Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217525 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nizaruddin
"Stunting pada anak usia 0-59 bulan balita merupakan dampak malnutrisi yang memberikan kontribusi pada kualitas hidup yang buruk, morbiditas, dan mortalitas. Pentingnya air minum yang aman, sanitasi, dan perilaku higienis telah lama dikenal berkaitan dengan kesehatan masyarakat secara umum dan khususnya terhadap kesehatan bayi dan anak-anak. Akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang buruk dapat meningkatkan kejadian penyakit infeksi yang dapat membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi, gizi sulit diserap oleh tubuh dan terhambatnya pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh sanitasi, sumber air minum, dan pengolahannya terhadap prevalensi stunting balita di Indonesia. Data yang digunakan berasal dari Indonesia Family Life Survey IFLS 5. Berdasarkan hasil regresi logistik, variabel bebas utama yaitu status sanitasi, sumber air minum, dan pengolahan air minum, berpengaruh signifikan terhadap kejadian stunting. Balita yang paling beresiko menjadi stunting adalah yang tinggal di rumah tangga tanpa sanitasi yang layak, sumber air minum bukan ledeng, dan mengkonsumsi bukan air mineral yang tidak dimasak.

Stunting in under five children is an impact of malnutrition that contributes to poor quality of life, morbidity, and mortality. The importance of safe drinking water, sanitation, and hygiene behavior has long been recognized in relation to public health, health of infants and children in particular. Lack access to clean water and sanitation facilities can increase the occurrence of infectious diseases that can make energy for growth diverted to the body rsquo s resistance to infection, nutrition difficult to absorb by the body and growth retardation. This study aims to observe the effect of sanitation, drinking water sources, and drinking water treatment status on the prevalence of stunting in under five in Indonesia. The data used are from Indonesia Family Life Survey IFLS 5. Based on the logistic regression results, the primary independent variables such as sanitation, drinking water sources, and drinking water treatment status significantly influence the occurrence of stunting in Indonesia. The risk of stunting is highest for under five living in households with poor sanitation, drinking water sources other than piped water, and consuming non boiled non mineral water."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T48828
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salmaa Afkari
"Periode balita adalah fase rentan terhadap risiko kesehatan yang dapat menghambat pertumbuhan anak serta menyebabkan kematian. Diare menjadi perhatian utama dalam kesehatan balita karena menjadi penyebab utama kematian dan penyakit pada kelompok usia tersebut, terutama di negara-negara berkembang. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dan 2017, prevalensi diare pada balita di Indonesia cenderung stagnan, hanya mengalami sedikit penurunan dari 14,3% pada tahun 2012 menjadi 14,1% pada tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh antara sumber air minum dan sanitasi rumah tangga terhadap kejadian diare pada balita di Indonesia dengan menggunakan analisis propensity score matching berdasarkan data SDKI 2017. Penelitian bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain studi observasional.  Populasi penelitian ini yaitu seluruh anak di bawah usia lima tahun (0-59 bulan) yang tercatat dalam data SDKI 2017. Hasil analisis propensity score matching menemukan bahwa efek rata-rata dari layanan air minum yang tidak layak menunjukan hasil yang tidak signifikan terhadap peningkatan kejadian diare pada balita berdasarkan nilai statistic t yang dihasilkan dengan nilai efek peningkatan risiko sebesar 2,0%. Sementara itu, efek rata-rata dari layanan sanitasi yang tidak layak memenuhi nilai asumsi yang signifikan berdasarkan nilai t yang dihasilkan terhadap peningkatan kejadian diare pada balita dengan nilai efek peningkatan risiko sebesar 3,8%. Perbandingan hasil analisis propensity score matching dan analisis regresi logistik biner menunjukkan sedikit perbedaan pada nilai odds ratio yang dihasilkan, namun tidak terlihat signifikan. Temuan ini menunjukan masih diperlukan penanganan terhadap kejadian diare pada balita. Diperlukan upaya dalam penerapan program edukasi yang berfokus pada pencegahan diare untuk mengurangi kejadian diare pada balita terkait sanitasi jamban. Selain itu, diperlukan pengembangan infrastruktur dan peningkatan ketersediaan fasilitas sumber air minum dan sanitasi agar akses fasilitas dapat tercapai merata di seluruh wilayah Indonesia.

