Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66845 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sihombing, Johnson
"Pada karya akhir ini, kami mencoba untuk ~embahas cara
yang baik untuk melakukan penilaian perusahaan. Tujuan penilaian
ini adalah untuk mengurangi kemungkinan investor
akan menanamkan modalnya di perusahaan yang salah sehingga
tidak memberikan hasil yang diharapkan.
Untuk menjamin keberhasilan dari suatu investasi searang
investor harus melakukan penilaian terhadap perusahaan
yang akan dipilihnya.
Dalam menilai suatu perusahaan, beberapa aspek penting
untuk dianalisa. Aspek-aspek tersebut adalah- : Asp~k persaingan
dalam industri, lingkungan makro, kondisi pasar, kondisi
keuangan dan potensi manajemen puncak.
Analisa keadaan industri diperlukan karena keberhasilan
perusahaan tergantung pada kemampuannya bersaing dalam industri.
Secara terperinci kondisi-kondisi berikut membuat
keadaan industri perlu untuk dianalisa: Industri yang mudah
dimasuki oleh pendatang baru akan menyebabkan persaingan
semakin tajam, industri yang produknya mudah diganti dengan
produk substitusi akan menyebabkan produknya tidak mudah
untuk dijual, industri yang bahan bakunya sulit diperoleh
dapat mengakibatkan operasi perusahaan terhambat karena
sulitnya memperoleh bahan baku, industri yang bargaining"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1989
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Hisar
"Skripsi ini berisi tentang Dampak Penerapan PSAK 13 Revisi 2011 pada Perusahaan Properti: Studi Kasus pada PT TBI. PT TBI merupakan perusahaan penyewaan menara yang menyewakan bangunan tower yang dimilikinya kepada operator telekomunikasi melalui sewa operasi. Pendapatan utama Perusahaan didapat dari hasil penyewaan atas properti investasinya. Di dalam pengakuan bangunan tower yang dimiliki perusahaan juga terdapat isu dalam perbedaan pengakuan di perusahaan-perusahaan penyewaan me nara yang ada di Indonesia ada perusahaan yang mengakui sebagai properti investasi dan ada juga ya ng mengakui sebagai aset tetap. Kesimpulannya adalah didalam industri penyewaan menara penentuan yang benar atas pengakuan bangunan tower yang dimilikinya adalah sebagai properti investasi karena kriteria-kriterianya mengacu dalam PSAK 13.

This contains about the Impact of PSAK 13 Revised 2011 on Company Property: Case Study on PT TBI. PT TBI is a rental company that rents its tower to telecommunications operators through an operating lease. The company's main revenue derived from the rental of property investment. In the recognition of the company-owned buildings tower there is also an issue in recognitionof differences in tower rent companies in Indonesia there are companies that recognize the investment properties and some are recognized as fixed assets. The conclusion is in industry rent tower the correct recognition of the tower building as an investment property because of the criteria, are referred to in PSAK 13."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Johnson
"Pada karya akhir ini, kami mencoba untuk membahas cara yang baik untuk melakukan penilaian perusahaan. Tujuan penilaian ini adalah untuk mengurangi kemungkinan investor akan menanamkan modalnya di perusahaan yang salah sehingga tidak memberikan hasil yang diharapkan. Untuk menjamin keberhasilan dari suatu investasi searang investor harus melakukan penilaian terhadap perusahaan yang akan dipilihnya. Dalam menilai suatu perusahaan, beberapa aspek penting untuk dianalisa. Aspek-aspek tersebut adalah : aspek persaingan dalam industri, lingkungan makro, kondisi pasar, kondisi keuangan dan potensi manajemen puncak.
Analisa keadaan industri diperlukan karena keberhasilan perusahaan tergantung pada kemampuannya bersaing dalam industri. Secara terperinci kondisi-kondisi berikut membuat keadaan industri perlu untuk dianalisa: Industri yang mudah dimasuki oleh pendatang baru akan menyebabkan persaingan semakin tajam, industri yang produknya mudah diganti dengan produk substitusi akan menyebabkan produknya tidak mudah untuk dijual, industri yang bahan bakunya sulit diperoleh dapat mengakibatkan operasi perusahaan terhambat karena sulitnya memperoleh bahan baku, industri yang bargaining power berada di tangan konsumen akan menyebabkan pasar perusahaan tergantung pada perilaku konsumen, dan industri dengan jumlah pesaing yang besar membuat persaingan semakin tajam. Seperti juga keadaan industri, analisa lingkungan makro sangat penting karena perubahan lingkungan makro, seperti teknologi, ekonomi, politik dan peraturan pemerintah~ dapat mempengaruhi kesuksesan perusahaan.
