Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103961 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martinus Radhitio Gunawan Wibosono
"ABSTRAK
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomer satu di dunia,faktor risiko kardiovaskular mempunyai efek terhadap seluruh populasi global termasuk kelompok pekerja khusus seperti polisi. Pekerjaan sebagai polisi merupakan pekerjaan dengan tingkat stres yang tinggi, beberapa penelitian telah melaporkan prevalensi yang tinggi dari penyakit penyakit yang berhubungan dengan stres seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular diantara anggota polisi. Hasil pemeriksaan kesehatan tahunan anggota BRIMOB pada tahun 2014, menunjukkan dari 1690 anggota didapatkan 20,8 dengan hipertensi, 54,76 dengan dislipidemia, 46,33 dengan obesitas, dan 2,18 dengan diabetes.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jenis pekerjaan pada satuan tugas terhadap faktor risiko kardiovaskular pada anggota Brimob.
Penelitian ini menggunakan metode potong lintang komparatif comparative cross sectional study dengan menggunakan data sekunder dari hasil pemeriksaan kesehatan tahunan tahun 2015,pada anggota Brimob di Kelapa Dua Depok. Dari 200 subyek penelitian didapatkan jenis pekerjaan tidak berpengaruh terhadap prevalensi hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia dan overweight/obesitas. Mayoritas anggota brimob memiliki 2 atau lebih faktor risiko kardiovaskular, sebanyak 48,5 anggota brimob memiliki 2 faktor risiko kardiovaskular, 33 memiliki 3 faktor risiko dan 11,5 memiliki >3 faktor risiko. Umur berpengaruh terhadap prevalensi hipertensi, diabetes mellitus dan dislipidemia p=0,014, p=0,001, p=0,004 . Anggota brimob berumur >37 tahun memiliki risiko 3,5 kali lebih besar mengalami hipertensi dan 6,5 kali lebih besar mengalami diabetes dibandingkan kelompok umur 30-37 tahun p=0,047; OR 3,509; dan p = 0,014; OR 6,539 . Kelompok umur > 39 tahun memiliki risiko mengalami dislipidemia 3 kali lebih besar dibandingkan kelompok umur 30-39 tahun. p= 0,007; OR 3,188 . Sedangkan pangkat berpengaruh terhadap prevalensi diabetes mellitus p=0,003.
Dengan hasil ini, maka disarankan untuk lebih memperhatikan faktor risiko kardiovaskular pada anggota berumur diatas 37 tahun.

ABSTRACT
The cardiovascular desease is the number one cause of death in the world, cardiovascular risk factor has the effect to all global populations including specific occupation such as police officers. The police officers occupation is considered as a high stress level of occupation, some researches have revealed the high prevalence from the deases related to stress such as hypertension, diabetes and cardiovascular deseases among police officers. The result of annual medical check up applied for Mobile Brigade members in 2014 showed that from the total of 1690 members of the Mobile Brigade, 20,8 of them suffered from hypertension, 54,76 suffered from dysclipidemia, 46,33 suffered from obesity and 2,18 suffered from diabetes.
The objective of this research is to understand the influence of the type of occupation at a task force to the cardiovascular risk factor at Mobile Brigade members.
This research uses the comparative cross sectional study method using the secondary data from the result of 2015 medical check up held for Mobile Brigade members at Kelapa Dua Depok. From the 200 research subjects it is found out that the type of occupation does not have any influence to the prevalence of hypertension, diabetes mellitus, dyslipidemia and obesity. The majority of the Mobile Brigade members has 2 or more cardiovascular risk factors with the elaboration as follows 48,5 of them has 2 cardiovascular risk factors, 33 of them has 3 risk factors and 11,5 of them has more than 3 risk factors. The age has an influence to the prevalence to hypertension, diabetes mellitus and dyslipidemia p 0,014, p 0,001, p 0,004 . The Mobile Brigade members aged more than 37 years old have the risk of 3,5 times of suffering the hypertension and have the risk of 6,5 times suffering from diabetes compare to the age group of 30 ndash 37 years old p 0,047 OR 3,509 and p 0,014 OR 6,539 . The age group of more than 39 years old has the risk of suffering from dyslipidemia 3 times higher than the age group of 30 ndash 39 years old p 0,007 OR 3,188 . Meanwhile the rank has the influence to the diabetes mellitus prevalence p 0,003.
