Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111954 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Limbong, Priscila Fitriasih
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas naskah Undang-Undang Ternate UUT koleksi peti Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Naskah ini berupa surat perjanjian dan pengangkatan Raja Tambuku yang berada di bawah kekuasaan Ternate. Penelitian ini bertujuan menyajikan edisi teks UUT dan menjelaskan bentuk wacana kekuasaan yang terdapat di dalamnya. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut digunakan teori filologi dan teori analisis wacana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima naskah UUT hanya ada dua yang sama tetapi tidak identik. Perbedaan yang terdapat pada dua naskah yang sama ini terletak pada lampiran teks. Berkaitan dengan itu, digunakan metode landasan untuk menyajikan edisi teks. Teks yang telah dibuat edisinya ini kemudian dikaji melalui pendekatan analisis wacana. Melalui pendekatan ini, struktur wacana UUT dianalisis untuk mengeluarkan makna teks melalui bahasa. Temuan penelitian ini memperlihatkan bahwa UUT diproduksi sebagai respon terhadap pemberontakan Raja Tambuku. Untuk mengantisipasi pemberontakan berulang, Belanda menciptakan pengetahuan baru berupa produksi undang-undang dengan struktur yang terdiri atas exordium, isi, penutup, dan lampiran. Elemen-elemen struktur tersebut memperlihatkan dominasi kekuasaan Belanda dalam aspek politik, hukum, dan ekonomi. Kekuasaan tersebut terlihat melalui pembuatan aturan dan intervensi terhadap aturan yang sudah ada di Tambuku. Selain itu, kekuasaan juga terlihat dari aspek bahasa yang digunakan dalam teks. Aspek semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris dalam teks UUT memperlihatkan adanya upaya dominasi kekuasaan di Tambuku. Hal ini terlihat dari penggunaan jenis kalimat, pilihan kata, dan ungkapan yang bermakna retoris.

ABSTRACT
The research examines the manuscripts of Ternate Laws Undang Undang Ternate which are part of the chest collection koleksi peti of the National Library of the Republic of Indonesia. These manuscripts contain letters of agreement and the appointment of King Tambuku who reigned under the Sultanate of Ternate. The aim of this research is to produce a textual edition of the Ternate Laws, as well as explaining various forms of discoursal power contained therein. These objectives were achieved by applying theories from the philology and discourse analysis. The results show that, of the five Ternate Laws manuscripts under investigation, only two were found to be similar, albeit unidentical. The difference between these two similar manuscripts is in their appendices. In relation to this, the basic method was applied to compose the textual edition of the Ternate Laws. The resulting text was then examined using the discourse analysis approach. In this approach, the discoursal structure of the Ternate Laws was analyzed in order to extract textual meanings which were expressed by means of a language. The results show that the Ternate Laws were produced as a response to the rebellion of King Tambuku. In order to prevent any future rebellions, the Dutch colonial government created a new body of knowledge in the form of written Laws whose structure consists of an exordium, contents, conclusion, and appendices. Such structural elements signify the dominance of the Dutch colonial government in the areas of politics, law, and economy. This power is demonstrated by their intervention in the creation of regulations, as well as in the regulations already existing in Tambuku. Furthermore, power is also revealed through the language used in the manuscripts. Analyses of Ternate Laws manuscripts in terms of various linguistic aspects, such as semantics, syntax, stylistics, and rhetoric, indicate an effort to achieve dominance over Tambuku. This effort is further revealed through the uses of certain sentence types, word choices, and expressions with rhetorical meanings. "
2017
D1716
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Syarif Hidayatullah
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan aspek yang berhubungan dengan naskah dan wacana dari khotbah yang berisi dorongan berjihad (khu ṭbah ḥathth lial-jihād) pada Perang Aceh abad XIX. Setidaknya ada 5 naskah yang berkategori ini. Naskah-naskah itu tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden (Cod. Or. 2269 1 [naskah A] dan 1a [C]) dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (ML 465 [naskah B], ML 466 [naskah D] dan naskah ML 467). Namun, naskah ML 467 hingga kini belum bisa ditemukan. Naskah A dan B berbahasa Arab, sementara C dan D berbahasa Melayu-Aceh. Naskah yang dibuat edisi teksnya adalah naskah A, C dan D, sementara naskah B dijadikan sebagai pendukung naskah A. Metode edisi teks yang dipergunakan adalah metode edisi kritis.
