Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100282 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadhian Akbar
"ABSTRAK
Proses penuaan memberi dampak pada fungsi tubuh manusia, salah satunya adalah sarcopenia. Sarcopenia adalah pengurangan keseluruhan massa otot skeletal dan kekuatan secara progresif. Kondisi ini bisa berkembang menjadi lemah. Frailty akan menyebabkan perubahan keseimbangan energi yang malnutrisi. Pengurangan status Gizi biasanya ditemukan pada pasien usia lanjut. Jika tidak dirawat dengan benar, negara bisa progresif. Selain itu, kekuatan genggaman tangan yang dikenal memiliki beberapa kaitan dengan beberapa kondisi pada lansia seperti sarkopenia dan kerapuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kekuatan genggaman tangan dan status gizi. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional yang dilakukan di Poliklinik Geriatrik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk pasien geriatri antara Januari September 2016. Kekuatan genggaman tangan dan status gizi diukur menggunakan Jamar Dynamometer dan Mini Nutritional Assessment. Dari 98 pasien, median kekuatan genggaman tangan adalah 18. Ada 6 pasien 6,1 dengan malnutrisi dan 59 pasien 60,2 dengan risiko kekurangan gizi dan 33 pasien 33,7 dengan status gizi normal. Berdasarkan uji korelasi Pearson, kekuatan genggaman tangan berhubungan dengan status gizi p 0,008 dan r 0,268. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kekuatan genggaman tangan berhubungan dengan status gizi.

ABSTRAK
Process of aging give some impact to function of human body, one of them is sarcopenia. Sarcopenia is overall reduction of skeletal muscle mass and power progressively. This condition can develop become frailty. Frailty will lead to change of energy balance which is malnutrition. Reduction of Nutritional status is commonly found in elderly patient. If it is not treated properly, the state can be progressive. Besides, hand grip strength well known has some association to several condition in elderly such as sarcopenia and frailty. The aim of this research is to find the correlation between hand grip strength and nutritional status. This research using cross sectional design was conducted in Geriatric Policlinic of Cipto Mangunkusumo Hospital to geriatric patients between January September 2016. Hand grip strength and nutritional status was measured using Jamar Dynamometer and Mini Nutritional Assessment. From 98 patients, the median of hand grip strength was 18. There were 6 patients 6,1 with malnutrition and 59 patients 60,2 with risk of malnutrition and 33 patients 33,7 with normal nutritional status. Based on Pearson correlation test, hand grip strength has correlation with nutritional status p 0,008 and r 0,268 . The conclusion of this research is hand grip strength has correlation with nutritional status."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Kurnia Pratama
"Penuaan adalah proses alamiah yang dapat dilihat dari penurunan massa otot atau sarkopenia. Sarkopenia merupakan masalah karena terkait dengan peningkatan risiko jatuh. Oleh karena itu, kemampuan fisik orang usia lanjut perlu diketahui sejak awal. Pengukuran kekuatan genggam tangan digunakan untuk mengukur kekuatan otot tangan dan timed up and go test digunakan untuk mengukur mobilitas fungsional. Sampai saat ini korelasi keduanya belum diketahui sehingga korelasi keduanya perlu diteliti di samping mencari rerata keduanya. Penelitian ini dilakukan pada 73 pasien usia lanjut di Poliklinik Geriatri RSCM berupa pengukuran kekuatan genggam tangan dengan dinamometer Jamar dan TUGT dengan pengukur waktu. Uji normalitas data tersebut dilakukan dan diikuti dengan uji korelasi Spearmann. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna dengan hubungan menengah r=-0,568, p=0,000 . Rerata kekuatan genggam tangan dalam mean yang didapatkan adalah sebesar 19,1 kg sedangkan rerata mobilitas fungsional yang didapatkan dalam median adalah sebesar 12,8 5,9-30,9 s.