Seeing this result, it is recommended that the cardiovascular risk of the Mobile Brigade members should be paid attention to at the age of above 37 years old.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rafikana Desi Darmastuti
"Anggota Brimob adalah salah satu bagian dari Kepolisian Republik Indonesia yang ditugaskan pada situasi-situasi darurat seperti penanganan demonstrasi dan huru hara, penanggulangan bencana, dan penugasan di daerah konflik. Seorang anggota Brimob perlu didukung oleh kondisi kesamaptaan jasmani yang baik sehingga selalu siap siaga, mempunyai daya tahan dan kekuatan fisik yang yang optimal dalam melaksanakan tugasnya. Kesamaptaan jasmani adalah kondisi jasmani yang menggambarkan kesegaran jasmani untuk melaksanakan tugas tertentu dengan hasil yang optimal tanpa memperlihatkan keletihan yang berarti.
Dari hasil tes kesamaptaan periode I tahun 2014 didapatkan 30 % dari anggota yang mengikuti tes mendapatkan nilai kurang dari 60, pada periode II tahun 2014 juga didapatkan 30 % dari anggota yang mengikuti tes mendapatkan nilai kurang dari 60, pada periode I tahun 2015 didapatkan 40% dari anggota yang mengikuti tes mendapatkan nilai kurang dari 60. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor ? faktor yang berhubungan dengan penurunan tingkat hasil tes kesamaptaan dan diketahuinya faktor yang paling berhubungan. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang, menggunakan data sekunder hasil tes kesamaptaan periode II tahun 2014 dan periode I tahun 2015 pada Anggota Brimob di Kelapa Dua Depok, serta data hasil pemeriksaan kesehatan rutin tahun 2015.
Dari 382 subyek penelitian, terdapat penurunan tingkat kategori hasil kesamaptaan jasmani sebesar 146 (38,1%), didapatkan hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol dengan penurunan tingkat kesamaptaan jasmani (p=0,000) dan terdapat hubungan antara pangkat dengan penurunan tingkat kesamaptaan jasmani (p=0,009).

Members of Mobile Brigade are one part of the Indonesian National Police assigned to emergency situations such as the handling of demonstrations and riots, disaster management, and assignments in conflict areas. A member of Mobile Brigade should be supported by good physical fitness, so it is always ready, has endurance and optimal physical strength in performing their duties. Physical fitness is a physical condition that describes the good condition to perform certain tasks optimally without any significant fatigue.
The result of the first periode of physical fitness test in 2014, there were 30 % participants got score under 60. The second periode in 2014, the rate of the score almost the same. For the first periode in 2015, there were 40 % of participant got score under 60. The purpose of this study to determine the factors related with decrease level of the physical fitness test score and knowing the most related factors.This research using cross sectional method, using secondary data of the second periode physical fitness test in 2014 and the first periode in 2015, and data from routine medical check up in 2015.
Out of the 382 subjects, there was a decrease in the level of physical fitness category results for 146 (38.1%), it was found a significant related between total blood cholesterol with a decrease in the level of physical fitness (p = 0.000) and between Police Rank with a decreased level of physical fitness (p = 0.009).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Mochtar
"Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi, baik pada populasi masyarakat umum maupun populasi pekerja. Pekerja migas, baik off-shore maupun on-shore, terpapar dengan berbagai hazard, yang secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan faktor risiko dan risiko kardiovaskular mayor mereka. Hingga saat ini belum ditemukan adanya studi yang mempelajari tentang faktor risiko dan risiko kardiovaskular mayor pada pekerja migas di Timur Tengah. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor risiko dan risiko kardiovaskular mayor pada pekerja off-shore dan on-shore perusahaan migas 'X' di Qatar. Dengan metode potong lintang, studi ini menganalisis dan membandingkan data pekerja off-shore dan on-shore perusahaan 'X' pada dua tahun berbeda, yaitu tahun 2008 dan 2018. Data pekerja yang dianalisis meliputi jenis kelamin, usia, kadar-kadar kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida dan gula darah sewaktu, tekanan darah sistolik dan diastolik, kebiasaan merokok, penggunaan obat tekanan darah, berat badan dan tinggi badan. Data yang ada juga digunakan untuk menghitung risiko kardiovaskular mayor pekerja dengan menggunakan Framingham Risk Score.
Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa pada periode 2008-2018, pekerja off-shore mengalami perburukan pada sembilan faktor risiko, yaitu tekanan darah sistolik, gula darah sewaktu, LDL, kolesterol total, trigliserida, berat badan, pengobatan tekanan darah, jumlah penderita diabetes dan sindrom metabolik. Selain itu, pekerja off-shore mengalami perburukan significant risiko kardiovaskular mayor dari skor FRS 9,2% (risiko ringan) menjadi 20,3% (risiko tinggi). Pada periode yang sama, pekerja on-shore hanya mengalami perburukan pada dua faktor risiko, yaitu LDL dan berat badan, serta mengalami perbaikan pada satu faktor risiko, yaitu HDL. Selain itu, pekerja on-shore juga mengalami perburukan risiko kardiovaskular mayor dari skor FRS 10,0% (risiko ringan) menjadi 17,0% (risiko sedang). Berdasar hasil studi ini disimpulkan bahwa dibanding pekerja on-shore, pekerja off-shore mengalami lebih banyak perburukan faktor risiko dan risiko kardiovaskular mayor.

Cardiovascular disease is a prevalent disease and associated with high mobidity and mortality in both general and worker population. Oil and gas workers, both off-shore and on-shore, are exposed to various hazards in the workplace, which directly or indirectly increase the workers' risk factors and risk of developing major cardiovascular events. Up to present, no study investigating risk factors and risk of major cardiovascular events in the Middle East has been found. This study was intended to analyze the risk factors and risk of major cardiovascular events in the off-shore and onshore workers of the 'X' oil and gas company in Qatar. Using a cross-sectional method, this study analyzed and compared the health data of the off-shore and on-shore workers of the 'X' company in the two different year, namely 2008 and 2018. The data analyzed included gender, age, the levels of total cholesterol, LDL, HDL, triglycerides and blood sugar, systolic and diastolic blood pressure, smoking habit, use of blood pressure medications, body weight and height. The available data was also utilized to calculate the workers' risk of developing major cardiovascular events using Framingham Risk Score.
This study found that during the period of 2008-2018, the off-shore workers suffered the worsening in the nine cardiovascular risk factors, namely systolic blood pressure, blood sugar, LDL, total cholesterol, triglycerides, body weight, blood pressure medication, numbers of diabetic and metabolic syndrome. In addition, the off-shore workers experienced a significant deterioration in the risk of developing major cardiovascular event from a FRS score of 9.2% (mild risk) to 20.3% (high risk). In the same period, on-shore workers experienced the worsening only in two risk factors, namely LDL and weight, and experienced an improvement in one risk factor, namely HDL. In addition, on-shore workers also experienced a deterioration in the risk of developing major cardiovascular events from a FRS score of 10.0% (mild risk) to 17.0% (moderate risk). Based on the study, it is concluded that compared to the onshore workers, the off-shore workers experienced more worsening of risk factors and risk of major cardiovascular events.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T54445
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Ayu Dini Safitri
"Pendahuluan: Pekerjaan basah merupakan faktor risiko utama terjadinya dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) pada tangan. Terdapat dua jenis faktor risiko DKAK yaitu faktor eksogen, seperti jenis pekerjaan dan jumlah jam kerja mingguan; dan faktor endogen, seperti jenis kelamin, usia, dan riwayat penyakit atopik. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DKAK pada pekerja basah. Metode: Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 134 orang. Kriteria inklusi yaitu pekerja basah yang telah bekerja minimal 6 bulan dan tidak berganti pekerjaan minimal 6 bulan. Kriteria eksklusi yaitu pekerja basah yang mengalami dermatitis kontak bukan akibat kerja. Variabel independen yaitu jenis pekerjaan, jumlah jam kerja mingguan, usia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit atopik. Variabel dependen yaitu DKAK. Hasil: Tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan (p value = 0,283), jumlah jam kerja mingguan (p value = 0,313), jenis kelamin (p value = 0,652), dan usia (p value = 0,556) terhadap kejadian DKAK pada pekerja basah. Terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat atopi dengan kejadian DKAK pada pekerja basah. Riwayat atopi memiliki pengaruh terhadap hubungan antara jenis pekerjaan dengan DKAK (p value < 0,001). Pekerjaan sebagai tenaga kesehatan dapat mencegah kejadian DKAK sebesar 90,3% dibandingkan dengan pekerjaan sebagai non tenaga kesehatan setelah dikontrol dengan faktor risiko riwayat atopi. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan, jumlah jam kerja mingguan DKAK lebih tinggi pada tenaga non kesehatan dibandingkan tenaga kesehatan karena tenaga non kesehatan memiliki lebih banyak pajanan terhadap pekerjaan basah dan pajanan bahan iritan dibandingkan dengan tenaga kesehatan serta tindakan pencegahan terhadap kejadian DKAK yang dilakukan tenaga non kesehatan lebih sedikit dibandingkan oleh tenaga kesehatan. Terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat atopi dengan kejadian DKAK. Tenaga non kesehatan dengan riwayat atopi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian DKAK pada pekerja basah.