Teks hasil suntingan dikaji struktur wacana, fungsi wacana dan gaya bahasanya, untuk mengungkap konteks keagamaan dan konteks sejarah yang melingkupi khotbahkhotbah itu. Berdasarkan analisis naskah dan wacana, diketahui naskah yang berbahasa Arab dan yang berbahasa Melayu-Aceh memiliki hubungan baik isi maupun makna. Ada tiga isu penting yang dibicarakan oleh naskah-naskah itu: (1) pemahaman terkait jihād fī sabīl Allāh; (2) sikap orang Aceh dalam melawan agresi Belanda; (3) upaya pihak Aceh dalam mencari aliansi dengan sultan-sultan Kerajaan Turki Usmani sebagai kerajaan Islam terbesar saat itu.

The aim of research is to explain philological and discourse aspects of sermon to give spirit to the Aceh people in their fight against the Dutch (khu ṭbah ḥathth lial- jihād) in Aceh War at 19th century. There are 5 manuscripts in this category. The manuscripts are part of collection of the Library of the University of Leiden (Cod. Or. 2269 1 [A] and 1a [C]) and the National Library of Indonesia (ML 465 [B], ML 466 [D] and ML 467). But until now, ML 467 can?t found. A and B are Arabic, while C and D are Malay with Acehnese. The textual edition are based on A, C and D, while B is supporting evidence for A. Based on the characteristic of the manuscripts, the method of textual edition is critical edition method.
The text is approached with its discourse structure, discourse function and style for getting religious context and historical context in the sermons. According to philological and discourse analyses, there are some relations between Arabic sermons and Malay-Acehnese sermons in content and meaning. There are three important issues in the sermons: (1) understanding about jihād fī sabīl Allāh based on religious order; (2) Acehnese attitude in their fight againts Dutch aggression; (3) Acehnese effort for getting alliance with the Ottoman Sultans as a biggest Islamic kingdoms in the time.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
D1466
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widodo
"Tujuan penelitian ini adalah menyajikan Serat Baron Sakendher (SBS) dalam kaitan dengan negosiasi wacana kolonial di Jawa pada abad XIX. Korpus penelitian ini berupa naskah SBS yang tersimpan di beberapa tempat penyimpanan naskah di dalam dan luar negeri. Kajian difokuskan pada penyajian suntingan teks SBS dan menjelaskan bentuk wacana kolonial di Jawa pada abad XIX yang ada di dalam teks. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut dilakukan tinjauan aspek naskah dan teks. Analisis teks ditekankan pada wacana kolonial dengan berpijak pada pemikiran Michel Foucault dengan mendalami ide, konsep, narasi budaya, dan genealogi kolonial yang dibangun dalam cerita Baron Sakendher. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan filologi, wacana, dan hegemoni. Aspek yang dikaji meliputi filologi dan teks SBS. Hasil penelitian yang didasarkan pada kelengkapan isi cerita, jumlah pupuh dan pada tembang macapat menunjukkan bahwa naskah SBS terdiri atas tiga kelompok naskah, yakni naskah kelompok I, naskah kelompok II, dan naskah kelompok III. Berkaitan dengan itu, digunakan metode landasan untuk menyajikan teks, yakni naskah C. Suntingan dan terjemahan teks disajikan dengan menerapkan metode kritik pada perbaikan bacaan dan penambahan kata. Temuan penelitian menunjukkan bahwa cerita SBS dihadirkan menjadi bagian Babad Tanah Jawi (BTJ). Di tengah narasi genealogi dan mistik penguasa Jawa, cerita Baron Sakendher digunakan untuk meredam konflik horizontal pasca-Perang Jawa 1830. Naskah SBS menjadi bagian babad sebagai bentuk respons penguasa Jawa untuk meredam permusuhan sekaligus menciptakan kontrol sosial baru atas rakyat. Keberadaan kolonial dilesapkan dalam cerita secara halus untuk dapat diterima oleh pembaca dan pendengar Jawa tanpa kekerasan. Kolonial Belanda difigurkan melalui tokoh Baron Sakendher yang hadir di Jawa sebagai pedagang dan mitra rakyat Jawa, bukan penjajah sebagaimana aslinya. Narasi abdi Raja Mataram menjadi kekuatan kultural yang berkorelasi dengan genealogi Baron Sakendher yang lebih rendah dari Raja Jawa, menjadi kunci penundukan rakyat dengan konsep mangku.

