Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101869 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aty Nurillawaty Rahayu
"Rehabilitasi psikososial merupakan kegiatan pelayanan yang bertujuan mengembangkan keterampilan emosional, sosial, dan intelektual. Program rehabilitasi psikososial ini diterapkan pada orang dengan gangguan jiwa ODGJ paska pasung. Pasung merupakan bentuk pengekangan fisik atau kurungan yang dilakukan oleh masyarakat non profesional pada orang dengan gangguan jiwa. Pemasungan dapat menimbulkan berbagai dampak bagi ODGJ meliputi dampak fisik, psikologi, dan dampak sosial. Dampak pemasungan dapat mempengaruhi kemampuan adaptasi klien dalam mengikuti rehabilitasi psikososial. Tujuan penelitian kualitatif fenomenologi ini menggambarkan pengalaman ODGJ paska pasung dalam melakukan rehabilitasi psikososial di Panti Sosial Pala Martha Kota Sukabumi. Partisipan penelitian berjumlah 6 orang, data dikumpulkan dengan wawancara mendalam. Empat tema yang dihasilkan: Rendah diri sebagai respon awal rehab psikososial paska pasung, peningkatan kemampuan menjalani kehidupan sehari-hari selama rehabilitasi psikososial, peningkatan potensi diri setelah rehabilitasi psikososial, dan kemampuan aktualisasi diri paska rehabilitasi psikososial. Optimalisasi rehabilitasi psikososial diperlukan dalam mempersiapkan kemandirian dan produktivitas ODGJ.

Psychosocial rehabilitation is a service which aimed to develop emotional, social, and intellectual skills. This program applied for people with mental disorder PWMD who experienced physical restrain pasung . Pasung is a form of physical restrain or confinement conducted by non professional community towards person with mental disorder. Pasung may cause various effects on PWMD, including physical, psychological, and social effects. Pasung may impact on the client rsquo s adaptability in following psychosocial rehabilitation program. The objective of this qualitative phenomenological research was to describe the experience of PWMD post pasung conducting psychosocial rehabilitation in Pala Martha Social Retreat, Sukabumi. This number of the participant in the study was six PWMD. The data were collected by indepth interview. There result of the study was describe in four themes 1 Low self esteem as manifestation of psychosocial rehabilitation in PWMD post pasung, 2 The improvement of activity daily living of PWMD post pasung conducting psychological rehabilitation, 3 The improvement of self capacity after conducting psychosocial rehabilitation, 4 The improvement of self actualization after conducitng psychosocial rehabilitation. The optimalization of psychosocial rehabilitation was needed in order to prepare the independency and productivity of PWMD."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47349
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Kartikasari
"Gangguan jiwa adalah perubahan signifikan pada pikiran, perasaan maupun perilaku yang dialami individu. Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) umumnya menunjukkan perubahan signifikan yang terjadi melalui tanda gejala yang muncul serta berkurangnya atau bahkan hilangnya kemampuan melakukan aktivitas dalam hidup. Kondisi ini memerlukan penanganan segera melalui upaya kuratif. Upaya kuratif yang ditempuh pada perawatan berbasis rumah sakit harus disertai dengan upaya rehabilitatif pada perawatan berbasis komunitas. Salah satu program perawatan berbasis komunitas adalah rehabilitasi psikososial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang pengalaman rehabilitasi psikososial pada ODGJ paska rawat inap. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang yang merupakan ODGJ peserta rehabilitasi psikososial yang dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dengan jenis wawancara semi berstruktur. Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode colaizzi. Penelitian ini menghasilkan 4 tema yaitu: 1) Transisi paska rawat inap, 2) Motivasi melakukan rehabilitasi psikososial, 3) Dampak rehabilitasi psikososial terhadap upaya pemulihan, 4) Dukungan melakukan rehabilitasi psikososial. Penelitian ini merekomendasikan rehabilitasi psikososial sebagai upaya pemulihan lanjutan bagi ODGJ paska rawat inap.

