Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148354 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endang Sri Wahyuningsih
"Diabetes melitus merupakan penyakit dengan tingkat komplikasi yang tinggi, sehingga membutuhkan penanganan yang dikenal dengan empat pilar penatalaksanaan DM. Data peserta Prolanis Puskesmas Pulo Gadung pada bulan November 2015-Januari 2016, berturut-turut sebanyak 87%, 84%, dan 88% diabetisi mempunyai Gula Darah Postprandial (GDPP) yang tidak terkendali tanpa adanya proses evaluasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor penghambat dalam pengendalian GDPP. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Tempat dan waktu penelitian di Puskesmas Pulo Gadung pada bulan April 2016. Data kuantitatif diperoleh dari pengisian kuesioner, penilaian indeks massa tubuh, serta pemeriksaan GDPP 84 diabetisi. Sebagai sampel adalah diabetisi di sembilan Puskesmas yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel dilakukan secara non-probability sampling. Sedangkan data kualitatif dimaksudkan untuk mendapatkan informasi lebih dalam tentang empat pilar penatalaksaan DM. Data kuantitatif dianalisis secara deskriptif dan data kualitatif dianalis dengan analisis tematik.
Penelitian menunjukkan hanya 4,8% diabetisi yang memiliki GDPP terkendali. Faktor penyebab tidak terkendalinya GDPP adalah ketidakpatuhan diabetisi dalam melaksanakan pilar perencanaan makan dan latihan jasmani, serta kurangnya dukungan keluarga dan dukungan manajemen. Diperlukan peningkatan kegiatan edukasi, monitoring dan evaluasi, serta membangun kerja sama lintas sektor antara Puskesmas, Sudin Kesehatan, dan BPJS Kesehatan.

Diabetes melitus is a disease with high complication rates, thus requires treatment, which is known as the four pillars of DM management. Prolanis participant data at Puskesmas Pulo Gadung in November 2015-January 2016, respectively by 87%, 84%, and 88% of diabetic have uncontrolled Postprandial Glucose (PPG) without a process of evaluation.
This study aims to determine the inhibiting factors in controlling the PPG. This is a cross sectional study with quantitative and qualitative approaches. The place and time of the study is conducted at Puskesmas Pulo Gadung, in April 2016. The quantitative data were obtained from the questionnaires, assessment of body mass index, and the results of the examination PPG 84 of selected diabetic. The samples are diabetic in nine Puskesmas that fulfill the inclusion and exclusion criterias. Sampling was done by non-probability sampling. While the qualitative data is intended to get more information about the four pillars of diabetes management. Quantitative data were analyzed by descriptive and qualitative data were analyzed by thematic analysis.
Research shows that only 4.8% diabetic who have controlled PPG. Factors causing uncontrolled PPG are non-compliance of diabetic in implementing meal planning and physical exercise, lack of family and management support. Required increase in educational activities, monitoring and evaluation, and build cross sector cooperation between Puskesmas, Sudin Kesehatan, and BPJS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46068
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Meriati Elisabet Magdalena
"Diabetes Melitus Tipe 1 merupakan penyakit kronis yang melibatkan perubahan perilaku baik pola hidup maupun aktivitas dalam  sehari-hari. Tidaklah mudah untuk mencapai perubahan perilaku yang dapat secara langsung mempengaruhi pengendalian glukosa darah dan komplikasi. Serangkaian tindakan pengobatan yang rutin dipatuhi pada dasarnya bukanlah hal yang mudah untuk dijalankan. Ketidakpatuhan pada umumnya dapat meningkatkan masalah kesehatan bahkan dapat memperburuk penyakit yang dideritanya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hubungan tingkat kepatuhan perawatan diri anak dengan DMT1 tentang pemeriksaan glukosa darah harian dan pemberian terapi insulin. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional dengan teknik consecutive sampling terhadap 49 anak diabetes melitus tipe 1 usia 1 – 18 tahun di wilayah Jabodetabek. Data diperoleh dari pengisian logbook selama 14 hari. Analisis menggunakan spearman sesuai jenis data. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan kepatuhan pemeriksaan glukosa terhadap kadar glukosa prepandrial dan postpandrial (p>0.05). Demikian pula didapatkan tidak ada hubungan tingkat kepatuhan  terapi insulin dengan kadar glukosa prepandrial dan postpandrial (p>0,05). Namun secara univariat  didapatkan dara bahwa tingkat kepatuhan insulin sudah sesuai, tetapi tidak demikian dengan tingkat kepatuhan glukosa darah yaitu kurang baik. Hasil penelitian ini memberikan dasar ilmiah dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak diabetes melitus tipe 1, bahwa perawatan diri pada anak diabetes melitus tipe 1 harus dipantau dan ditingkatkan agar mendapatkan kualitas hidup yang baik.
