Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150288 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadira Anandiza Syafris
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara tingkat self-esteem dan perilaku cyberbullying atau rundungan siber pada remaja. Penelitian dilakukan berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil yang tidak konsisten mengenai hubungan antara tingkat self-esteem dan perilaku rundungan siber. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel 195 orang siswa Sekolah Menengah Atas di Jakarta yang usianya berkisar antara 15-17 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat self-esteem dan perilaku rundungan siber r=0,095 dan p=0,185. Hasil lainnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku rundungan siber dan jenis sekolah, di mana perilaku rundungan siber siswa sekolah swasta lebih tinggi dibandingkan dengan siswa sekolah negeri.

This reserach aims to find the relationship between self esteem and cyberbullying offending in adolescence. This research was conducted based on the knowledge that prior studies about cyberbullying perpetrators and self esteem showed inconsistent results. This research involved 195 high school students in Jakarta aged 15 to 17 as participants.
The result shows that there is no significant relationship between self esteem and cyberbullying offending behavior in adolescence r 0,095, p 0,185, and there is a significant relationship between the levels of cyberbullying offending behavior and the type of schools where a higher level of cyberbullying is found in private highschool students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uzlifatil Jannah
"Remaja yang sering menggunakan internet melalui media sosial akan lebih rentan terhadap cyberbullying daripada remaja yang tidak memiliki kemampuan untuk mengakses internet. Salah satu tantangan yang perlu dihadapi remaja di internet tersebut yakni rentan menjadi korban cyberbullying (perundungan maya). Cyberbullying sangat berdampak terhadap korban karena dampak yang ditimbulkan memengaruhi keadaan psikologis dan mental korban, salah satunya self-esteem (harga diri). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara cyberbullying dengan self-esteem pada remaja di Kota Depok, Jawa Barat. Desain penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan menerapkan desain analitik korelasi menggunakan pendekatan cross-sectional. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah anak usia remaja (11-20 tahun) yang berjumlah 348 responden dan diambil menggunakan multistage cluster sampling. Instrumen yang digunakan adalah Revised Cyber Bullying Inventory (RCBI) dan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Hasil penelitian menunjukkan 53,4% responden berada pada kategori keterlibatan berat sebagai korban cyberbullying serta 70,4% responden memiliki self-esteem tinggi. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara cyberbullying dengan self-esteem pada remaja di Kota Depok, Jawa Barat (p-value = 0,005; α = 0,05). Peneliti merekomendasikan pada penelitian ini adalah perawat mencegah dampak dari cyberbullying melalui program pendidikan kesehatan tentang dampak negatif cyberbullying pada remaja, sehingga dapat berfokus pada tugas-tugas perkembangan masa remaja.

Adolescents who frequently use the internet through social media will be more vulnerable to cyberbullying than teenagers who do not have the ability to access the internet. One of the challenges that teenagers need to face on the internet is that they are vulnerable to becoming victims of cyberbullying. Cyberbullying is very impactful on victims because the impact caused affects the psychological and mental state of the victim, one of which is self-esteem. This study aims to determine the relationship between cyberbullying and self-esteem in adolescents in Depok City, West Java. The research design used quantitative methods by applying a correlation analytic design using a cross-sectional approach. The samples used in this study were teenagers (11-20 years old) totaling 348 respondents and were taken using multistage cluster sampling. The instruments used were the Revised Cyber Bullying Inventory (RCBI) and the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). The results showed that 53.4% of respondents were in the category of heavy involvement as victims of cyberbullying and 70.4% of respondents had high self-esteem. Chi Square test results show that there is a significant relationship between cyberbullying and self-esteem in adolescents in Depok City, West Java (p-value = 0,005; α = 0,05). The researcher recommends that nurses prevent the impact of cyberbullying through health education programs on the negative impact of cyberbullying on adolescents, so that it can focus on the developmental tasks of adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfiyah
"Pada tahun 2017 sebanyak 69% anak muda diketahui pernah melakukan cyberbullying (Ditch The Label, 2017). Perilaku ini tidak hanya terjadi pada remaja tetapi juga dewasa. Penelitian menemukan bahwa cyberbullying memiliki hubungan dengan kepribadian Dark Triad (Goodboy, & Martin, 2015; Kircaburun, Demetrovics & Tosuntaş 2018) dan harga diri (Pyżalski, 2012). Kepribadian Dark Triad terdiri dari 3 sifat yaitu Psikopati, Machiavellianisme, dan Narsisisme. Pada penelitian ini kepribadian Dark Triad diukur pada tingkat subkilinis. Semakin tinggi kepribadian Dark Triad seseorang maka semakin tinggi kecenderungan melakukan cyberbullying. Pada kepribadian Dark Triad individu memiliki harga diri yang tinggi. Sementara, harga diri yang tinggi akan berkorelasi dengan perilaku cyberbullying. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran harga diri sebagai mediator dalam hubungan antara kepribadian Dark Triad dan kecenderungan cyberbullying pada usia dewasa awal. Partisipan penelitian terdiri dari 292 partisipan dengan rentang usia 20-35 tahun. Hasil analisis mediasi dengan menggunakan PROCESS menemukan bahwa harga diri memediasi secara signifikan terhadap hubungan antara sifat Psikopati dan Narsisisme dan cyberbullying.

