Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181041 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erlina
"Menurut SDKI (2007) AKI saat ini adalah 228/100.000 KH, sedangkan AKB sebesar 34/1.000 KH. Angka ini masih jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan Sasaran Pembangunan Millenium (Millenium Development Goal/MDG) yang ditetapkan WHO yaitu sebesar 102/100.000 KH dan AKB sebesar 23/1.000 KH. Sementara itu AKI di Propinsi Sulawesi Tengah adalah 241,84/100.000 KH dan AKB sebesar 60/1.000 KH, dan Sulawesi Tengah menempati urutan ke-5 tertinggi di Indonesia. Bidan di desa sebagai ujung tombak pelayanan di tingkat dasar diharapkan mampu memperluas jangkauan pelayanan KIA sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya dalam upaya pencapaian target cakupan k4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kinerja bidan di desa serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan tersebut dalam pencapaian target cakupan K4. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian menyarankan bahwa perlu adanya pelatihan yang bersifat teknis serta manajemen yang berkesinambungan dan merata bagi bidan di desa, penambahan dan pemerataan tenaga bidan sesuai kebutuhan masyarakat, serta mempertimbangkan reward bagi bidan yang cakupan K4 nya mencapai target dan sanksi tegas bagi bidan yang cakupan K4 nya menurun.

According to SDKI (2007), in this time the number of MMR (Maternal Mortality Rate) is 228/100.000 live birth, while the number of IMR (Infant Mortality Rate) is 34/1000 live birth. Those number still far away from target that must be achieved in 2015 based on Millenium Development Goals (MDGs) which is appointed by WHO that is 102/100.000 live birth for MMR and 23/1000 live birth for IMR. Meanwhile, the number of MMR in Central of Sulawesi is 241.84/100.000 live birth and the number of IMR is 60/1000 live birth, and also refers to those number, Central of Sulawesi becomes top five rank in Indonesia. Midwifes in village as principal point of basic services are supposed to be able in expanding maternal and child health based on main task and the function for increasing public health status, especially in achieving K4 scope target. Aim of this research is to know the description and relating factors of midwife?s village performance in K4 scope target achievement. This research is quantitative research with cross-sectional design. Result of this research recommends that technical training and also continual and balance management is needed for midwifes in village. Besides that, the recommendation of this research are to improve and generalize midwifes that appropriate with public needs and also to consider about reward for midwifes which their K4 scope can achieve the target, while punishment for midwifes that their K4 scope is decreasing."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novemi
"Angka kematian ibu (AKD di Indonesia masih relatif tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yaitu sebesar 3901100000 kelahiran hidup (SDKL,1994). Hasil Assesment Safe Matherhood di Indonesia menyebutkan bahwa yang mempengamhi AKI antara lain kualitas pelayanan antenatal masih rendah. Upaya untuk menurunkan AKI sampai ke tingkat paling rendah telah dilakukan dengan penempatan bidan di desa, tujuannya lebih menel-cankan pada pelayanan kesehatan dasar dan meningkatkan cakupan program kesehatan ibu dan anak, antara lain pelayanan antenatal yang indikator pemantauannya adalah K1 dan K4. Cakupan pelayauan antenatal di Provinsi Daerah Istimewa Aceh telah mulai meningkat, narnun bila dilihat pada Daerah Tingkat II Kabupaten Aceh Barat, merupakan urutan keclua terendah dari 11 Kabupaten yang ada, yaitu K1 77.04% dan K4 66.68 % bila dibandingkan dengan target Nasional K1 90 % dan K4 85%. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk memperoleh informasi tentang gambaran pencapaian cakupan K4 oleh bidan di desa yang dilihat dari faktor internal dan faktor ekstemal bidan di desa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional, pengumpulan data dilakukan di Kabupaten Aceh Barat dengan jumlah sampel 123 responden dari 26 Puskesmas, yang dilaksanalcan mulai tanggal 5 - 28 Februari 2001 dengan cara Systimatic Random Sampling.