Introduction: Wet work is the main risk factor for Occupational contact dermatitis (OCD) on the hands. Risk factors for OCD consist of two types: exogenous factors, such as type of occupation and number of weekly working hours; and endogenous factors, such as gender, age, and history of atopic disease. This study aims to analyze the factors related to the incidence of OCD in wet workers. Method: The study design is cross-sectional. The sampling technique used total sampling. There were 134 research samples. Inclusion criteria are wet workers who have worked for at least 6 months and have not changed occupations for at least 6 months. Exclusion criteria include wet workers who experience non-occupational contact dermatitis. The independent variables are type of occupation, number of weekly working hours, age, gender, and history of atopic disease. The dependent variable is OCD. Result: This study did not find any relationship between type of occupation (p value = 0,283), number of weekly working hours (p value = 0,313), gender (p value = 0,652), and age (p value = 0,556) on the incidence of OCD in wet workers. Meanwhile, this study found a significant relationship between history of atopic disease and incidence of OCD in wet workers. History of atopic disease has an influence on the relationship between type of occupation and OCD (p value < 0,001). An occupation as a health worker can prevent the incidence of OCD by 90,3% compared to an occupation as a non-health worker after being controlled by the risk factor of a history of atopic disease. Conclusion: There is no relationship between type of occupation, number of weekly working hours, gender and age to the incidence of OCD in wet workers. The proportion of OCD incidence is higher in non-health workers than health workers due to non-health workers having more exposure to wet work and irritant exposure than health workers. Besides that, the number of non-health workers who take preventive measures to prevent OCD incidence is less than health workers. There is a significant relationship between history of atopic disease and the incidence of OCD. Non-health workers with a history of atopic disease is the most influential factor in the incidence of OCD in wet workers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Sri Kristina
"Penyakit kardiovaskular merupakan penyumbang angka kesakitan dan inkapasitasi pada pilot. Risiko pajanan hipoksia intermiten dan radiasi kosmik dari lingkungan penerbangan tercermin dari jam terbang total dan jenis pesawat. Pajanan stresor kerja berupa jumlah sektor serta jenis penerbangan juga dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular. Disertai perubahan kebiasaan berupa berkurangnya durasi tidur dan aktivitas fisik akhirnya dapat menyebabkan tingginya risiko penyakit kardiovaskular. Upaya deteksi dini risiko penyakit kardiovaskular dapat dengan melakukan penghitungan estimasi risiko penyakit kardiovaskular. Studi ini menggunakan desain potong lintang. Data diambil menggunakan kuesioner dari pilot yang melakukan pemeriksaan kesehatan berkala pada 12-27 Mei 2022 di Balai Kesehatan Penerbangan, Jakarta. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan dengan SPSS versi 22. Dari 121 subjek, 66 pilot (54,5%) memiliki risiko penyakit kardiovaskular tinggi. Jam terbang total dan aktivitas fisik secara signifikan memiliki asosiasi dengan risiko penyakit kardiovaskular yang tinggi (p<0,001 dan p=0,003). Keduanya merupakan faktor dominan terhadap risiko penyakit kardiovaskular. Pilot dengan total jam terbang ≥10.850 jam memiliki risiko penyakit kardiovaskular yang tinggi 4,64 kali lebih besar dibandingkan dengan jam terbang <10.850 jam (OR= 4.64, 95% CI 2.09-10.26, p<0,001). Sedangkan pilot yang tidak aktif memiliki risiko penyakit kardiovaskular yang tinggi 2,63 kali lebih besar dibandingkan dengan pilot yang aktif (OR= 2.63 95% CI 1.18-5.86, p=0,019).