In 2017 a survey found that 69% of young people did cyberbullying (Ditch The Label, 2017). Cyberbullying does not only occur in adolescents but also adults. Previous research found that cyberbullying had a relationship with Dark Triad personality (Goodboy, & Martin, 2015; Kircaburun, Demetrovics & Tosuntaş 2018) and self-esteem (Pyżalski, 2012). The Dark Triad personality consists of 3 characteristics, namely Psychopathy, Machiavellianism, and Narcissism. In this study Dark Triad personality measured in subclincial population. People who have higher Dark Triad personality will have higher tendency to cyberbullying. Individuals in Dark Triad personality have high self-esteem. High self-esteem correlates with cyberbullying. This study aims to see the role of self-esteem as a mediator in the relationship between Dark Triad personality and cyberbullying in early adulthood. The study participants consisted of 292 participants with an age range of 20-35 years. Researcher used Cyberbullying Scale, Rosenberg Self-Esteem Scale and Short Dark Triad Scale for measurement tools. The results of mediation analysis using PROCESS found that self-esteem mediated significantly in relationship between Psychopathic and Narcissistic traits with cyberbullying."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T51898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahda Febi Wilendari
"Penelitian ini bertujuan untuk membahas hubungan antara dukungan sosial dari orangtua dan self-esteem pada remaja awal anak buruh migran. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Untuk mengukur dukungan sosial dari orangtua dan self-esteem penulis menggunakan alat ukur Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) subskala dukungan orangtua dan Rosenberg's Self-Esteem Scale (RSES). Penelitian ini melibatkan 164 remaja usia 11-16 tahun dengan orangtua buruh migran di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dan dukungan sosial dari orangtua pada remaja anak buruh migran dengan r=0,264; p=0,000. Dengan demikian dukungan sosial dari orangtua sangat dibutuhkan dalam perkembangan self-esteem yang baik pada remaja awal anak buruh migran.

The purpose of this research is to discusses the relationship between social support from parents and self-esteem among early adolescent with migrant worker parents. This research methodhology using a quantitative study with a correlational design. To measure self-esteem and social support from parents, the author using Child and Adolescent Social support Scale (CASSS) parental support subscale and Rosenberg's Self-Esteem Scale (RSES). Respondents in this research were 164 adolescent, age 11-16 years old in Cilamaya, Karawang, West Java.
The result showed there is a significant positive correlation between self-esteem and social support from parents with r=0,264; p=0,000. In conclusion, social support from parents needed for a good development of self-esteem on early adolescent migrant worker's children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59759
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saskia Rosita Indasari
"Self-esteem merupakan penilaian individu tentang dirinya mencakup keberhargaan diri dan kompetensi diri. Perkembangan self-esteem ini justru cenderung menurun di usia remaja sejalan dengan berkembangnya kemampuan kognitif mereka dalam memahami hubungan sebab-akibat, mempertanyakan kondisi berdasarkan nilai yang dimiliki, dan semakin menyadari pandangan diri serta orang lain terhadap mereka. Salah satu penyebab rendahnya self-esteem pada remaja ialah pikiran atau keyakinan negatif yang ia miliki tentang dirinya sendiri. Salah satu cara untuk mengatasinya ialah melalui intervensi strategi kognitif perilaku yang menyasar pemikiran distortif serta membantu remaja menemukan kualitas diri positif mereka dan mempraktikkannya di situasi nyata seharihari. Untuk membuktikan bahwa program intervensi ini mampu meningkatkan selfesteem remaja, peneliti menggunakan single-case A-B design dengan melibatkan DA (laki-laki, 17 tahun) sebagai subyek dalam penelitian ini. Program intervensi terdiri dari 7 sesi yang dilakukan selama 2,5 minggu dengan durasi 45 sampai 150 menit tiap sesinya. Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) dan behavioral checklist sebelum dan sesudah program dijalankan, serta pencapaian tujuan di setiap sesi, terbukti bahwa program intervensi strategi kognitif perilaku dapat meningkatkan self-esteem pada remaja, dalam hal ini pada DA.

