychological distress, and CD-RISC for resilience. The accidental sampling technique used online data collection was 422 respondents with the result that social support and resilience had a significant effect on psychological distress. The research implication is for college students to better communicate with friends, family and people around them in order to get good social support and will have an impact on student resilience in facing every problem so that psychological distress will decrease
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dito Aryo Prabowo
"Mahasiswa merupakan populasi dengan karakteristik perkembangan yang rentan terhadap distres psikologis karena tuntutan sosial dan diri yang berada di sekitarnya. Bentuk tekanan yang dapat menjadi keadaan yang menyulitkan, dapat menghasilkan faktor protektif yang diistilahkan sebagai resiliensi untuk membantu individu menghadapi kesulitan. Penelitian ini merupakan bagian dari payung penelitian psychological distress, dengan menggunakan tipe penelitian kuantiatif dengan desain korelasional, yang bertujuan untuk mencari hubungan antara distres psikologis dan resiliensi. Dua buah kuesioner digunakan untuk pengambilan data, yakni HSCL-25 untuk mengukur distres psikologis dan CD-RISC 10 untuk mengukur resiliensi. Menggunakan teknik convenience sampling dengan metode pengambilan data online dan offline dan uji statistik, dari 1024 respon didapatkan hasil bahwa r = -0,244, n = 1024, p < 0,01, two tailed. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat resiliensi, maka semakin rendah tingkat distres psikologis mahasiswa.

Students may viewed as population characterized as vulnerable to psychological distress due pressures from self and society. However, the distressful nature of life events can enhance protective factors, named as resilience, to help them overcome the situations. As a part of psychological distress research, this research aims to seeks relationship between psychological distress and resilience among college students, with quantiative method and correlational study design. 1024 responses of two scales measure psychological distress with HSCL 25 and resilience with CD RISC 10, collected in online and offline responses with convenience sampling techniques. From statistical result, obtained r 0,244, n 1024, p 0,01, two tailed, means that as resilience level increased, psychological distress level may decreased.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66460
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artasya Karnasih
"Pola kelekatan merupakan salah satu faktor yang diduga memengaruhi munculnya distres psikologis pada remaja usia transisi. Mahasiswa kedokteran merupakan kelompok remaja transisi yang perlu menjalani proses pendidikan kedokteran yang sulit dan penuh tuntutan sehingga rentan mengalami distres psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola kelekatan, distres psikologis, dan mengetahui hubungan pola kelekatan dengan distres psikologis pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Penelitian ini dilakukan secara potong lintang pada sampel yang ditentukan secara stratified random sampling dari seluruh mahasiswa FKUI. Subjek mengisi kuesioner yang terdiri dari kuesioner sosiodemografik, pengukuran pola kelekatan dengan Relationship Questionnaire (RQ), dan pengukuran distres psikologis dengan Kessler Psychological Distress Scale (K10). Pada mahasiswa FKUI, prevalensi pola kelekatan aman sebesar 41,4%, diikuti dengan pola kelekatan tidak aman, yaitu dismissing 21,9%, fearful 19,8%, dan anxious 16,9%. Prevalensi distres psikologis didapati sebesar 31,8%. Pola kelekatan tidak aman memiliki hubungan yang bermakna dengan distres psikologis, yaitu 3,57 kali lipat lebih berisiko untuk mengalami distres psikologis. Berdasarkan jenis pola kelekatannya, pola kelekatan anxious 4,74 kali lipat lebih berisiko untuk mengalami distres psikologis, sedangkan pola kelekatan fearful 5,43 kali lipat lebih berisiko untuk mengalami distres psikologis bila dibandingkan dengan pola kelekatan aman. Program kesehatan jiwa yang bersifat promotif dan preventif untuk memperbaiki pola kelekatan dan distres psikologis diharapkan dapat membekali mahasiswa FKUI untuk memiliki relasi interpersonal yang lebih baik dengan orang lain, termasuk juga dengan pasien.

