Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176884 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadhila Amira
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menciptakan dan menguji validitas dan reliabilitas ukuran baru perfeksionisme yang lebih pendek dari skala sebelumnya dan mampu menjelaskan sifat maladaptif dan adaptif yang mendasari perfeksionisme dalam hubungannya dengan neurotisme dan sifat berhati-hati. Kuesioner diberikan kepada 129 mahasiswa psikologi di University of Queensland yang hanya terdaftar di mata kuliah Pengukuran PSYC3020 pada saat kelas tutorial berlangsung. Pengukuran baru perfeksionisme, yaitu Skala Perfeksionisme, dikembangkan dan diuji reliabilitasnya, Item Discrimination Indices, dan validitasnya, dalam hubungannya dengan Neurotisme, menggunakan alat ukur IPIP Neuroticism, dan sifat berhati-hati yang menggunakan alat ukur IPIP Conscientiousness. Tiga hipotesa telah dikembangkan dan menunjukkan bahwa perkembangan skala baru Perfeksionisme terbukti memiliki keandalan yang cukup baik dan Item Discrimination Index yang baik. Untuk studi kedepannya diperlukan variabel lain yang dinilai memerlukan perbaikan untuk lebih praktis.

ABSTRACT
The objective of current study is to create and test the validity and reliability new measure of perfectionism that is shorter than previous scales and adequately captures underlying maladaptive and adaptive traits of perfectionism in association with neuroticism and conscientiousness. Questionnaires were administered to 129 students in the University of Queensland who enrolled in Measurement in Psychology PSYC3020 course during tutorial class. The new scale of perfectionism, which is the Perfectionism Scale, was developed and tested its reliability, Item Discrimination Indices, and validity in correlation with Neuroticism using IPIP Neuroticism scale and Conscientiousness using IPIP Conscientiousness scale . Three hypotheses have developed and indicated that the new developed Perfectionism scale shown to have a good reliability and discrimination index. Future study suggests the other variable need to be assessed and some need improvement to be more practical. "
2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Audia Wira Tenri
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur validitas dan reliabilitas skala baru dari Neuroticism. Peneliti membuat skala baru neuroticism yang terdiri dari tiga skala, yaitu neuroticism, anxiety, and social relationship. Dalam penelitian ini, 129 mahasiswa dan mahasiswi Universitas Queensland ikut serta sebagai partisipan untuk menguji skala baru neuroticism. Peneliti menemukan bahwa terdapat korelasi yang significant antara skala original neuroticism dan skala neuroticism yang baru terdapat pula korelasi skala neuroticism dan anxiety.
Hasil dari penelitian ini memperlihatkan validitas antara original neuroticism dan skala baru neuroticism. Meskipun dalam penelitian ini tidak ditemukan korelasi antara skala baru neuroticism dan skala relationship. Peneliti juga menemukan bahwa terdapat reliabilitas yang bagus M=46.32, SD=6.38, dan item discrimination indices yang konsisten. Untuk penggunaan selanjutnya diharapkan untuk mempertimbangkan items yang berada di posisi rendah di dalam items discrimination indices.

The aim of this study is to test validity and reliability of the new scale of neuroticism. We made the new neuroticism scale and another three scales, which are original neuroticism scale, anxiety, and relationship. There were 129 students of University of Queensland. We found that there was positive significant correlation between original scale of neuroticism and new scale of neuroticism, and positive significant correlation between the new scale of neuroticism and anxiety.
The result also shows there is validity in our new scale and original scale of neuroticism. However, we found that there was no positive significant correlation between our new scale of neuroticism and relationship. We also found that our new scale has good reliability M 46.32, SD 6.38 , and item discrimination indices are consistent. Further uses should be considering the low items in discrimination indices.
"
Depok: Fakultas Psikologi Univeraitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Maryam Purboningsih Mudaffar Syah
"Terlepas dari pengalaman yang menghibur, penggunaan TikTok memiliki sejumlah konsekuensi yang merugikan bagi kesehatan mental penggunanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji korelasi antara kesepian, neurotisisme, dan penggunaan TikTok. Penelitian ini memiliki 381 partisipan dan data dikumpulkan dari survei online yang dikirim melalui media sosial, email, dan kontak pribadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi antara konsumsi TikTok dan hubungannya terhadap kesepian dan neurotisme. Implikasi praktis dari temuan ini sangat penting karena banyak pengguna TikTok mungkin tidak sepenuhnya mengenali bagaimana kesepian dan neurotisisme dapat memengaruhi konsumsi TikTok. Memahami implikasi ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran di antara pengguna dan mempromosikan penggunaan TikTok yang terinformasi, yang berpotensi mengarah pada peningkatan kesejahteraan mental di antara audiensnya.