The under-five period is a phase vulnerable to health risks that can stunt a child's growth and cause death. Diarrhea is a major concern in the health of children under five as it is the leading cause of death and illness in this age group, especially in developing countries. Based on data from the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in 2012 and 2017, the prevalence of diarrhea in children under five in Indonesia tends to stagnate, only experiencing a slight decrease from 14.3% in 2012 to 14.1% in 2017. This study aims to examine the effect of drinking water sources and household sanitation on the incidence of diarrhea in children under five years old in Indonesia using propensity score matching analysis based on the 2017 IDHS data. The research was quantitative in nature using an observational study design.  The population of this study was all children under the age of five (0 - 59 months) recorded in the 2017 IDHS data.  The results of the propensity score matching analysis found that the average effect of unimproved drinking water services showed insignificant results on increasing the incidence of diarrhea in children under five years of age based on the t-statistic value generated with an increased risk effect value of 2.0%. Meanwhile, the average effect of unimproved sanitation services meets the significant assumption value based on the resulting t value on the increase in the incidence of diarrhea in children under five with an increased risk effect value of 3.8%. Comparison of the results of propensity score matching analysis and binary logistic regression analysis showed a slight difference in the resulting odds ratio values, but did not appear significant. These findings indicate the handling of the incidence of diarrhea in toddlers. Efforts are needed to implement educational programs that focus on diarrhea prevention to reduce the incidence of diarrhea in children under five years of age related to latrine sanitation. In addition, it is necessary to develop infrastructure and increase the availability of water supply and sanitation facilities so that access to facilities can be achieved evenly throughout Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silviana Maharani
"Salah satu aspek penentu kondisi perekonomian suatu negara adalah kualitas human capital. Melalui investasi pada kesehatan dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Peningkatan kesehatan dari status gizi yang lebih baik menjadi faktor penting terhadap pertumbuhan ekonomi di jangka Panjang Namun permasalahan gizi masih menjadi permasalahan utama yang dihadapi oleh berbagai negara khususnya Indonesia. Salah satu aspek yang mendukung percepatan penurunan permasalahan gizi pada anak adalah kualitas air dan fasilitas sanitasi yang digunakan oleh anak tersebut sehari-hari. Dengan meggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) 5 dengan menggunakan indikator antropometri akan digunakan untuk menilai status gizi seorang anak. Menggunakan model analisis logit biner untuk melihat berapa besar peluang seorang anak mengalami permasalahan gizi berdasarkan kondisi air dan fasilitas sanitasi yang digunakan dengan variabel kontrol lainnya. Selain itu, menggunakan model ordered logit juga digunakan untuk menilai tingkat keparahan permasalahan gizi pada anak.Hasil estimasi logit biner ditemukan bahwa fasilitas sanitias berpengaruh signifikan dalam menurunkan kemungkinan anak mengalami stunting dan underweighr sedangkan kondisi air berpengaruh signifikan dalam mengurangi kemungkinan anak mengalami wasting. Berdasarkan tingkat keparahan gizi, ditemukan bahwa fasilitas sanitasi yang layak secara signifikan mengurangi kemungkinan anak mengalami permasalahan gizi yang lebih parah. 

