Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55898 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farah Arfiah Noerdin
"Skripsi ini membahas orientalisme dalam anime Hetalia: Axis Powers karya Hidekaz Himaruya yang dirilis pada tahun 2008. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya tindak hegemoni dan pandangan orientalisme yang ditampilkan dalam anime tersebut. Analisis masalah penelitian menggunakan teori hegemoni Antonio Gramsci (1971) dan teori orientalisme Edward Said (1978). Penelitian skripsi ini bersifat kualitatif yang difokuskan pada anime Hetalia: Axis Powers. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa representasi orientalisme pihak Barat dalam anime Hetalia: Axis Powers terhadap pihak Timur dapat dibuktikan keberadaanya serta diwujudkan melalui beragam bentuk dominasi, namun teori Said tidak dapat diaplikasikan pada keseluruhan anime karena terdapat beberapa pengecualian.
This study is focused on orientalism in Hidekaz Himaruya?s anime, Hetalia: Axis Powers released in 2008. This study aimed to analyze hegemony action and orientalism as its part who were shown in the anime. The discussion in this study uses Antonio Gramsci?s Hegemony (1971) and Edward Said?s Orientalism (1978) as the theories. This study is a qualitative which focused on Hetalia: Axis Powers anime. The results of this study showed that the West?s orientalism over the East in the anime proved its existence and has been formed through domination diversity, even so, Said?s theory could not be applied throughout the anime due to some exception reason."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S63786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elgard Mario Wiandika
"Anime shonen seringkali melanggengkan kultur patriarki dengan memperlakukan karakter perempuannya sesuai dengan peran jender. Karena itulah Jujutsu Kaisen menjadi unik karena anime shonen ini memberikan ruang bagi karakter perempuannya untuk bersinar. Penelitian ini membahas mengenai bagaimana nilai-nilai feminisme liberal terkandung dalam representasi karakter perempuan yang ada di anime tersebut. Kajian ini akan mengkaji episode 17 dan 24, di mana karakter perempuan di Jujutsu Kaisen dapat menunjukkan kemampuan tarungnya, serta pola pikir dan nilai yang dianut yang berbeda dari peran jender yang ada di masyarakat. Terlebih lagi, ditemukan pula nilai-nilai yang menormalisasi perilaku monoandrogini, sebagai sarana untuk melawan peran jender yang hanya terkotak-kotakan di dalam maskulinitas dan feminitas yang ada di masyarakat.
Shonen Anime usually perpetuates the patriarchal culture by treating their female characters in accordance to gender roles. This is why Jujutsu Kaisen becomes unique, because it is a shonen anime that creates space for its female characters to shine. This research will discuss how liberal feminism values are incorporated in the representation of female characters in the anime. This research will analyze episode 17 and 24, where Jujutsu Kaisen’s female characters are able to show their fighting prowess, train of thought, and values that differ from existing gender roles. Furthermore, values that normalize monoandroynous behavior are discovered as a way to fight gender roles that box masculinity and femininity in the society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marielle Nabila Putri Setiawan Latief
"Jepang terkenal luas dengan layanan terpuji yang dapat ditemukan di setiap bisnis, terlepas dari apakah pelanggannya adalah tamu lokal atau tamu asing. Layanan khusus ini disebut ‘Omotenashi’, istilah yang berasal dari kata ‘motte’ yang berarti memegang dan ‘nashi’ yang berarti tidak ada, diringkas menjadi memberikan layanan terbaik tetapi 'tidak menerima' sebagai balasannya. Anime Isekai Shokudou bercerita tentang restoran ajaib dengan pintu yang terbuka ke dunia lain. Restoran tersebut menyediakan makanan untuk manusia dan makhluk di dunia lain setiap hari Sabtu saat pintu dibuka, dengan omotenashi sebagai layanannya. Dalam tulisan ini, penulis akan menganalisis representasi omotenashi dalam anime Isekai Shokudou dengan menggunakan teori Abdulellah Al-alsheikh tentang 3 elemen yang dimiliki omotenashi yaitu Shitsurai yaitu lingkungan fisik omotenashi dilakukan, Furumai berarti kegiatan omotenashi tersebut, dan Shikake adalah reaksi atau timbal balik pelanggan. Penelitian ini akan menggunakan analisis metode kualitatif. Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini adalah budaya omotenashi yang ditampilkan di anime Isekai Shokudou sesuai dengan 3 elemen omotenashi, dan ditampilkan di keseluruhan anime.