Aging is a normal process happened and can be viewed from muscle mass reduction or sarcopenia. Sarcopenia is problematic since it is correlated with higher fall risk. Based on that finding, early measurement of physical performance of elderly is a necessary. Hand grip strength can be measured to assess hand muscle strength while timed up and go test TUGT is used to assess functional mobility. However, correlation of both variable hasn rsquo t been clearly explained thus makes this research is needed. This research was also done to measure the average of hand grip strength and functional mobility on elderly patient. This research was done on elderly patient in Geriatric Policlinic of RSCM by measuring hand grip strength using Jamar dynamometer and measuring TUGT using stopwatch. Correlation between two variables are calculated by Spearmann correlation test after being tested their normality using normality test. The result showed there are significantly meaningful moderate correlation between hand grip strength and functional mobility p 0,000, r 0,568 . The average of the hand grip strength is 19,1 kg in mean and the average of the functional mobility is 12,8 5,9 30,9 s in median."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Wiraguna
"ABSTRAK
Kualitas hidup pada usia lanjut akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Menurunnya kualitas hidup pada usia lanjut dapat disebabkan oleh penurunan massa otot, kekuatan otot, dan aktivitas fisik yang dikenal sebagai sarkopenia atau penyakit kronik-degeneratif. Salah satu bentuk skrining sarkopenia adalah menilai kekuatan genggam tangan. Kekuatan genggam tangan diduga dapat memprediksi kualitas hidup populasi usia lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi kekuatan genggam tangan yang diukur dengan dinamometer Jamar dengan kualitas hidup yang diukur dengan kuesioner EQ-5D dan EQ-5D VAS pada pasien usia lanjut. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan dilakukan pada 123 pasien usia lanjut di Poli Klinik Geriatri Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo. Hasil analisis dengan uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat korelasi bermakna antara kekuatan genggam tangan dan kualitas hidup yang diukur dengan kuesioner EQ-5D r = 0,219; p = 0,015 maupun EQ-5D VAS r = 0,266; p = 0,003 . Sebagai kesimpulan, kekuatan genggam tangan memiliki korelasi bermakna dengan kualitas hidup pada pasien usia lanjut.

ABSTRAK
The quality of life in elderly will decrease with age. Declining quality of life in elderly due to decreased muscle mass, muscle strength, and physical activity is known as sarcopenia and suffering from chronic degenerative diseases. One form of sarcopenia screening is assessing the hand grip strength. Hand grip strength could be expected to predict the quality of life of the elderly population. This study aimed to determine the correlation of hand grip strength measured by Jamar dynamometer with the quality of life measured by the EQ 5D and EQ 5D VAS questionnaire in elderly patients. This study used cross sectional design and conducted on 123 elderly patients in Integrated Geriatric Poly Clinic Cipto Mangunkusumo General Hospital. The results of the analysis with Spearman test showed a significant correlation between hand grip strength with quality of life as measured by the EQ 5D questionnaire r 0.219 p 0.015 and EQ 5D VAS questionnaire r 0.266 p 0.003 . In conclusion, there are significant correlation between hand grip strength with quality of life in elderly patients."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Riviati
"ABSTRAK
Latar Belakang: : Peningkatan populasi usia lanjut di Indonesia diiringi dengan
meningkatnya masalah kesehatan pada populasi tersebut, yang merupakan salah
satu dampak proses menua. Dampak serius proses menua terjadi pada otot rangka,
yaitu terdapat penurunan massa dan kekuatan otot yang disebut sarkopenia.
Kekuatan otot lebih berperan dari massa otot sebagai prediktor hendaya dan
mortalitas, sehingga penilaian kekuatan otot menjadi penting. Kekuatan genggam
tangan dapat mewakili keseluruhan kekuatan otot dan pemeriksaannya sederhana,
murah, serta mudah dilakukan. Berbagai faktor yang mempengaruhi kekuatan
genggam tangan, faktor IMT dan lingkar pinggang masih kontroversi dan faktor
penyakit kronik terhadap kekuatan genggam tangan belum pernah diteliti sehingga
perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kekuatan
genggam tangan.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara: usia, jenis kelamin, lingkar pinggang,
status gizi dan penyakit kronik (DM, HT, stroke, PJK, PPOK) dengan kekuatan
genggam tangan pada pasien usia lanjut.
Metode: Penelitian potong lintang dilakukan bulan Agustus 2015 di poliklinik
geriatri RSCM Jakarta dan RSMH Palembang . Subjek adalah pasien usia lanjut
berusia  60 tahun, yang kontrol rutin. Pemeriksaan meliputi anamnesis,
pengukuran lingkar pinggang, lingkar lengan, lingkar betis, tinggi lutut, berat
badan, dan kekuatan genggam tangan. Uji analisis Cochran Mantel Haenzel
digunakan untuk menilai faktor-faktor yang berhubungan dengan kekuatan
genggam tangan pada penelitian ini.
Hasil: Dari 352 subjek ,didapatkan jenis kelamin terbanyak perempuan
212(60,2)% rerata usia 69,7 (SB 6,3) tahun, rerata lingkar pinggang 90,6
(SB10,7), Status gizi yang terbanyak adalah status gizi normal (86,4%),
komorbiditas tertinggi hipertensi (44,3%), rerata kekuatan genggam tangan
perempuan 19,8 (SB 5,1) dan laki=laki 29,1 (SB 6,9). Terdapat usia (p=<0,001,
PR=3,6) dan status gizi /MNA (p<0,001, PR=2,8) berhubungan dengan kekuatan
genggam tangan
Simpulan: Faktor yang berhubungan dengan kekuatan genggam tangan pada usia
lanjut adalah usia dan status gizi