One aspect that determines the economic condition of a country is the quality of its human capital. Investing in health can lead to a better quality of life. Improved health from better nutritional status is an important factor for long-term economic growth. However, nutritional problems are still a major problem faced by various countries, especially Indonesia. One aspect that supports the acceleration of the reduction of nutritional problems in children is the quality of the water and sanitation facilities used by them daily. Using data from the Indonesia Family Life Survey (IFLS), anthropometric indicators will be used to assess the nutritional status of a child. Using a binary logit analysis model to see how likely a child is to experience nutritional problems based on the condition of water and sanitation facilities used with other control variables The results of the binary logit estimation found that sanitation facilities have a significant effect on reducing the likelihood of children experiencing stunting and underweight, while water conditions have a significant effect on reducing the likelihood of children experiencing wasting. Based on the severity of nutrition problems, it was found that proper sanitation facilities significantly reduced the likelihood of children experiencing more severe nutrition problems."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resita Nurbayani
"Wasting merupakan kurangnya berat badan terhadap tinggi badan (low weight for height). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian wasting pada anak usia 0-23 bulan di 13 provinsi di Indonesia (Studi Data IFLS-2 Tahun 1997, IFLS-3 Tahun 2000, dan IFLS-5 Tahun 2014). Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel anak yang berusia 0-23 bulan pada tahun 1997 sebanyak 582, tahun 2000 sebanyak 1263, dan tahun 2014 sebanyak 1609. Wasting diperoleh dari pengukuran berat badan dan panjang badan dengan tingkat ketelitian 0,1 cm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi wasting pada tahun 1997 adalah sebesar 12,20 %, pada tahun 2000 sebesar 11,96 % dan pada tahun 2014 sebesar 10, 13 %. Hasil bivariat menunjukkan bahwa pada tahun 1997 terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian MPASI, status kemiskinan, dan jenis kelamin dengan kejadian wasting,  sedangkan pada tahun 2000 tidak terdapat variabel yang secara signifikan berhubungan dengan kejadian wasting, dan pada tahun 2014 terdapat hubungan yang signifikan antara status kemiskinan dan panjang lahir. Hasil multivariat menunjukkan bahwa status kemiskinan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian wasting pada tahun 1997 dan 2014. Pencegahan wasting sebaiknya dilakukan sebelum masa kehamilan dan berfokus pada masyarakat dengan tingkat kemiskinan yang tinggi.

Wasting is low weight for height. This study aims to determine the difference factors associated with wasting in children aged 0-23 months in 13 provinces in Indonesia (Study of IFLS-2 in 1997, IFLS-3 in 2000, and IFLS-5 in 2014).The research design was used cross sectional with  total sample of children aged 0-23 months was 582 in 1997, 1263 in 2000, and 1609 in 2014. Wasting was measured using weight scale, length board with  level of accuracy was 0,1 cm.
The results showed the decrease in the prevalence of wasting from 12,20%  in 1997, 11,96%  in 2000 and 10,13% in 2014. Bivariate results showed that in 1997 there were a significant relationship between provision of companion breastfeeding food, poverty status, and sex with wasting events, while in 2000 there were no variables that significantly associated with wasting events, and in 2014 poverty status and body length birth were the significant factors. Multivariate results showed the poverty status was the dominant factor associated with wasting in 1997 and 2014. Prevention of wasting should be started prior pregnancy and focused on community with high poverty level."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Shofiya Rohmah Asyahida
"Depresi antenatal merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sering kali
luput dari perhatian. Penelitan ini dilakukan karena mengingat dampak yang ditimbulkan
oleh depresi antenatal baik bagi ibu maupun janinnya dan belum adanya penelitian
mengenai pengaruh status sosial ekonomi terhadap depresi antenatal menggunakan data
sekunder berskala nasional yaitu IFLS V. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh status sosial ekonomi terhadap depresi antenatal di Indonesia. Desain penelitian
yang digunakan adalah cross-sectional yang dilakukan pada bulan Desember 2020 –
Januari 2021. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kejadian antenatal di Indonesia
yaitu sebesar 21.4%. Setelah dikontrol oleh confounder, nilai rasio odds terjadinya
depresi antenatal lebih besar 1,32 kali pada status sosial ekonomi kuintil 3 (menengah ke
atas) dibandingkan dengan status sosial ekonomi kuintil 4 (kaya), dan odds tersebut
meningkat pada kuintil status sosial ekonomi 2 dan 1. Terlihat pada status sosial ekonomi
kuintil 2 (menengah kebawah), odds terjadinya depresi antenatal 1.95 lebih besar dan
pada status sosial ekonomi kuintil 1(miskin), odds terjadinya depresi antenatal lebih besar
1.84 jika keduanya dibandingkan dengan status sosial ekonomi kuintil 4 (Kaya).
