Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102065 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I. N. Sujaya
"Pada Februari hingga Maret 2008 terjadi kejadian luar biasa muntah berak (diare) di Kabupaten Karangasem Bali. Tercatat sekitar 600 orang mengalami muntaber dan 5 orang meninggal dunia. Ini merupakan kejadian KLB muntaber pertama kali di Bali serta belum diketahui patogen penyebab diare tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifiaksi penyebab diare di Karangasem serta kemungkinan rantai penularannya. Penelusuran penyebab KLB dilakukan dengan
menganalisis sampel air yang diambil dari sumber air umum, cubang/sumur penduduk, bahan makanan, serta rectal swab penderita dengan kombinasi tek-nik pemupukan kuman dan PCR spesifik dengan target gen pembentuk toksin pada Escherichia coli. Dengan melakukan kultur pada sampel makanan diperoleh bahwa 11 dari 21 sampel makanan positif mengandung E. coli. Dari sampel yang positif E. coli, 2 sampel yang diambil di rumah penderita muntaber ter-deteksi gen pembentuk shiga like toxin tipe I dan II pada E. coli. Deteksi gen pengkode shiga like toxin tipe I juga terdeteksi pada penderita dan beberapa sampel air dari cubang penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa E. coli pembentuk shiga ike toxin tipe I merupakan penyebab KLB di Karangasem. Lebih lan-jut diperoleh bahwa pita shiga like toxin tipe I dan tipe II. E. coli strain Karangasem berbeda dengan strain EHEC sehingga strain Karangasem ini kemungkinan merupakan strain E. coli patogen baru yang terjadi akibat perubahan genetik pada E. coli pembentuk shiga like toxin yang ditemukan di Bali."
Depok: Fakultas Ilmu kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
613 KESMAS 4:4 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Ulya Zubaidah
"Penelitian ini mengulas tentang pandemi ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan kasus diare yang signifikan di Indonesia, serta perlunya regulasi untuk memastikan akses terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Dengan fokus pada Puskesmas Kramat Jati, penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan dan mengevaluasi peresepan obat rasional bagi pasien ISPA non-pneumonia dan diare non-spesifik selama Maret-April 2023. Data monitoring menunjukkan penggunaan antibiotik yang rasional untuk ISPA non-pneumonia, tetapi perlu perhatian lebih lanjut terhadap penggunaan antibiotik pada pasien diare non-spesifik. Dengan demikian, penelitian ini menggarisbawahi pentingnya pengawasan terhadap penggunaan obat secara rasional dalam memerangi penyakit yang melanda Indonesia.

This research reviews the ARI (Acute Respiratory Infection) pandemic and significant diarrhea cases in Indonesia, as well as the need for regulations to ensure access to quality health services. With a focus on the Kramat Jati Community Health Center, this study aims to document and evaluate rational drug prescribing for patients with non-pneumonia ARI and non-specific diarrhea during March-April 2023. Monitoring data shows the rational use of antibiotics for non-pneumonia ARI, but needs attention further on the use of antibiotics in patients with non-specific diarrhea. Thus, this research underlines the importance of monitoring the rational use of drugs in fighting the diseases that hit Indonesia."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Asti Nuraeni
"ABSTRAK
Kelurahan Tawangmas merupakan salah satu wilayah kerja Puskesmas Krobokan
yang memiliki insiden rate diare sesuai target serta cakupan sanitasi lingkungan yang
memadai, namun gambaran penerapan PHBS keluarga belum pernah diketahui. Tujuan penelitian ini adah untuk mengetahui hubungan penerapan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS keluarga dengan kejadian diare balita di Kelurahan Tawangmas kota Semarang."
2012
T30956
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tita Supartini
"Di Kabupaten Ciamis sampai saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Pada tahun 1991 sampai dengan tahun 1995 terjadi KLB diare di wilayah Ciamis. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan angka kejadian penyakit diare, cakupan sanitasi dasar, iklim dan kondisi demografi berdasarkan perbedaan spatial di Kabupaten Ciamis tahun 1999-2002.