ABSTRACT
Background: The increasing of the elderly population in Indonesia is
accompanied by increasing health problems in the population, which is one of
impact of the aging process. Serious affect of the ageing process is occured in
skeletal muscle. There is a decreasing of mass and muscle strength, called
sarcopenia. Muscle strength is more instrumental than muscle mass as predictors
of mortality and frailty status, so assessment of muscle strength becomes
important. Handgrip strength can represent the overall muscle strength.The
examination of handgrip strength is simple, inexpensive, and easy to do. There are
many determinand factors that can influence handgrip strength. Body mass index
and waist circumference still on controversy. Chronic diseases is still not observed
yet. This aim of this research is to obtain determinant factors that can influence
handgrip strength in elderly.
Objective : To obtain association of age, gender, waist circumference, nutrional
status, and chronic disease with handgrip strength in elderly patient
Methods: This cross sectional study was conducted to elderly outpatient age 60
years or above who visited Geriatric Clinic Cipto Mangunkusumo Hospital
Jakarta and Mohammad Hoesin Hospital Palembang in August 2015. Data of age,
gender, nutritional status, chronic diseases, waist circumference, arm
circumference, calf circumference, and handgrip strength were collected. Cochran
Mantel Haenzel was used to obtain determinant factors of handgrip strength
Results: 352 subjects were recruited in this study. women which the most subject
were 212 (60,2%), average of age was 69,7 years old (SB 6,3), average of waist
circumference was 90,6 (SB 10,7), the most nutritional status was normal
(86,4%), the highest comorbidity was hyptertension (44,3%), and average of
handgrip strength were 19,8 (SB 5,1) in women and 29,1 (SB 6,9) in men.
Determinant factors of handgrip strength were age (p=<0,001, PR=3,6) and
nutritional status (p<0,001, PR=2,8).
Conclusions: Determinand factors of handgrip strength were comorbidity
(hypertension, diabetes mellitus, stroke, coronary heart disase, chronic obstructive
pulmonary disease), nutritional status, and increasing of age;;"
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Donnie Lumban Gaol
"

Latar Belakang: Salah satu faktor utama yang terlibat dalam gangguan mineral tulang dan muskuloskeletal pada pasien penyakit ginjal kronik (PGK) adalah Fibroblast Growth Factor-23 (FGF-23). Peningkatan kadar FGF-23 terjadi pada awal PGK dan semakin meningkat pada PGK tahap akhir terutama yang menjalani dialisis. FGF-23 mendapat perhatian khusus karena perannya terhadap otot skeletal pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis belum diketahui secara pasti. 

Tujuan: Mengetahui korelasi antara kekuatan genggam tangan(KGT) dengan kadar FGF-23 pada pasien yang menjalani hemodialisis kronis.

Metode: Penelitianinimerupakanstudipotong lintang. Penelitian ini dilaksanakan di unit Hemodialisis Divisi Ginjal-Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM Jakarta, pada 74 pasien dialisis 2 kali seminggu. Pengukuran FGF dengan pemeriksaan intactFibroblast Growth Factor-23 (iFGF-23) dan menilai KGT dengan dinamometer hidraulik tangan merek Jamar. Pemilihansubjekdilakukansecaraconsecutivesamplingsampaijumlah subyekyangdiperlukanterpenuhi.

Hasil: Subjek pada penelitian ini sebanyak 74 subjek dengan kadar pemeriksaan iFGF-23 pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, (3276 [ min-maks; 41-6613]pg/ml dan1585 pg/ml, [min-maks; 21-4820])dan nilai KGT pasien laki-laki adalah 25 kg (min-maks; 11-48) dan perempuan adalah 20 kg (min-maks; 8-26). Setelah dilakukan penyesuaian dengan indeks komorbid charlson modifikasidan indeks massa tubuh, maka tidak didapatkan korelasi antara FGF-23 dengan KGT pada subjek laki-laki (r=-0.053, p=0.7) akan tetapi terdapat korelasi negatif bermakna pada subjek perempuan (r=-0.4, p=0.02). 