Kesimpulannya, prevalensi depresi antenatal di Indonesia tinggi dan terdapat pengaruh
status sosial ekonomi terhadap kejadian depresi antenatal, oleh karena itu perlu dilakukan
penyuluhan mengenai dampak, faktor risiko dan upaya pencegahannya, terumata pada
ibu hamil dan keluarganya yang berada pada status sosial ekonomi rendah

Antenatal depression is a public health problem that often goes unnoticed. This research
was conducted because considering the impact of antenatal depression on both the mother
and the fetus and the absence of research on the effect of socioeconomic status on
antenatal depression using national-scale secondary data, namely IFLS V. This study
aims to determine the effect of socioeconomic status on antenatal depression in Indonesia.
The research design used was cross-sectional, which was conducted in December 2020 -
January 2021. The results showed that the prevalence of antenatal incidence in Indonesia
was 21.4%. After being controlled by confounders, the odds ratio value of antenatal
depression was 1.32 times greater in the socioeconomic status quintile 3 (middle and
upper) compared to the socioeconomic status quintile 4 (rich), and the odds increased in
the socioeconomic status quintile 2 and 1. It can be seen that in the socioeconomic status
of quintile 2 (middle to lower), the odds of antenatal depression are 1.95 greater and in
quintile 1 (poor) socioeconomic status, the odds of antenatal depression are 1.84 greater
if both are compared with the socioeconomic status of quintile 4 (Rich ). In conclusion, the prevalence of antenatal depression in Indonesia is high and there is an effect of socioeconomic status on the incidence of antenatal depression, therefore it is necessary to do counseling regarding the impact, risk factors and prevention efforts,
especially for pregnant women and their families who are in low socioeconomic status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cornelia Samantha Winata
"Kegemukan pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak negatif jangka panjang bagi anak. Prevalensi hipertensi pada dewasa muda juga terus meningkat dari tahun ke tahun dan terdapat kemungkinan bahwa kegemukan anak berpengaruh terhadap hipertensi saat dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi kegemukan saat balita (0-59 bulan) terhadap hipertensi dewasa (21-26 tahun). Penelitian cohort retrospective ini menggunakan data IFLS 1 tahun 1993 dan IFLS 5 tahun 2014 dengan total responden 596 balita setelah memenuhi kriteria inklusi dan eklusi. Penelitian ini menunjukkan terdapat 15,1% anak yang hipertensi saat dewasa dengan proporsi anak yang kegemukan dan mengalami hipertensi sebesar 17,4%. Variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian hipertensi, yaitu jenis kelamin, status gizi obesitas dewasa, konsumsi fast food, konsumsi soft drink, dan kebiasaan merokok. Analisis multivariat ditemukan bahwa kegemukan memiliki risiko 0,83 lebih rendah untuk hipertensi dibandingkan dengan status gizi normal setelah dikontrol dengan variabel kebiasaan merokok dan status gizi dewasa, namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik.


Kegemukan pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak negatif jangka panjang bagi anak. Prevalensi hipertensi pada dewasa muda juga terus meningkat dari tahun ke tahun dan terdapat kemungkinan bahwa kegemukan anak berpengaruh terhadap hipertensi saat dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi kegemukan saat balita (0-59 bulan) terhadap hipertensi dewasa (21-26 tahun). Penelitian cohort retrospective ini menggunakan data IFLS 1 tahun 1993 dan IFLS 5 tahun 2014 dengan total responden 596 balita setelah memenuhi kriteria inklusi dan eklusi. Penelitian ini menunjukkan terdapat 15,1% anak yang hipertensi saat dewasa dengan proporsi anak yang kegemukan dan mengalami hipertensi sebesar 17,4%. Variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian hipertensi, yaitu jenis kelamin, status gizi obesitas dewasa, konsumsi fast food, konsumsi soft drink, dan kebiasaan merokok. Analisis multivariat ditemukan bahwa kegemukan memiliki risiko 0,83 lebih rendah untuk hipertensi dibandingkan dengan status gizi normal setelah dikontrol dengan variabel kebiasaan merokok dan status gizi dewasa, namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik.