Untuk mengetahui distribusi frekwensi dilakukan analisis_univariat, proporsi pencapaian cakupan K4 yang baik 17.9 % dan perkiraan di popdlasi dengan CI 95% adalah antara 11.9 sampai 23.9. Untuk mengetahui hubungan antara variabel dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square dengan P = 0.05. Hasil menunjukkan ada hubungan bem1ak:na antara lain sikap, pelatihan, sarana dengan penoapaian cakupan K4 dengan masing-masing nilai P = 0033, P = 0.01, P = 0.O13. Kemudian dilal-cukan analisis multivariat dengan uji Regresi Logistik, yang masuk dalam model lcandidat yang nilai P = < 0.25 yaitu pengetahuan, sikap, pelatihan, sarana, prasarana, tempat tugas, dau dukungan masyaralcat. Hasil akhir uji Regresi Logistik didapat 3 variabel yang masuk dalam model yaitu sikap pelatihan, sarana, kemudian dilakukan uji intraksi dan akhimya ketiga variabel ini tidak masuk dalam model (P>0.05). Hasil penelitian ini menunjukkan perkiraan kemungldnan pencapaian cakupan K4 oleh bidan di desa berkisar antara 50 % sampai 99 %.
Memperhatikan hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyarankan agar dapat membuat reuoana perbaikan dan peningkatan cakupan K4 melalui upaya- upaya khusus terhadap bidan di desa.

The Martenal Mortality Rate (MMR) in Indonesia is relatively still high compare to other ASEAN countries that is 3901100000 life births (SDKI, 1994). The result of Assesment Safe Motherhood in Indonesia mentioned thad one factor which affects MMR is the poor quality of antenatal care. Efforts to decrease MMR up to the lowest level have been done such as by providing the midwives in the villages. The aim was emphasized on the basic health care and increasing the coverage of mothers and children health program such as antenatal care with K1 and K4 as the controlling indicator. Antenatal care coverage in D.I Aceh Province has been increased recently, but if we see from the case in Aceh Barat District which is the second lowest from 11 Districts that are K1 77.04 % and_K4 % 66.68 % from the national target of 90 % and K4 85 %. Due to the fact in the field the researcher is interested in gaining information about the description of K4 coverage by the midwifes in the villages from the internal and external factors point of view. This research is a descriptive research with Cross Sectional approach. Data survey was done in Aceh Barat District to 123 sample from 26 Public Health Centre. This was done from 5 up to 28 February 2001 by Systimatic Random Sampling Method.
Univariat analysis was done in order to End out the frequency distribution with coverage of the best K4 17.9 %, in population estimated for a 95 % confined interval is between 11.9 % up to 23.9 %. Bivariat analysis figure out the relationship among the variables by the Chi Square test with P = 0.05. The outcome shows a significant relationship between attitude, training and fasility in one side and the achievement of K4 coverage in the other side with each of their P = 0.033, P = 0.013 and P = 0.0l3. After those multivariat analysis and logistic regression were done with the result that knowledge, attitude, training, facility, infrastructure, workplace, and public support have P < 0.25, so they can be considered as candidate model. Final result of logistic regression test indicates that 3 variables (attitude, training and facility) considered as model, alter that interaction test shows that cannot be considered as model (P > 0.05). Result of the research indicates that Estimated Probabilities coverage of K4 by the midwife village about 50 % up to 99 %.