Kesimpulan: Kadar iFGF-23 memiliki korelasi negatif bermakna dengan KGT pada perempuan dan hal tersebut tidak ditemukan pada subjek penelitian laki-laki.


Background: Patients with chronic kidney disease (CKD) face with muscle atrophy, low muscle strength, and low physical activity. One of the main factors involved in bone mineral and skeletal muscle dysfunction in patients with chronic kidney disease (CKD) is Fibroblast Growth Factor-23 (FGF-23). Despite FGF-23 associated left ventricular hypertrophy, there are no prior studies assessing whether FGF-23 level is associated with skeletal muscle strength in hemodialysis patient. 

Objective: To determine the correlation between hand-grip strength (HGS) and FGF-23 levels in patients undergoing twice-weekly hemodialysis patients.

Patient and Method: This is a cross-sectional study, which was conducted on 74 twice-weekly hemodialysis patient at the Hemodialysis Unit at Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Before dialysis session, intact Fibroblast Growth Factor-23 (iFGF-23) were measured in singlicate from plasma samples and han-grip strength that measured by Jamar hydraulic hand dynamometer. Subject selection was done by consecutive sampling until the required number of subjects was fulfilled. 

Results: There were 74 subjects recruited in this study, which included 7 (18.9%) male and 3 (8.1%) female subject had body mass index (BMI) < 18.5 kg/m2. Level of iFGF23 were significantly higher in males than in females (3276 pg/ml [ min-max, 41-6613] and 1585 pg/ml, [min-max 21-4820], respectively). According to the Asian Working Group for Sarcopenia, the HGS value of male patients was lower than in females (25 kg [min-max; 11-48], (20 kg [min-max; 8-26], respectively). After adjusting to Modified Charlson Comorbidity index (mCCI) and BMI, we found a significant correlation iFGF-23 and HGS in the female subject (r = -0.4, p = 0.02 and no correlation between iFGF-23 and HGS in male subject (r = -0,053, p = 0.7). 

 