A mental disorder is a significant change in the thoughts, feelings, or behavior experienced by an individual. People with mental disorders generally show substantial changes that occur through signs or symptoms that appear as well as a decrease or even loss of the ability to carry out life activities. This condition requires immediate treatment through curative efforts. Rehabilitation efforts in community-based treatment must accompany curative efforts in hospital-based care. One of the community-based care programs is psychosocial rehabilitation. This study aims to get an overview of the psychosocial rehabilitation experience in people with post-hospital mental disorders. The design of this research uses a qualitative approach with descriptive phenomenological methods. Participants in this study were seven people who were mentally impaired participants of psychosocial rehabilitation selected based on defined criteria. The data collection method used is in-depth interviews with semi-structured interviews. Data analysis in this study uses the Colaizzi method. The research finds four themes: 1) Transition post-hospital care, 2) Motivation for psychosocial rehabilitation, 3) Impact of psycho-social rehabilitation on recovery efforts, and 4) Support for psycho Social rehabilitation. This study recommends psychosocial rehabilitation as an advanced recovery effort for people with post-hospital mental disorders."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febriana Sartika Sari
"Pasung merupakan bentuk pengekangan fisik atau kurungan yang dilakukan oleh masyarakat non professional pada ODGJ. Penanganan ODGJ paska pasung di ruang perawatan menjadi bagian penting dalam siklus perawatan. Tujuan penelitian adalah untuk mendiskripsikan secara mendalam penanganan orang dengan gangguan jiwa ODGJ paska pasung di ruang perawatan. Metode penelitian menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan multiple instrumental case study. Penelitian menggunakan 2 kasus dan partisipan sejumlah 11 partisipan dipilih dengan purposive sampling. Pengumpulan data melalui wawancara mendalam kepada para tenaga kesehatan dan penelusuran dokumen-dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan 6 kategori dengan beberapa subategori yaitu, 1 Kondisi ODGJ paska pasung dengan gejala dominan adalah gejala negatif dan diagnosis keperawatan utamanya isolasi sosial dan defisit perawatan diri, 2 Penanganan ODGJ paska pasung dilakukan di tiap tahap perawatan dan membutuhkan intervensi keperawatan dengan frekuensi lebih banyak, 3 Burnout yang dialami perawat 4 Kendala yang dialami tenaga kesehatan meliputi kebijakan lama rawat dan standar prosedur operasional perawatan kurang efektif, dukungan keluarga tidak adekuat, perbedaan budaya menghambat komunikasi terapeutik, dan ketidakdisiplinan tenaga kesehatan dalam perawatan, 5 Kolaborasi tenaga kesehatan, dan 6 Harapan tenaga kesehatan. Kesimpulan penelitian ini adalah penanganan ODGJ paska pasung di ruang perawatan dilakukan secara kolaboratif namun belum optimal, masih banyak kendala. Sistem pelayanan kesehatan jiwa perlu ditingkatkan baik di rumah sakit maupun di komunitas.

Pasung is a physical restraint or confinement performed by non professional society for people with serious mental illness PWSMI .The treatment for PWSMI post pasung in the mental ward is an important part in the treatment cycle. The objective of the study was to describe the treatment for PWSMI post pasung in the mental ward. The methode of the study was qualitative using multiple instrumental case study approach. Purposive sampling was used to select the participants. Data were obtained by indepth interview with the health care provider and documents tracking. The study used 2 cases and the number of theparticipants in the study was11 participants.
The result of the study was described in six categories 1 The condition of PWSMI post pasung was dominant in negative symptom and the main nursing diagnosis were social isolation and self care deficit, 2 The treatment for PWSMI post pasung in each of the mental ward needed more nursing interventions, 3 Burnout was experienced by the nurse, 4 The obstacles in the treatment experienced by the health care provider were the policy of length of stay and standard operational procedur in treatment were not effective, inadequate of family support, the culture difference between the client dan the health care provider, and indicipline of the health care provider 5 The collaboration of the health care provider in the treatment, 6 The expectation of the health care provider. The conclusion of the study was the treatment for PWSMI post pasung in the mental ward conducted by the health care provider collaboratively was not optimal yet, there were many obstacles. The health care system especially in the mental ward and community had to be improved.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T46831
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katuuk, Helly M.