Based on this result, researcher suggests that institution in charge of this matter in Aceh Barat District shall make planning to increase the coverage of K4 through the breakthrough and special effort for the midwife village.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4936
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M Nur Alamsyah
"ABSTRAK
Penelitian ini tentang gerakan politik masyarakat dalam proses pembentukan daerah baru di Indonesia. Peran elit dalam pemekaran menentukan, sebaliknya gerakan massa dari bawah dianggap sebatas massa dalam pembentukan daerah. Kenyataannya pada setiap proses pembentukan daerah di Indonesia, masyarakat berpartisipasi untuk pembiayaan maupun aksi gerakan.Pembentukan Kabupaten ParigiMoutong menarik terkait mengapa kelompok-kelompok gerakan pemekaran muncul dan bagaimana strategi kelompok-kelompok tersebut, serta bagaimana bentuk persaingan dan konsensusnya.Teori utama yang digunakan adalah teori struktur kesempatan politik dari Dough McAdam, Jhon McCharty dan Mayerd N.Zald.Teori inimenekankan bahwa gerakan sosial dimungkinkanjika terdapat kesempatan politik, mobilisasi, dan proses pembingkaian. Penelitian ini menggunakan studi kualitatif dengan kasus gerakan politik pada proses pembentukan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 1999-2002. Pengumpulan data diperoleh melalui tahapan:, studi data sekunder, pra wawancara, wawancara mendalam, segmentasi makna data dan analisis data.Hasil penelitian ini menemukan bahwa kelompok gerakan pemekaran menentukan pembentukan Kabupaten Parigi Moutong. Keberhasilan gerakan kelompok dengan aksi beragam dengan memanfaatkan kesempatan reformasi, perubahan aturan, bangkitnya gerakan mahasiswa serta lahirnya kompetisi kepartaian. Gerakan dengan menggunakan instrumen budaya tersebut dapat mendorong mobilisasi sumber daya kelembagaan formal dan nonformal dalam mendukung pembentukan daerah melalui inisiatif DPR-RI. Melalui proses pembingkaian issu dengan media alternatif, serta pemanfaatan instrumen kearifan lokal melalui silaturrahmi dan musyawarah serta penggunaan bantaya ruang pertemuan adat ,melahirkan motivasi, ikatan dan konsensus kuat dalam gerakan ini. Temuan tersebut mengkonfirmasi teori struktur kesempatan politik dan menambahkan elemen baruuntuk faktor proses pembingkaian pada elemen budaya yang spesifik dalam konteks gerakan politik di Kabupaten Parigi Moutong.a

ABSTRACT
This research expounds the position of the public rsquo s political movement during the formation process of a new district in Indonesia. Because the realization of forming a new district is determined by the elites, the birth of a new district is often equated with elite domination. While the mass movement is not visible and is seen as unrelated to the formation process, the mass movement can become potential funders and can become an asset in the formation process itself.The formation process brings into light the questions on the emergence of various expansion group movements and their strategies, as well as the disputes and consensus caused by these movements.The main theoryused in this dissertation is the theory of political opportunity structure by Dough McAdam, Jhon McCharty and Mayerd N. Zald. This theory accentuates that social movements may emerge if a political opportunity, a resource mobilization structure, and a framing process is present. The qualitative method with a case study on the Parigi Moutong District in order to understand the political movement in the formation process of the Parigi Moutong District in 1999 2002. The data are collected through secondary data study, pre interviews, in depth interviews, data segmentation, and data analysis.This research shows that political movements are vital to the formation process of the Parigi Moutong District. The political process such as the development of opinions, the mass action in Parigi Moutong, the urgent action the Donggala District and Province, the lobbying and negotiation with the central government, to the utilization of the initiative mechanism of DPR RI is executed by the expansion group movement until the parliamentary session and the definitive formation of the ParigiMoutong District.Confirming the theory of political opportunity structure, the political movement groups rsquo influence are made possible by the presence of a political opportunity. This opportunity enables the mobilization structure of resources and the framing process with the alternative media, as well as optimization with local wisdom. The discussions in the bantaya traditional meeting room , and an act of hospitality as the instrument of local culture has given birth to a political bond and consensus in the district expansion movement. This finding is a new element that complements the theory of political opportunity structure for cultural framing in the local context of Parigi Moutong District rsquo s formation process."
2016
D1718
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Osyani Madestria
"ABSTRAK
AKI masih merupakan masalah utama di Indonesia yang erat kaitannya
dengan pertolongan persalinan. Di Indonesia sendiri pertolongan persalinan masih
banyak dilakukan oleh dukun, sehingga kemudian dilakukan upaya kemitraan
bidan dan dukun untuk meningkatkan derajat kesehatan Ibu dan Anak. Puskesmas
Pangi sebagai salah satu Puskesmas di wilayah Kabupaten Parigi Moutong, telah
melaksanakan kemitraan Bidan dan Dukun sejak 2008, namun angka persalinan
dukun tahun 2009 sebanyak 30 dan tahun 2010 sebanyak 33 persalinan. Penting
diteliti perbedaan pelaksanaan kemitraan bidan dan dukun di daerah yang kualitas
kemitraan baik dan kurang sesuai 6 langkah kemitraan yang ada.