Kata kunci : Diabetes melitus tipe 1, kepatuhan pemeriksaan glukosa, kepatuhan insulin

Type 1 Diabetes is a chronic disease involving changing behaviour in both lifestyle and daily activities. Series of treatment that routinely obeyed in fact not easy to follow. Nonadherence in general can increase health problem even worsen his ilness. The Research aimed to find out correlation between level of adherence self-treatment with type 1 diabetes mellitus about checking daily blood glucose and giving therapy of insulin. The research used cross sectional design with consecutive technique sampling to 49 children suffering type 1 diabetes mellitus aged 1 – 18 years old in Jabotabek areas. Data was collected from filling out logbook for 14 days. Analysis used Spearman method according to the type of databased on type of data. The result of the study showed that there was no compliance relationship of blood glucose examination with prepandrial blood glucose level (p>0,05). It was found that there was no association with the level of insulin compliance with prepandrial blood glucose levels (p>0,05). Nevertheless, univariate data showed that the level of insulin compliance was appropriate, but not so with the level of blood glucose adherence that is not good. This research gives scientific basis in giving nursing care to children with type 1 diabetes that self care in children with type 1 diabetes mellitus must be monitored and increased to get good quality of life.
Key words : Type 1 diabetes mellitus, adherence of glucose checkup, insulin adherence
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ziyad
"Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh manusia. Salah satu tipe DM adalah diabetes tipe 1 yang disebabkan oleh rusaknya sel beta pada pankreas sehingga tubuh tidak dapat menghasilkan insulin untuk meregulasi konsentrasi glukosa dalam darah. Penderita DM tipe 1 harus melakukan terapi insulin dengan memberikan suntik insulin eksternal untuk meregulasi konsentrasi glukosa di dalam darah. Selain itu, penderita DM tipe 1 harus melakukan kontrol secara kontinu terhadap konsentrasi glukosa di dalam darahnya. Pada sebuah penelitian, terdapat sebuah alat yang dapat memantau glukosa secara berkelanjutan yang disebut dengan Continuous Glucose Monitoring (CGM). Pada penelitian ini, dilakukan simulasi dengan sebuah model matematika yang menggambarkan regulasi glukosa-insulin dalam tubuh saat makanan dicerna di dalam tubuh, yaitu model hovorka, untuk diimplementasikan ke dalam CGM. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model dari hovorka dapat menunjukkan regulasi glukosa insulin di dalam tubuh. Namun untuk evaluasi terhadap model ini dilakukan sebuah fitting terhadap parameter model hovorka dan didapatkan hasil yang kurang baik sehingga perlu dilakukan fitting ulang dengan data yang lebih baik.

Diabetes Mellitus (DM) is one of the most common diseases suffered by humans. One type of DM is Type 1 diabetes caused by the destruction of beta cells in the pancreas so that the body can not produce insulin to regulate the concentration of glucose in the blood. Patients with Type 1 diabetes have to do insulin therapy by giving external insulin injections to regulate the concentration of glucose in the blood. In addition, patients with Type 1 diabetes must continuously control the concentration of glucose in their blood. In one study, there was a tool that can monitor glucose continuously called Continuous Glucose Monitoring (CGM). In this study, a simulation with a mathematical model that describes the regulation of glucose-insulin in the body when food is digested in the body, the Hovorka model, to be implemented into CGM. The results of this study show that the model from hovorka can demonstrate the regulation of insulin glucose in the body. However, for the evaluation of this model, a fitting was made to the parameters of the hovorka model and poor results were obtained so that re-fitting with better data was necessary."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edenia Saumi