Self-esteem people's judgement about themslelves, including worthiness and selfcompetence. In the adolescence stage, self-esteem tend to decline as the growth of their cognitive ability in understanding cause-effect relationship, wondering about their life values, and being more aware of others judgement about them. Their negative thought about themselves is one of the reasons the declining of teengers sel-esteem. One method to enhance self-esteem is cognitive behaviour strategy intervention which can change teenage distort thoughts about themselves and help them to know their strengths so that they can apply it in their daily life. This research used A-B single case design (N = 1). This research participant is DA, 17 year old teenage boy. An intervention program of this research consists of 7 sessions held in 2.5 weeks with 45-150 minutes per session. To evaluate the effectiveness of the program, researcher used Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) and behavioral checklist with before-after design. The result showed that cognitive behaviour strategy intervention was effective to improve the self-esteem of teenagers, especially this research participant (DA)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dilla Tria Febrina G.
"Self-esteem merupakan penilaian afektif terhadap konsep diri yang terdiri dari perasaan berharga dan penerimaan yang dikembangkan dan dipertahankan sebagai konsekuensi kesadaran akan kompetensi dan umpan balik dari dunia luar (Guindon, 2010). Permasalahan self-esteem yang menurun pada remaja merupakan hal yang sangat krusial untuk dilakukan penanganannya karena berdampak pada beberapa area penting dalam perkembangan remaja, seperti prestasi akademik dan fungsi hubungan sosial. Subjek penelitian ini adalah seorang remaja laki-laki berusia 12 tahun yang memiliki karakteristik self-esteem rendah. Program intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan self-esteem subjek penelitian ini adalah teknik self-instructional training. Teknik self-instructional training dalam penelitian ini dilakukan melalui empat tahap menurut Harris (dalam Maag, 2018) yakni mengidentifikasi keyakinan diri negatif, melakukan dialog Socrates dan mempelajari positive self-talk, mempelajari langkah-langkah berperilaku dengan teknik selfinstruction, dan menentukan self-reinforcement saat berhasil mengatasi situasi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah single-subject A-B-A design. Program intervensi terdiri dari 6 sesi intervensi dan 7 hari praktik yang dilakukan selama 2 minggu dengan durasi 1-2 jam/sesi. Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), observasi dan wawancara sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi, pencapaian tujuan pada setiap sesi, menunjukkan bahwa program intervensi self-instructional training terbukti efektif meningkatkan self-esteem remaja.