Metode yang digunakan dengan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan di
4 desa di wilayah kerja puskesmas Pangi yang telah melaksanakan kemitraan, 2
desa yang kualitas kemitraannya baik dan 2 desa yang kualitas kemitraannya
kurang dengan wawancara mendalam pada Kepala Puskesmas, Bidan
Koordinator, Bidan desa, dan dukun. Diskusi Kelompok Terarah dilakukan pada
Tokoh Masyarakat, kader, dan masyarakat.
Dalam 6 langkah kemitraan, penjajakan merupakan langkah awal yang
akan menentukan kualitas kemitraan, selanjutnya menyamakan persepsi agar
mitra lebih bersikap positif, melakukan pembagian peran yang jelas secara
tertulis, melakukan komunikasi yang intensif agar hubungan yang terjalin lebih
terbuka, melaksanakan kemitraan dengan pembagian hasil yang jelas dan saling
menguntungkan, dan evaluasi kemitraan. Penting bagi instansi terkait untuk
melakukan pembinaan baik bagi bidan desa dan dukun yang ada, serta kepada
masyarakat tentang pentingnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

ABSTRACT
Maternal Mortality Rate (MMR) is still a major problem in Indonesia
which is closely related to the delivery assistance. In Indonesia, delivery
assistance is still mostly done by the TBA, so then it is conducted a partnership
between midwives and TBA as an effort to improve the health of mother and
child. Pangi Health Center as one of the district health centers in Parigi Moutong,
has implemented the partnership of Midwives and TBA since 2008, but the birth
rate by the TBA was 30 in 2009 and 33 deliveries in 2010. It is important to
research the differences of the Implementation of Midwives and TBA partnership
between area with good partnership quality and lack, ones based on 6 (six) exiting
steps of partnership.
The method use is qualitative. The data was collected from four villages in
the region of Pangi Health Centers which have implemented the partnership, two
villages which the quality of partnership are good and two villages which are lack
quality, with in-depth interview the head of Public Health Center, Midwife
Coordinator, Midwives and TBA, Focus Group Discussions were conducted to the
community leaders, cadre, and society.
In 6 steps of partnership, exploration is the first step that will determine
the quality of the partnership, then the perception synchronization so the partners
be more positive, make a clear division of roles in writing, performing intensive
communication so that the relationship is more open, carry a partnership with a
clear division result and mutual benefit, and evaluation of partnership. It is
important for relevant agencies to conduct training for the both midwives and
TBA, and also for the public about the importance by the health personnel."
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunardi
"Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria, yang hidup di saluran dan kelenjar geiah bening (sistem linafatik) dan dapat menyebabkan gejala klinis dan/atau kronis yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk, Dad basil survei darah jari pada tahun 2001 prevalensi (Mf rate) di Sulawesi Tengah 4,1 %. Survei darah jari yang dilakukan di 4 desa yang ada di Kecamatan Ampibabo pada tahun 2005 oleh Dinas Kesehatan Parigi Moutong di dapat Microfilaria rate tertinggi desa Ampibabo yaitu 32,3%, terendah di desa Lemo yaitu 16,3%. Sementara desa Sidole 22 % dan desa Tolole 26 %.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor demografi (umur,jenis kelamin, jenis pekerjaan, pendidikan), faktor pengetahuan dan perilaku (kebiasaan pemakaian kelambu, kebiasaan bermalam di kebun pada waktu panen, kebiasaan memakai pakaian saat pergi ke kebun, pemakaian obat anti nyamuk dan kebiasaan keluar malam) dan faktor lingkungan (tempat perindukan dan konstruksi dinding rumah) dengan kej adian Filariasis Malayi.
Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol. Sampel penelitian diambil dari hasil pemeriksaan survei darah jari. Jumlah kasus sebanyak 116 orang dan jumlah kontrol sebanyak 116 orang.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa faktor determinan yang berhubungan dengan kejadian Filarisis malayi adalah pengetahuan dengan nilai OR 4,8 (95% CI: 1,535 - 15,419), Pemakaian kelambu dengan OR 9,4 (95% CI: 2,969-29,926), kelengkapan pakaian saat pergi kekebun dengan OR 3,3 (95% CI: 1,069-10,343) dan kebiasaan keluar rumah pada malam hari dengan OR 26,2 (95% CI: 7,247-95,170). Dan faktor risiko yang paling dominan adalah kebiasaan keluar rumah pada malam hari.
