Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173905 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zwei Munici MZP
"ABSTRAK
Reksadana merupakan satah satu alternatif instrumen investasi yang saat ini
sedang berkembang pesat sejalan dengan pertumbuhan pasar modal di Indonesia,
Pemerintah Indonesia sangat mendukung perkembangan reksadana berkaitan
dengan tujuan pemerintah untuk mengembangkan pasar modal Indonesia sebagai
sumber pendanaan selain pinjaman bank, sekaligus menjalankan misi pemerataan
kepemilikan saham perusahaan publik
Instrumen investasi jenis ini relatif baru bagi kebanyakan masyarakat
Indonesia yang Iebih akrab dengan tabungan, deposito, obligasi, dan saham.
Masyarakat, terutama investor, masih berada pada tahap mengamati apakah
reksadana yang masih berumur sangat muda ini memang merupakan alternatif
investasi yang dapat memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi
dibandingkan dengan instruinen investasi lain yang telah dikenal selama ini.
Sejak memasuki tahun 1997, tawaran dari para manajer investasi kepada
masyarakat untuk menanamkan modalnya ke reksadana yang mereka kelola
semakin gencar. Dengan nama-nama yang hebat mereka mulai bersaing
menawarkan Jasanya untuk menggelembungkan dana para investor dengan janji
janji ?di atas bunga deposito?, ?bebas resiko?, ?tidak kena pajak?, dan sebagainya.
Mereka membidik pasar yang cukup besar, yaitu para karyawan berpenghasilan
tetap atau wiraswastawan kecil dengan tabungan rata-rata Rp. 100.000,- per bulan --
yang tidak mempunyai waktu dan kemampuan untuk menganalisa saham, serta
investor kelembagaan seperti dana pensiun, asuransi. dan BUMN ? yang
mempunyai dana cukup besar.
Penelitian ini bertujuan untak mencari suatu alternatif bentuk reksadana
saham sebagai instrumen investasi, yaitu reksadana saham berdasarkan indeks harga
saham, yang disebut juga dengan índex Fund. Reksadana bentuk ini mendasarkan
portofolonya pada saham-saham yang menjadi anggota suatu indeks harga saham,
dan isi dan portofolionya berubah hanya jika anggota portofolio indeksnya berubah.
Strategi mvestasi yang demikian disebut dengan strategi investasi pasif.
Penelitian ini menggunakan indeks barga saham yang diterapkan secara resmi
di Bursa Efek Jakarta, yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks-indeks
sektor, serta Indeks LQ-45. Secara umum dapat disimpulkan bahwa IHSG dan
lndeks LQ45 mempunyai kinerja yang tidak bagus, dan masih belum memenuhi
harapan sebagal alternatif investasi dala-m bentuk reksadana. Kinerja yang buruk ini
terkait dengan keadaan ekonomi Indonesia saat ini, di mana pasar modal ikut
terimbas dalam keadaan bearish yang sangat berat. Namun beberapa indeks sektor
mempunyai kinerja yang relatif bagus, yang dapat dijadìkan sebagai dasar dalam
pembentukan reksadana indeks. Sektor-sektor yang relatif bagus tersebut adalah
Pertanian, Pertambangan, Infrastruktur, dan Aneka Industri.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Latifiana
"Pertumbuhan reksa dana yang semakin meningkat tiga tahun terkakhir ini, membuat para investor tampaknya harus tetap waspada. Prahara yang muncul di industri reksa dana tentu membuat mereka harus berhati-hati dalam menetapkan pilihan reksa dana yang tepat. Karena tingkat pengembalian yang tinggi belum tentu merupakan reksadana terbaik. Investor tidak seharusnya hanya melihat dari tingkat pengembalian saja, tetapi juga dari risko dalam berinvestasi. Dalam hal ini investor harus dapat memilih manajer investasi yang memiliki kemampuan pemilihan saham yang superior.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat ada atau tidak adanya manajer investasi di reksa dana saham Indonesia yang memiliki nilai alfa positif dan untuk membandingkan stock selection ability manajer investasi reksa dana saham di Indonesia dari kedua model yang digunakan. Kedua model yang digunakan, yaitu Single Index Model dan Multi Index Model. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan selama periode 2005-2007.