Conclusion: In twice-weekly hemodialysis patients, iFGF-23 has a significant correlation with HGS in women and this was not found in male subject.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Trixie Hardigaloeh
"ABSTRAK
Latar Belakang : Malnutrisi merupakan faktor independen yang berhubungan dengan morbiditas, mortalitas dan tingginya biaya pengobatan sirosis hati. Kekuatan Genggam Tangan (KGT) merupakan suatu metode yang sering digunakan untuk mendeteksi malnutrisi dan menilai prognosis pasien. Hubungan KGT dengan Skor Child Pugh (CP) dan massa otot masih dalam kontroversi. Indonesia sampai saat ini belum memiliki data tersebut
Metode : Studi potong lintang pada pasien sirosis hati di poliklinik hepatobilier RSCM dari Februari-Juni 2015. Status nutrisi dinilai berdasarkan KGT. Massa otot diukur menggunakan bioimpedans. Analisis statistik menggunakan uji korelasi spearman
Hasil : Terdapat 115 pasien yang kontrol di poliklinik hepatobilier RSCM, 112 pasien memenuhi kriteria penelitian, terdiri dari 79 laki-laki dan 33 perempuan. Usia pasien rata-rata 54,15±10,55 tahun, median skor CP 6(5-13) dengan median KGT 26(11-50) kgF, rata-rata massa otot 44,43±8,12 kg. Median asupan energi 1334,82(604,75-3023,7) kkal, median protein 45,87(19-114,5) gram. Prevalensi malnutrisi berdasarkan KGT ditemukan sebanyak 33%. Kekuatan genggam tangan tidak berkorelasi dengan skor CP (p 0,046, r=-0,19) namun berkorelasi dengan massa otot (p <0,001, r= 0,70) Simpulan Terdapat 33% kasus malnutrisi berdasarkan KGT pada pasien sirosis rawat jalan. KGT tidak berkorelasi dengan skor Child Pugh namun berkorelasi dengan massa otot pasien sirosis hati.ABSTRACT
Background : Malnutrition is independent factor related to morbidity, mortality and high cost of treatment in liver cirrhosis. Hand grip strength (HGS) is one of the method use for malnutrition detection and prognosis evaluation. The correlation of HGS with liver function (Child Pugh or CP score) and muscle mass is controversial. These important evaluation is not yet avalaible in Indonesia.
Method : This is a cross-sectional study in liver cirrhosis patients at Hepatobiliary clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital from February to June 2015. Nutritional status was assessed by HGS. Muscle mass was obtained from bioimpedance. Data were analyzed using Spearman correlation test.
Results : There were 115 patients liver cirrhosis at Hepatobiliary clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital, 112 patients who fit the inclusion criteria, consisted of 79 men and 33 women with mean age 54,15±10,55 years, median CP score 6(5-13) with median HGS 26 (11-50) kgF, mean muscle mass 44,43±8,12 kg. The median intake of energy 1334,82(604,75-3023,7) kkal, median protein 45,87(19-114,5) gram. Prevalence of malnutrition according HGS was 33%. Hand grip strength is not correlated with CP score (p 0,046, r=-0,19) however it is correlated with muscle mass (p<0,001, r= 0,70) Conclusion There are 33% malnutrition cases based on HGS in out patient liver cirrhosis. There is no correlation between hand grip strength with Child Pugh score however HGS is correlated with muscle mass in liver cirrhosis.;Background : Malnutrition is independent factor related to morbidity, mortality and high cost of treatment in liver cirrhosis. Hand grip strength (HGS) is one of the method use for malnutrition detection and prognosis evaluation. The correlation of HGS with liver function (Child Pugh or CP score) and muscle mass is controversial. These important evaluation is not yet avalaible in Indonesia.
Method : This is a cross-sectional study in liver cirrhosis patients at Hepatobiliary clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital from February to June 2015. Nutritional status was assessed by HGS. Muscle mass was obtained from bioimpedance. Data were analyzed using Spearman correlation test.
Results : There were 115 patients liver cirrhosis at Hepatobiliary clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital, 112 patients who fit the inclusion criteria, consisted of 79 men and 33 women with mean age 54,15±10,55 years, median CP score 6(5-13) with median HGS 26 (11-50) kgF, mean muscle mass 44,43±8,12 kg. The median intake of energy 1334,82(604,75-3023,7) kkal, median protein 45,87(19-114,5) gram. Prevalence of malnutrition according HGS was 33%. Hand grip strength is not correlated with CP score (p 0,046, r=-0,19) however it is correlated with muscle mass (p<0,001, r= 0,70) Conclusion There are 33% malnutrition cases based on HGS in out patient liver cirrhosis. There is no correlation between hand grip strength with Child Pugh score however HGS is correlated with muscle mass in liver cirrhosis.;Background : Malnutrition is independent factor related to morbidity, mortality and high cost of treatment in liver cirrhosis. Hand grip strength (HGS) is one of the method use for malnutrition detection and prognosis evaluation. The correlation of HGS with liver function (Child Pugh or CP score) and muscle mass is controversial. These important evaluation is not yet avalaible in Indonesia.
Method : This is a cross-sectional study in liver cirrhosis patients at Hepatobiliary clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital from February to June 2015. Nutritional status was assessed by HGS. Muscle mass was obtained from bioimpedance. Data were analyzed using Spearman correlation test.
Results : There were 115 patients liver cirrhosis at Hepatobiliary clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital, 112 patients who fit the inclusion criteria, consisted of 79 men and 33 women with mean age 54,15±10,55 years, median CP score 6(5-13) with median HGS 26 (11-50) kgF, mean muscle mass 44,43±8,12 kg. The median intake of energy 1334,82(604,75-3023,7) kkal, median protein 45,87(19-114,5) gram. Prevalence of malnutrition according HGS was 33%. Hand grip strength is not correlated with CP score (p 0,046, r=-0,19) however it is correlated with muscle mass (p<0,001, r= 0,70) Conclusion There are 33% malnutrition cases based on HGS in out patient liver cirrhosis. There is no correlation between hand grip strength with Child Pugh score however HGS is correlated with muscle mass in liver cirrhosis."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Made Murniasih Jayanthi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kekuatan genggam tangan dengan jarak tempuh enam menit pada remaja sehat. Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada remaja sehat di lingkungan kelurahan Kenari dan Utan Kayu Selatan, Jakarta. Pengukuran kekuatan genggam tangan menggunakan Jamar hidrolik dinamometer sesuai protokol the American Society of Hand Therapist (ASHT). Pengukuran jarak tempuh enam menit berdasarkan uji jalan lintasan 15 meter sesuai dengan modifikasi protokol uji oleh Nusdwinuringtyas dkk. Penelitian ini melibatkan 61 orang subjek (30 subjek laki-laki dan 31 perempuan) berusia 14.87 ± 1.28 tahun pada subjek laki-laki dan 14.45 ± 1.73 tahun pada subjek perempuan, tingkat pendidikan subjek di dominasi oleh SMP (64%), dengan BB laki-laki 53.95±7.33 Kg, perempuan 49.40±5.86 Kg, TB laki-laki 163.47±8.4 cm, perempuan 155.61±5.66 cm, IMT 20.12±1.67 Kg/m2 pada remaja laki-laki dan 20.35±1.62 Kg/m2. Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat korelasi sedang (r=0.418, P=0.001) pada tangan dominan saat inspirasi, korelasi lemah (r=0.383, P=0.002) pada tangan dominan saat ekspirasi, korelasi lemah (r=0.338, P=0.008) pada tangan non dominan saat inspirasi, korelasi lemah (r=0.312, P=0.014) pada tangan non dominan saat ekspirasi. Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat korelasi antara kekuatan genggam tanagn dengan jarak tempuh enam menit pada remaja sehat.