Dari hasil penelitian ini disarankan perlu dilaksanakan penyuluhan yang intensif dengan melibatkan semua kelompok potensial yang ada di masyarakat. Masyarakat disarankan berperilaku sehat seperti memakai kelambu pada waktu tidur di malam hari, dan menggunakan pakaian lengan panjang celana panjang pada waktu-ke kebun dan pada waktu keluar rumah dimalam hari. Dan perlu adanya dukungan dari pemerintah daerah setcmpat dalarn program pemberantasan penyakit Filariasis malayi.

Filariasis (Elephantiasis) is chronic contagion which because of worm of filaria, which is life in lymph gland and channel (system of lymphatic) and can cause symptom of clinical and or contagious chronic by various mosquito type. From result of survey finger blood in the year 2001 prevalence (Mf Rate) in Central Sulawesi 4,1%. Blood finger survey in 4 countryside exist in District of Ampibabo in the year 2005 by Public Health Service of Parigi Moutong in earning Mikrofilaria countryside highest rate of Ampibabo that is 32,3%, is lowered in countryside of Lemo that is 16,3%. For a while countryside of Sidole 22 % and countryside of Tolole 26 %.
Target of this research to know demography factor relation (sex, age, work type, education), knowledge factor and behavior factor (habit of usage of mosquito net, habit spend the night in garden when crop, habit wear moment clothes go to garden, usage of drug anti mosquito and habit of night exit and environmental factor (breeding place and house wall construction) with occurence of Filariasis Malayi.
This research use case control study. Research Sample taken away from result of inspection of finger blood survey. Amount of case counted 116 amount and people control counted 116 people.
From result of research of showed that Factor determinant related to occurence of Filarisis malayi is knowledge with value of OR 4,8 (95% CI: 1,535 - 15,419), Usage of mosquito net with OR 9,4 (95% CI: 2,969-29,926), equipment of moment clothes go to garden with OR 3,3 (95% CI: 1,069-10,343) and habit of nocturnal house exit with OR 26,2 (95% CI: 7,247-95,170). And most dominant risk factor is habit of nocturnal house exit.
From result of this research is suggested require to be executed by intensive counseling by entangling all potential group exist in society. Society suggested by behavior of healthy me like wearing mosquito net when sleep between two lights, and use long arm clothes of long pants when to garden and when nighttime house exit. And need the existence of support of Iocal government in program eradication of disease of Filariasis malayi.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20068
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anshar Munir
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T 22720
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriani Nur Rizki
"Seorang bidan memiliki peran penting dalam pencapaian cakupan K4. Karena bidan memiliki peran dan fungsi dalam memberikan pelayanan/asuhan kebidanan baik individu, kelompok ataupun masyarakat. Untuk kabupaten tojo una-una sendiri salah satu penyebab tidak terpenuhinya target cakupan antenatal k4 yaitu disebabkan oleh kurangnya tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan terlihat dari tidak seimbangnya jumlah bidan yang tersebar di 13 puskesmas yaitu sebanyak 88 orang dan jumlah desa yang menjadi wilayah kerja dinas kesehatan tojo una-una yaitu sebanyak 133 desa. Hal ini menyebabkan ketidak seimbangan beban kerja bagi bidan yang menyebabkan penurunan kinerja bidan dalam melaksanakan peran dan berdampak bagi pelaksanaan pelayanan program Kesehatan Ibu dan Anak khususnya cakupan kunjungan antenatal K4.
Menurut Bahuri (2003) cakupan pelayanan antenatal K4 tersebut menggambarkan bahwa tingkat perlindungan kesehatan ibu hamil masih rendah, juga merupakan indikasi belum optimalnya kinerja bidan di desa dalam pelayanan antenatal. Kinerja bidan adalah penampilan kerja seorang bidan dalam melaksanakan kegiatan tugas pokok fungsi kegiatan administrasi dan kegiatan pembinaan yang dapat mendukung keberhasilan tugas-tugasnya. Dengan demikian kinerja keberhasilan yang di perlihatkan oleh bidan tersebut dapat diukur dengan cakupan K4 ( Ristriani dkk,2000 dalam Erlina, 2011).