Hasil penelitian ini mampu menunjukkan dan membuktikan bahwa terdapat manajer investasi yang memiliki nilai alfa positif, artinya manajer investasi tersebut memiliki kemampuan pemilihan saham yang superior. Selain itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa metode Single Index Model lebih dapat diaplikasikan di Indonesia daripada Multi Index Model."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Purwanti
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian terhadap kinerja reksadana saham di Indonesia selama periode Agustus 2004 hingga Agustus 2007 dengan mempertimbangkan variabel popularitas reksadana, biaya reksadana., resiko reksadana, kemampuan manajer investasi dalam hal market timing dan portfolio selection Hal terakhir adalah mencoba untuk membangun suatu portfolio pasif dan mengukur kinerja reksadana saham berdaszu-kan Return Based Style Analjvsis. Penelitian ini membuktikan bahwa kinerja reksadana saham yang diteliti memiliki kinenja yang lebih baik dari kinerja pasar. Setelah memasukkan variabel popularitas reksadana, biaya neksadana, resiko reksadana, kemampuan manajer investasi dalam hal market timing dan portfolio selection, ada beberapa reksadana yang mampu menunjukkan kekonsistenan dalam kinmjanya. Sedangkan pada pengujian dengan menggunakan Return Based Style Analysis menunjukkan bahwa hanya sedikit dari reksadana yang diteliti yang dapat menggungguli kinezja portfolio pasif yang dibangun sebagai benchmark-nya. Selain itu dengan menggunakan Return Based Style Analysis mcnunjukkan bahwa sebagiau besar dari reksadana yang diteliti mengalokasikan asetnya pads scktor barang-barang konsumsi, sektor pertambangan dan sektor infrastruktur.

This stuaja aimed to examine mutual jitnd pedormance in Indonesia for August 2004 - August 2007 qier taking into consideration popularity, cost, risk and analyze market timing and porfolio selection of equityjiand manager. Finalbv, this study to build a style and measure fund pergnnmance based on that style used Return Based Style Analysis. This study evidence mutual jitnd in Indonesia for this periode outpeiarm to their benchmark. Then, this stuay indicates after taking factors popularity cost, riks, market timing ability and porgfolio selection there are several mutual fund have constlstentlyjbr their peizrmance. For Return Based Style Anabfsis show that stockjitnd in this study have their most asset alocation on consumer goods sector, mining sector and infasrruktur sector."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T33621
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
MDB 6:2 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Renita Fatma, Author
"Reksadana adalah salah satu bentuk investasi di pasar modal yang telah dan masih terus berkembang pesat. Setelah sempat ikut terpuruk pada masa krisis moneter pada tahun 1997, seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi di awal tahun 2000, bisnis reksadanapun menggeliat kembali.
Jenis reksadana yang paling berkembang pesat adalah reksadana pendapatan tetap, sedangkan reksadana dengan pertumbuhan yang paling kecil adalah reksadana saham. Begitupun dengan jumlah penelitian terhadap kinerja reksadana, kinerja yang selama ini paling banyak diteliti adalah kiner:ja reksadana pendapatan tetap. Penelitian ini ingin melihat gambaran kinerja reksadana saham yang dikelola oleh manajer investasi di Indonesia selama tahun 2002-2004, sehingga dapat dijadikan pertimbangan bagi para investor bahwa kinerja reksadana saham juga relatif bisa diandalkan sebagai tempat investasi.
Dalam karya akhir ini, pengukuran reksadana saham dibatasi hanya menggunakan metode Sharpe Measure, karena dalam metode ini risiko yang diukur telah mencakup risiko sistematis dan tidak sistematis. Setelah ukuran kinerja diperoleh, maka untuk menentukan apakah kinerja tersebut baik atau tidak akan dibandingkan dengan benchmark-nya yaitu kinerja pasamya, dalam hal ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga telah diukur kinerjanya menggunakan metode yang sama. Jika outperformed terhadap pasar berarti kinerja reksadana baik, sedangkan sebaliknya jika underperformed berarti buruk. Terakhir dilakukan pengujian ada tidaknya hubungan antara kinerja reksadana saham dengan umur reksadana.