Despite the entertaining experience, TikTok usage has a number of detrimental consequences for its users’ mental health. The purpose of this study was to examine the correlation between loneliness, neuroticism, and TikTok usage. The study had 381 participants and data was collected from online surveys sent via social media, email, and personal contact. The results showed that there is a correlation between TikTok consumption and its relationship to loneliness and neuroticism. The practical implications of these findings are significant as many TikTok users may not fully recognize how loneliness and neuroticism can impact TikTok consumption. Understanding these implications is crucial to raising awareness among users and promoting informed TikTok usage, potentially leading to improved mental well-being among its audience."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Freisty Yuwika
"Tingginya tingkat property theft (dikenal dengan nama korupsi) )yang dilakukan oleh pegawai pemerintahan di Indonesia mengakibatkan negara mengalami kerugian hingga triliunan rupiah, sayangnya, masih sangat sedikit penelitian yang dilakukan di Indonesia terkait hal ini. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara conscietiousness, kontrol diri, dan sikap terhadap property theft dengan kohesi sosial sebagai moderator. Penelitian dilakukan terhadap 258 pegawai di sebuah institusi pemerintahan Indonesia dengan metode survey menggunakan kuesioner. Pengukuran sikap terhadap property theft menggunakan cara baru berupa skenario.
Hasil analisis moderated multiple-regresi menujukkan bahwa conscientiousness dan kontrol diri memiliki hubungan negatif dengan sikap terhadap property theft (βcons = -.196, p<0,05), (βkontrol = -.241, p<0,01), Selain itu, kohesi sosial secara signifikan memoderasi hubungan antara kontrol diri dan sikap terhadap property theft (βkohesi x kontrol = -.148, p>0.01).

The high level of property theft (known as corruption) committed by government employees in Indonesia resulted in losses up to trillions of rupiah, unfortunately, there is very little research conducted in Indonesia in relation to this topic. This study aimed to examine whether there is a relationship between conscietiousness, self-control, and attitude toward property theft with social cohesion as moderator. The data was gather from 258 public employees of Indonesia‘s government institution with a survey method using a questionnaire. Measurement attitude towards property theft using a new way in the form of scenarios.
Results of moderated multiple-regression analysis showed that conscientiousness and self-control have a negative relationship with attitude toward property theft (βcons = -.196, p<0,05), (βcontrol = -.241, p<0,01). In addition, social cohesion is significantly moderated the relationship between self-control and attitudes towards property theft (βcohession x control = -.148, p>0.01)
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T42933
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Aurellia
"Bencana alam akan lebih sering terjadi dengan perkembangan pemanasan global. Peristiwa ini memiliki hasil yang menghancurkan bagi individu dan komunitas yang bergantung pada bantuan orang lain untuk pulih. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan korelasional antara ekstraversi dan neurotisme dengan bantuan bencana alam melalui survei online yang disebarkan melalui media sosial, email, dan personal messaging. Sebanyak 327 peserta terlibat dalam penelitian ini. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari survei, terdapat korelasi positif signifikan antara ekstraversi sedangkan neurotisisme tidak ditemukan berkorelasi secara signifikan dengan bantuan bencana alam. Hasil ini memberikan informasi tentang perihal bagaimana mempromosikan bantuan bencana alam dengan membangkitkan perasaan bersalah dan menargetkan individu ekstrovert akan menghasilkan peluang yang lebih tinggi untuk berpartisipasi dalam membantu selama bencana alam.