"Hiperglikemia merupakan gejala metabolik berupa peningkatan glukosa darah melebihi batas normal, yang dikaitkan dengan diabetes melitus (DM). Modifikasi gaya hidup yang lebih sehat, seperti dilakukannya restriksi kalori dengan metode fasting-mimicking diet (FMD) dapat dilakukan sebagai alternatif pendekatan untuk pengendalian DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh FMD berbahan nabati yang tersedia di Indonesia, terhadap kadar glukosa darah dan resistensi insulin. Penelitian dilakukan terhadap tikus jantan galur Sprague-Dawley model hiperglikemia yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan (n=16), yakni kelompok hiperglikemia (high fat diet[HFD]-streptozotosin[STZ] 35 mg/kgBB dan CMC Na 0,5%), kelompok metformin (HFD-STZ 35 mg/kgBB dan metformin 250 mg/kgBB), kelompok FMD (HFD-STZ 35 mg/kgBB dan FMD), dan kelompok normal diet (ND) (CMC Na 0,5%). Pemberian perlakuan dilakukan selama 28 hari. Tikus dilakukan pengecekan glukosa darah puasa (GDP) dan berat badan setiap minggu perlakuan dan dikorbankan untuk diambil sampel darahnya setelah perlakuan berakhir. Homeostasis model assessment of insulin resistance (HOMA-IR) digunakan untuk mengukur resistensi insulin. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar GDP dengan adanya pemberian FMD, walaupun tidak terdapat perbedaan signifikan antara GDP pra-perlakuan dengan GDP minggu ke-4 perlakuan (p>0,05). Hasil penelitian juga menunjukkan nilai HOMA-IR kelompok FMD mendekati nilai HOMA-IR kelompok ND dan lebih rendah secara signifikan dibandingkan nilai HOMA-IR kelompok hiperglikemia (p<0,05), yang berarti pemberian FMD pada tikus hiperglikemia menghasilkan tingkat resistensi insulin yang lebih rendah dibandingkan dengan tikus hiperglikemia yang tidak diberikan FMD. Sebagai kesimpulan, pemberian FMD dapat menurunkan GDP dan menghasilkan tingkat resistensi insulin yang lebih rendah pada tikus model hiperglikemia.

Hyperglycemia is a metabolic symptom in the form of an increase in blood glucose exceeding normal limits, which is associated with diabetes mellitus (DM). Healthy lifestyle modifications, such as calorie restriction with the fasting-mimicking diet (FMD) method, can be used as an alternative approach to controlling type 2 diabetes. This study aims to determine the effect of FMD using plant-based ingredients available in Indonesia on blood glucose levels and insulin resistance. The study was conducted on male rats of the Sprague-Dawley strain model of hyperglycemia, which were divided into 4 treatment groups (n = 16), namely the hyperglycemic group (high fat diet [HFD]-streptozotocin [STZ] 35 mg/kgBW and CMC Na 0.5%), the metformin group (HFD-STZ 35 mg/kgBW and metformin 250 mg/kgBW), the FMD group (HFD-STZ 35 mg/kgBW and FMD), and the normal diet (ND) group (CMC Na 0.5%). The treatment was carried out for 28 days. Rats were checked for fasting blood glucose (FBG) and body weight every week of treatment and sacrificed for blood samples after the treatment ended. Homeostasis model assessment of insulin resistance (HOMA-IR) was used to measure insulin resistance. The results showed a decrease in FBG levels with the administration of FMD, although there was no significant difference between pre-treatment FBG and FBG at the 4th week of treatment (p>0,05). The results also showed that the HOMA-IR value of the FMD group was close to the HOMA-IR value of the ND group and was significantly lower than the HOMA-IR value of the hyperglycemic group (p<0,05), which means that administering FMD to hyperglycemic rats resulted in lower levels of insulin resistance than the hyperglycemic rats that were not given FMD. In conclusion, administration of FMD can reduce FBG and result in lower levels of insulin resistance in hyperglycemic rats."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shanty Chloranyta
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepuasan SMBG dengan diabetes outcome dan kualitas hidup. Desain penelitian cross sectional dengan sampel penelitian 51 pasien diabetes tipe 2 dengan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Glucose Monitoring Satisfaction Survey GMSS, Diabetes Quality of Life Brief DQoL Brief , Diabetes Self Management Questionnaire DSMQ, Center for Epidemiologic Studies Depression Scale CES-D. Analisis bivariat menggunakan pearson menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan SMBG dengan diabetes outcome p=0.000 dan kualitas hidup p=0.000 pada pasien diabetes tipe 2. Hasil uji multivariat linier berganda menunjukkan variabel yang paling mempengaruhi diabetes outcome dan kualitas hidup adalah usia. Diharapkan intervensi keperawatan yang lebih optimal untuk meningkatkan SMBG.