Hasil yang didapat penulis, temyata sejak talmn 2002 hingga tahun 2004, kinerja reksadana saham yang dikelola oleh Manajer lnvestasi di Indonesia berdasarkan metode Sharpe, cukup baik tetapi tidak stabil. Pada tahun 2002 dan 2004, diatas 70% reksadana saham outperformed terhadap kenerja pasar, tetapi pada tengah periode yang diteliti yaitu pada tahun 2003 justru terjadi sebaliknya dimana hanya 23,5% yang outperformed terhadap kinerja pasar. Reksadana yang memiliki kinerja positif dan melebihi kinerja pasar serta selama tiga tahun berutut-turut berada di peringkat 10 teratas adalah Schroder Dana Prestasi Plus, Bahana Dana Prima, Rencana Cerdas, Citi Reksadana Ekuitas dan Reksa Dana Mawar.
Adapun dari hubungan antara umur reksadana dengan kinerja reksadana, ternyata tidak terdapat korelasi yang signifikan dengan tingkat keyakinan 95%.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ella Kartika
"Karya akhir ini memberikan penjelasan mengenai penerapan strategi cornerstone growth, modifikasi cornerstone value dan kombinasi kedua strategi, pada transaksi saham di Bursa Efek Jakarta. Strategi cornerstone growth dan strategi cornerstone value telah diuji pada transakai saham di New York Stock Exchange oleh James P. O?Shaughnessy dan ternyata kombinasi kedua strategi menghasilkan portofolio dengan return yang lebih tinggi dari return pasar dan risiko yang lebih rendah dari risiko pasar.
Analisis tethadap penerapan strategi tersebut di Bursa Efek Jakarta dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut:
1. Tahap pertama adalah pemilihan saham dengan strategi cornerstone growth. Dilakukan dengan kriteria: (1) dipilih dari seluruh saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang mempunyai minimal 52 hari perdagangan dalam satu tahun, (2) earning bertumbuh secara konsisten dalam tiga tahun terakhir, (3) Price-to-Sales Ratio di bawah 1,5, (4) harga saham berkinerja bagus dalam satu tahun terakhir. Terbentuk 3 portofolio daiam tiga periode penelitian.
2. Tahap kedua adalah pemilihan saham dengan strategi modifikasi cornerstone value. Dilakukan dengan kriteria: (1) mempunyai nilai kapitalisasi pasar di atas rata-rata pasar, (2) jumlah common stock outstanding di atas rata-rata pasar, (3) cash flow per share 75% terbes dan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, (4) nilai penjualan 1,5 kali rata-rata pasar, (5) dividend yield dalam peningkat 100 perusahaan terbaik (modifikasi A) dan 150 perusahaan terbaik (modifikasi B). Terbentuk 3 portofolio sirategi cornerstone value modifikasi A untuk tiga periode dan 2 portofollo strategi cornerstone value modifikasi B untuk periode 1 dan periode 2. (Portofolio periode tiga modifikasi B sama dengan modifikasi A).
3. Tahap ketiga dibuat kombinasi masing-masing 50% antara strategi cornerstone growth dan modifikasi cornerstone value, terbentuk 5 portofolio kombinasi.
4. Tahap keempat adalah mengukur kinerja setiap portofolio yang terbentuk. Return diukur dengan arithmetic mean of return, risiko diukur dengan deviasi standar, risk adjusted return diukur dengan sharpe index dan treynor índex dibandingkan dengan IHSG dan LQ45 sebagai ukuran kinerja pasar, terakhir dihitung market adjusted return, yaitu; return yang sudah dikurangi return pasar.
Periode pengujian dibagi dalam tiga periode, ynitu periode 1 sebelum krisis (1 Januari 1996 - 30 Juni 1997), periode 2 dimasa krisis (1 Juli 1999 - 31 Desember 1998) dan periode 3 setelah krisis (1 Januari 1999 - 30 Juni 2000).
Hasil penelitian pada periode satu dan tiga menunjukkan bahwa portofolio yang terbentuk dengan strategi cornerstone growth dapat mengalahkan kinerja pasar secara significant. Kinerja portofolio yang terbentuk dengan strategi modifikasi cornerstone value hanya sedikit di atas kinerja pasar. Dan penggabungan kedua strategi akan memperburuk kinerja portofolio strategi cornerstone growth tapi meningkatkan kinerja portofolio sirategi modifikasi cornerstone value.