Natural disasters are becoming a more frequent occurrence with the progression of global warming. These events have devastating outcomes to individuals and communities alike who depend on the assistance of others to recover. The aim of this study was to identify the correlational relationship between extraversion and neuroticism with natural disaster helping through an online survey disseminated via social media, email, and personal messaging. A total of 327 participants were involved in this study. Based on the data collected from the survey, there exists a significant positive correlation between extraversion while neuroticism was not found to be significantly correlated with natural disaster helping. These findings provide information on how to promote natural disaster helping such that evoking feelings of guilt and targeting extraverted individuals will yield higher chances of participating in helping during natural disaster."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Maharani Nugroho
"Saat ini, krisis iklim menjadi salah satu fenomena yang memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Hal ini dapat digambarkan sebagai eco-anxiety. Eco-anxiety adalah pengalaman akan kecemasan yang dirasakan terkait krisis iklim dan kerusakan lingkungan. Salah satu yang dapat memengaruhi eco-anxiety adalah kepribadian. Terdapat tiga kepribadian yang dapat memengaruhi eco-anxiety, yaitu neuroticism, openness, dan conscientiousness. Individu dengan tipe kepribadian neuroticism cenderung memiliki kecemasan akan lingkungan. Untuk individu dengan tipe kepribadian openness digambarkan memiliki rasa ingin tahu terhadap lingkungan, dan pada tipe kepribadian conscientiousness digambarkan sebagai individu yang berhati-hati, memiliki tujuan, dan mengikuti norma terkait lingkungan. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat peran ketiga kepribadian tersebut terhadap eco-anxiety dengan menggunakan metode kuantitatif dan desain korelasional dengan multiple analysis regression. Eco-anxiety diukur dengan menggunakan Hogg Eco-Anxiety Scale (HEAS- 13) (Hogg et al., 2021) dan kepribadian diukur dengan menggunakan Ten Item Personality Inventory (TIPI Indonesia) (Akhtar, 2018). Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 552 dengan rentang usia 19-65 tahun. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peran pada ketiga tipe kepribadian neuroticism, openness, dan conscientiousness terhadap eco-anxiety dengan F = 2.93, p = 0.033 < 0.05, R2 = 0.016. Dalam hal ini ditemukan jika neuroticism (B= -0.545, t = -2.686, p = 0.007) dan conscientiousness (B = 0.520, t = 2.076, p = 0.038) memiliki hubungan yang signifikan, sedangkan openness tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap eco-anxiety. Temuan ini dapat digunakan untuk melihat kebutuhan pasar pada perusahaan industri, aktivis lingkungan, dan psikolog agar dapat mengurangi eco-anxiety yang disesuaikan dengan kepribadian individu.