"Pasung merupakan tindakan pengekangan secara fisik maupun pengurungan kepada orang dengan gangguan jiwa. Pemasungan berulang merupakan tindakan yang dilakukan keluarga akibat kekhawatiran keluarga terkait perilaku ODGJ yang membahayakan diri sendiri keterbatasan hendaya keluarga dalam perawatan. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang pengalaman keluarga dalam merawat ODGJ yang dilakukan pemasungan secara berulang. Metode penelitian adalah riset kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan penelitian berjumlah 10 orang, pengumpulan data dengan wawancara mendalam. Analisis data dengan metode Colaizzi. Tiga tema yang dihasilkan : Pemenuhan rasa aman sebagai pemicu pasung berulang, Diferensiasi perawatan pada pasung berulang, Keterbatasan aktivitas keluarga sebagai dampak merawat ODGJ dengan pasung berulang. Perawatan pasung berulang memprioritaskan rasa aman dan nyaman ODGJ.

Pasung is an act of physical restraint and confinement to people with mental disorders. Recurring income is an action taken by people who are related to mental ill patient who are responsible for the family. The purpose of this research is how to find experience in treating mental ill patient which is done repeatedly. The research method is qualitative research with a phenomenological approach. Research participants monitored 10 people, entered data with in-depth interviews. Data analysis using the Colaizzi method. Three themes were generated: Fullfilment of security as triggering, Differentiation of treatments for re-pasung, Limitations of family activities as a caused of mental ill patient with re-pasung. Re-pasung treatment is to prioritizes the securities and comfort of mental ill patient."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T519230
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Putri Wulandari
"Pemasungan merupakan tindak pembatasan, pengekangan pada fisik maupun kehidupan sosial pada orang yang mengalami gangguan jiwa ODGJ . Seseorang dengan gangguan jiwa pada dasarnya memiliki keinginan untuk sembuh, namun untuk mencapai hal tersebut diperlukan lingkungan yang kondusif. Kenyataannya perlakuan keluarga justru menurunkan keinginan atau dorongan dari dalam diri ODGJ untuk mencapai sembuh. Keinginan ODGJ untuk dapat kembali sembuh sangat memerlukan motivasi atau dorongan yang kuat dari dalam diri sendiri. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam kepada 12 partisipan. Terdapat lima yang dihasilkan dalam penelitian ini : Keinginan untuk menjalani hidup yang lebih baik, Pengendalian pikiran sebagai mekanisme koping dalam upaya pencapaian penyembuhan diri, Dampak pengalaman yang tidak menyenangkan sebagai motivasi untuk sembuh, Kontribusi kondisi pulih terhadap peningkatan konsep diri dan Perlawanan terhadap stigma agar tetap pulih. Tema-tema ini didukung oleh 19 kategori. Keinginan untuk dapat menjalani hidup yang lebih baik merupakan hal yang mendorong untuk ODGJ untuk memotivasi dirinya untuk dapat kembali pulih. Bentuk mekanisme koping yang berfokus pada pengendalian pikiran dan emosi ditambah dengan konsep diri yang positif, serta kondisi untuk melawan stigma dengan harapan dapat diterima di lingkungan sosial dapat membantu ODGJ paska pasung dalam membangkitkan motivasi ODGJ untuk dapat kembali sembuh.