Hasil penelitian pada periode dua (di masa krisis) menunjukan bahwa arithmetic mean of return semua portofolio yang terbentuk termasuk arithmetic mean of return pasar adalah bilangan negatif dengan nilah terkecil adalah return pasar, walaupun secara risiko portofolio dengan strategi cornerstone growth Growth mempunyai risiko yang Iebih kecil dari resiko pasar. Jelas bahwa dalam masa krisis penerapan kedua strategi akan menyebabkan kerugian. Hal ini menunjukkan bahwa penting bagi investor untuk mengetahui dengan jelas keadaan perekonomian sebelum melakukan investasi.
Berdasarkan hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa di luar masa krisis ekonomi sebaiknya dipilih strategi cornerstone growth untuk investasi saham di Bursa Efek Jakarta"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3536
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nellia Putri
"Pada pertengahan tahun 1997 perekonomian indonesia mengalami krisis yang terparah sepanjang sejarah Orde Baru. Hal ini diawali dengan penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS hingga 80 persen dan peningkatan suku bunga deposito dan sekitar 15 persen menjadi 30 persen, serta inflasi yang melonjak hingga dua digit. Hampir seluruh perusahaan Indonesia tidak mampu membayar kewajibannya. Secara teknis perusahaan-perusahaan tersebut dapat dinyatakan bangkrut. Kondisi ini menimbulkan efek penurunan harga-harga saham perusahaan yang terdaftar- di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Indeks pasar yang ditunjukkan oleh Indeks Harga Saham Gabungan ([HSG) merosot tajam dan nilai 726 (akhir Juil 1997) menjadi hanya 260 pada bulan September 1998. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan terjadi perubahan harga saham pada waktu berubahnya indikator-indikator ekonomi tersebut.
Namun terdapat fenomena menarik yang terjadi selama periode krisis tersebut, dimana ada saham-saham yang mampu bertahan dan hampir tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi politik, yang oleh para analis dan investor di pasar modal dikategorikan sebagai defensive stocks. Saham-saham ini biasanya berasal dari emiten yang bergerak di bidang komoditi utama atau yang setiap saat dibutuhkan oleh konsumen dan memiliki pasar yang luas. Beberapa saham yang termasuk dalam kategori tersebut adalah saham perusahaan sektor industri consumer goods, terutama dari sektor indutri makanan-minuman dan rokok.
Fenomena ini menarik untuk dilakukan penelitian guna mengetahui adanya pengaruh faktor-faktor ekonomi makro terhadap kinerja saham saham perusahaan sektor industri consumer goods. Dan bila terdapat pengaruh faktor-faktor ekonomi terhadap kinerja saham saham perusahaan seictor industri consumer goods, seberapa signifikan pengaruhnya terhadap harga saham tersebut.
Untuk menganalisis permasalahan tersebut digunakan pemodelan multifaktor, dimana seluruh data variabel penelitian yang diguriakan berupa data runtun waktu (urne series) dengan skala data bulanan (monthly) dan metode analisis data yang digunakan adalah regresi berganda (OLS). Indeks Harga Saham Gabungan (ll-ISG), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, perubahan suku bunga SBI I buían dan tingkat itifiasi merupakan faktor-faktor yang mewakili faktor ekonomi makro yang sangat bergejolak selama krisis berlangsung dan menjadi variabel bebas (independent variable) dalam persamaan regresi. Sedangkan indeks harga saham perusahaan kategori industri Consumer goods sebagai vanabel terikatnya (dependent varíabk). Indeks saham perusahaan Consumer goods yang digunakan dalam penelitian adalah INDF, MYOR, SUBA, ¡JLTJ (kategori food & beverages); BATI, GGRM dan HMSP (kategori tobacco manufactures); DNKS, KLBF dan TSPC (kategon pharmaceuticals); UNVR (kategori cosmetics & household) dan KDSI (kategori houseware), sefla IHSCG (indeks harga saham sektor consumer goods).
Hasil penelitian menunjukJn bahwa secara umum IHSG berpengaruh sangat signifikan dan positif terhadap seluruh indeks harga saham kecuali pada indeks ?larga saham IJLTJ, BATI dan DNKS. Pengaruh negatif nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (kurs) cukup signifikan terhadap indeks harga saham INDF, MYOR, HMSP, DNKS, KLBF, dan TSPC. Sedangkan perubahan suku bunga SBI memberi pengaruh negatif hanya pada indeks harga saham HMSP dan inflasi juga memberi pengaruh negatif hanya pada indeks harga saham MYOR dan BATI.