Self-esteem is the affective judgments placed on the self-concept consisting of feelings of worth and acceptance which are developed and maintained as a consequence of awareness of competence and feedback from the external world (Guindon, 2010). The declining self-esteem problem in adolescents is crucial things because it affects important areas of adolescent development, such as academic achievement and social relations function. The subject of this study was a 12-years-old boy who had low self-esteem characteristics. Intervention program conducted to improve selfesteem used technique of self-instructional training. The technique of self-instructional training in this study was carried out through four stages that is identified negative self-beliefs, initiated Socrates dialogue and studied positive self-talk, studied the steps of behaving with self-instruction techniques, and determine self-reinforcement when successfully overcoming situations (Harris, in Maag, 2018). The research design used in this research is single-subject A-B-A design. The intervention program consisted of 6 intervention sessions and 7 days of practice for 2 weeks with duration of 1-2 hours/session. Based on measurements using Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), observations and interviews before and after the intervention, achievement of objectives at each session, shows that self-instructional training have proven to be effective in improving adolescent self-esteem."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T49202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Tunjung Wijayanti
"Remaja dengan talasemia berisiko memiliki permasalahan psikosial seperti tingkat self-esteem dan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat self-esteem dan kualitas hidup remaja talasemia di rawat jalan IPT KIA Kiara RSCM. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Data diambil dengan teknik consecutive sampling terhadap 108 remaja talasemia di rawat jalan anak. Hubungan tingkat self-esteem dengan kualitas hidup dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara tingkat self-esteem dengan kualitas hidup remaja talasemia (P-value 0,000 dan r= 0,526). Mayoritas remaja memiliki tingkat self-esteem dan kualitas hidup yang rendah. Rekomendasi terkait penelitian ini adalah perlunya layanan konseling psikososial bagi remaja talasemia untuk meningkatkan self-esteem.

Adolescents with thalassemia are at risk for psychosocial issues related to their self-esteem and quality of life. This study aims to determine the association between the level of self-esteem and quality of life among thalassemia adolescents in outpatient IPT KIA Kiara RSCM. This quantitative study used a cross-sectional approach and collected data through consecutive sampling of 108 adolescents in the pediatric outpatient. The results shown there was a quate strong association between the level of self-esteem with the quality of life of thalassemia adolescents (P-value 0,000 and r= 0.526). Based on these results, it is recommended that psychosocial counseling services be provided to improve the self-esteem of thalassemia adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Meidya Ova
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai penerapan program Esteem Builders dalam meningkatkan komponen security dan selfhood pada remaja dengan tingkat self-esteem rendah. Self-esteem merupakan penilaian individu mengenai gambaran atau potret dirinya dan komponennya terdiri atas security, selfhood, affiliation, mission, dan competence. Komponen security dan selfhood yang akan digunakan dalam penelitian ini karena komponen tersebut merupakan dua komponen dasar pembentuk self-esteem. Penelitian ini berbentuk single-case design yang melibatkan seorang remaja lelaki usia 13 tahun dengan tingkat self-esteem yang rendah. Keberhasilan program Esteem Builders dalam meningkatkan komponen self-esteem security dan selfhood dapat terlihat dari perubahan skor yang signifikan pada Behavior Checklist Borba-Self Esteem Tally B-SET , penurunan skor internalizing behavior problems pada Child Behavior Checklist CBCL , dan hasil wawancara yang menunjukkan peningkatan komponen security dan selfhood pada diri partisipan. Hasil penerapan 7 sesi program intervensi ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan komponen security dan selfhood pada remaja dengan tingkat self-esteem rendah. Hal tersebut terlihat dari tercapainya kriteria keberhasilan program.

This study is aimed to find a general picture of the implementation of the Esteem Builders Program in correlation to develop the selfhood and security components in an adolescent with low self esteem. Self esteem is the process of evaluating or judging inner self descriptions. The component of self esteem consist of security, selfhood, affiliation, mission, and competence. The security and selfhood components are used as two basic components in this study, since both components are at the first stages of self esteem components. This study is a single case design which involved a 13 years old adolescent with a low self esteem. The success results of Esteem Builders Program in correlation to improve the self esteem security and selfhood components can be seen by the significant changing in Behavior Checklist Borba Self Esteem Tally B SET scores, the decreasing in internalizing behavior problems in Child Behavior Checklist CBCL scores and the interview results, which showed the increasing numbers of security and selfhood components of the participant, itself. The application result of this intervention program showed that there is an improvement in security and selfhood components in an adolescent with low self esteem, which can be seen by the achievement of the program success criteria."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T47334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Meidya Ova
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara self-esteem dan perilaku kekerasan pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek.
Jenis perilaku kekerasan yang diukur antara lain perkelahian fisik, tawuran,tindakan melukai orang dengan senjata, tindakan melukai seseorang hingga membutuhkan perawatan dokter, vandalisme, perilaku mengancam dengan senjata, perilaku mengancam tanpa senjata, dan bullying (menjahili orang lain, mempermalukan orang lain di depan umum, memanggil nama orang dengan sebutan lain, dan mengancam akan melukai orang lain). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan alat ukur Rosenberg Self-Esteem Scale untuk mengukur self-esteem. Daftar perilaku kekerasan yang digunakan adalah alat ukur yang telah diadaptasi dari penelitian-penelitian sebelumnya. Data penelitian diolah dengan menggunakan teknik statistik Pearson Product-Moment Correlation. Partisipan berjumlah 311 remaja laki-laki yang berada di komunitas dan lembaga pemasyarakatan. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dan perkelahian fisik pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek (r = 0.24; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Selain itu, terdapat hubungan positif yang signifikan antara selfesteem
dan perilaku mengancam tanpa senjata pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek (r = 0.231; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara self-esteem dan jenis perilaku kekerasan lainnya.