Dari analisa mengenai industri farmasi dapat ditarik kesimpulan berikut: Industri farmasi relatif mudah dimasuki oleh pendatang baru. Pengaruh produk susbtitusi untuk perusahaan farmasi relatif kecil. Lebih dari 95% bahan baku perusahaan farmasi masih merupakan barang impor sehingga menimbulkan beberapa resiko seperti: resiko kenaikan riilai tukar kurs valuta asing, ketergantungan pada hubungan politik (diplomatik) dan perdagangan dengan negara sumber bahan baku, dan resiko adanya nilai transfer price yang tidak wajar. Bargaining power penjualan berada di apotik dan dokter. Kondisi persaingan ant~r perusahaan dalam industri farmasi saat ini sangat ketat.
Dampak lingkungan makro terhadap industri farmasi cukup besar. Beberapa faktor lingkungan makro yang sangat mempengaruhi adalah: teknologi obat berkembang sangat pesat sehingga peranan R&D di perusahaan farmasi sangat penting. Ada korelasi yang kuat antara keadaan akonomi dan pertumbuhan penduduk dengan penjualan obat, dan obat adalah kebutuhan pokok masyarakat sehingga sering mengundang campur tangan pemerintah. Prospek pasar perusahaan obat secara keseluruhan cukup cerah namun untuk perusahaan yang memproduksi obat paten terancam oleh obat generik. Diperkirakan dapat terjadi pergeseran pangsa pasar dari produsen obat paten ke produsen obat generik.
Produk ketiga perusahaan yang kami pilih untuk dianalisa adalah obat paten yang dapat terancam oleh obat generik. Keadaan ketiga perusahaan yang dianalisa ini cukup baik tetapi yang terbaik adalah PT. Squib Indonesia. Analisa harga saham menunjukkan bahwa harga saham tiga perusahaan ini pada bulan maret 1989 dinilai lebih (overvalued) kecuali untuk PT. Squibb Indonesia. Dalam menilai perusahaan tidak boleh hanya menilai berdasarkan laporan keuangannya saja atau dengan kata lain tidak boleh mengkeramatkan laporan keuangan tetapi juga harus menilai aspek lainnya. Metode Altman tidak dapat digunakan sebagai alat untuk meramalkan kebangkrutan perusahaan. Untuk menentukan apakah perusahaan akan bangkrut adalah tergantung pada berbagai macam faktor, bukan hanya didasarkan pada laporan keuangan saja.
Berdasarkan hasil analisa diatas, kami mengajukan saran-saran berikut: dalam membeli saham sebaiknya para investor tidak terpengaruh oleh gejolak harga saham di bursa karena seringkali harga saham di bursa tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya, tetapi djpengaruhi oleh spekulasi. Bagi investor yang penting adalah melakukan penilaian yang baik terhadap perusahaan. Walaupun harga saham jatuh di bursa, tetapi kalau perusahaan tersebut dinilai ctikup sehat, maka keadaan ini dapat dimanfaatkan untuk membeli saham dengan harga murah. Sebaliknya walaupun harga saham naik kalau perusahaan tersebut dinilai tidak sehat maka sebaiknya saham tersebut dijual. Disamping itu sebaiknya para investor tidak membeli satu jenis saham saja tetapi melakukan diversifikasi (portfolio) dengan cara membeli saham dari beberapa· industri untuk menghindari kerugian. Namun demikian saran ini hanya ditujukan untuk para investor yang tidak mau berspekulasi dengan mengikuti trend harga saham saja, bukan mereka yang bertujuan untuk spekulasi."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1989
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sutikno
"Optimasi pendanaan investasi merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan perusahaan, terutama untuk perusahaan yang sedang berkembang seperti PT Perusahaan Gas Negara (Persero). Untuk mengetahui apakah pendanaan investasi telah dilaksanakan secara optimal dan kriteria apa yang digunakan untuk memilih sumber dana, maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian sehingga dapat diketahui langkah-langkah apa yang seharusnya ditempuh manajemen agar pemenuhan kebutuhan dana investasi dapat dilaksanakan secara optimal.
Penelitian dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi kasus perusahaan dengan menggunakan landasan teori sebagai dasar analisis yang meliputi pengertian mengenai proses pelaksanaan investasi ditinjau dari sudut manajerial, metode-metode pemilihan investasi (kriteria investasi) dan metode-metode yang berkaitan dengan pemilihan sumber dana melalui perhitungan biaya penggunaan dana (cost of capital).