Cardiovascular disease can cause incapacitation and long-term unfit period for pilots. Hypoxia and cosmic radiation exposure from flight environment reflected in total flight hours. Pilots are also at risk of being exposed to stress that can affect the cardiovascular system, reflected in the number of sectors and the types of flights it undertakes. Together with poor sleep duration and physical activity can finally lead to high cardiovascular disease risk. Early detection can be done by estimating the risk of cardiovascular disease. This was a cross-sectional study. Data were collected from pilots who had renewal medical examination on 12 to 27 May 2022 at the Aviation Medical Center using questionnaire. Bivariate and multivariate analyses were performed using SPSS version 22. Of 121 subjects, 54.5% (n=66) had a high cardiovascular disease risk. Total flight hours and physical activity were significantly associated with high cardiovascular disease risk (p<0.001 and p=0.003, respectively). Both are dominant factors for the cardiovascular disease risk. Pilots with total flight hours ≥10.850 hours had high cardiovascular disease risk 4.64 times greater than they with <10.850 hours (OR= 4.64, 95% CI 2.09-10.26, p<0.001). Inactive pilots had a high cardiovascular disease risk 2.63 times greater (OR= 2.63, 95% CI 1.18-5.86, p=0.019)."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anharudin
"Cardiovasculer Diseases (CVD) adalah penyakit jantung yang meliputi empat hal yaitu (1) coronary arterial diseases (CAD) atau penyakit jantung koroner (PJK); (2) cerebrovaskular diseases termasuk stroke dan ischemic transient attack (TIA); (3) penyakit arteri yaitu perifer arterial diseases (PAD) dan (4) aterosklerosis aorta. CVD menjadi salah satu pembunuh nomor satu di dunia, karena banyak faktor risiko yang mempengaruhi baik yang dapat dimodifikasi dan yang tidak bisa dimodifikasi sehingga sulit ditangani. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis berbagai faktor yang berhubungan dengan kejadian CVD di PT. X. Untuk saat ini di PT. X faktor risiko yang bepotensi menyumbang kejadian CVD 10 tahun mendatang sudah mulai muncul berdasarkan data kesehatan pemeriksaan kesehatan rutin tahunan pekerja tahun 2021. Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan tahunan 2021 terdapat peningkatan faktor risiko CVD meliputi angka obesitas 65,5%; kolesterol total tinggi 50,13%; diabetes mellitus 4,3 % dan hipertensi 5,79%. Studi ini merupakan studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dengan menganalisis data primer dan sekunder untuk menggambarkan faktor risiko CVD termasuk prediksi 10 tahun mendatang bagi para responden menggunakan metode Framingham Risk Score (FRS), Skor Kardiovasar Jakarta (SKJ) dan WHO Chart serta menganalisis risiko CVD di PT X tahun 2022. Penelitian ini menemukan bahwa dengan metode Framingham Risk Score (FRS); Skor Kardiovaskuler Jakarta (SKJ) dan WHO Chart diperoleh persentase responden dengan risiko tinggi terjadinya CVD masing-masing adalah (10,2%); (18,7%) dan (1,7 %) dengan (n=235). Hasil penelitian juga menunjukan dari beberapa faktor risiko didapatkan bahwa (46,0%) responden berusia dibawah 40 tahun dan (77,0%) responden berjenis kelamin laki-laki., sedang untuk faktor risiko CVD merokok didapatkan (26,8%); BMI dengan obesitas (26%); HDL poor (34,5%); kolesterol total tinggi (37,9%); diabetes militus (10,6 %); tekanan darah tinggi (11,9%) dan mempunyai aktivitas rendah (93,2%). Faktor risiko dominan berupa merokok dari hasil analisis diperoleh pula nilai (OR=13,7), artinya seseorang yang merokok mempunyai peluang 13,7 kali berisiko lebih tinggi mengalami CVD dibandingkan dengan seseorang yang tidak merokok. Selain merokok adalah diabetes mellitus, dengan nilai (OR=7,6) artinya seseorang yang mengalami diabetes mempunyai peluang 7,6 kali berisiko lebih tinggi mengalami CVD dibandingkan dengan seseorang yang tidak diabetes mellitus. Juga HDL, dari hasil analisis diperoleh nilai (OR=7,7), artinya seseorang yang memiliki HDL rendah mempunyai peluang 7,7 kali berisiko lebih tinggi mengalami CVD dibandingkan dengan seseorang yang HDL tinggi. Secara garis besar masukan terhadap perusahaan adalah program pencegahan CVD agar dibuat continues dan serentak di berbagai Region atau Unit, serta meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pekerja akan pentingnya menjaga kesehatan dan menerapkan reward dan konsekuensi secara lebih konsisten.