This study aims to serves Serat Baron Sakendher (SBS) in its relation to the legitimacy of colonial discourse in Java during the XIX century. Its corpus is SBS kept both in domestic and foreign manuscript repositories. The study is focused on presenting the SBS text edition and explaining the forms of colonial discourse in Java in the XIX century as the selected text depicts. Manuscript and textual reviews were done to answer research problems. Text analysis emphasized colonial discourse based on Michel Foucault’s thoughts, specifically by drawing on the ideas, concepts, cultural narratives, and colonial genealogy constructed in the story of Baron Sakendher. This study used some approaches, namely philology, discourse, and hegemony. The examined aspects of the manuscript include philology and SBS text itself. Based on the completeness of the story and the number of pupuh and macapat, it is revealed that the SBS manuscript consists of three categories, namely group I, group II, and group III. In this regard, the fundamental method is used to present the text edition, namely manuscript C. Text editing and translation are presented by applying critical methods on reading improvement and word addition. The findings point out that the story of SBS is presented as part of the Babad Tanah Jawi (BTJ). Amidst the genealogical and mystical narration of Javanese rulers, the story of Baron Sakendher is used to suppress horizontal conflicts following the Java War of 1830. The SBS manuscript becomes a part of the babad as a form of the Javanese rulers' response to suppress hostilities while creating new social control over the people. The presence of the colonial power is subtly embedded in the story to be accepted by Javanese readers and listeners without violence. The Dutch colonial power is figuratively depicted through the character of Baron Sakendher, who appeared in Java as a trader and a partner of the Javanese people, rather than as a conqueror as originally known. The narrative of the servants of the Mataram King becomes a cultural force correlated with the genealogy of Baron Sakendher, who was of lower rank than the Javanese King, becoming the key to subjugating the people with the concept of "mangku"."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Heno Wijayanto
"Aji Saraswati (AS) merupakan teks yang berisi panduan ritual literasi dalam tradisi Siwaisme di Nusantara. Pada umumnya, mayoritas teks AS yang dikenal adalah yang berasal dari tradisi Siwaisme di Bali, sedangkan dalam tradisi Jawa belum dikenal secara luas. Dalam penelitian ini membahas teks AS yang berasal dari tradisi Jawa, khususnya koleksi skriptorium Merapi-Merbabu. Teks AS yang berasal dari skriptorium Merapi-Merbabu merupakan sekumpulan fragmen yang berasal dari hipogram teks Bhima Swarga (BhS), Gaṇapati-tattwa (GP), Uttarasabda (US), Dharma Pātañjala (DhP), Wṛhaspati-tattwa (Wrh), Tattwajñāna (TJ), dan Jñānasiddhânta (JS). Tujuan dalam penelitian ini adalah menerapkan studi intertekstualitas antara teks AS MM dengan hipogram disertai fungsi ritual literasi. Studi intertekstualitas tersebut selanjutnya dilakukan analisis fungsi berdasarkan sekuen-sekuen dalam teks hipogram yang bertransformasi dalam teks AS MM. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Langkah kerja filologi seperti inventarisasi, deskripsi, perbandingan teks, edisi teks, dan terjemahan dilakukan dalam penelitian ini untuk menghasilkan edisi teks yang dapat dipahami masyarakat luas. Teori intertekstualitas dari Rifattere (ekspansi dan konversi) dan Pradotokusumo (modifikasi dan ekserp) digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan gejala hipogram dalam teks AS MM dari teks hipogram. Hasil dari penelitian ini adalah membuktikan secara tekstual bahwa terdapat delapan sekuen teks yang bertransformasi ke dalam teks AS MM. Delapan sekuen yang bertransformasi di antaranya: (1) Asosiasi Trikaya Paramārtha dengan aspek-aspek produksi manuskrip; (2) Posisi Dewi Saraswati; (3) Posisi aksara vokal atau swara; (4) Hakikat aspek dualitas; (5) Hakikat Oṁ Awighnamastu; (6) Mantra ritual literasi; (7) Asosiasi Dewata dengan api; dan (8) Unsur fisiologi. Seluruh sekuen transformasi teks BhS ke dalam teks AS MM merupakan transformasi dari teks prosa naratif dalam bentuk śāstric menjadi teks mantra yang bersifat mistik-magis. Teks mantra dalam AS MM berfungsi sebagai tuntunan dalam ritual literasi di lingkungan skriptorium Merapi-Merbabu.