Penelitian ini adalah penelitian ekologi dengan rancang bangun studi eksplorasi, menggunakan data sekunder tahun 1999-2002 yang terdiri atas data angka kejadian penyakit diare, cakupan air bersih, cakupan jamban, curah hujan, hari hujan dan kepadatan penduduk. Penelitian dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2003 di Kabupaten Ciamis. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh wilayah Kabupaten Ciamis tingkat kecamatan, yang kemudian dikelompokkan menjadi dua wilayah berdasarkan perbedaan spatial, yaitu wilayah yang mempunyai kerapatan kasus penyakit diare yang tinggi yaitu kecamatan-kecamatan yang berada si sekitar ibu kota kabupaten (Panumbangan, Cihaurbeuti, Cikoneng, Sadananya, Ciamis, Cipaku, Kawali, Jatinagara) dan kecamatan-kecamatan yang berada dekat dengan ibu kota kotif Banjar (Purwaharja, Banjar, Pataruman, Langensari). Wlayah yang mempunyai kerapatan kasus penyakit diare yang rendah, yaitu kecamatan-kecamatan yang tidak berada di sekitar ibu kota kabupaten dan ibu kota Kotip Banjar. Analisa dilakukan dengan menggunakan analisis spatial.
Menurut hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari dua belas kecamatan yang mempunyai jumlah kasus yang tinggi, 66,7% - 75% merupakan kecamatan yang mempunyai cakupan air bersih rendah (≤75%) , seluruhnya merupakan kecamatan yang mempunyai cakupan jamban yang rendah (≤75%) dan sebanyak 66,7% kecamatan mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi (>950 jiwa/km2). Bulan Mei ketika curah hujan dan hari hujan mulai mengalami penurunan, jumlah kasus diare mengalami kenaikan sampai mencapai puncaknya pada bulan Juli ketika curah hujan dan hari hujan sangat rendah. Bulan Oktober-Nopember merupakan awal musim hujan, tetapi jumlah kasus diare masih tinggi. Pada wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi, perlu diperhatikan kondisi sanitasi lingkungan, sehingga tidak akan terjadi penularan lebih luas bila terdapat penderita diare, ditunjang dengan penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.

Diarrhea disease is a public health problem in Ciamis until now. There was diarrhea outbreak in 1991 to 1995. The purpose of this research is to know the difference of incidence rate of diarrhea, based sanitation coverage, climate and demographic condition based on spatial difference area in Ciamis, 1999-2002.
This is the ecology research with exploration study, which using secondary data from 1999 to 2002. The secondary data consist of incidence rate of diarrhea disease, water coverage, toilet coverage, rainfall, rains day, and population density. Data collecting has conducted on January until March 2003. The population are whole subdistrict, which it has been grouped in two region based on spatial difference, 'has is region with high diarrhea cases density and low diarrhea cases density. Data analysis is using spatial analysis.
According to the research result, from 12 subdistrict which had high diarrhea cases density, 66,7%-75% had low water coverage, all of subdistrict had low toilet coverage, 66,7% subdistrict had high population density. On May, when rainfall and rains day descend, sum of diarrhea cases ascended until July when rainfall and rains day minimum. Diarrhea cases still high when rainy season was started on Oktober-Nopember. In high density population, need more attention about environmental health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Irianto
"According to some researches and reports, diarrhea is included in the big ten diseases reported in lndonesia population. One consideration that a disease is included in the big ten diseases is that disease constantly happened in the population at nearly the same ratio each year. An indication that a child is suffered from diarrhea is losing his body liquid and electrolyte continuousht, U? this is not handled and cured properly, he will come to a stadium called dehydration. The degree of body liquid comes out of from a child in a day will show how serious he is infected by diarrhea. ln order to decide what kind of action necessary to help a child who is suffered front diarrhea, his level of dehydration must be known first. To get information on how to detect frequencv of diarrhea on children between I2 - 59 months by using mathematical model, which is liable methodologically, in my research, l collect and analyze data of household density, children age in months, body condition, money a family earn in a mtmth, level of mother education, type of source drinking water, and type of latrine used by a family. From analysis result, range of diarrhea frequencv is 3 to 8 times and 4.33 times on average during a day. Using bivariat lest, all variables tested statisticallv on p S 0.05 have correlation with diarrhea frequency. However, only household density, body condition, level of mother education, and type of latrine used by a family can be applied in the model. Model resulted from this analvsis has R2 -- (1068, it means that the model can onlv explain 6.8% causes of diarrhea frequency on children between I2 59 months. Magnitude of assumption on average number has a small range, however the assumption is wide on individual. Consequently, the model has more precision if it is applied on average number. Formula resulted jrom the model can be used to get diarrhea frequency. furthermore different situations may give d#erent results. Ana( the formula is not good enough to define diarrhea frequency on individual."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T3192
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Said Syuherman S.Y.