This study aims to determine the relationship between hand grip strength and six-minute walking distance (6MWD) in healthy adolescents. This research is a cross-sectional study on healthy adolescents in Kenari and Utan Kayu Selatan sub-districts, Jakarta. Hand grip strength was measured using a Jamar hydraulic dynamometer according to the protocol of the American Society of Hand Therapists (ASHT). The 6MWD was measurement based on the modified test protocol on 15-meter walk test by Nusdwinuringtyas et al. This study involved 61 subjects (30 boys and 31 girls subjects) aged 14.87 ± 1.28 years in boys subjects and 14.45 ± 1.73 years in girls subjects, the education level was dominated by junior high school (64%), with boys weight 53.95±7.33 Kg, girls 49.40±5.86 Kg; boys height 163.47±8.4 cm, girls 155.61±5.66 cm; BMI 20.12±1.67 Kg/m2 in boys and 20.35±1.62 Kg/m2. The results showed that there was a moderate correlation (r=0.418, P=0.001) in the dominant hand during inspiration, a weak correlation (r=0.383, P=0.002) in the dominant hand during expiration, in the non-dominant hand during inspiration (r=0.338, P=0.008), and in the non-dominant hand during expiration (r=0.312, P=0.014). This study concludes that there is a correlation between hand grip strength and 6MWD in healthy adolescents."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sudarso
"ABSTRAK
Latar Belakang: Penilaian status gizi pada lanjut usia saat ini menggunakan Mini Nutritional Assessment MNA , namun memakan waktu yang cukup lama, dilakukan oleh tenaga kesehatan, dan tidak praktis bila digunakan di komunitas. Pemeriksaan kekuatan genggam tangan dapat dijadikan instrumen penapisan status gizi pada lanjut usia. Keuntungan dari pemeriksaan kekuatan genggam tangan antara lain sederhana, alatnya mudah dibawa, tidak membutuhkan waktu yang lama, praktis dan mudah digunakan oleh bukan tenaga kesehatan, tetapi belum ada data titik potong dan akurasi diagnosis kekuatan genggam tangan pada lanjut usia di komunitas.Tujuan: Mendapatkan titik potong dan akurasi diagnosis kekuatan genggam tangan sebagai penapis status gizi pada lanjut usia di komunitas.Metode: Penelitian potong lintang pada subjek berusia ge; 60 tahun di Posbindu di kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur selama Januari-Februari 2017. Titik potong kekuatan genggam tangan dianalisis menggunakan kurva Receiver Operating Characteristics ROC . Akurasi diagnosis kekuatan genggam tangan dibandingkan dengan Mini Nutritional Assessment, dinilai dengan menghitung sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif NDP , nilai duga negatif NDN , rasio kemungkinan positif RKP , dan rasio kemungkinan negatif RKN .Hasil: Nilai Area Under the Curve AUC pada lanjut usia laki-laki dan perempuan adalah 90,5 IK95 82,0 ndash;99,0 dan 79,6 IK95 71,7 ndash;87,6 . Titik potong kekuatan genggam tangan lanjut usia laki-laki dan perempuan untuk mendeteksi kondisi malnutrisi berturut-turut adalah le; 25 kg dan le; 18 kg dengan sensitivitas 87,5 dan 77,8 , spesifisitas 80,0 dan 65,0 , NDP 66,7 dan 55,6 , NDN 93,3 dan 83,9 , RKP 4,4 dan 2,2, RKN 0,1 dan 0,3.Simpulan: Titik potong kekuatan genggam tangan lanjut usia laki-laki dan perempuan untuk mendeteksi malnutrisi berturut-turut adalah le; 25 kg dan le; 18 kg. Akurasi diagnosis kekuatan genggam tangan lanjut usia laki-laki dan perempuan dalam mendeteksi malnutrisi berturut-turut dinilai baik dan sedang.Kata Kunci: malnutrisi, lanjut usia, kekuatan genggam tangan, MNA
ABSTRACT
Backgound Assessment of elderly nutritional status using Mini Nutritional Assessment MNA may take longer time, should be performed by healthcare professional and not simple when using in community. Handgrip strength assessment could be a nutritional screening method for elderly. The benefits of using handgrip strength are simple, reliable, and easy performance method, but there is no sufficient information regarding its cutoffpoint and diagnostic accuracy for community living elderly.Objective To verify the cutoff point and accuracy of handgrip strength for nutritional assessment of community living elderly.Method A crossectional study was conducted at Posbindu in Pulogadung, Jakarta Timur in January February 2017. Subjects were men and women ge 60 years old. Cutoff point of malnutrition was analyzed by the ROC curve. Diagnostic accuracy of handgrip strength was calculated.Results The area under the curve AUC value of hand grip strength in elderly men and women were 90.5 CI 95 82.0 99.0 and 79.6 CI95 71.7 87.6 . Cutoff point of handgrip strength for diagnosis of malnutrition according to the reference standard were le 25 kg for men and le 18 kg for women, with the sensitivity, specificity, PPV, NPV, LR , and LR were 87.5 and 77.8 , 80.0 and 65.0 , 66.7 and 55.6 , 93.3 and 83.9 , 4,4 and 2,2, 0,1 and 0,3 for men and women, respectively.Conclusions Cutoff point of handgrip strength for diagnosis of malnutrition were le 25 kg for men and le 18 kg for women. Diagnostic accuracy of handgrip strength for diagnosis malnutrition in elderly men and women were good and moderate."
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elfina Rachmi
"Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang di Departemen Radioterapi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, yang bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kadar asam lemak omega-3 terhadap massa otot dan kekuatan genggam pada subjek kanker kepala leher yang mendapatkan radioterapi. Kaheksia kanker sering terjadi pada kanker kepala leher akibat peningkatan sitokin proinflamasi yang menyebabkan hipermetabolisme, peningkatan kebutuhan nutrisi, anoreksia, penurunan massa otot dan berat badan. Asam lemak omega-3 berperan dalam menurunkan inflamasi, meningkatkan massa otot, dan kekuatan genggam. Dari 52 subjek yang sudah mendapatkan radioterapi ge;25 kali, 57 adalah laki-laki dengan rerata usia di atas 50 tahun. Lokasi kanker paling banyak di area nasofaring, sebagian besar sudah berada pada stadium IV dan mendapatkan kombinasi radioterapi dan kemoterapi. Sebesar 38,5 dan 32,7 subjek berada pada kategori indeks massa tubuh normal dan kurang. Data yang diperoleh dari penelitian ini dapat memberikan gambaran kurangnya asupan energi, protein, lemak, dan asam lemak omega-3, serta massa otot sebagian besar subjek yang tergolong kecil 28,4 4,7 , dengan kekuatan genggam sebagian besar subjek tergolong normal, dan kadar asam lemak omega-3 plasma seluruh subjek yang tergolong rendah 2,5 0,8 . Data tersebut menunjukkan adanya masalah nutrisi pada pasien kanker kepala leher. Terdapat korelasi yang kuat antara kadar asam lemak omega-3 plasma terhadap massa otot r =0,6, p 50?60 Gy dan 50 Gy.