This study aimed to analyze the correlation of SMBG satisfaction with the diabetes outcomes and the quality of life. The study design was a cross sectional with total sample of 51 type 2 diabetic patients with purposive sampling technique. The measuring instruments used were The Glucose Monitoring Satisfaction Survey GMSS, The Diabetes Quality of Life Brief DQoL Brief, The Diabetes Self Management Questionnaire DSMQ, The Center for Epidemiologic Studies Depression Scale CES D. Bivariate analysis using pearson the results showed that there was a significant correlation between SMBG satisfaction with diabetes outcome p 0.000 and quality of life p 0.000 in type 2 diabetes patients. Multiple liner mulitivariate test results showed that the most influencing variable of diabetes outcome and quality oflife was age. It is expected that more optimal nursing interventions to improve SMBG. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inchauspe, Jessie
"Improve all areas of your health from your weight, sleep, cravings, mood, energy, skin, and even slow down aging, with easy-to-implement, science-based hacks to manage your blood sugar levels while still eating the foods you love. Glucose, or blood sugar, is a tiny molecule in our body that has a huge impact on our health. It enters our bloodstream through the starchy or sweet foods we eat. Ninety percent of us suffer from too much glucose in our system--and most of us don't know it. The symptoms? Cravings, fatigue, infertility, hormonal issues, acne, wrinkles... And over time, the development of conditions like type 2 diabetes, polycystic ovarian syndrome, cancer, dementia, and heart disease. Drawing on cutting-edge science and her own pioneering research, biochemist Jessie Inchauspé offers ten simple, surprising hacks to help you balance your glucose levels and reverse your symptoms--without going on a diet or giving up the foods you love... Both entertaining, informative, and packed with the latest scientific data, this book presents a new way to think about better health. Glucose Revolution is chock-full of tips that can drastically and immediately improve your life, whatever your dietary preferences""
New York: Simon & Schuste, 2022
572.565 INC g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
T. Widya Naralia
"Penyakit Diabetes Mellitus masih menjadi salah satu penyakit tidak menular dengan angka kejadian yang terus meningkat dan menyebabkan komplikasi berbagai organ bagi penderitanya. Lansia menjadi populasi paling berisiko terkena Diabetes Mellitus karena telah mengalami penurunan fungsi organ pankreas sehingga terjadi kegagalan sekresi hormon insulin.  Lansia dengan diabetes mellitus membutuhkan dukungan baik dari keluarga maupun komunitas disekitarnya untuk dapat menjalankan perawatan diri. Intervensi keperawatan melalui pendekatan pada keluarga dan kelompok dinilai dapat meningkatkan perilaku perawatan diri lansia DM. Karya ilmiah akhir spesialis ini bertujuan untuk memberikan gambaran pengaruh penerapan Cegah dan Rawat Diabetes melalui Serat, Aktivitas dan Relaksasi (CERDAS SERASI) sebagai bentuk praktik keperawatan berbasis fakta pada lansia DM di keluarga dan komunitas. Metode penelitian dalam karya ilmiah ini adalah studi kasus terhadao keluarga dan kelompok binaan. Hasil evaluasi terhadap 10 keluarga binaan menunjukkan terjadinya peningakatan kemandirian keluarga setelah diintervensi selama 6 bulan. Selain itu baik keluarga maupun kelompok yang dilakukan intervensi CERDAS SERASI menunjukkan terjadi peningkatan perilaku perawatan diri lansia DM meliputi peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam melakukan perawatan diri DM. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada perilaku perawatan diri dan penurunan kadar glukosa darah lansia DM sebelum dan sesudah intervensi (p=0.000) dan perubahan pada status kemandirian fungsional lansia setelah dilakukan intervensi kelompok (p=0.000). Intervensi CERDAS SERASI efektif dalam meningkatkan perilaku perawatan diri, penurunan kadar glukosa darah, dan peningkatan status kemandirian fungsional lansia. Intervensi ini sebaiknya dilakukan berkelanjutan untuk mempertahankan status kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup lansia dengan maslah penyakit diabetes mellitus.