Tujuan dalam penelitian ini adalah diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan peran bidan dalam pencapaian cakupan k4 di Kabupaten Tojo Una-una. Untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis terhadap variabel dependen yaitu peran bidan dalam pencapaian cakupan K4 maka penelitian dilakukan dengan metode penelitian kuantitatif serta rancangan penelitian cross sectional atau potong lintang dimana pengumpulan data dan variabel-variabel diamati secara bersamaan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Kristinawati
"Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tertinggi di asia tenggara, Masalah Kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Bantul adalah masih tingginya Angka kematian ibu 82/100.000 Kelahiran Hidup namun belum mencapai target Kabupaten Bantul 65/100.000 Kelahiran Hidup, target K1 98,85% Dan K4 82,6% target Standar pelayanan minimal untuk K1 100% dan K4 adalah 95%, indikator ini menunjukkan bahwa kualitas kelayanan Kesehatan ibu dan anak masih rendah sehingga hal ini bisa dijadikan indikator rendahnya kinerja bidan desa di Kabupaten Bantul. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor ?faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan di desa di Kabupaten Bantul, Merupakan penelitian deskriptif Kuantitatif, cross sectional . populasi penelitian adalah bidan yang ditempatkan di desa di wilayah Kabupaten Bantul, dengan total sampel 75 orang. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2011. Menggunakan data primer yang diperoleh melalui membagian kuesioner langsung kepada responden, Analisis data meliputi analisis univariat dengan distribusi frekuensi masing-masing variabel dan analisis bivariat dengan membuat tabel silang antara variabel beban dan variabel terikat. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan di desa adalah umur , tempat tinggal, pelatihan , pengetahuan motivasi, pikap, penghasilan tambahan, supervisi, sarana prasarana, beban kerja, sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah pendidikan, status perkawinan, pengalaman kerja, dukungan masyarakat dan dukungan atasan. Sesuai dengan hasil penelitian maka disarankan bagi pemanggku jabatan agar bidan yang bekerja mempunyai pengalaman kerja minimal 2 tahun, memberi reward bagi bidan yang bertempat tinggal di desa dimana dia bertugas, peningkatkan sumber daya manusia melalui pelatihan agar menambah pengetahuan, memberi penghargaan baik berupa moril maupun materiil untuk meningkatkan motivasi kerjannya, mengadakan supervisi yang berkualitas, bagi bidan agar menjalin kerjasama lintas sektoral, agar lebih aktif melakukan kunjungan kepada ibu hamil yang belum pernah kontak dengan tenaga kesehatan.

Maternal mortality rate in Indonesia remains highest in South-East Asia. Maternal and child health problem in Bantul Regency is high number of maternal mortality rate 82/100.000 live births yet has not reached 65/100.000 ones of Bantul Regency target, K1 98.85% and K4 82.6%. Standard target for minimum service is 100% for K1 and 95% for K4, this indicator shows that health service quality of maternal and child is still low which indicates poor performance of midwife in Bantul Regency. Objective of this study is to observe factors related to midwife performance in Bantul Regency. It is quantitative study by cross sectional, study population are midwife placed in village of Bantul Province area, by number of samples are 75 people. Data collected on May to June 2011. Using primary data by directly giving questionnaire to respondents. Data analysis includes univariate analysis with frequency distribution to each variables and bivariate analysis by making a cross table between dependent and independent variable. Study result finds that factors related to midwife performance are age, home place, training, knowledge, motivation, attitude, additional income, supervision, facility and infrastructure, work load, while indirect variables are education, marital status, work experience, community and leader support. Based on study result, it is suggested that midwife at least has minimal 2 years work experience, and for officer head to give a reward to midwife places in village, improve human resource through training to enhance knowledge, support either morale or material to develop work motivation, quality supervision, and for midwife expected to establish cross-sector cooperation, more active to visit expectant who has not ever engaged to health officer."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riduwan
"Cakupan K4 menggambarkan tingkat perlindungan yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada ibu hamil. Pencapaian cakupan K4 di Kabupaten Bengkulu Selatan tahun 2012 sebesar 84,17%, ini jauh dibawah target. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi cakupan K4 oleh bidan di desa di Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2012. Desain penelitian adalah cross sectional. Sampel adalah seluruh bidan di desa di Kabupaten Bengkulu Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, variabel yang berpengaruh adalah lama kerja, pembinaan kelompok KIA, dan sarana. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi program KIA perlu ditingkatkan kualitasnya. Bidan perlu dibekali alat yang lengkap dan sesuai standar.