This cross sectional study conducted in the Department of Radiotherapy Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, aimed to investigate the correlation between omega 3 fatty acids plasma levels with muscle mass and hand grip muscle strength in subjects with head and neck cancer undergoing radiotherapy. Cancer cachexia is common in head and neck cancer as a result of the increasing of proinflammatory cytokines that cause hipermetabolisme, increased nutritional needs, anorexia, decreased muscle mass and body weight. Omega 3 fatty acids play a role in reducing inflammation, as well as improving muscle mass and hand grip. There were 52 subjects who had received radiotherapy ge 25 times, 57 were male with a mean age of 50 years. Most cancer sites were at nasopharynx area, mostly in stage IV and received a combination of radiotherapy and chemotherapy. There were 38,5 of the subjects in the normal body mass index and 32,7 were in low body mass index. The data from this study showed inadequate intake of energy, protein, fat, and omega 3 fatty acids, as well as muscle mass majority was small 28,4 4,7 , with most of the hand grip classified as normal, and the plasma levels of omega 3 fatty acids all of the subjects were low 2,5 0,8 . The data showed that there were nutritional problems in patients with head and neck cancer. There was strong correlation of plasma levels of omega 3 fatty acids with muscle mass r 0,8, p 50 60 Gy and 50 Gy. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T55623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ummi Ulfah Madina
"Latar belakang: Peningkatan usia lanjut menimbulkan dampak kesehatan, diantaranya adalah sarkopenia dan kerapuhan. Kekuatan genggam tangan merupakan komponen
sarkopenia, fenotip sindrom kerapuhan, dan bersifat dinamis. Berbagai studi potong
lintang menilai hubungan kekuataan genggam tangan dengan usia, jenis kelamin, status
nutrisi, status fungsional, status mental, dan komorbiditas namun temuan masih
beragam. Selain itu, belum ada studi longitudinal untuk mengetahui hubungan
perubahan kekuatan genggam tangan dengan usia, jenis kelamin, status nutrisi, status
fungsional, status mental dan komorbiditas di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara usia, jenis kelamin, status nutrisi, status
fungsional, status mental dan komorbiditas dengan perubahan kekuatan genggam
tangan pada pasien usia lanjut.
Metode: Penelitian kohort prospektif menggunakan data sekunder pasien usia lanjut
yang kontrol rutin di Poliklinik Geriatri RSCM Jakarta dari register studi longitudinal
INA-FRAGILE yang telah diobservasi selama 1 tahun (2013-2014). Uji analisis
multivariat regresi logistik digunakan untuk menilai hubungan antara usia, jenis
kelamin, status nutrisi (skor MNA), status fungsional (skor ADL), status mental (skor
GDS-SF), indeks komorbiditas (skor CIRS) dengan perubahan kekuatan genggam
tangan.
Hasil: Dalam 1 tahun pengamatan dari 162 subjek, didapatkan rerata usia 72,9 (SB 5,9)
tahun, jenis kelamin terbanyak perempuan (57,41%), memiliki nutrisi baik (83,9%),
mandiri (median ADL 9–20), tidak depresi (median GDS-SF 0–11), rerata indeks
komorbiditas 11,8 (SB 3,7), dan 53,1% mengalami penurunan kekuatan genggam
tangan. Status nutrisi (OR=2,7; p=0,033) dan indeks komorbiditas (OR 0,3; p<0,002)
berhubungan dengan kekuatan genggam tangan.
Simpulan: Status nutrisi dan komorbiditas memengaruhi perubahan kekuatan genggam
tangan pada pasien usia lanjut dalam 1 tahun di rawat jalan.