Cardiovascular Diseases (CVD) is heart disease which includes four major diseases, namely (1) coronary arterial diseases (CAD) or coronary heart disease (CHD); (2) cerebrovascular diseases including stroke and ischemic transient attack (TIA); (3) arterial disease, namely peripheral arterial diseases (PAD) and (4) aortic atherosclerosis. CVD is one of the number one killer diseases in the world, because there are many modifiable and non-modifiable risk factors that affect it and making it difficult to treat. The purpose of this study was to analyse various factors related to be CVD at PT. X. Currently at PT. X risk factors that have the potential to contribute to be CVD in the next 10 years have started to appear based on the health data for the 2021 annual routine medical examination of workers. Based on the results of the 2021 annual health examination, there is an increase in CVD risk factors including an obesity rate of 65.5%; high total cholesterol 50.13%; diabetes mellitus 4.3% and hypertension 5.79%. This study is a cross-sectional study with a quantitative approach by analysing primary and secondary data to describe CVD risk factors including predictions for the next 10 years for respondents using the Framingham Risk Score (FRS) method, Jakarta Cardiovascular Score (SKJ) and WHO Chart as well as analysing CVD risk at PT X in 2022. This study found that using the Framingham Risk Score (FRS) method; The Jakarta Cardiovascular Score (SKJ) and the WHO Chart obtained the percentage of respondents with a high risk of developing CVD, respectively (10.2%); (18.7%) and (1.7%) with (n=235). The results of the study also showed that from several risk factors it was found that (46.0%) of respondents were under 40 years old and (77.0%) of respondents were male, while for CVD risk factors smoking was obtained (26.8%); BMI with obesity (26%); poor HDL (34.5%); high total cholesterol (37.9%); diabetes mellitus (10.6%); high blood pressure (11.9%) and have low activity (93.2%). The dominant risk factor in this study is smoking. From the results of the smoking analysis also obtained a value (OR = 13.7, meaning that someone who smokes has a 13.7 times higher risk of getting CVD compared to someone who does not smoke. Other dominant risk factor is diabetes mellitus, with a value (OR = 7.6) meaning that someone who has diabetes has a 7.6 times higher risk of getting CVD compared to someone who does not have diabetes mellitus. Also, HDL with the results of the analysis obtained a value (OR = 7.7), meaning that someone who has low HDL has a 7.7 times higher risk of getting CVD compared to someone with high HDL. Main input to the company is a CVD prevention program to be made continuously and simultaneously in various Regions or Units, as well as increasing employee knowledge and awareness of the importance of maintaining health and implementing rewards and consequences more consistently."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Bagus Adiatmaja
"Latar belakang
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama pada pekerja perusahaan yang bergerak dalarn minyak dan gas bumi nasional. Para pekerja tersebut diharapkan mempunyai kewaspadaan akan faktor risiko penyakit kardiovaskular tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Skor Kardiovaskular Jakarta dapat dipakai guna menentukan kemungkinan kejadian kardiovaskular, guna upaya promotifpreventif risiko dan mengetahui hubungan faktor pekerjaan dengan Skor Kardiovaskular Jakarta maupun Skor Framingham.
Metode
Penelitian ini menggunakan rancangan kros seksional dengan 107 responden. Dilakukan pengumpulan data primer melalui wawancara, pengisian kuesioner dan pengumpulan data sekunder melalui penelusuran catatan rekam medic.
Hasil
Karakteristik sosiodemografi subyek sebagian besar berumur ? 45 tahun (70,1%). Skor Kardiovaskular Jakarta subyek sebagian besar tergolong kategori risiko tinggi (58,0%), sedangkan Skor Framingham subyek sebagian besar risiko rendah (76,6%). Dart analisis 1regresi logistik binary yang paling kuat berhubungan dengan Skor Kardiovaskular Jakarta adalah umur (OR-suaian=10,06, 95% CI=2,43-41,66), sedangkan yang paling kuat berhubungan dengan Skor Framingham adalah diabetes melitus (OR-suaian=216,82, 95%CI=13,76-3416,07) dan kolesterol-total (OR-suaian=162,I7. 95% C1=13,27-1982,17). Terdapat korelasi yang bermakna dengan arah positif dan cukup kuat antara Skor Kardiovaskular Jakarta dengan Skor Framingham (koefisien korelasi = 0,592 dan p = 0,000).