Aji Saraswati (AS) is a text that contains guidelines for literacy rituals in the Shivaist tradition in Indonesia. In general, the majority of known AS texts originate from the Shivaism tradition in Bali, while the Javanese tradition is not yet widely known. This research discusses AS texts originating from the Javanese tradition, especially the Merapi-Merbabu scriptorium collection. The AS text originating from the Merapi-Merbabu scriptorium is a collection of fragments originating from the hipograms of the texts Bhima Swarga (BhS), Gaṇapati-tattwa (GP), Uttarasabda (US), Dharma Pātañjala (DhP), Wṛhaspati-tattwa (Wrh), Tattwajñāna ( TJ), and Jñānasiddhânta (JS). The aim of this research is to apply intertextuality studies between AS MM texts and BhS as their hypograms. The intertextuality study was then carried out by functional analysis based on the sequences in the hypograms text which were transformed into AS MM text. This research uses a qualitative approach. Philological work steps such as inventory, description, text comparison, text edition, and translation are carried out in this study to produce text editions that can be understood by the wider community. Rifattere's theory of intertextuality (expansion and conversion) and Pradotokusumo (modification and excerpt) is used in this study to determine the hypogrammatic phenomena in AS MM text from hipogram text. The results of this study are that there are eight text sequences that are transformed into AS MM text. The eight transformed sequences include: (1) Trikaya Paramārtha's association with aspects of manuscript production; (2) Position of Goddess Saraswati; (3) Position of vowel or swara characters; (4) The essence of the aspect of duality; (5) The Reality of Oṁ Awighnamastu; (6) Literacy ritual spells; (7) God's association with fire; and (8) Physiological elements. The entire transformation sequence of hypograms text into AS MM text is a transformation from narrative prose text in śāstric form to mantra text. The text of the spell in AS MM is used in literacy rituals in the Merapi-Merbabu scriptorium environment."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Hilman
"Tesis ini membahas tentang pertarungan wacana kekuasaan dan kapital dalam era keterbukaan saat perdebatan antara Pilkada langsung dan Pilkada melalui DPRD dalam pembahasan RUU Pilkada tahun 2014. Pertarungan wacana dan kapital pada era keterbukaan memiliki relevansi stabilitas dan ketahanan nasional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dipaparkan secara deskriptif dari berbagai dokumen dan informan yang mewakili partai politik, media massa, pengguna media sosial dan konsultan politik. Temuan penelitian menunjukkan tiga hal, pertama, dalam kasus penyusunan UU Pilkada tahun 2014 ini, kekuatan wacana Foucault mampu menekan dan mengalahkan kekuasaan otoritas legal rasional Weber . Kedua, para aktor mendukung sistem Pilkada langsung atau Pilkada DPRD lebih pada faktor kekuasaan dan atau penguasaan kapital. Habitus dan arena sangat menentukan kemenangan para aktor dalam perdebatan Pilkada langsung dan Pilkada DPRD. Ketiga,keterbukaan informasi di Indonesia membuka partisipasi media dan publik yang memberikan dampak pada legitimasi dan ndash; untuk jangka lebih panjang ndash; berdampak pada stabilitas dan ketahanan nasional.