The pattern of attachment is one of the factors thought to influence the emergence of psychological distress in adolescents of transition age. Medical students are a group of transitional adolescents who will undergo a difficult and demanding medical education process, hence are vulnerable to psychological distress. This study aims to describe the attachment patterns, psychological distress, and determine the association between attachment pattern and psychological distress in medical students of Faculty of Medicine, Universitas Indonesia (FMUI). This study was conducted cross-sectionally on a sample that was determined by stratified random sampling. Subject filled the research questionnaire which consisted of sociodemographic questionnaire, attachment measurement using Relationship Questionnaire (RQ), and measuring psychological distress using Kessler Psychological Distress Scale (K10). The prevalence of secure attachment pattern was 41.4%, followed by insecure attachment patterns, in the form of dismissing 21.9%, fearful 19.8%, and anxious 16.9%. The prevalence of psychological distress was found to be 31.8%. The insecure attachment pattern has a significant association with psychological distress, which is 3.57 times more at risk for experiencing psychological distress. Based on the type of attachment pattern, the anxious attachment pattern is 4.74 times more at risk, while fearful attachment pattern is 5.43 times prone to experiencing psychological distress when compared to secure attachment pattern. Promotional and preventive mental healthiness program can be provided to the students of FMUI to help them in improving attachment pattern and psychological distress. This program could help the students to have a better interpersonal relation with their colleagues and also patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vira Andalusita Mulyaningrum
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara distres psikologis dan perceived social support pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah 1024 mahasiswa di Indonesia usia 18-25 tahun yang terdiri dari 727 orang perempuan 71 dan 297 orang laki-laki 29 . Distres psikologis diukur menggunakan Hopkins Symptom Checklist ndash; 25 HSCL-25 dan perceived social support diukur menggunakan Social Provisions Scale SPS .
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang negatif dan signifikan antara distres psikologis dan perceived social support pada mahasiswa r = -0,270, p = 0,000, signifikan pada LoS 0,01 . Artinya, semakin tinggi distres psikologis pada mahasiswa, semakin rendah perceived social support yang dimilikinya.

This research aimed to investigate the relationship between psychological distress and perceived social support among college students. This research was conducted using quantitative method. The participants of this research were 1024 college students in Indonesia aged 18 25 years old which consisted of 727 female 71 and 297 male 29 . Psychological distress was measured using Hopkins Symptom Checklist ndash 25 HSCL 25 and perceived social support was measured using Social Provisions Scale SPS .
The result of this research showed that there was a significant negative correlation between psychological distress and perceived social support among college students in Indonesia r 0,270, p 0,000, significant at LoS 0,01 . It means that the higher psychological distress, the lower perceived social support among college students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66357
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lavenda Geshica
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara trait kepribadian dan distres psikologis pada mahasiswa. Responden dalam penelitian ini merupakan mahasiswa yang berjumlah 1024 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Distres psikologis diukur dengan menggunakan alat ukur Hopkins Symptom Checklist-25 HSCL-25, sementara itu trait kepribadian diukur dengan menggunakan Big Five Inventory-44 BFI-44.
Hasil penelitian menunjukkan trait kepribadian extraversion dan conscientiousness berhubungan negatif dan signifikan terhadap distres psikologis. Sementara itu, trait kepribadian neuroticism berhubungan positif dan signifikan terhadap distres psikologis. Namun, trait kepribadian agreeableness dan openness tidak berhubungan signifikan dengan distres psikologis.

This study was conducted to examine the correlation between personality traits and psychological distress among college students. 1024 students from various colleges in Indonesia had participated in this study. Psychological distress was measured by Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25, and Personality traits were measured by Big Five Inventory 44 BFI 44.
The result indicated there was significant positive correlation between neuroticism and psychological distress, and there was significant negative correlation between others two dimensions of personality extraversion, conscientiousness and psychological distress. It was also found that there wasn rsquo t significant correlation between agreeableness and openness personality traits in experiencing psychological distress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66457
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>