Hasil analisis dari aspek manajerial melalui tahapan kegiatan investasi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan investasi di PT Perusahaan Gas Negara (Persero) belum dilakukan melalui tahapan yang benar, terutama yang menyangkut kegiatan penyusunan gagasan investasi, studi kelayakan investasi, koordinasi tugas di lapangan dan pemanfaatan investasi.
Untuk melakukan pilihan alternatif investasi, manajemen belum memiliki pola atau teknik analisis tertentu yang digunakan sebagai dasar penentuan pilihan. Dari analisis kriteria investasi dengan menggunakan metode NPV, IRR dan Pay Back Period terhadap 50 calon pelanggan industri dapat disimpulkan bahwa 28 calon pelanggan dinyatakan layak dan 22 calon pelanggan tidak layak.
Analisis kebutuhan dana yang ditujukan untuk memilih sumber dana yang paling optimal dengan menggunakan metode-metode perhitungan jangka waktu kritis hutang, Weighted Average Cost of Capital (WACC) dan Cost of Capital dari masing-masing sumber dana dapat disimpulkan bahwa penggunaan dana investasi yang ada sekarang dinilai optimal dengan skala prioritas dari prioritas I s/d IV sebagai berikut : Sumber Dana Bank Dunia/ADB, Obligasi Biasa, Obligasi Konversi dan Kredit Komersial.
Dari hasil-hasil analisis tersebut disarankan haI-hal sebagai berikut : pelaksanaan investasi dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan yang benar, untuk melakukan pilihan alternatif investasi hendaknya selalu didasarkan pada analisis kriteria investasi, manajemen harus memikirkan untuk memilih alternatif sumber dana lainnya dengan menggunakan analisis cost of capital seperti tersebut diatas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Larasati Sosodoro
"Permintaan dan penawaran komoditas energi dunia terus meningkat, begitu pula dengan permintaan dan penawaran di negara-negara ASEAN. Pertumbuhan permintaan energi tahunan rata-rata di ASEAN adalah 4.2%, begitu pula dengan penawarannya, hal ini berlangsung selama tujuh tahun terakhir (ASEAN Energy Outlook 2011). Berkaitan dengan aspek ini, maka salah satu fokus utama dari organisasi ASEAN adalah untuk mendorong investasi di sektor energi (APAEC, 2011), sehingga menimbulkan adanya kepentingan untuk mengetahui bagaimana pola perilaku investasi perusahaan energi di ASEAN.
Riset ini memberikan salah satu alternatif pendekatan analisis perilaku investasi pada Top Five ASEAN Countries, dimana riset yang dilakukan berdasarkan pada penemuan riset terbaru yang dilakukan oleh Cleary et al 2007. Tujuan utama dari riset ini adalah untuk mengetahui apakah hubungan investasi dan dana internal perusahaan berbentuk kuva U atau tidak. Dimana hal ini memiliki perbedaan dengan riset yang dilakukan sebelumnya, yang menyatakan hubungan investasi dan dana internal perusahaan adalah positif.

The world's demand and supply of energies are increasing, so does with ASEAN countries. The annual growth of energy demand in ASEAN was 4.2% in the past seven years, meanwhile the supply growth was also 4.2% (ASEAN Energy Outlook 2011). Since one of the concerns of ASEAN is to stimulate investment in energy sectors (APAEC, 2011), the urgency of knowing how energy firms doing investment in the past is raising. This research provides one of approaches to determine investment behavior of Top Five ASEAN Countries, consider on method and the recent findings in behavioral finance by Cleary et al 2007.
This research main aim is to see whether the relationship between internal fund and investment of the firms has U-shaped pattern or not. Contrary to the previous research about internal fund and investment stated that the relationship was only monotonically increasing. Meanwhile, based on Cleary et al 2007 findings, the relationship was U-shaped, where the firms will decrease its investment at a very low internal fund position, and started to increase investment at a certain internal fund position.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S54281
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Salamah
"Pemodal saat menanamkan modalnya pada perusahaan multinasional atau perusahaan domestik perlu pertimbangan, yaitu dari kinerja investasi (market based performance) dan kinerja keuangan (rasio keuangan). Qleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tiga tujuan. Pertama, mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja investasi antara perusahaan multinasional dengan domestik. Kedua, mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan domestik. Ketiga, mengetahui pengaruh kinerja keuangan terhadap kinerja investasi pada perusahaan multinasional dan perusahaan domestik.