Coverage of K4 describes the performance of midwives at the village level. Achievement of K4 coverage in South Bengkulu in 2012 was 84,17 %. Below the target. This study is aiming at determining the factors that effect the coverage of K4 by a midwife in South Bengkulu. This cross sectional study covered all midwives in South Bengkulu as samples.
The study revealed that length of employment, coaching for MCH groups and equipment were significantcy related to the K4 achivement. Implementation of the monitoring and evaluation of MCH programs need to be improved. Midwives need to be equipped with a complete set of tools and standards.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35329
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwiet Hermita
"Masa nifas merupakan masa kritis dalam kehidupan ibu. Sekitar 60% kematian ibu terjadi segera setelah melahirkan, dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan. Angka Kematian Ibu di Kota Pariaman tahun 2009 adalah 256/100.000 KH (4 kematian ibu/1.558 KH), 50 % kematian ibu terjadi pada masa nifas (2 kematian ibu dari total 4 kematian ibu). Cakupan kunjungan nifas pada tahun 2009 adalah 63.3% (dari cakupan persalinan yang ada di Kota Pariaman). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan desa dalam pelaksanaan kunjungan nifas di Kota Pariaman Tahun 2011. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan populasi dan sampel seluruh bidan desa di Kota Pariaman yang berjumlah 71 orang. Analisis yang digunakan adalah analisis data univariat dan bivariat (chi square). Instrument penelitian ini adalah kuisioner.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja bidan desa yang baik dalam pelaksanaan kunjungan nifas 45.07% dan kinerja jelek 54.93%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa faktor motivasi dan rencana kerja memiliki hubungan yang bermakna secara statistic dengan kinerja bidan desa dalam pelaksanaan kunjungan nifas di Kota Pariaman, dan 6 faktor yang mempengaruhi kinerja bidan desa secara tidak langsung dan harus melalui motivasi kerja bidan desa di Kota Pariaman adalah faktor rencana kerja, faktor pengetahuan, faktor transportasi, dan faktor supervisi dinas kesehatan, faktor supervisi oleh IBI dan faktor pembinaan Ka. Puskesmas. Dengan adanya penelitian ini maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan kinerja bidan desa dengan meningkatkan motivasi kerja dan rencana kerja. Peningkatan motivasi kerja dapat dilakukan dengan membuatkan acuan rencana kerja yang baku bagi bidan desa, meningkatkan pengetahuan bidan desa, penyediaan sarana transportasi dan pelaksanaan supervisi.

Puerperal period is a critical period in the life of the mother. Approximately 60% of maternal deaths occur soon after birth, and nearly 50% of deaths during childbirth occur in the first 24 hours after delivery. Maternal Mortality in the City of Pariaman in 2009 was 256/100.000 KH (4 deaths ibu/1.558 KH), 50% of maternal deaths occur during childbirth (2 maternal deaths out of 4 total maternal deaths). Puerperal visit coverage in 2009 was 63.3% (from the coverage of deliveries in the city of Pariaman). Therefore this study aims to obtain information about the factors associated with the performance of village midwives in the implementation of puerperal visit in Pariaman City in 2011. The research design used was a cross sectional sample of the entire population and village midwives in the City Pariaman numbering 71 people. The analysis used was univariate and bivariate data analysis (chi square). Research instrument was questionnaires.
The results of this study indicate that the performance of a good midwife in the implementation of puerperal visits 45.07% and 54.93%. The result of bivariate analysis showed that the factor of motivation and action plans have statistically significant correlation with the performance of village midwives in the implementation of post partum visit in City of Pariaman, and 6 factors that affect the performance of village midwives and should indirectly through motivation village midwives working in the City of Pariaman is factors work plan, knowledge factors, transport factors, and factors of the health department supervision, supervision by the IBI factor and development factor Ka. PHC. Given this research it is necessary to attempt to improve the performance of village midwives to enhance work motivation and work plans. Increased motivation to work can be done by making a standard reference work plan for village midwives, village midwives to increase knowledge, providing transportation and supervision.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>