Confinement is an act of limiting and restraining an individual with mental health issues both physically and socially. A mental health patient fundamentally possess the aspiration to recover, but in order to achieve that, it takes a supportive environment. Ironically, family treatment towards the mental health patient decreases their hope to recover. The mental health patient wish to recover needs strong motivation and support from within themselves. This research was a qualitative research with descriptive phenomenology research design. Data collection conducted by in depth interview to 12 participants. There were 5 five themes produced on this research such as the aspire to have a better life, thought control as a coping mechanism on the effort to self recover, The impact of unpleasing experience as the motivating factor to recover, the recover state contribution to the increasing self concept, and against the stigma to maintain health. This themes supported by 19 categories. The aspire to have a better life was prompting mental health patient to motivate themselves to recover. Focused on thought and emotion controlling coping mechanism added by positive self concept and the against the stigma condition with the hope for the society acceptance helped post confinement mental health patient to increase the motivation on recovering."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50601
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novy Helena Catharina
"Kepala keluarga bertanggungjawab secara ekonomi memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarga yang meliputi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Seorang kepala keluarga yang mengalami gangguan jiwa selepas dari pemasungan perlu menyesuaikan diri terhadap fungsi sosial yang meliputi kemampuan untuk bekerja dan terlibat dalam hubungan sosial. Tujuan penelitian adalah ini untuk mendeskripsikan pengalaman kepala keluarga paska pasung dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Pendekatan fenomenologi diterapkan untuk mengekplorasi pengalaman kepala keluarga. Sejumlah enam orang berpartisipasi dalam penelitian ini yang dipilih melalui metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kemudian dianalisis dengan metode Colaizzi. Tiga tema dihasilkan dalam penelitian ini yaitu harga diri rendah sebagai respons perubahan peran paska pasung, penurunan kapasitas diri sebagai hambatan pemenuhan kebutuhan finansial keluarga, dan pemanfaatan dukungan sosial dan spiritual dalam pengembalian kepercayaan diri. Pasung berdampak pada penurunan kemampuan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) menjalankan peran sebagai kepala keluarga. Pemulihan kepercayaan diri dan peningkatan kualitas hidup ODGJ pasca pasung sebagai kepala keluarga dapat diperoleh dengan adanya penciptaan lapangan kerja serta dukungan dan penerimaan ODGJ di masyarakat.

The breadwinner of the family economically responsible for meeting the needs of all family members, including clothing, food, and housing needs. A breadwinner of the family with mental illness after pasung needs to adjust to social functions including the ability to work and be involved in social relations. Pasung is physical restraint and confinement by families of people with mental illness in the community. The study aimed to describe the experience of the breadwinner of family post-pasung to supply the economic needs of the family. This qualitative descriptive phenomenological study applied a purposive sampling in selecting the participants. Data were obtained through an in-depth interview with six participants. The data analyzed by Colaizzi’s method. The findings revealed that three themes, namely low self-esteem as a response to changes in the role after pasung, reduction of self-capacity as an obstacle the meeting family's financial needs, and utilization of social and spiritual support in returning confidence. Pasung has an impact on the decline of people with mental illness' ability to carry out the role of the breadwinner of the family. Restoring self-confidence and improving the quality of life for the breadwinner with mental illness after pasung can be obtained from creating employment opportunities, support, and accepting the people with mental illness in the community."
Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2019
610 JKI 22:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kristianus Triyaspodo
"Kekerasan yang dialami oleh Orang dengan Gangguan Jiwa ODGJ membawa dampak psikologis yang sangat serius. Dampak psikologis tersebut mengakibatkan ODGJ mengalami kekambuhan sehingga angka prevalensi penderita gangguan jiwa terus meningkat.Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran pengalaman kekerasan yang dilakukan keluarga terhadap ODGJ pascarawat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif fenomenologi.
Hasil penelitian didapatkan enam tema, yaitu kurang pengetahuan keluarga sebagai penyebab kekerasan yang dialami oleh ODGJ, caregiver utama sebagai pelaku kekerasan terhadap ODGJ, kekerasan fisik mendominasi kekerasan yang dialami oleh ODGJ, ketidakberdayaan sebagai dampak kekerasan, distraksi sebagai mekanisme koping, dan keinginan ODGJ terbebas dari kekerasan.
Hasil penelitian merekomendasikan untuk perawat jiwa agar memberikan terapi kognitif kepada korban kekerasan, dan terapi psikoedukasi keluarga kepada pelaku kekerasan sehingga kekerasan terhadap ODGJ tidak kembali terulang.

The violence experienced by people with mental illness has a very serious psychological impact. These psychological impacts result in people with mental illness experiencing a recurrence so that the prevalence rate of mental illness continues to increase. The purpose of this study is to get an overview of experiences of family violence against people with mental illness post hospitalization. This research uses qualitative method with descriptive approach of phenomenology.