"Kabupaten Simeulue masih merupakan daerah endemis penyakit diare, dimana setiap tahun masih terjadi KLB diare dengan jumlah penderita dan Case Fatality Rate (CFR) cukup besar, yaitu berturut-turut tercatat tahun 1997 jumlah kasus 564 orang, dengan kematian sebanyak 18 orang (CFR = 3,19%), tahun 1998 jumlah kasus 1131 orang, kematian sebanyak 23 orang (CFR = 2,03%), tahun 1999 jumlah kasus 186 orang, kematian sebanyak 6 orang (CFR = 3,23%). Hal inilah yang masih merupakan masalah kesehatan di Kabupaten Simeulue, maka salah satu upaya untuk menanggulanginya dengan mengintensifkan kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit diare.
Sehubungan dengan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kinerja puskesmas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta mengidentifikasikan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja Puskesmas dalam kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit diare.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Simeulue, rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional (belah lintang) dan bersifat kuantitatif untuk mendapatkan data deskriptif dan kualitatif untuk menggali informasi secara mendalam tentang kinerja Puskesmas dengan unit analisis petugas Puskesmas yang terdiri atas petugas surveilans, sanitarian dan penyuluh dengan total sampel sebanyak 14 orang.
Variabel-variabel yang diteliti meliputi variabel dependen yaitu kinerja Puskesmas dalam kegiatan P2 diare (pengumpulan data, kompilasi data analisis dan interpretasi data, penyajian hasil analisis data, pengiriman laporan W2 dan W1, diseminasi informasi, investigasi KLB diare, pengambilan spesimen yang dirujuk ke laboratorium, pemetaan daerah berpotensi KLB diare. Sedangkan variabel independen adalah vaktor resources (input), faktor proses (process) dan faktor lingkungan.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gambaran kinerja Puskesmas dalam kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit diare secara umum dapat dikatakan masih kurang baik, dapat terlihat dari komponen-komponen kinerja, dimana sebagian besar menunjukkan hasil yang kurang baik. Hal ini mungkin merupakan pengaruh baik dari faktor resources, proses maupun faktor lingkungan yang terdapat pada masing-masing Puskesmas sehingga mempengaruhi kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit diare di Puskemas tersebut.
Penelitian ini menyarankan kepada pihak Dinas Kesehatan Dati II agar baik meningkatkan perbaikan dalam aspek ketenagaan, sarana, dana serta manajemen khususnya dalam frekuensi dan mutu dari umpan balik, pembinaan, monitoring dan kepada pihak Puskesmas agar lebih memperhatikan khususnya dalam hal pemahaman tugas, insentif, pembinaan rutin, perencanaan, pengorganisasian, pengawasan/penanggulangan, ketepatan waktu pelaporan, analisis data serta penyebarluasan informasi. Sedangkan untuk penelitian selanjutnya, subjek penelitian lebih diperluas dengan metode yang lebih tepat dan variabel yang spesifik serta akurat.

Study on Health Center Synergy in Prevention and Control of Diarrhea at Simeulue DistrictSimeulue District is still an area still affected by diarrhea endemic, where the wide spread diarrhea occurs every year with large Case Fatality Rate (CFR). In 1997, the diarrhea victims were 564 persons with 18 fatalities (CFR = 3.19%). In 1998, the victims were 1131 persons with 23 fatalities (CFR = 2.03%), while last year (1999) the diarrhea victimized 186 persons with 23 fatalities (CFR = 3.23%). These statistics show that, at Simeulue, diarrhea is still the major public health problem. The main effort to cope with this diarrhea problem is to intensify the prevention and control of the disease.
With regard to the above mentioned diarrhea problem, this study is to understand the synergy of Health Center and all the factors that affect the synergy. Also, this study is to identify all elements to increase the Health Center synergy in preventing and controlling the diarrhea.
This study was performed at Simeulue District. The investigation method used was cross sectional and quantitative in nature to collect descriptive and qualitative data to obtain detailed information regarding the synergy of Health Center. The analyzed units were Health Center surveillance, sanitation and field information personnel. The total number of samples was 14.