Japan is widely known for commendable service that can be found in every kind of business, regardless if the customer is a local guest or a foreign guest. This special kind service is called ‘Omotenashi’ a term that derives from the word ‘motte’ meaning to hold and ‘nashi’ that mean none, summarized as to give the best of service but ‘take none’ in return. Isekai Shokudou anime tells about a magical restaurant with a door that opens to another world. The restaurant provide foods for people and creatures on the other world every Saturdays when the door opens, with omotenashi as its service. In this paper, the author will analyze the representation of omotenashi in the anime Isekai Shokudou by using Abdulellah Al-alsheikh's theory about the 3 elements that omotenashi has, namely Shitsurai which is the physical environment the omotenashi is carried out, Furumai means the omotenashi activity itself, and Shikake being the customer's reaction or feedback. This research will be using a qualitative method analysis. Results and conclusions of this study is the Omotenashi culture that is shown in the anime Isekai Shokudou corresponds to the 3 elements of Omotenashi, and it is shown in the entirety of the anime."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Fransisca Elita Thea
"Semakin meluasnya diskursus middle powers yang dipromosikan oleh sejumlah negara dunia mendorong munculnya berbagai literatur untuk membahas dan memberikan konseptualisasi akademis bagi posisi tersebut. Middle powers dianggap sebagai kelompok negara yang memiliki kekuatan dan pengaruh tertentu pada tingkat global sehingga membedakannya dari negara-negara lain di bawah great powers pada umumnya. Meskipun mengalami peningkatan fokus literatur dan klaim langsung oleh negara-negara, sayangnya, diskusi tentang middle powers dalam ilmu hubungan internasional sering terhambat oleh kurangnya kejelasan tentang apa arti sebenarnya dari istilah middle power. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengklarifikasi dan menelaah konsep middle powers secara komprehensif. Dengan menggunakan metode kronologi, kajian literatur ini menunjukkan perkembangan literatur middle powers dalam tiga periode: (1) sebelum Perang Dingin, (2) masa Perang Dingin (1947-1991), dan (3) pasca Perang Dingin (1992-2020). Pemetaan literatur secara kronologis dimaksudkan agar tinjauan ini mampu menarik menelusuri perkembangan konsep middle powers dari kajian-kajian terdahulu hingga terkini. Dengan begitu, tulisan ini tidak hanya memberikan pemahaman middle powers dalam suatu konteks saja, melainkan dapat menyediakan identifikasi berbagai pola dan kecenderungan yang terbentuk sesuai pergeseran dinamika politik internasional dari masa ke masa. Pada akhirnya, kajian literatur ini berpendapat bahwa perkembangan konsep middle powers didasari oleh ambisi negara-negara untuk mengejar status yang lebih tinggi dibandingkan sekadar negara lain di luar great powers. Hal ini dilakukan dalam rangka mengamankan kepentingan nasional dan meningkatkan pengaruh mereka dalam sistem internasional.

The increasingly widespread discourse of middle powers promoted by a number of countries has led to the emergence of literatures which discuss and provide academic conceptualizations for the position. Middle powers are considered as a group of countries that have certain powers and influences at the global level, thus distinguishing them from other countries under the great powers in general. Despite increasing focus on literature and direct claims by countries, unfortunately, discussions about middle powers in international relations studies are often hampered by a lack of clarity about what the term really means. The main objective of this research is to clarify and examine the concept of middle powers comprehensively. Using chronological method, this literature review shows the development of middle powers literature in three periods: (1) before the Cold War, (2) during the Cold War (1947-1991), and (3) post-Cold War (1992-2020). Chronological mapping of the literatures is intended so that this review is able to explore the development of middle power conception from previous studies to the latest ones. That way, this paper not only provides an understanding of middle powers in a specified context, but is able to provide identification of various patterns and trends that are formed in accordance with the shifting dynamics of international politics from time to time. In the end, this literature review argues that the development of middle power concept is driven by the ambitions of countries to pursue higher status than the generalization of other countries outside the great powers. This is done in order to secure each country`s national interests and increase their influence in the international system."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Pratyaksa Vidyanto
"Skripsi ini membahas tentang penokohan dari karakter Ikari Shinji dalam anime Shinseiki Evangelion. Dengan menggunakan teori tokoh utama oleh Sudjiman, penulis mengkaji anime ini dengan metode deskriptif analisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa karakter Shinji adalah tokoh utama karena hubungannya yang intens dengan karakter lain turut membantu jalannya cerita. Anime ini menunjukkan bahwa sebuah cerita dapat diceritakan melalui interaksi antara karakternya, tidak melalui narasi saja seperti anime-anime yang sudah dibuat sebelum ini. Lebih lanjut anime ini juga memperlihatkan bahwa seorang anak yang tidak memiliki kasih sayang orang tua pada masa kecilnya, maka perkembangan psikis sang anak tidak akan sempurna.