Currently, the climate crisis is a phenomenon that has a major impact on human life. This can be described as eco-anxiety. Eco-anxiety is the experience of anxiety related to the climate crisis and environmental damage. One thing that can affect eco-anxiety is personality. There are three personalities that can affect eco-anxiety, such as neuroticism, openness, and conscientiousness. Individuals with neuroticism tends to have environmental anxiety. Individuals with openness are described as having a curiosity about the environment, and the conscientiousness personality type is described as an individual who is careful, has goals, and follows environmental norms. Therefore, this study aims to examine the role of these three personalities on eco-anxiety by using quantitative method and correlational multiple analysis regression. Eco-anxiety was measured using the Hogg Eco-Anxiety Scale (HEAS-13) (Hogg et al., 2021) and personality was measured using the Ten Item Personality Inventory (TIPI Indonesia) (Akhtar, 2018). The number of participants in this study was 552 with an age range of 19-65 years. The results showed that there was an role on the three personality types of neuroticism, openness, and conscientiousness on eco-anxiety with F = 2.93, p = 0.033 < 0.05, R2 = 0.016. In this case, it was found that neuroticism (B= -0.545, t = -2.686, p = 0.007) and conscientiousness (B = 0.520, t = 2.076, p = 0.038) had a significant relationship, while openness had no significant relationship to eco -anxiety. These findings can be used to see the market needs of industrial companies, environmental activists, and psychologists in order to reduce eco-anxiety that is tailored to individual personalities."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Faustanisa Nursyah Wibowo
"Penelitian ini bertujuan untuk memahami mekanisme psikologis yang mendasari pengaruh kepribadian neuroticism pada tingkat kepuasan hidup dalam fase perkembangan emerging adulthood. Tingkat neuroticism yang tinggi mendorong individu mengalami afek negatif yang lebih kuat, serta memicu bias atensi terhadap informasi negatif yang kemudian mempengaruhi kepuasan hidup secara negatif. Penelitian ini menganalisis data 153 emerging adults menggunakan kuesioner BFI-44, PANAS, SWLS, dan mengerjakan tugas kognitif yakni Emotional Stroop Task. Hasil analisis PROCESS simple mediation (Model 4) dan moderated mediation (Model 14) menunjukkan bahwa neuroticism berkorelasi secara negatif dan signifikan dengan tingkat kepuasan hidup, dan hubungan ini dimediasi secara parsial oleh afek negatif. Penelitian ini juga menemukan bahwa efek mediasi dari afek negatif pada kepuasan hidup secara signifikan dimoderasi oleh bias negatif.  Secara spesifik, semakin kuat bias negatif, semakin kuat pula peran afek negatif sebagai mediator dalam memprediksi tingkat kepuasan hidup. Penelitian ini berhasil menunjukkan secara empirik bahwa peran atensi sangatlah penting dalam memperkuat pengaruh afek negatif pada tingkat kepuasan hidup individu, terutama di kalangan emerging adults dengan kepribadian neuroticism yang dominan.  

This study aims to understand the psychological mechanisms underlying the effect of the neuroticism trait on life satisfaction in the developmental phase of emerging adulthood. High neuroticism encourages individuals to experience more negative affect and triggers attentional bias toward negative information that negatively affects life satisfaction. This study collected data on 153 emerging adults using the BFI-44, PANAS, SWLS questionnaires, and a cognitive task, namely the Emotional Stroop Task. The results of the PROCESS analysis of simple mediation (Model 4) and moderated mediation (Model 14) showed that neuroticism was negatively and significantly correlated with life satisfaction, and this relationship was partially mediated by negative affect. The study also found that the mediating effect of negative affect on life satisfaction was significantly moderated by negative bias. Specifically, the stronger the negative bias, the stronger the role of negative affect as the mediator in predicting the level of life satisfaction. Thus, this study provides empirical evidence that the role of attention is very important in strengthening the effect of negative affect on life satisfaction, especially among emerging adults with a dominant neuroticism personality."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deandra Pradipta
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat dan memvalidasi alat ukur baru yang mengukur tingkat neurotic. Total dari 167 mahasiswa sarjana psikologi dari University of Queensland di runjuk untuk merespon 17 pertanyaan untuk mengukur tingkat neurotik. Dari 17 pertanyaan, 12 dipilih untuk mempertahankan kualitas dari pertanyaan tersebut dan memiliki konsistensi internal yang baik = 6. Untuk memvalidasi alat ukur ini analisa validasi konkuren di gunakan dengan cara mengkorelasikan dengan skala yang telah dibuat yang mengukur prokratinasi aktif, tingkat malu, dan reflektivitas diri yang telah ditemukan dengan neurotik. Kemudian tingkat neurotik bisa digunakan sebagai alat yang memprediksi itu semua. Secara keseluruhan, alat ukur yang baru ini memiliki validitas dan reliabilitas yang baik karena alat ukur ini memiliki akurasi yang baik terhadap apa yang diukur. Implikasinya, skala ini bisa digunakan untuk tujuan akademis, karena majoritas partisipan dipenelitian ini adalah mahasiswa jadi untuk penelitian selanjutnya skala ini bisa ditambah variabel lainnya seperti GPA, atau academic achievement.