Kinerja investasi diukur dengan 4 pendekatan , yaitu kinerja Jensen, kinerja Treynor, dan kinerja Sharpe. Kinerja keuangan dicerminkan old price earning ratio, price book value, dividen payout ratio, leverage ratio, return on asset, inventory turnover, quick ratio dan long term capital investment.
Sampel yang diambil adalah 12 perusahaan multinasional dan 12 perusahaan domestik yang berada di Bursa Effek Jakarta pada periode tahun 1994 sampai tahun 1998. Data yang digunakan data pooled dengan kombinasi time series dan cross section.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja investasi antara perusahaan multinasional dengan domestik untuk ketiga model, yaitu Jensen, Treynor dan Sharpe. Rasio keuangan yang berbeda antara perusahaan multinasional dengan domestik adalah price earning ratio dan return on asset, sedangkan price book value, dividen payout ratio, leverage ratio, inventory turn over dan long term capital investment tidak berbeda.
Pada perusahaan multinasional untuk kinerja Jensen, rasio yang berpengaruh ialah return on asset, inventory turnover, quick ratio dan longterm capital; untuk kinerja Treynor adalah price earning ratio, price book value, dividend payout ratio, leverage ratio, quick ratio dan long term capital investment; untuk kinerja Sharpe adalah price earning ratio, price book value, leverage ratio, quick ratio dan long term capital investment.
Pada perusahaan domestik untuk kinerja Jensen, rasio yang berpengaruh adalah leverage ratio, return on asset dan quick ratio; untuk kinerja Treynor adalah long term capital investment; untuk kinerja Sharpe adalah price book value, leverage ratio dan return on asset."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T19440
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susana Makahinda
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang terimplikasi oleh strategi organisasional yaitu strategi prospektor dan defender dan menyebutkan perbedaan antara abnormal return dari setiap strategi organisasional.
Variabel yang diimplikasikan berpengaruh terhadap strategi organisasional adalah pertumbuhan laba, pertumbuhan penjualan, dividers payout ratio dan return on investment. Life cycle theory digunakan untuk menganalisa perbedaan dari kinerja keuangan perusahaan prospector dan defender.
Hasil penelitian memperlihatkan pertumbuhan laba perusahaan prospektor dan defender berbeda secara nyata (signifikan pada 0.05). untuk pertumbuhan penjualan perusahaan prospektor dan defender berbeda tetapi tidak signifikan (pertumbuhan penjualan perusahaan prospektor dan defender hampir sama). Sedangkan untuk Dividen Payout Ratio perusahaan prospector dan defender berbeda tetapi tidak signifikan (hampir sama). Return on Investment perusahaan prospektor berbeda secara signifikan dengan Return on Investment perusahan defender.
Uji multivariate dilakukan untuk melihat perbedaan antara prospektor dan defender dihubungkan dengan abnormal return. Hasil pengujian memperlihatkan pertumbuhan laba dari perusahan prospektor dan defender, berpengaruh secara signifikan terhadap abnormal return. Untuk pertumbuhan penjualan dan Dividend Payout Ratio bagi masing-masing tipe perusahaan tidak berpengaruh terhadap abnormal return. Sedangkan pada perusahaan defender Return on Investment mempunyai pengaruh yang signifikan (nyata)."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20467
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Owen Sutedjo
"Dalam menjalankan fungsi intermediasinya, bank selalu diawasi ketat oleh Bank Indonesia dan salah satu poin krusial dalam pengawasan sektor perbankan ini adalah dalam kegiatan pemberian kredit. Kegiatan ini memiliki risiko adanya kemungkinan kredit yang diberikan tidak dapat tertagih sehingga menjadi kredit bermasalah dan disi lain bank tetap harus membayar setiap rupiah dana simpanan dari masyarakat. Diluar semua pengawasan dan persyaratan yang dikeluarkan Bank Indonesia, bank harus selalu dapat bertanggung jawab untuk memberikan kredit kepada debitur yang layak melalui tahapan analisis yang ketat dan akurat.
Sebelum memberikan fasilitas kredit kepada sebuah perusahaan atau individu perorangan, seorang analis kredit di bank wajib melakukan tahapan analisis yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan calon debitur dalam memenuhi kewajibannya kepada bank dan memperkirakan tingkat risiko yang akan ditanggung bila bank menyetujui permohonan kredit tersebut. Analisis tersebut berperan sebagai saringan pertama agar bank tidak terjerumus dalam kasus kredit bermasalah.