Childhood obesity is a health problem that has a long-term negative impact onchildren. The prevalence of hypertension in young adults continues to increase year by year and it is suggested that childhood obesity affects hypertension in adulthood. This study aims to determine the effect of obesity as a child under the age of five (0-59months) on adult hypertension (21-26 years). This retrospective cohort study data werefrom IFLS 1 in 1993 and IFLS 5 in 2014, with a total of 596 respondents under the age of five after meeting the inclusion and exclusion criteria. This study showed that 15,1%of the children have hypertension as adults, with the proportion of overweight children having hypertension being 17,4%. Variables significantly related to the incidence of hypertension were gender, nutritional status of obese adults, consumption of fast food, consumption of soft drinks, and smoking habits. Multivariate analysis found that childhood obesity lower the risk for hypertension by 0.83 times compared to normal nutritional status after being controlled by smoking habits and adult nutritional status variables, but this relationship was not statistically significant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Laura Kartini
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh antara pembangunan infrastruktur pekerjaan umum yaitu sistem penyediaan air minum dan sanitasi (SPAMS) layak terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Provinsi di Indonesia pada tahun 2005-2015 serta menganalisis faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah Provinsi di Indonesia pada tahun 2005-2015. Metode penelitian yang dipergunakan pendekatan kuantitatif dan pengujian hipotesis dengan mengumpulkan dan menggunakan data sekunder untuk dianalisis. Pengujian kesesuaian model menunjukkan bahwa metode yang tepat untuk digunakan adalah metode fixed effect model. Hasil analisis dengan metode fixed effect model menunjukkan bahwa pembangunan Infrastruktur Sistem Penyediaan Air Minum Layak sebagai infrastruktur Pekerjaan Umum memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Indonesia pada tahun 2005-2015. Sedangkan pembangunan sanitasi sebagai infrastruktur Pekerjaan Umum tidak memiliki pengaruh yang signifikan namu memiliki hubungan positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Indonesia pada tahun 2005 – 2015. Faktor lain yang terdiri dari Angka Partisipasi Murni tingkat SMA dan Pembentukan Modal Tetap Bruto secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Indonesia pada tahun 2005-2015. Sedangkan jumlah tenaga kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Indonesia pada tahun 2005-2015.

The purpose of this research is to analyze the influence of drinking water and sanitation access on regional economic growth province in indonesia year 2005-2015 and to analyze other factors affecting provincial economic growth in Indonesia in 2005-2015. The research method used a quantitative approach and hypothesis testing by collecting and using secondary data to be analyzed. The model conformity test shows that the right method to use is the fixed effect model. The result of analysis with fixed effect model shows that the development of Infrastructure of Water Supply infrastructure has a significant positive impact on Regional Economic Growth in Indonesia in 2005-2015. While Environmental Sanitation of Settlement as Public Works infrastructure has not a significant positive impact on Regional Economic Growth in Indonesia in 2005-2015. While other factors consisting of Pure Participation Rate (Angka Partisipasi Murni) SMA, Gross Fixed Capital Formation together have a positive influence on Regional Economic Growth in Indonesia in 2005-2015."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Devi Qirani
"Underweight merupakan salah satu masalah kekurangan gizi yang rentan dialami oleh anak-anak. Karakteristik anak, orangtua, dan lingkungan menjadi faktor yang mempengaruhi kejadian underweight pada anak, terutama pada anak usia 24-59 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor yang mempengaruhi kejadian underweight pada anak usia 24-59 bulan di Pulau Jawa. Penelitian cross-sectional ini menggunakan data sekunder dari IFLS 2014. Total responden pada penelitian ini sebanyak 1270 anak usia 24-59 bulan yang tinggal di Pulau Jawa. Perhitungan dan klasifikasi nilai z-score BB/U menggunakan aplikasi WHO AnthroPlus, sedangkan aplikasi SPSS digunakan untuk mengolah data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 20,2% anak yang mengalami underweight di Pulau Jawa. Variabel yang berhubungan secara signifikan (p-value <0,05) antara lain BBLR, ISPA, diare, frekuensi makan susu dan olahannya, tingkat pendidikan ayah dan ibu, dan status gizi ayah. Sedangkan variabel jenis kelamin, umur kehamilan, pemberian imunisasi dasar, status anemia, riwayat asi eksklusif, semua frekuensi makan selain susu dan olahannya, status gizi ibu, kebiasaan merokok ayah dan ibu, serta wilayah tempat tinggal tidak berhubungan secara signifikan (p-value >0,05) dengan kejadian underweight. Berdasarkan analisis multivariat, frekuensi makan susu dan olahannya menjadi faktor dominan kejadian underweight pada penelitian ini (OR=1,798).