Langkah berikutnya dalam penelitian adalah dengan mengembangkan model yaig mengikutsertakan faktor autoregressive function (AR) sebagai fi.ingsi residual atau penyimpangan (Ut) dan moving average function (MA) sebagai fiingsi inovasi yang membenkan informasi tentang residual (et) atau kombinasi keduanya yang dikenal sebagai model ARMA yang dapat digunakan untuk meramalkan indeks saham ke depan dengan lebih baik, karena faktor AR dan MA ternyata mampu memberikan informasi tambahan yang menjelaskan terjadinya variabilitas indeks saham consumer goods seperti INDF, SUBA, IJLTJ, DNKS, KLBF, TSPC, UNVR dan KDSI. Kriteria pemodelan yang digunakan adalah sesuai degan kriteria Box-Jenkins, yaitu parsimony, gccdncss offi dan information "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T5540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Rachmawati
"Menurut Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 tahun 1995, pasal 1 ayat 27, reksadana merupakan wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat investor yang kemudian akan diinvestasikan dalam portfolio efek oleh manajer investasi. Berdasarkan sudut pandang hukum, produk reksadana terbagi atas reksadana konvensional dan reksadana syariah. Saat ini lebih dari dua puluh perusahaan investasi tercatat dalam situs BAPEPAM, yang telah menerbitkan produk reksadana dari sub kategori syariah disamping mengeluarkan produk reksadana konvensional. Berdasarkan adanya fakta tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana kinerja reksadana bebasis syariah jika dibandingkan dengan reksadana berbasis konvensional, dari masing-masing perusahaan investasi maupun secara keseluruhan, baik dari kategori reksadana saham, campuran maupun kategori reksadana pendapatan tetap. Selain menggunakan risk-adjusted return yang dihitung menggunakan Sharpe ratio, penelitian ini menambahkan tiga unsur baru dalam melakukan penilaian kinerja reksadana. Ketiga unsur itu adalah besarnya AUM (Asset Under Management), pertumbuhan AUM, dan biaya reksadana. Penilaian kinerja reksadana yang melibatkan keempat unsur tersebut, dilakukan dengan menggunakan metode ?normal Z score?. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sebagian besar perusahaan investasi yang menjadi objek penelitian, kinerja produk reksadana berbasis syariah yang dikelolanya lebih unggul dibandingkan dengan kinerja reksadana berbasis konvensionalnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Daulat H. H.
"ABSTRAK
Meskipun kondisi ekonomi makro hingga kini belum menguntungkan, kinerja reksadana mengalami peningkatan baik jumlah reksadana yang beredar maupun jumlah investomya. Reksadana berkembang secara pesat akibat kebijakan pembebasan pajak, sehingga pemilik dana akan memilih reksadana sebagai instrument investasi dibandingkan dengan deposito, terutama untuk reksadana obligasi. Secara teoritis semua investor adalah risk-averse yang berarti investor akan memilih jenis investasi yang memberikan rate of return sebesar mungkin dan tingkat resiko yang serendah mungkin.
Untuk membantu investor menakar resiko investasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: pertama, dengan beta (p) yang memiliki nilai sebesar satu untuk resiko pasar dan kedua adalah standar deviasi yang biasa disebut dengan volatilitas (a). Reksadana yang akan digunakan sebagai objek penelitian adalah reksadana saham yang memiliki potensi resiko yang tertinggi.
Beberapa lembaga independen dunia juga menghitung kinerja investasi yang disesuaikan dengan resiko (risk-adjusted return). Dari basil perhitungan (riskadjusted return), selanjutnya akan dapat dilakukan rating atas reksadana. Rating ini melihat seberapa besar potensi resiko sebuah reksadana kalau dilihat dari data-data historis, selain juga pertumbuhan NAB-nya. Dengan rating ini investor akan dapat memilih reksadana yang mencatat pertumbuhan NAB tinggi, tetapi potensi resikonya seimbang. Gaya investasi tertentu dari reksadana bisa mencatat pertumbuhan yang rendah tetapi memiliki potensi resiko yang tinggi.
Proses Rating reksadana saham bertujuan untuk melihat kemampuan Manajer Investasi yang menerbitkan reksadana tersebut dalam mengelola portfolio investasi yang sangat beresiko. Indikator resiko yang akan digunakan adalah conditional variances dan akar dari conditional variances adalah volatilitas (a) yang akan diperoleh dengan metode: Exponential Weighted Moving Average Model (EWMA}, Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH) I Generalised Autoregressive Conditional Heteroscedastic (GARCH).