PT. XYZ yang bergerak di bidang manufaktur memhutuhkan dana untuk investasi pembelian Cigarette Paper Making Machine baru yang bertujuan menambah kapasitas produksinya. Permohonan pinjaman yang diajukan PT. XYZ ke Bank A berupa kredit investasi. kredit modal kerja dan line IJC. Untuk menilai apakah permohonan tersebut layak dibiayai oleh bank dan berapa besar pinjaman yang sebaiknya dibiayai oleh Bank A, perlu dianalisis beberapa aspek yang berkaitan dengan 5C yaitu aspek legalitas, aspek usaha secara umum. aspek operasional, aspek keuangan, aspek agunan, aspek risiko dan aspek bidang industri.
Dari aspek legalitas dinilai PT. XYZ sudah memenuhi seluruh kelengkapan dokumen yang berhubungan dengan legalitas pcndirian badan usaha, legalitas dalam menjalankan usaha serta bukti kepemilikan yang sah terhadap aset-aset yang akan dan sudah dijaminkan di Bank A. Dan dalam menjalankan usahanya, PT. XYZ sudah memiliki semua faktor-faktor yang dipcrlukan berkaitan dengan sumber daya manusia yang handal, lokasi usaha yang mendukung serta proses dan kapasitas produksi yang memadai.
Kinerja keuangan PT. XYZ juga stabil dan cenderung membaik dari tahun ke tahun, selain itu rencana investasi baru ini juga sudah sesuai dengan keperluan dan kemampuan keuangan perusahaan. Investasi ini dinilai berdampak positif terhadap kondisi keuangan PT. XYZ di masa mendatang karena mempunyai andil yang besar dalam mendukung kenaikan penjualan perusahaan serta memperbesar peluang PT. XYZ dalam meningkatkan pangsa pasar di industri rokok nasional maupun internasional.
Sedangkan dari aspek agunan dinilai asset yang dijaminkan belum mencukupi total pinjaman yang akan diberikan Bank A karena sebagian besar agunan tersebut berupa rangkaian mesin besar yang sulit dijual dalam waktu yang singkat apabila PT. XYZ mengalami wanprestasi atau default. Untuk itu PT. XYZ diharapkan dapat memberikan jaminan tambahan dari para pemegang perusahaan dan/atau dari induk perusahaan.
Berdasarkan pertimbangan seluruh aspek tersebut, permohonan kredit PT. XYZ dinilai layak dibiayai oleh Bank A dengan pemberian fasilitas kredit investasi dan line LlC sesuai dengan pengajuan awal PT. XYZ. Sedangkan fasilitas kredit modal kerja tidak disetujui sebesar jumlah yang diajukan dan juga penggunaan kredit modal kerja ini dibagi untuk dua tujuan penggunaan yaitu untuk kebutuhan saat pengoperasian Cigarette Paper Making Machine barn dan untuk tambahan modal kerja harian PT. XYZ.

In performing its intermediate function, a bank is always observed thoroughly by "Bank Indonesia" and one of the crucial points in this banking observation is providing credit activity. The risk of this activity is that there's a possibility the credit provided can be a bad debt and on the other side the bank still has to pay every single Rupiah of the society's fund. Outside of the observation and regulation issued by Bank Indonesia, a bank has to be responsible on providing credit facility to competent debtors through analysis process tightly and accurately.
Before providing any credit facility to a company or individual person by person, a credit analyst in a bank has to analyze in order to know the person or the company's ability in fulfilling any obligation to the bank and estimating risk level degree for the bank, if the bank approves the credit facility request. The credit analysis is as the first filter to prevent the bank for not having a bad debt case.
PT. XYZ, a manufacturing company needs fund to invest a new Cigarette Paper Making Machine in order to developing its production capacity. The credit facility requested by PT. XYZ to Bank A is investment loan, working capital loan, and L/C line. To judge whether the request is proper to be financed by Bank A, the bank needs to analyze few aspects related to 5C which are legal aspect, common business aspect, operational aspect, financial aspect, collateral aspect, risk aspect and industrial aspect.
Through legal aspect, PT. XYZ already fulfill all of the documents related to corporation founding legalization, business performing legalization also legal document of assets that will be and already pledge to Bank A. In doing its business, PT. XYZ has every needed element, related to human resources, supporting business location also production process and capacity.