Underweight is one form of undernutrition that is often experienced by children. Characteristics of children, parents, and the environment were factors affecting the incidence of underweight in children, especially aged 24-59 months. This study aimed to find out the dominant factors affecting underweight in children aged 24-59 months in Java Island. This cross-sectional study used secondary data from IFLS V (2014). Total respondents of this study were 1,270 children aged 24-59 months who lived in Java Island. Z-scores for weight-for-age was determined and classified using WHO AnthroPlus software, while SPSS software was used to process the data. This study found that 20.2% children in Java were underweight. Variables that significantly associated (p-value <0.05) with underweight were LBW, ARI, diarrhea, frequency of eating milk and its products, education level of father and mother, and underweight father. While gender, gestational age, basic immunization, anemia status, exclusive breastfeeding history, other eating frequencies, maternal nutritional status, smoking habits of fathers and mothers, and area of residence were not significantly associated with underweight (p-value >0.05). Based on multivariate analysis, low frequency of eating milk and dairy product was the dominant factor in this study (OR=1.798)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Sewelas Ekapermatasari
"Diare adalah buang air besar dengan frekuensi tiga kali dalam sehari atau lebih dengan feses berbentuk lembek atau cair. Diare termasuk salah satu penyakit yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) dengan tingkat fatalitas kasus cukup tinggi (1,97%). Banten menempati peringkat kesembilan di Indonesia dengan prevalensi diare pada balita terbanyak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan sumber air minum dengan kejadian diare pada balita di Banten menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah sampel 467 balita. Analisis data yang digunakan adalah distribusi frekuensi dan chi-square. Prevalensi diare pada balita sebesar 10,7%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumber air minum (nilai p=0,574) tidak berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Banten berdasarkan data SDKI 2017. Hubungan yang secara statistik bermakna dengan kejadian diare pada balita hanya ditemukan pada indeks kekayaan. Selain indeks kekayaan (nilai p=0,013), tidak ada lagi variabel yang memiliki hubungan yang secara statistik bermakna dengan kejadian diare pada balita.

Diarrhea is defined as the passage of three or more loose of liquid stools per day. Diarrhea is one of the diseases which frequently caused an outbreak with relatively high case fatality rate (CFR) (1,97%). Banten ranks ninth as province with the most high diarrhea prevalence nationally. Aim of this study is to analyze drinking-water sources related to diarrhea on under-five children in Banten based on Demographic and Health Survey (DHS) Indonesia 2017 data. This study used cross-sectional design study, and the number of sample used based on inclusion and exclusion criteria on this study is 467 under-five children. Data on this study were analyzed using frequencies and chi-square. Prevalence of diarrhea occurred on under-five children was 10,7%. There was no statistical significant relationship between drinking-water sources and diarrhea occurance on underfive children (p value=0,574), statistically significant relationship related to diarrhea occurance on under-five children only can be found in wealth index (p value=0,013).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>