This thesis discusses the fight power discourse and capital in the era of the current debate between direct local elections and indirect local elections in the discussion of the bill of local elections in 2014. The fight discourse and capital in the era of relevance stability and national resilience. This study uses a qualitative method presented descriptively. The findings show three things first, in the case of the preparation of the local election law in 2014, the power of discourse Foucault is able to suppress and defeat the power of rational legalauthority Weber . Second, the direct election system supporting actor or more on the indirect local elections by local Parlement and the power factor or control of capital. Habitus and field decisive victory of the actors in the debate over direct elections and parliament elections. Third, information disclosure in Indonesia opened the participation of media and public have an impact on the legitimacy and for the longer term impact on the stability and national resilience.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahrus
"ABSTRAK
Disertasi ini mengkaji teks Syattariyyah wa muhammadiyyah (disingkat SWM)
milik Muhammad Hilman, Rama Guru Syatariyah di Pengguron Kaprabonan
Cirebon. Penelitian terhadap SWM dilakukan dengan menggunakan teori filologi
dan tasawuf. SWM adalah salah satu teks penting yang dapat menjadi sumber
primer dan menjelaskan karakteristik keislaman di Cirebon. Pertanyaan utama
penelitian ini adalah bagaimana menyediakan sumber primer tentang Islam di
Cirebon yang terdapat dalam teks SWM. Tujuan utama penelitian ini adalah
menyajikan edisi teks. Edisi teks SWM dibuat dengan menggunakan metode
edisi kritis. Isi teks SWM terdiri atas Tarekat Syatariyah dan Muhammadiyah.
Dalam teks SWM terdapat lima ciri karakter Tarekat Syatariyah Cirebon yang
khas, yaitu aksara, ilustrasi, silsilah, ajaran, dan jaringan Tarekat Syatariyah di
Cirebon yang berbeda dengan Tarekat Syatariyah yang lain. Kajian isi
selanjutnya membahas karakteristik Tarekat Syatariyah dan Muhammadiyah.
Hasil temuan penelitian ini; pertama, silsilah tarekat Syatariyah di Cirebon dari
teks SWM tidak berasal dari Syaikh Abdul Muhyi atau Abdurrauf as-Sinkili,
tetapi melalui Syaikh Abdullah bin Abdul Qahhar; kedua, Tarekat
Muhammadiyah adalah nur Muhammadiyah. Cara untuk memperoleh nur
Muhammad melalui martabat tujuh; ah}adiyah, wah}dah, wa>h}idiyah, ?alam arwa>h},
?alam ajsa>m, ?alam mis\a>l, dan insa>n ka>mil.

ABSTRACT
The dissertation analyzes the text of Syat}t}a>riyyahwa Muh}ammadiyyah
(abbreviated as SWM) using philological theory and sufism perspective. This
text belongs to Muhammad Hilman, the sufi leader of Tarekat Syattariyah in
PengguronKaprabonan Cirebon. Because SWM is one of the most important
primary texts in explaining the characteristics of Islam in the region, what being
investigated in the text is how to provide primary source of Cirebon?s Islam.
Thus, it is mainly aimed to provide text edition using critical edition method. In
addition, it is also aimed to analyze the characteristics? of the two tarekats, as
SWM intensively discussed Syatariyah and Muhammadiyyah. At least five
characteristics of Cirebon?s Syatariyah were apparent, namely writing system,
illustration, teachings, its particular networking and genealogy. Its genealogy is
distinct in the sense that it does not originate from Syaikh Abdul Muhyi or
Abdurrauf as-Sinkili, but instead it is from Syaikh Abdullah bin Abdul Qahhar.