The financial of PT. XYZ also stable and on a better level each year, the new investment plan appropriate with its need and financial ability. The investment will give positive impact to its financial condition in future because it will support the company's increasing sales and bigger opportunity in increasing its market in national and international cigarette industry.
From collateral aspect, the pledged assets has not cover the total credit facility because more than half of its collateral are big machineries hard to sell in short term period if PT. XYZ can not paid back its obligation including principal payment, interest, and any other expenses to Bank A. To mitigate the collateral aspect, PT. XYZ expected to give additional collateral from shareholders and/or mother company.
Considering all of the above aspects, the credit facilities requested by PT. XYZ are reasonable to be financed by Bank A as proposed by PT. XYZ on investment loan and L/C line. Meanwhile, the working capital loan is not approved as the proposed amount and the working capital loan usage is divided in to two purposes, operational of new Cigarette Paper Making Machine need and its additional daily working capital."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19719
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhyah Madya Ruth Sri Ningrum
"Dewasa ini pasar modal telah melaksanakan transaksi efek melalui media elektronik tanpa diikuti penyerahan fisik efek (paperless transaction). Efek dikonversi menjadi catatan elektronik yaitu diubah ke dalam bentuk kode-kode tertentu yang disebut Isin Codification System. Akibatnya transaksi efek hanya dapat dilakukan melalui komputer, sehingga tidak ada bentuk formal pengalihan efek. Pengalihan kepemilikan efek dilakukan dengan melakukan pemindahbukuan efek diantara satu rekening efek dengan rekening efek lainnya melalui suatu jaringan komputer (elektronic book entry settlement). Hal ini dikenal sebagai perdagangan efek tanpa warkat (scripless trading). Transaksi akan terjadi pada saat match order yang kemudian dilanjutkan dengan proses settlement. Match order dapat dianalogikan sebagai kesepakatan mengenai jumlah dan jenis saham, harga serta tanggal penyelesaian transaksi bursa. Hal ini berbeda dengan ketentuan Pasal 1458 juncto Pasal 613 (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dimana hak kepemilikan atas saham baru akan beralih setelah ada penyerahan secara nyata yaitu dengan membuat akta penyerahan balk berupa akta otentik atau akta bawah tangan. Efek tanpa warkat tersebut pada prinsipnya dapat diagunkan seperti melalui lembaga gadai. Pelaksanaan agunan saham diatur dalam Surat Edaran KSEI Nomor KSEI-0101/DIR/0101 tertanggal 15 Januari 2001. Apabila saham dalam status digadaikan maka saham tersebut harus dikuasai oleh Kreditur dan/atau kuasanya. Dalam mekanisme scripless trading, KSEI merupakan kuasa dari Kreditur untuk menjalankan haknya sebagai penerima gadai yang harus menguasai obyek gadai dalam rangka memenuhi asas inbezitstelling. KSEI selanjutnya akan memblokir saham yang berada dalam status gadai agar saham tersebut tidak dapat ditransaksikan. Gadai hanya dapat dicabut apabila terdapat permohonan pencabutan status gadai dari Kreditur sebagai penerima gadai dan/atau Debitur sebagai kuasa dari penerima gadai."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T19794
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rara Unggara
"Dalam penelitian ini dilakukan analisis mengenai dampak ketidakpastian (World Uncertaınty Index-WUI) terhadap inefisiensi investasi perusahaan di Indonesia. data yang digunakan merupakan data panel 1150 firm-year yang terdiri dari periode time series 2014-2024 dan 115 cross section perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan dampak negatif dari ketidakpastian terhadap nilai absolut inefisiensi investasi. Secara khusus, terdapat dampak negatif dari ketidakpastian terhadap inefisiensi investasi pada kondisi overinvestment, dan dampak positif dari ketidakpastian terhadap inefisiensi investasi pada kondisi underinvestment. sehingga disimpulkan dalam kedua skenario investasi yang tidak normal, ketidakpastian mengurangi inefisiensi investasi dan mengoptimalkan

This study analyzes the impact of uncertainty (World Uncertaınty Index-WUI) on corporate investment inefficiency in Indonesia. Tthe data used is 1150 firm-year panel data consisting of the 2014-2024 time series period and 115 cross section companies. the results show a negative impact of uncertainty on the absolute value of investment inefficiency. There is a negative impact of uncertainty on investment inefficiency in overinvestment conditions, and a positive impact of uncertainty on investment inefficiency in underinvestment conditions. Thus, it is concluded that in both abnormal investment scenarios, uncertainty reduces investment inefficiency and optimizes investment decisions."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indinesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>