Kesimpulan
Skor Kardiovaskular subyek sebagian tergolong kategori risiko tinggi. Skor Framingham subyek sebagian besar tergolong kategori rendah. Tidak ada hubungan faktor pekerjaan dengan kedua skor tersebut. Terdapat korelasi antara Skor Kardiovaskular Jakarta dengan Skor Framingham. Skor Kardiovaskular Jakarta dapat dipakai pada populasi penelitian ini.

Background
Cardiovascular diseases are among the most common causes of death in employees of the national oil and gas company. Employees should be made aware on the cardiovascular risk factors.
The aim of this research was to know if Jakarta Cardiovascular Score could be used to determine cardiovascular risks and to know the relationship between job factors, Jakarta Cardiovascular Jakarta and Framingham Score.
Methods
This study was using cross sectional design with a sample of 107 respondents. Data were collected by interview using questionnaire and medical record file review.
Result
Sociodemographyc characteristics of the respondents showed that most of them were 45 years of age. The study found out that using Jakarta Cardiovascular Score most subjects showed risk high (58,0%), while using Framigham Score most subyects still showed risk low (76,6%). The result of logistic binary regression indicated that there were significant relationship between age and Jakarta Cardiovascular Score (adjusted-OR= 10,06, 95% CI=2,43-41,66) and also there were significant relationship among diabetic, cholesterol level and Framingham Score (adjusted-OR--216,82, 95% CI-13,76-3416,09 and adjusted-CR=162,17, 95% CI=13,27-1982,17). No significant relationship was found between job factors and either scores. A positive significant correlation was established between Jakarta Cardiovascular Score and Framingham score (coefficient of correlation 0,592, p=0,000).
Conclusion
Most subject showed high Jakarta Cardiovascular Score, while most subject showed low Framingham Score. No significant relationship was found between job factors and either scores. A positive significant correlation was established between Jakarta Cardiovascular Score and Framingham Score. Jakarta Cardiovascular Score can be used for the populations of this study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T21218
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Sakti
"Pendahuluan: Penyakit kardiovaskular sebagai salah satu masalah kesehatan pada jemaah haji Indonesia dan penyebab tertinggi kematian jemaah haji dalam 3 tahun terakhir. Jemaah haji Indonesia sebagian besar pada stratifikasi kesehatan risiko tinggi. Beberapa faktor risiko diprediksi berhubungan dengan kematian jemaah haji akibat penyakit kardiovaskular.
Metode: Penelitian observasional dengan desain kasus kontrol. penelitian terhadap 876 jemaah haji. Variabel yang berhubungan dengan kematian jemaah haji antara lain usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, kebiasaan merokok, diabetes mellitus, hipertensi, dislipidemia, gagal ginjal, gagal jantung, penyakit jantung koroner, penyakit paru obstruksi kronik, waktu keberangkatan jemaah. Dilakukan analisis untuk menentukan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kematian serta membuat skor prediksi untuk mengestimasi risiko mortalitas.
Hasil: Proporsi kematian akibat penyakit kardiovaskular adalah 49,2 % dari seluruh jemaah haji Indonesia tahun 2017. Faktor risiko yang berhubungan dengan kematian jemaah haji antara lain; Usia lebih dari 70 tahun dengan OR 20,51 (IK 95%: 10,238-41,089), penyakit jantung koroner dengan OR 4,236 (IK 95% : 1,292-13,882), hipertensi dengan OR 3,673 (IK 95% :2,555-5,280), diabetes mellitus dengan OR 3,422 (IK 95%: 2,108-5,553), dislipidemia dengan OR 2,067 (IK 95%: 1,366-3,129), indeks massa tubuh overweight dengan OR 0,571 (IK 95%: 0,385-0,848) , indeks massa tubuh obesitas dengan OR 0,239 (IK 95%: 0,134-0,425). Probabilitas risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular adalah risiko ringan dengan skor < 5 (19,47%), probabilitas sedang skor 6-9 (62,94%) dan probabilitas tinggi jika skor > 10 (83,3%).
Simpulan: Proporsi kematian akibat penyakit kardiovaskular pada jemaah haji Indonesia tahun 2017 adalah 49,2%. Faktor risiko kardiovaskular antara lain; usia tua, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, dislipidemia. Nilai skor > 10 dapat memprediksi risiko mortalitas dengan propabilitas 88,53 %.

Background: Cardiovascular disease is one of the health problems in Indonesian pilgrims and the highest cause of death for pilgrims in the last 3 years. Indonesian pilgrims are mostly on high health risk stratification. Some risk factors are predicted to be associated with the death of pilgrims due to cardiovascular disease.