The variables used consist of dependent and independent variables. The dependent variable includes all Health Center synergy in diarrhea P2 (disease abolishment). The activities consist of several stages. Stage 1: data collecting, data compilation, data analysis and data interpretation. Stage 2: presentation of analyzed data, reports on WI and W2 documents and information deployment. Stage 3: the investigation of the wide spread of diarrhea, specimen sampling (sent to lab) and the mapping of potentially diarrhea endemic area. The independent variables are resources factor, process factor and environment factor.
The study determined that the Health Center synergy in preventing and controlling the spread of diarrhea in the area is not very good. The majority of synergy components showed unsatisfactory results that were caused by resources, process and environment factors from each Health Center. These factors affected the diarrhea prevention and control at each Health Center.
This study suggests to District Health Office to increase the quality of manpower, infrastructure and management of Health Center. The management of Health Center should be emphasized on follow-ups, supervisory, monitoring, training, self-esteem, planning, organization, control, timely reports and information deployment. The next study in this field should widen the subject of the study with better methods and more accurate variables.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T7818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ace Yati Hayati
"Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat yang kurang menguntungkan maka penyakit menular masih merupakan masalah dari kesehatan masyarakat. Penyakit yang mendapat prioritas untuk diadakan upaya pemberantasan adalah penyakit yang memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi, terutama yang menyerang golongan anak-anak dan golongan usia produktif yang diantaranya adalah penyakit diare. Oleh karena itu dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui faktor - faktor air bersih dan jamban yang berpengaruh terhadap kesakitan diare pada balita.
Penelitian ini menggunakan analisis data sekunder dengan pengumpulan data secara "cross-sectional" di Kabupaten Belu Prop. NTT. Desain penelitiannya adalah "case-control".
Kasus adalah rumah tangga yang ada balita sakit diare, sedangkan kontrol adalah rumah tangga yang ada balita tidak sakit diare di daerah yang sama.
Penelitian ini dilakukan pada 49 kasus dan 260 kontrol, dengan 11 variabel independen dan 1 variabel dependen, yaitu diare balita. Dari analisis regresi logistik multivariat diketahui besarnya pengaruh setiap faktor yang diteliti dengan mengendalikan semua faktor lain yang ikut mempengaruhi asosiasi tersebut.
Telah dibuktikan dengan analisis bivariat adanya faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko diare pada balita, yaitu, kuantitas air, kondisi jamban dan faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi yaitu jumlah anggota rumah tangga dan kekayaan yang dimiliki.
Penelitian ini berrnaksud untuk mempelajari dampak penyediaan air bersih dan jamban terhadap diare balita daiam Skala terbatas di daerah pedesaan. Dari penelitian ini dapat diungkapkan bahwa hubungan antara air bersih dan kejadian diare balita merupakan "Water Washed Mechanism" disamping itu, ada kemungkinan lain yang dapat diungkapkan yaitu "Water Borne Mechanism", namun hal ini masih perlu ditegaskan dengan pemeriksaan bakteriologis air.
Dengan demikian disarankan kepada masyarakat setempat untuk mengupayakan dalam pengadaan air bersih yang mencukupi dan kualitas yang memenuhi syarat kesehatan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari disamping memiliki serta memelihara sarana jamban.

Diseases which require the greatest attention are those that lead to high rates of morbidity and mortality, especially among children and people at productive age. A typical example is diarrhea.
Research is therefore needed to identify factors which influence diarrhea in children under five years of age such as water supply and excreta disposal.
This research uses secondary data from Puslitbang, Ministry of Health, and "cross sectional" data collected in Kabupaten Belu, NTT Province. It is designed as a "case control" study.
The case study involves households where child diarrhea is present and the control group consists of households in the same area where child diarrhea is not present.
The data analysis involved 49 eases of child diarrhea and 260 control samples. There were 11 independent variables and 1 dependent variable that was child diarrhea.
Logistic regression multivariate analysis was used to determine the magnitude of influence the risk factor variables on the dependent variable.
Using bivariate analysis it is shown that there are factors which can increase the diarrheal risk in children. These factors include water quality, the condition of latrines and indirect factors such as the number of household members and the level of household prosperity.