As for Muhammadiyah, it is NurMuhammadiyah which is obtained through
seven martabat, namely ah}adiyah, wa>h}idiyah, wah}dah, ?alamarwa>h}, ?alamajsa>m,
?alammis\a>l, and insa>n ka>mil"
2016
D2220
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Puspita Dewi
"ABSTRAK
Disertasi ini mengungkap akar permasalahan dari bersih dan kotor pada kanal di Batavia dengan menggunakan pendekatan sejarah secara sinkronis-diakronis. Transformasi morfologi dan wacana poskolonial pada kanal juga diungkap untuk menunjukkan keterkaitan antara arsitektural kanal dengan muatan ideologis dalam perencanaan kota. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kekuasaan telah masuk di dalam proses transformasi kanal di Batavia pada masa kolonial melalui wacana bersih dan kotor yang diciptakan. Kanal telah berperan membentuk sebuah oposisi biner sekaligus penanda ambiguitas dari pembentukan oposisi tersebut. Oposisi biner pada Babak Kejayaan Kanal dibangun melalui sebuah sistem segregasi kanal yang memisahkan masyarakat Eropa dan non-Eropa, dan antara dalam dan luar kota. Namun, pada kenyataannya, sebuah segregasi tidak dapat secara murni terbentuk. Kanal menjadi sebuah representasi dari sebuah kehidupan yang saling ketergantungan, antara masyarakat Eropa dan non-Eropa. Kanal bagian dalam kota terbukti tidak dapat berdiri sendiri tanpa keberadaan kanal luar tembok sebagai penyangga. Pada Babak Kerusakan Kanal, oposisi biner antara ruang bersih dan kotor terbentuk melalui kontur dan jarak. Babak ini menghasilkan sebuah pemisahan antara daerah kota bawah Batavia Lama yang kotor dan daerah kota atas Weltevreden yang bersih. Namun, pada kenyataannya justru kanal telah pulalah yang berperan menyatukan di antara keduanya. Pada Babak Peralihan Fungsi Kanal, kanal menjadi penanda oposisi biner ruang bersih dan kotor antara masyarakat Eropa dan pribumi. Oposisi terbentuk dari perbedaan penggunaan ruang bersih dan kotor. Kanal digunakan sebagai ruang aktivitas sosial dan kebersihan bagi masyarakat non-Eropa pribumi dan menjadi area yang ditinggalkan oleh masyarakat Eropa sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Masyarakat Eropa telah beralih menggunakan kamar mandi dengan teknologi sanitasinya, sebagai area kebersihan dan menggunakan halaman rumah sebagai tempat berinteraksi sosial. Namun, di balik pemisahan tersebut, kanal telah menyatukan dua kehidupan tersebut melalui sebuah ruang binatu, sebagai ruang membersihkan pakaian Eropa oleh para petugas pribumiRealita di atas menunjukkan bahwa sebuah oposisi biner yang dibentuk melalui kanal pada masa kolonial tidak pernah seutuhnya terjadi. Di balik upaya pembentukan oposisi, tersimpan ketidakberdayaan untuk menciptakan batas-batas tersebut. Di antara batas-batas tersebut tercipta sebuah ambiguitas yang membentuk the liminal space between cultures.

ABSTRACT
This dissertation reveals the root problems of the clean and dirty on the canals in Batavia by using a synchronous diachronic historical approach. The morphological transformation and postcolonial discourse on the canal are also revealed to show the linkage between the canal architecture and the ideological charge in urban planning.The results of this study indicate that power has entered into the process of canal transformation in Batavia during the colonial period through a clean and dirty discourse created. The canals have been instrumental in forming a binary opposition as well as a marker of ambiguity from the formation of the opposition. The binary opposition in the Glory of Canals Period was built through a system of channel segregation that separates European and non European societies, and between within and outside the city. However, in reality, a segregation cannot be purely formed. The canal becomes a representation of a life of interdependence, between European and non European societies. The inner city canal proved unable to stand on its own without the outside canal as a buffer. In the Damage of Canals Period, the binary opposition between clean and dirty spaces is formed through contours and distances. This round resulted in a separation between the dirty downtown area Batavia Lama and the clean upper town area Weltevreden . However, in fact, it is also the channel that has also played a role together between the two. In the Switching Function of Canals Period, the canals became a marker of the binary opposition of clean and dirty spaces between European and indigenous communities. The opposition was made up of differences in the use of clean and dirty spaces. The canal was used as a social and hygiene activity space for indigenous communities and became an area left behind by European society as a part of everyday life. The European community has switched to using bathrooms with sanitary technology, as the cleanliness area and using the home page as a place of social interaction. However, behind this separation, the canal has united the two lives through a laundry room, as a space for cleaning European clothing by native officersThe above realities show that a binary opposition formed through the canals during the colonial period never fully occurred. Behind the efforts of the formation of the opposition, stored powerlessness to create these limits. Among the boundaries was created an ambiguity that forms the liminal space between cultures. "
2017
D2420
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syadiidah
"Skripsi ini membahas manuskrip Melayu Surat Keputusan Ternate sebagai surat formal yang berlaku pada masanya. Pengkajian filologi dilakukan untuk menghasilkan edisi teks. Naskah disunting dengan menggunakan metode kritis yang bertujuan agar naskah ini dapat dibaca dan mudah dipahami oleh pembaca. Selanjutnya, surat diklasifikasikan, struktur dan format dianalisis untuk melihat bentuk surat keputusan pada masa lampau dan perbedaannya dengan surat keputusan masa kini. Selain itu, skripsi ini juga membahas kandungan isi berupa peristiwa yang melatarbelakangi turunnya Surat Keputsan Ternate.