Diabetes Mellitus is still a non-communicable disease with an increasing incidence and causing complications in various organs for sufferers. The elderly are the population most at risk of developing Diabetes Mellitus because they have experienced a decrease in the function of the pancreas organ resulting in failure of insulin secretion. The elderly with diabetes mellitus need support from both their family and the surrounding community to be able to carry out self-care. Nursing interventions through approaches to families and groups are considered to be able to improve self-care behavior of DM elderly. This specialist's final scientific work aims to provide an overview of the effect of implementing Prevent and Treat Diabetes through Fiber, Activity and Relaxation (CERDAS SERASI) as a form of fact-based nursing practice for DM elderly in the family and community. The research method in this paper is a case study of families and target groups. The results of the evaluation of 10 assisted families showed an increase in family independence after 6 months of intervention. In addition, both families and groups with the CERDAS SERASI intervention showed an increase in self-care behavior for the elderly with DM including increased knowledge, attitudes and skills in self-care for DM. Further analysis showed that there were significant differences in self-care behavior and a decrease in blood glucose levels in DM elderly before and after the intervention (p=0.000) and changes in the functional independence status of the elderly after group intervention (p=0.000). The SMART SERASI intervention was effective in improving self-care behavior, decreasing blood glucose levels, and increasing the functional independence status of the elderly. This intervention should be carried out continuously to maintain health status and improve the quality of life of the elderly with diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Aditya Toga Sumondang
"Pendahuluan. Stress pembedahan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi keluaran pasca pembedahan ortopedi, khususnya pada populasi diabetes mellitus tipe dua dimana regulasi glukosa sangat penting baik sebelum maupun pasca bedah. Kadar glukosa dan C-reactive protein merupakan biomarker yang akan meningkat bila terjadi stress pembedahan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar rerata glukosa dan C-reactive protein pada subjek penelitian dengan diberikan lidokain intravena dan kontrol pada operasi ortopedi.
Metode. Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar yang mengikutsertakan 42 pasien yang menjalani pembedahan ortopedi. Sampel dilakukan pengelompokan dengan metode randomisasi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah pasien yang diberikan lidokain intravena selama pembedahan dalam anestesia umum. Kelompok kedua adalah pasien dalam anestesia umum tanpa lidokain. Pada kedua kelompok dilakukan dua kali pemeriksaan sampel glukosa dan C-reactive protein pada sebelum operasi dan sesudah operasi. Kedua kelompok dilakukan uji hipotesis untuk melihat perbedaan rerata glukosa dan C-reactive protein dengan analisa statistik menggunakan software SPSS.
Hasil. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara rerata kadar glukosa dan C-reactive protein antara kelompok pasien dengan lidokain intravena dan kontrol. Rerata kadar glukosa pasca pembedahan lebih rendah pada kelompok lidokain dibandingkan kelompok kontrol, namun tidak berbeda bermakna (p>0.05). Tidak terdapat perbedaan rerata C-reactive protein pada kelompok lidokain dan kelompok kontrol (p>0.05).
Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan kadar glukosa dan C-reactive protein yang bermakna antara kelompok lidokain dan kelompok kontrol pada operasi ortopedi dalam anestesia umum pada populasi dengan diabetes mellitus tipe dua.

Introduction. Surgical stress is a factor that can influence orthopaedic postoperative outcomes, particularly in the type two diabetes mellitus population where blood sugar regulation is critical both before and after surgery. Blood sugar levels and C-reactive protein are biomarkers that will increase in the event of surgical stress. This study aimed to compare the average levels of blood sugar and C-reactive protein in study subjects with intravenous lidocaine and control in orthopaedic surgery.
Methods. The study was a randomized clinical trial that included 42 patients undergoing orthopaedic surgery. Samples were grouped by randomization method into two groups. The first group were patients who were given lidocaine intravenously during surgery under general anaesthesia. The second group is patients under general anaesthesia without lidocaine. In both groups, two blood sugar and c-reactive protein samples were examined before surgery and after surgery. Both groups tested the hypothesis to see the difference in average blood sugar and C-reactive protein with statistical analysis using SPSS software.
Results. There were no significant differences between mean blood sugar levels and C-reactive protein between the intravenous and control lidocaine groups. Average postoperative blood sugar levels were lower in the lidocaine group than in the control group, but not significantly different (p>0.05). There was no difference in mean C-reactive protein in the lidocaine group and the control group (p>0.05).