This research intends to investigate the impact of water supply and excreta disposal on child diarrhea on a village scale. From this research, it can be shown that the connection between water supply and child diarrhea is "water washed mechanism" as well. However, the latter needs to be proven by water bacteriological analysis.
It is therefore suggested that the local community provide a potable water storage capacity sufficient to meet their daily needs and that latrines are properly maintained.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Dianing Wijayanti
"Di Kecamatan Bantar Gebang, penyakit diare menempati urutan 4 dari 10 besar penyakit di wilah tersebut. Sebagian besar penyakit diare ditemukan di Kelurahan Sumur Batu yang berdekatan dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Diduga disana banyak terdapat kasus diare akibat tercemarnya makanan/minuman oleh bakteri yang dibawa oleh lalat. Penelitian ini bertujuan untuk mengtahui hubungan tingkat kepadatan lalat dengan kejadian diare pada balita. penelitian ini menggunakan desai cross-sectional, dilakukan pada 110 sampel. Data dikumpulkan melalui pengukuran kepadatan lalat, wawancara, dan obseravasi. Analisa data dengan metode distribusi frekuensi dan chi-square. Prevalensi kejadian diare pada balita dengan pengukuran kepadatan lalat yang tinggi ditemukan adalah 53,7%. Faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita adalah perilaku ibu mencuci tangan dengan OR=3,1 (95% CI: 1,415-7,004), perilaku menutup makanan dengan OR=3,6 (95% CI: 1,182-11,165), dan sumber air minum dengan OR=2,6 (95% CI: 1,102-6,323). Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk memasang kawat kasa pada jendela dan tempat-tempat terbuka dan meningkatkan kebersihan lingkungan rumah masyarakat sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Bantar Gebang. Bagi Puskesmas Bantar Gebang I disarankan dapat meningkatkan penyuluhan pada masyarakat tentang penyakit diare dan pentingnya aspek perilaku kesehatan, terutama mencuci tangan dan menutup makanan."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reihana Ramadlani Ibna
"Diare merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih menjadi penyebab kematian paling umum yang cukup tinggi di Indonesia. Menurut data SDKI tahun 2017, prevalensi diare yang paling umum terjadi pada anak umur 6-23 bulan yaitu 19-20%. Sebagai perbandingan, pada tahun 2014, Kamboja masih menjadi salah satu negara dengan tingkat prevalensi diare tertinggi pada anak di bawah usia lima tahun di antara negara-negara di Asia Tenggara, yaitu sebesar 12,8%. Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis studi komparatif faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita usia 0-59 bulan di Indonesia dan Kamboja. Data penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan data dari SDKI 2017 dan CDHS 2014. Hasi penelitian dari Indonesia, pendidikan ibu merupakan faktor paling berpengaruh terhadap kejadian diare yang ditunjukkan dengan nilai OR terbesar yakni 1.305, artinya ibu dengan pendidikan rendah memiliki odds 1.305 kali lebih besar untuk memiliki anak yang mengalami diare dibandingkan ibu dengan pendidikan tinggi setelah dikontrol oleh variabel lainnya. Sementara di Kamboja, sarana sanitasi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian diare yang ditunjukkan dengan nilai OR terbesar yakni 1.115, artinya balita yang berada pada keluarga dengan sumber air minum yang tidak layak memiliki odds 1.115 kali lebih besar untuk mengalami diare dibandingkan balita yang berada pada keluarga dengan sumber air minum yang layak setelah dikontrol oleh variabel lainnya. Kesimpulan menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan antara diare dengan pendidikan ibu, Menyusui ASI 3 Hari Pertama Post Partum, suplementasi vitamin A, sarana sanitasi, dan sumber air minum di Negara Indonesia. Sementara di Negara Kamboja, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian diare dengan usia balita, jenis kelamin balita, Menyusui ASI 3 Hari Pertama Post Partum, status ekonomi, dan sumber air minum.