This mini undergraduate discusses The Malay manuscript of Surat Keputusan Ternate as a formal letter that was used in the past. The Philological studies were conducted to produce text editing. The manuscript was edited using the critical method to be easily read and understood. Moreover, the letter would be classified and the form and the structure would be analyzed to know how the previous letter is different from the ancient letter. Furthermore, this undergraduate thesis also described the incident that caused the writing of Surat Keputusan Ternate."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56417
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustika Ayu Rakhadiyanti
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas Naskah Surat Perjanjian Ternate sebagai salah satu surat
formal di Indonesia pada abad ke-19. Penelitian filologi dilakukan untuk
menghasilkan edisi teks agar masyarakat yang tidak mengerti aksara Jawi pada
naskah klasik dapat memahami isi naskah dengan mudah. Naskah ditransliterasi
dan disunting dengan menggunakan metode kritis. Selanjutnya, naskah
dibandingkan dengan Naskah Surat Perjanjian Ternate lain yang ditulis beberapa
tahun sebelumnya. Selain itu, naskah juga dianalisis dari segi sejarah untuk
menggambarkan situasi yang terjadi saat itu, siapa tokoh yang terlibat dan
tugasnya, waktu dan lokasi kejadian, serta dampak adanya naskah terhadap
KesultananTernate.

ABSTRACT
This thesis discusses a manuscript entitled Surat Perjanjian Ternate as a formal
letter in Indonesia in the 19th century. Philological study is performed to produce a
text edition in order for people not understanding the Jawi letter in a classic
manuscript to easily get the idea of the script. This manuscript transliterated and
edited using critical method. Moreover, this manuscript is compared to another
Surat Perjanjian Ternate written in the previous years. Besides, this manuscript is
also analyzed from the historical perspective so as to depict the situation at that
time, who were involved, their roles, the date and location when the situation
happened, and finally, the effect of the existence of the manuscript on the
Ternate’s Kingdom."
2015
S58057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Luthfiah Rahmawati
"Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda dan sekutu tidak langsung usai. Belanda kemudian melancarkan Agresi Militer I dan mengerahkan pasukan khusus yang salah satunya dipimpin oleh Letnan Satu Raymond Paul Pierre Westerling untuk memberantas tokoh-tokoh yang masih memperjuangkan kemerdekaan. Peristiwa pemberantasan itu kemudian diadaptasi menjadi sebuah film yang dirilis pada tahun 2020 berjudul De Oost. Walaupun film ini berlatarkan Indonesia yang telah merdeka, kemunculan Orientalisme masih dapat dilihat. Dampak dari adanya Orientalisme mempengaruhi persepsi penonton mengenai keseluruhan jalan cerita film. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan wacana Orientalisme dalam film De Oost. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa di dalam film De Oost, Orientalisme dapat dilihat melalui latar tempat, perilaku dan tutur kata bangsa Eropa yang merendahkan pribumi, serta ujaran yang merendahkan Hindia-Belanda. Dari film ini juga diketahui bahwa wacana Orientalisme tidak hilang begitu saja walaupun Indonesia telah merdeka.

After Indonesia declared independence on August 17, 1945, the struggle of Indonesian peoples against the Netherlands and the Allies was not over yet. The Netherlands then launched Operation Product and mobilized a special force, one of which was led by First Lieutenant Raymond Pail Pierre Westerling to eradicate figures who were still fighting for Indonesia’s independence. That eradication was adapted as a film titled De Oost which was released in 2020. Even though this film was set after Indonesia’s independence, Orientalism can still be seen in it. The impact of Orientalism in the film affects the viewers’ perception about the whole film. This research aims to explain Orientalism in the film De Oost. The result of this research shows that Orientalism can be seen in how the places are shown, Europeans’ behaviors and speech that degrade the natives, as well as speech that degrades Dutch East Indies. From this film it is also known that Orientalism didn’t just disappear after Indonesia declared independence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>