Method: Observational study with case control design. Conducted research on 876 pilgrims. A variable that is associated with the death of pilgrims include age, gender, body mass index, smoking habit, diabetes mellitus, hypertension, chronic kidney failure, heart failure, coronary heart disease, chronic obstruction pulmonary disease , the time of departure. Analysis was done to determine the risk factors which effect on death as well as make score predictions and determination for the risk of mortality.
Results: The proportion of deaths from cardiovascular disease was 49,2 % of all Indonesian pilgrims. Risk factors associated with the death of pilgrims include; Age more than 70 years with OR 20,510 (95% CI 10,238-41,089), coronary heart disease with OR 4,236 (95% CI 1,292-13,882), hypertension with OR 3.673 (95% CI 2,555-5,280), diabetes mellitus with OR 3,422 (95% CI 2,108-5,553), dyslipidemia with OR 2,067 (95% CI 1,366-3,129), overweight with OR 0.571 (95% CI: 0.385-0,848), obesity with OR 0.239 (95% CI 0.134-0.425). The probability of the risk of death from cardiovascular disease is a mild risk with a score <5 (19.47%), a medium probability score of 6-9 (62.94%) and a high probability of a score of > 10 (83.3%).
Conclusion: The proportion of deaths from cardiovascular disease was 49,2 %. Cardiovascular risk factors; old age, hypertension, diabetes mellitus, coronary heart disease, dyslipidemia. A score of > 10 has a high risk of mortality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57770
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kemitraan untuk pembaharuan tata pemerintahan di Indonesia, 2004
363.2 MER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jerry Eddya Putra Boer
"Artritis reumatoid AR adalah penyakit autoimun yang saat ini telah diketahui menunjukkan manifestasi klinis bukan hanya intraartikular, tetapi juga ekstraartikular. Kejadian kardiovaskular baik subklinis maupun klinis ditemukan lebih tinggi pada penderita AR. Mediator inflamasi aterogenik pada AR seperti interleukin-6 IL-6 diduga menjadi salah satu faktor risiko nontradisional kardiovaskular yang berkontribusi meningkatkan penanda disfungsi endotel seperti E-Selectin. Penelitian ini bertujuan mengetahui peran mediator inflamasi dalam kejadian disfungsi endotel, khususnya korelasi IL-6 dan E-selectin, pada pasien artritis reumatoid tanpa faktor risiko kardiovaskular. Studi potong-lintang dilakukan pada 40 pasien AR di Poliklinik Reumatologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Indonesia, pada bulan September-November 2017. Pemeriksaan IL-6 dan E-Selectin dilakukan dengan teknik enzyme-linked immunosorbent assay ELISA. Analisis korelasi bivariat dilakukan untuk menemukan korelasi kedua penanda tersebut. Rerata usia subjek penelitian ini adalah 44,9 13,1 tahun dan median durasi sakit adalah 36 bulan. Korelasi kadar IL-6 dengan kadar E-Selectin memiliki kekuatan korelasi lemah tetapi tidak bermakna secara statistik r = 0.232, p=0,149. Tidak terdapat korelasi antara IL-6 dengan E-Selectin pada pasien AR tanpa faktor risiko tradisional kardiovaskular.

Rheumatoid arthritis RA is an autoimmune disease which has recently been recognized to manifest as not only intraarticular but also extraarticular symptoms. Cardiovascular events, presented either subclinically or clinically, were discovered more in AR patients. Atherogenic inflammatory mediator in AR including interleukin-6 IL-6 was thought to be one of nontraditional cardiovascular risk factor contributing to increase the endothelial dysfunction biomarker such as E-Selectin. This study was purposed to determine the correlation between inflammatory mediator and endothelial dysfunction event, especially between IL-6 and E-Selectin, in RA patient without traditional cardiovascular risk factor. A cross-sectional study was performed to 40 RA patients of Rheumatology Clinic of Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Indonesia from September to November 2017. Measurement of the level of IL-6 and E-Selectin were performed using enzyme-linked immunosorbent assay ELISA. Bivariate correlation analysis was performed to determine the correlation between those two biomarkers. The mean age of this study subjects was 44.9 13.1 years and median of disease duration was 36 months. This study showed weak correlation between IL-6 and E-Selectin level, but not statistically significant.232, p=0.149 . There is no correlation between IL-6 and sE-Selectin in rheumatoid arthritis patient without traditional risk factor cardiovascular."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>