Permasalahan dalam karya akhir ini adalah mengukur risiko investasi dalam reksadana saham menggunakan metode perhitungan standar deviasi (volatilitas) dengan estimator model EWMA dan model ARCH/GARCH, mencari estimator model volatilitas yang terbaik, membuktikan apakah reksadana saham yang memiliki volatilitas yang tingginya melebihi volatilitas pasar (IHSG) akan memiliki pertumbuhan imbal hasil (return) yang tinggi, atau sebaliknya. Meneliti strategi portfolio yang digunakan perusahaan manajer investasi di Indonesia dalam mengelola portofolio reksadana saham.
Data yang dipergunakan dalam penulisan karya akhir ini adalah nilai aktiva bersih (NAB) per unit penyertaan, yaitu NAB harian yang dikeluarkan oleh Bank Kustodian. Peri ode penelitian dalam penghitungan volatilitas adalah selama 24 (dua puluh empat) bulan yaitu dari tanggal 1 Januari 2001 sampai dengan 31 Desember 2002 (sekitar 500 titik data). Karya akhir ini difokuskan kepada penghitungan conditional volatilitas pada risiko pasar, yaitu resiko portfolio saham atau ekuitas. Kemudian melakukan uji validitas model dengan melakukan proses backtesting dengan Kupiec Test, baik pada EWMA maupun ARCH/GARCH untuk melihat model apa yang lebih baik.
Hasil dari portofolio yang diteliti pada umumnya menunjukkan risiko yang sebanding dengan returnnya, namun bisa saja suatu portofolio yang memiliki volatilitas tinggi tetapi ratingnya tidak begitu baik. Pada reksadana ABN Amro Dana Saham mengikuti fenomena Low Risk High Return. Phinisi Dana Saham, BNI Reksa Dana Berkembang, Panin Dana Saham, GTF Agresi( Si Dana Saham, Rencana Cerdas dan GTF Sentosa mengikuti fenomena High Risk High Return. BIG Nusantara mengikuti fenomena Low Risk Moderat Return. Nikko Saham Nusantara, Master Dinamis, Bahana Dana mengikuti fenomena High Risk Moderat Return. Megah Kapital, Danareksa Mawar, Arjuna, Bima, GTF Sejahtera mengikuti fenomena Low Risk Low Return. Fenomena volatilitas yang tinggi tidak selalu disertai dengan pertumbuhan return yang tinggi, jika para manajer investasi tidak melakukan pengelolaan yang baik. Keputusan terletak di tangan investor sendiri untuk memilih asset lokasi, strategi, style, reksadana maupun manajer investasi yang sesuai dengan rencana investasi.
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Chadijah Oktoviana
"Krisis ekonomi yang berlangsung sejak pertengahan tahun 1997 membawa dampak serius terhadap perkembangan pasar modal kita. Kinerja pasar modal terus memburuk sebagaimana tercermin pada IHSG dan nilai kapitalisasi pasar yang mengalami penurunan, Banyak faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham ini, baik dari aspek internal yang mencakup kondísi fundamental emiten yang sahamnya tercatat dibursa, yaitu adanya penurunan kinerja emiten itu sendiri yang kian memburuk, maupun dari aspek eksternal meliputi krisis nilai tukar, kenaikan suku bunga, krisís perbankan, krisis kepercayaan dan kondisi gejolak sosial politik yang kian marak.
Melihat kondisi yang memprihatinkan, menimbulkan pertanyaan apakah harga saham di bursa efek pada kondisi krisis ekonomi tersebut masih mencerminkan kondisi fundamentalnya, yaitu bahwa saham yang mengalami penurunan nilai tersebut adalah saham-saham dimana emitennya mengalami penurunan kinerja atau merupakan hasil sentimen pasar belaka, atau perdagangan yang dilakukan hanya mengikuti arus yang terjadi di bursa dan tergantung pada informasi yang diidentifikasi sebagai rumor.
Sehubungan dengan fakta diatas, maka studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah tingkat pengembalian harga saham di Bursa Efek Jakarta pada kondisi ksisis ekonomi (periode Desember 1997-Desember 1998) masih mencerminkan faktor fundamental emitennya.