This research was conducted to find the relationship between self-esteem and violence behavior among male adolescents in Jabodetabek Area. Type of violent behavior being measured include physical fights, group fights, used a weapon in a fıght, hurt someone badly enough to need bandages or care from doctor or nurse, vandalism, threatening behavior with a weapon, threatening behavior with and without weapons, and bullying (teased others, humiliate someone, call the person's name with another name, and threatened to hurt someone else). This research used a quantitative approach and using the Rosenberg Self-Esteem Scale to measuring self-esteem. List of violent behavior that is used is a measure that has been adapted from previous studies. Data was analyzed using Pearson Product-Moment Correlation technique. The participants were 311 male adolescents in community and correctional-institution. The results showed that there is a significant correlation between self-esteem and physical fights among male adolescents in Jabodetabek area (r = 0.24; p = 0.000, significant at the L.o.S 0.01). In addition, there is a significant positive correlation between self-esteem and threatening behavior without weapon among male adolescents in Jabodetabek area (r = 0.231, p = 0.000, significant at the LoS 0.01). Did not reveal any significant relationship between self-esteem and other types of violent behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Rizkiyanti Salmania
"Kala memasuki lingkungan perkuliahan, mahasiswa baru dihadapkan dengan beragam tantangan. Banyaknya rintangan yang harus mereka lalui dapat menimbulkan distres psikologis dalam diri mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara distres psikologis dan self-esteem pada mahasiswa baru, juga life satisfaction sebagai mediator dalam hubungan antara kedua variabel tersebut. Penelitian dilakukan dengan melibatkan 255 mahasiswa baru dengan meminta mereka mengisi kuesioner penelitian, termasuk alat ukur Rosenberg Self-Esteem Scale, Satisfaction with Life Scale, dan Self-Reporting Questionnaire (20 item). Hasil penelitian menunjukkan bahwa life satisfaction memediasi secara parsial hubungan antara self-esteem dan distres psikologis (indirect effect (b = -0,1121, SE = 0,0395, 95% CI [-0,1913, -0,0358]) dan direct effect (b = -0,4912, SE = 0,0633, 95% CI [-0,6159, -0,3665]) signifikan, p < 0,001). Implikasi terhadap pengalaman mahasiswa baru di Indonesia, khususnya terkait pentingnya intervensi terhadap distres psikologis yang mereka alami, juga didiskusikan dalam laporan ini.

Upon entering university, new students are faced with various challenges. These myriad obstacles may cause the occurrence of psychological distress within them. This research investigated the relationship between psychological distress and self-esteem in university freshmen, as well as life satisfaction as a mediator in the relationship between them. Research was done by asking 255 university freshmen to complete a questionnaire of the research instruments, including Rosenberg Self-Esteem Scale, Satisfaction with Life Scale, and Self-Reporting Questionnaire (20 items). This research yielded evidence that life satisfaction partially mediates the relationship between self-esteem and psychological distress (significant indirect effect (b = -0,1121, SE = 0,0395, 95% CI [-0,1913, -0,0358]) and direct effect (b = -0,4912, SE = 0,0633, 95% CI [-0,6159, -0,3665]), p < 0,001). Research implications towards the experience of university freshmen in Indonesia, particularly regarding the importance of interventions regarding psychological distress they may experience, are discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>