Background: Increasing elderly population throughout the world has been related to
increased prevalence of sarcopenia and frailty. Handgrip strength is a component of
sarcopenia, one of frailty syndrome phenotypes, and a dynamic process. Previous
cross-sectional studies have assessed association of age, sex, nutritional status,
functional status, mental status and comorbodity but the results were varied. That being
said, there was no longitudinal study has been done to determine the correlation of
handgrip strength changes with age, sex, nutritional status, functional status, mental
status, and comorbidity in Indonesia.
Objective: To examine correlation between age, sex, nutritional status, functional
status, depressive symptopms, comorbidity, and handgrip strength changes in elderly
patients.
Methods: A prospective cohort study using secondary data of elderly patients whom
routinely visiting Geriatric Out-Patients Clinic at Cipto Mangunkusumo Hospital,
Jakarta from INA-FRAGILE register that have been observed for 1 year (2013-2014).
The multivariate logistic regression analysis was used to assess correlation between
sex, age, nutrional status (MNA score), functional status (ADL score), depressive
symptoms (GDS-SF score), comorbidities (CIRS score) and handgrip strength changes.
Results: From 162 subjects which were included in the study, the mean age was 72.9
(SB 5.9) years, predominantly female (57.41%), with good nutrition (83.9%),
independent (median 9- 20), not depressed (median 0-11), has average comorbidity
index 11.8 (SB 3.7), and 53.1% experienced decreased handgrip strength. Nutritional
status (OR = 2.7, p = 0.033) and comorbidity index (OR 0.3, p <0.002) correlated with
handgrip strength changes.
Conclusion: Nutritional status and comorbidity correlates with handgrip strength
changes in out-patients elderly within 1 year.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>