Penelitian pada karya akhir ini dilakukan dengan metode analisa regresi berganda, dengan tingkat pengembalian harga saham sebagai variabel terikat dan faktor fundamental yang diperkirakan terexposure pada kondisi krisis ekonomi sebagai vanabel bebas. Berdasarkan volatilitas financial price risk (resiko suku bunga, resiko perubahan nilai tukar, resiko harga komoditi) yang terjadi pada kondisi krìsis ekonomi, ada lo falctor fundamental yang diperkirakan terexposure yaitu: lokasi penjualan produk, sensitivitas industri terhadap sikius bisnis, keberadaan bahan baku import. kondisi kewajiban perusahaan, proporsi kewajiban dalam mata uang asing, proporsi hutang dalam floating rate, kondisi biaya bunga, kondisi hedging, proporsi piutang dalam mata uang asing, kondisi likuiditas perusahaan.
Temuan studi menunjukan bahwa di Bursa Efek Jakarta terdapat keterkaitan yang signifikan antara tingkat pengembalian harga saham dengan faktor fundamental emiten pada kondisi krisis ekonomi periode Desember 1997 - Desember 1998. Walaupun pada saat tertentu arah tingkat pengembaliari barga saham tidak selalu mencerminkan fak?tor fundamental emiten. Hanya 32,3 % variasì tingkat pengembalian harga saham pada kondisi krisìs ekonomi yang dapat dijelaskan oieh faktor fundamental perusahaan dimana 67,8 % lebih cenderung disebabkan oleb faktor ekstemaj seperti kondisj ekonomi makro, suasana politik, kebijakan pemerintab ataupun faktor interna! lain yang tidak tercakup di dalam 10 faktor fundamental yang diteliti.
Penelitian ini menunjukan juga bahwa dari 10 faktor fundamental emiten yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengembaIian harga saham pada kondisi krisis ekonomi (periode Desember 1997 - Desember 1998), terdapat 5 faktor yang secara signifikan mampu menjelaskan variasi perubahan tingkat pengembalian harga saham pada periode tersebut yaitu faktor lokasi penjualan produk (proporsi ekspor), sensitivitas industri terhadap sikius bisnis, proporsi kewajiban dalam mata uang asing, proposi hutang dalam floating rate dan kondisi likuiditas. Sedangkan keberadaan bahan baku import, kondisi kewajiban perusahaan, kondisi biaya bunga, keberadaan hedging dan proporsi piutang dalam mata uang asing tidak signifikan.
Ketidaksigniflkanan beberapa faktor fundamental tersebut dapat disebabkan tidak adanya keterkaitan faktor itu sendiri terhadap tingkat pengembalian harga saham, atau dapat pula dìsebabkan kondisi pasar modal dimana transaksi saham di BES tidak banyak dipengaruhi Gleh analisa fundamental emiten, maupun dan sumber data, dimana laporan keuangan sebagai sumber data tidak menunjukan nilai yang sesungguhnya (adanya window dressing)1 dan juga dalani pengolahan data; adanya our/yer, multikolinieritas pada variabel bebas, adanya keterbatasan dalam pengukuran variabel, contohnya pada variabel import dan hedging dimana sebagian besar perusahaan tidak menunjukkan nilai secara jelas sehingga harus direpresentasikan dalam bentuk dunrny variabel.
Untuk penelitian dimasa datang ada beberapa hal yang dapat menjadi pertirnbangan yaltu bahwa penelitian ini terbatas pada informasi yang tersedia di publik dan adanya ketidakseragaman iformasi yang diperoleh dari laporan keuangan sehingga terdapat beberapa penyederhanaan data yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Maka akan lebih baik apabila dalam penelitian selanjutnya informasi dapat diperoleh langsung dari masing-masing emiten. Selain itu untuk menggambarkan Bursa Efek Jakarta dalam kondisi bearish pada krisis ekonomi akan lebih baik apabila jumlah periode pengamatan ditambah dan adanya perbandingan pada periode sebelum krisis dengan faktor yang sama.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan input yang bermanfaat bagi para investor dalam meramalkan tingkat pengembalian harga saham berdasar faktor fundamental perusahaan pada kondisi bearish, dan bagi para peneliti yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut pada masa datang tentang keterkaitan faktor fundamental emiten dan tingkat pengembalian harga saham di Bursa Efek Jakarta pada kondisi bearish. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T5305
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>