Diarrhea is a public health problem which is still the most common cause of death in Indonesia. According to 2017 IDHS data, the most common prevalence of diarrhea occurs in children aged 6-23 months, namely 19-20%. For comparison, in 2014, Cambodia was still one of the countries with the highest prevalence rate of diarrhea in children under the age of five among countries in Southeast Asia, namely 12.8%. Therefore, the aim of this research is to determine a comparative study analysis of factors related to the incidence of diarrhea in toddlers aged 0-59 months in Indonesia and Cambodia. This research data uses a cross sectional design with data from the 2017 SDKI and 2014 CDHS. Research results from Indonesia show that maternal education is the most influential factor in the incidence of diarrhea as indicated by the largest OR value of 1.305, meaning that mothers with low education have odds that are 1.305 times greater. to have children who experience diarrhea compared to mothers with higher education after controlling for other variables. Meanwhile in Cambodia, sanitation facilities are a factor that influences the incidence of diarrhea as shown by the largest OR value of 1.115, meaning that toddlers who live in families with inadequate sources of drinking water have 1.115 times greater odds of experiencing diarrhea than toddlers who live in families with inadequate drinking water sources. with a suitable drinking water source after being controlled by other variables. The conclusion shows that there is a significant relationship between diarrhea and maternal education, Breastfeed for the first 3 days post partum, vitamin A supplementation, sanitation facilities and sources of drinking water in Indonesia. Meanwhile in Cambodia, it shows that there is a significant relationship between the incidence of diarrhea and the age of the toddler, the gender of the toddler, history of exclusive breastfeeding, economic status, and source of drinking water."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmaini
"Penyakit diare di Indonesia yang mempunyai angka kesakitan sekitar 40% pertahun, terutama menyerang anak-anak balita sekitar 70-80% dan angka kematian balitanya 20-40% dari seluruh kematian. Penyakit diare pada SKRT 1992 menduduki urutan kedua setelah infeksi saluran pernafasan. Penyakit diare tidak hanya dipengaruhi oleh lingkup pelayanan air bersih dan jamban saia, ternyata sikap dan tingkah laku manusia yang menggunakan sarana air bersih dan jamban keluarga dengan baik juga menentukan penurunan angka kejadian diare di masyarakat. Selain faktor-faktor di atas faktor-faktor lainnya yang juga mempengaruhi kejadian diare, seperti faktor kepadatan penduduk, faktor sosial ekonomi, dan sebagainya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran kejadian diare serta hubungannya dengan faktor sumber air minum, kepadatan, dan pengetahuan tentang kejadian diare. Penelitian ini merupakan analisa lebih lanjut terhadap data sekunder yang berjudul Community Development for Rural Sanitation di kecaxnatan Sliyeg Indramayu tahun 1994 oleh Pusat Penelitian Kesehatan UI. Desain yang digunakan cross sectional study, dengan jumlah populasi sekaligus sebagai sampel ada 184 rumah tangga. Analisis ini dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat dengan SPSS. Kejadian diare yang didapatkan hanya 9,2%. Dari hasil uji bivariat faktor kepadatan yang terdiri dari jumlah anggota keluarga dan jumlah balita di rumah berhubungan secara bermakna dengan kejadian diare, sedangkan sumber air minum dan pengetahuan tidak bermakna dengan kejadian diare. Disarankan dalam melakukan suatu intervensi dibidang kesehatan tidak hanya dalam satu aspek, tetapi harus semua aspek supaya intervensi yang telah dilakukan bermanfaat bagi masyarakat dan perlunya menggalakkan NKRBS, karena jumlah anggota keluarga terbukti berperanan dalam peningkatan kejadian diare.

The incident of diarrhea in Indonesia which have 40% of morbidity rate per year severe children under five year old with mortality rate among the children severity of about 20-40% out of all number of death. The diarrhea disease at SKRT 1992 are in the second rank after respiratory infection. The diarrhea disease only affected by scope of water supply and family privy, attitude and behavior of people who use water supply and family privy facility in appropriate way also affect decreasing of diarrhea in society. Out of the factors above other factors that also affecting of the incident of diarrhea are family income, social economy, etc. Objective of this research are to know the description of the incident of diarrhea and its associated to the factors of water sources, density of family members and respondent knowledge of diarrhea. This research are further analysis to secondary data under the title IT Community Development for Rural Sanitation, in Kecamatan Sliyeg Indramayu in 1994" which were held by Pusat Penelitian Kesehatan UI. Design which applied to the research was cross-sectional study with total population 184 householders, and way of analysis operated was univariate and bivariate by SPSS. The incident of diarrhea among population only 9.2%. And from bivariate test, density factor significant to the incident of diarrhea, while factors of water source and knowledge of respondent are not significant to the incident of diarrhea.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>