The purpose of this study is to develop and validate a new scale measuring neuroticism. A total of 167 undergraduate psychology students from the University of Queensland were asked to provide responses to 17 items measuring neuroticism. Of the total 17 items, 12 were kept to maintain item quality and good internal consistency 76. To validate the new scale, concurrent validity analyses were conducted by correlating the new scales with three established scale measuring active procrastination, embarrassability, and self reflectiveness that have been found to be associated with neuroticism. Thus, neuroticism could be the use as a predictor them. Overall, the new scale has good validity and reliability because it has good accuracy towards what it supposed to measure. For future use, this scale could be used to academic use, because most of the participants were student it could add another variable such as GPA, or academic achievement.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariza Nur Shabrina
"Dampak trait neurotisisme yang tinggi adalah depresi. Semakin tinggi tingkat neurotisisme seseorang, semakin besar kemungkinan seseorang mengalami depresi. Hubungan ini juga ditemui pada populasi mahasiswa. Kecenderungan depresi pada mahasiswa dapat disebabkan oleh gangguan tidur atau insomnia Taylor dkk., 2005; Baglioni dkk., 2010; Riemann dkk., 2010 . Hal ini karena mahasiswa memiliki sumber kecemasan yang khas terkait kewajiban sebagai seorang mahasiswa. Pada sisi lain insomnia dapat disebabkan oleh trait neurotisisme. Orang neurotik memiliki kecenderungan ruminasi. Ruminasi ini menyebabkan insomnia terutama bila pada malam hari dan mengganggu waktu tidur Carney dkk., 2010 . Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran insomnia sebagai mediator dalam hubungan antara trait neurotisisme dan kecenderungan depresi pada mahasiswa Indonesia. Melalui analisis mediasi ditemukan bahwa insomnia memediasi secara parsial hubungan antara trait neurotisisme dan kecenderungan depresi F 2,447 = 124,694, adjusted R2= 0,355, p

One effect of neuroticism is depression. The higher the neuroticism, the more likely that a person becomes depressed. This relationship is also applicable in college student population. Depression tendency in college students can be influenced by insomnia Taylor et al., 2005 Baglioni et al., 2010 Riemann et al., 2010 . This is so due to the students 39 obligations. On the other hand, insomnia is influenced by neuroticism. Neurotic people tend to ruminate, and nightly rumination can lead to the onset of insomnia. Carney et al., 2010 . This study aimed to examine the role of insomnia as mediator between neuroticism and depression in college students. Depression in this study refered to depressive tendency. Using mediation analysis, it was found that insomnia partially mediated the relationship between neuroticism and depressive tendency F 2,447 124,694, adjusted R2 0,355."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Syakina
"Time theft merupakan tindakan yang merugikan bagi organisasi, bukan hanya merugikan secara produktifitas tetapi juga secara ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara conscientiousness, self control, persepsi terhadap integritas atasan dan sikap terhadap time theft yang dimoderatori oleh kohesi sosial dengan sampel PNS (N=258) pada tiga instansi pemerintahan. Metode yang digunakan untuk mengukur sikap terhadap time theft menggunakan skenario kasus yang dikembangkan dari Kulas et al., (2007) sedangkan variabel lain dalam penelitian ini menggunakan self report.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi terhadap integritas atasan dan sikap terhadap time theft (β= 0,010 p>0,05). Ditemukan hubungan antara conscientiousness dan sikap terhadap time theft, (β= -0,235, p<0,01) dan self control dan sikap terhadap time theft (β= -0,195, p<0,05). Kohesi sosial memoderasi hubungan self control dan sikap terhadap time theft, tetapi tidak pada hubungan cosncientiousness dan sikap terhadap time theft.

Time theft is a disservice to the organization, not only harm in productivity but also economically. This research aims to exemine the relationship between conscientiousness, self-control, perceived supervisor behavioral integrity and attitude towards time theft: moderated by social cohesion. Sampel of this research is civil servant (N = 258) at three government institutions. Atittude toward time theft is measured using case scenarios developed from Kulas et al.,(2007) and other variabel in this research measured using self report.
The results shows that there is no correlation between perceived supervisor behavioral integrity and attitude toward time theft (β=0.010 p> 0.05). There is correlation between conscientiousness and attitude toward time theft (β = -0.235, p <0.01) and self-control and attitude toward time theft (β = -0. 195, p <0.05). Social cohesion moderates the relationship between self-control and attitudes toward time theft, but not in the relationship between conscientiousness and attitude towards time theft.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44527
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>