The results of the research are six themes, namely lack of family knowledge as the cause of violence, main caregiver as perpetrator of violence, physical violence dominates violence experienced by people with mental illness, powerlessness as impact of violence, distraction as coping mechanism, and desire free from violence.
The results of this study recommend for mental nurses to provide cognitive therapy to victims of violence, and family psychoeducation therapy to perpetrators of violence so that violence does not reoccur.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48483
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manumba, Ruliyani
"ABSTRAK
Gangguan jiwa berdampak terhadap individu dan keluarga yang dapat mengganggu fungsi keluarga dan membahayakan kesehatan serta kualitas hidup mereka. Keluarga memiliki peran penting bagi anggota keluarga dengan gangguan jiwa untuk mendapatkan bantuan kesehatan. Pencarian bantuan kesehatan berkaitan dengan Duration of Untreated Psychosis (DUP), yaitu jarak waktu episode awal hingga
mendapatkan terapi yang adekuat. Keterlambatan dalam pencarian bantuan kesehatan menyebabkan DUP lebih lama yang berhubungan dengan tingkat gejala positif, pemulihan, fungsi kognitif dan sosial yang buruk sehingga mempengaruhi kualitas hidup selama perjalanan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengalaman keluarga dalam mencari bantuan kesehatan bagi anggota keluarga mereka yang mengalami gangguan jiwa. Desain penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif fenomenologi yang melibatkan 13 partisipan. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam dan dianalisis menggunakan metode Colaizzi. Hasil
penelitian didapatkan lima tema yaitu perubahan perilaku yang membahayakan sebagai pemicu mencari bantuan, dukungan sosial dan keterjangkauan memengaruhi pemilihan bantuan, keterbatasan pengetahuan dan finansial menjadi hambatan mencari bantuan,
upaya optimal keluarga, kondisi negatif klien dan keluarga sebagai penyebab berhenti mencari bantuan. Hasil penelitian merekomendasikan diperlukannya pengembangan peningkatan pencarian bantuan yang efektif melalui pendidikan kesehatan pada
keluarga dan masyarakat luas untuk menciptakan lingkungan dengan literasi kesehatan yang memadai. Pengembangan program intervensi juga perlu dilakukan setelah keluarga kontak dengan layanan kesehatan, yakni dengan meningkatkan komunikasi dan memberikan informasi yang adekuat pada keluarga untuk mempertahankan hubungan kolaboratif dengan keluarga

ABSTRACT
Mental disorders affect individuals and families which can disrupt family functions and endanger their health and quality of life. Family has an important role for family members with mental disorders to seeking help. Seeking help for health is related to the Duration of Untreated Psychosis (DUP), which is the interval from the initial episode to adequate therapy. Seeking help delays lead to longer DUP which is associated with levels of positive symptoms, recovery, poor cognitive and social functioning, thereby affecting quality of life throughout the course of the disease. This study aims to obtain an overview of family experiences in seeking help for their family members with mental
disorders. The study design was qualitative with descriptive phenomenology approach involving 13 participants. Data were collected by indepth interview and analyzed using Colaizzi method. The results emerged five themes, which is violent behaviours changes as a trigger for seeking help, social support and affordability affecting the seeking help selection, the knowledge and financial obstacles to seeking help, optimal family efforts, negative conditions for clients and families as the cause of discontinue seeking help. This study recommends an effective way to increase seeking help behaviours through health education for families and the community to create an environment with adequate health literacy. The development of an intervention program also needs to be conducted after the family contacts with health services, namely by improving communication and
providing adequate information to families to maintain collaborative relationships with families"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daulima, Novy Helena Catharina
"Disertasi ini bertujuan untuk merumuskan model proses pengambilan keputusan pasung oleh keluarga, kuesioner keputusan pasung Daulima serta mengetahui pengaruh terapi keputusan perawatan tanpa pasung dan algoritma keputusan perawatan Daulima terhadap tingkat keputusan pasung. Desain penelitian menggunakan mixed methods dengan desain exploratory dengan jumlah sampel 22 orang partisipan dan 82 orang responden.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan adanya tahapan pada proses pengambilan keputusan pasung oleh keluarga, kuesioner keputusan pasung Daulima yang valid dan reliabel serta pengaruh terapi keputusan perawatan tanpa pasung dan algoritma keputusan perawatan Daulima terhadap penurunan tingkat keputusan pasung secara bermakna. Model proses pengambilan keputusan pasung oleh keluarga direkomendasikan sebagai landasan asuhan keperawatan keluarga klien gangguan jiwa yang dipasung. Kuesioner keputusan pasung Daulima direkomendasikan sebagai alat untuk mengukur keputusan pasung pada keluarga klien. Terapi keputusan perawatan tanpa pasung dan algoritma keputusan perawatan Daulima direkomendasikan sebagai intervensi bagi keluarga yang memiliki tingkat keputusan pasung yang tinggi.