Conclusions. There were no significant differences in blood sugar and C-reactive protein levels between the lidocaine group and the control group in orthopaedic surgery under general anaesthesia in the population with type two diabetes mellitus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Wahyuningtias
"Prevalensi DM di Kota Bogor yakni sebesar 2,1% hal ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi DM di Indonesia menurut data Riskesdas 2013 yakni sebesar 2,0%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap kontrol kadar Glukosa darah penderita diabetes mellitus tipe 2 pada studi kohort PTM di Kota Bogor tahun 2011-2016. Menurut uji Log-rank survival berdasarkan aktivitas fisik tidak berbeda bermakna dengan nilai signifikansi 0,941. Bahwa survival antara kelompok aktivitas fisik cukup dan kurang tidak berbeda survival-nya terhadap event kontrol glukosa darah buruk. Penderita DM tipe 2 yang cukup beraktivitas fisik memiliki HR sebesar 0,788 kali (95%CI: 0,456-1,360) dengan p value 0,392. Artinya, penderita DM tipe 2 yang cukup beraktifitas fisik maupun yang kurang tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap kontrol glukosa darah. Tidak ditemukan pengaruh aktivitas fisik terhadap kontrol Glukosa darah penderita diabetes mellitus tipe 2 pada studi kohort PTM di Kota Bogor tahun 2011-2016. Hal ini dikarenakan banyak terjadi sensor dan lost to follow up juga titik pengamatan yang cukup jauh rentangnya yakni 2 tahun. Diperlukan upaya promosi kesehatan yang berkelanjutan dan bagi peneliti lain dapat melakukan studi dengan titik pengamatan dengan rentang waktu yang lebih singkat agar efek dari aktivitas fisik terhadap kontrol glukosa darah penderita DM tipe 2 dapat diukur lebih tepat.

The prevalence of DM in Bogor City which is equal to 2.1%, this is still higher than the prevalence of DM in Indonesia according to Riskesdas 2013 data which is equal to 2.0%. The purpose of this study was to determine the effect of physical activity on blood glucose level control in patients with type 2 diabetes mellitus in the PTM cohort study in Bogor City in 2011-2016. According to the Log-rank survival test based on physical activity there was no significant difference with a significance value of 0.941. That survival between groups of physical activity is sufficient and the survival of the blood glucose control event is not different. Patients with type 2 DM who have enough physical activity have HR of 0.788 times (95% CI: 0.456-1.360) with p value 0.392. That is, patients with type 2 diabetes who have sufficient physical activity or those who do not show significant differences in blood glucose control. There was no effect of physical activity on blood glucose control in patients with type 2 diabetes mellitus in the PTM cohort study in Bogor City in 2011-2016. This is because there are a lot of sensors and lost to follow-up as well as a far enough observation point, which is 2 years. Continuous health promotion efforts are needed and other researchers can conduct studies with observation points with a shorter time span so that the effects of physical activity on blood glucose control in patients with type 2 diabetes can be measured more precisely."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T52263
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reyhan Gerriananta
"Diagnosis dini diabetes merupakan kunci untuk mencegah mortalitas dan morbiditas akibat diabetes. Hal tersebut dapat dilakukan jika individu melakukan pemantauan gula darah secara rutin. Namun diperkirakan sebanyak 85% penduduk Indonesia tidak pernah memeriksakan gula darahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara akses ke fasilitas kesehatan primer terhadap pemanfaatan pemeriksaan gula darah pada individu usia ≥18 tahun. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan menggunakan data sekunder Riskesdas 2018. Sampel dari penelitian ini adalah penduduk Indonesia yang berumur ≥18. Hasil penelitian menunjukkan akses memiliki hubungan yang bermakna dengan pemanfaatan pemeriksaan gula darah setelah dikontrol variabel kovariat, meski hubungan yang ditemukan tidak terlalu besar. Akses ke fasilitas kesehatan primer dapat mempengaruhi individu untuk melakukan pemeriksaan gula darah, meski pengaruhnya tidak terlalu besar.

Early diagnosis of diabetes is the key to preventing morbidity and mortality related to diabetes. This can be done if the individual monitors blood sugar regularly. However, it is estimated that as many as 85% of Indonesia's population have never had their blood sugar checked. This study aims to determine the relationship between access to primary health facilities and the utilization of blood sugar checks in primary health service. This study used a cross-sectional design and used secondary data from Riskesdas 2018. The sample for this study was Indonesian residents aged ≥18. The results showed that access had a significant relationship with the utilization of blood sugar checks, although the relationship found was not too large. Access to primary health facilities can influence individuals to do blood sugar checks, although the effect is not too big"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>