This dissertation aimed to formulate a model of family decision making proces for pasung, Daulima pasung decision questionnaire and to identity an impact of therapy of nursing care decision without pasung and Daulima nursing care decision algorithm toward pasung decision level. This study used a mixed method with exploratory design using 22 participants and 82 respondents.
This study invented stages of family decision making proces for pasung, a valid and reliable Daulima pasung decision questionnaire and impact of therapy on nursing care decision without pasung and Daulima nursing care decision algorithm toward a significant declining of pasung decision level. Model of family decision making proces for pasung was recommended as a nursing care platform for a family who is performing or going to perform pasung for mentally ill patient. Daulima pasung decision questionnaire was advised as a measuring instrument for pasung decision level on family of mentally ill patient. Moreover, therapy of nursing care decision without pasung and Daulima nursing care decision algorithm was suggested as an intervention for a family with a high level decision for pasung."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
D1950
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfan Pramoda Widyadaksa
"Sikap negatif terhadap gangguan jiwa masih menjadi fenomena yang kerap kali terjadi. Bahkan stigmatisasi ini dilakukan oleh mereka yang berpendidikan, seperti mahasiswa. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai sikap mahasiswa psikologi terhadap gangguan jiwa. Peneliti memutuskan untuk meneliti sikap mahasiswa dengan dasar bahwa sebagian besar penduduk di Asia memiliki stereotipe yang negatif terhadap orang dengan gangguan jiwa atau menstigma. Mahasiswa tidak lepas dari sikap ini. Padahal, mahasiswa adalah kaum terdidik. Survei dilakukan di empat universitas di Jabodetabek dengan partisipan berjumlah 104 orang, dengan perempuan berjumlah 83 dan laki-laki berjumlah 18 orang. Penelitian ini menggunakan alat ukur Belief in Mental Illness Scale BMI. Hasil menunjukkan bahwa sikap partisipan terhadap gangguan jiwa cenderung ke arah netral. Rata-rata tertinggi ditemukan pada item rang dengan gangguan jiwa sulit diprediksi, sementara rata-rata terendah ditemukan pada item orang dengan gangguan jiwa berbahaya. Peneliti kemudian mendiskusikan lebih lanjut mengapa temuan-temuan tersebut bisa terjadi. Untuk penelitian berikutnya, sebaiknya partisipan berasal dari kalangan nonpsikologi untuk memperkaya wawasan.

Negative attitude toward mental disorders is still an oft recurring. This stigmatization is even done by those who are educated, like college students. The purpose of the study is to get a picture of the attitude of psychology students to mental disorders. Researcher decided to examine student attitudes on the grounds that the majority of the populations in Asia perceive negative stereotype or stigma on people with mental disorders. College students, educated people, are not exempt from this attitude. The survey was conducted at four universities in Jabodetabek on 104 participants, with 83 women and 18 men. This study used the Belief in Mental Illness Scale BMI measurement tool. The results show that participants 39 attitudes toward mental disorders tend to be neutral. The highest average is found in item ldquo people with mental disorders are difficult to predict, rdquo while the lowest average is found on item people with mental disorders are dangerous. rdquo The researcher then discusses further why these findings could occur. For the next study, participants should come from non psychology backgrounds to enrich the insight.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>