This thesis explains about character analysis of Ikari Shinji from Neon Genesis Evangelion. By applying Sudjiman?s theory of main character, writer will analyze this anime with descriptive analytic method. This analysis showed that Shinji is a main character because of his intense relations with other characters. This anime showed that a story can be told with interaction of the characters, not using narration like the anime before Evangelion. Moreover, this anime also showed that a kid who didn?t had a parents love, his mental development will not perfect."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S62482
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Goldy Leonard
"[ ABSTRAK
Fokus utama dari studi ini adalah pemaparan konsep Orientalisme Edward Said yang bertentangan dengan depiksi Timur dan Barat dalam film karya Edward Zwick, The Last Samurai (2003). Stereotipe ketimuran dan mistis samurai pada jaman Edo di Jepang bertemu dengan stereotipe bangsa Barat pada film ini. Potret Timur (samurai) dan Barat (pasukan imperial) dalam film in kontradiktif dengan Orientalisme Said yang mengemukakan bahwa bangsa Barat cenderung menggambarkan potret yang salah terhadap bangsa Timur untuk menopang superiotas Barat terhadap Timur. Studi ini mencoba untuk mengurangi skeptisme terhadap film-film produksi Barat yang kerap memprojeksikan budaya lain sebagai tema film
ABSTRACT The main focus of this study is how Edward Said?s concept of Orientalism contradicts the depiction of the East and the West in Edward Zwick?s The Last Samurai (2003). The stereotypes of Japan in the late
Edo Period (17th - 19th century) that are portrayed with mysticism of the samurai encounter the depiction of the West. The portrayals of the East (samurai) and the West (imperial forces) are in contrary with Said?s Orientalism in which the West tends to false-portray the East to maintain superiority over the East. This study tries to reduce the skepticism towards Western movies that project other cultures., The main focus of this study is how Edward Said’s concept of Orientalism contradicts the depiction of the East and the West in Edward Zwick’s The Last Samurai (2003). The stereotypes of Japan in the late
Edo Period (17th - 19th century) that are portrayed with mysticism of the samurai encounter the depiction of the West. The portrayals of the East (samurai) and the West (imperial forces) are in contrary with Said’s Orientalism in which the West tends to false-portray the East to maintain superiority over the East. This study tries to reduce the skepticism towards Western movies that project other cultures.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Fadlika Yorinanda
"Anime adalah salah satu bentuk media populer mendunia yang berasal dari Jepang. Dari sekian banyaknya anime, HunterxHunter merupakan serial anime dengan genre Shounen yang berhasil menghadirkan penokohan realistis dan manusiawi dibanding anime bergenre Shounen lainnya. Serial HunterxHunter seringkali menempatkan karakter-karakternya melalui situasi dilema moral untuk menyingkap kepribadian setiap karakternya sampai titik tertentu. Salah satu karakter utama, Gon Freecss adalah salah satu dari sedikit karakter yang mendapat perhatian khusus dalam serial ini. Gon Freecss, salah satu karakter utama dalam serial tersebut adalah karakter yang dieksplorasi secara mendalam pada karya tulis ini. Dalam penelitian ini, ditemukan beberapa bukti yang menunjukkan adanya hal ganjil akan cara Gon memandang suatu hal atau terhadap individu lain. Oleh karena itu, penulis bertujuan untuk menganalisis moralitas karakter Gon Freecs dalam adaptasi anime HunterxHunter (2011). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan semiotika Peirce untuk membantu proses penafsiran serta teori David Hume untuk menjabarkan moralitas karakter Gon Freecss. Hasil dari penelitian ini menyiratkan bahwa manusia tidak bisa dinilai baik atau buruk berdasarkan satu kategori standar moralitas yang sama. Pernyataan tersebut dapat ditarik dari Gon sebagai perwujudan dari inkonsistensi manusia dalam berfikir, berkata, bertindak, memandang atau menilai segala sesuatu berdasarkan latar belakang dan pengalaman kognitif.

Anime is one of a form of popular media that originated in Japan and has achieved global popularity. Many from it, a Shounen anime titled HunterxHunter is well-regarded with having a realistic and humane characterization compared to other Shounen titles. HunterxHunter often puts its characters through moral dilemmas to expose each of its character personalities to some certain point. One of the main characters, Gon Freecss is the character that will be explored in depth in this study. In this research, some evidence was found which indicated that there were odd things about Gon's way of looking at things or towards other individuals. Therefore, the writer aims to analyze the morality of the Gon Freecs character in the HunterxHunter (2011) anime adaptation. This research would be conducted qualitatively using Peircean Semiotics method to guide the interpretation process and refers to David Hume’s ideas of morality to elucidate the character analysis of Gon Freecss. The results of this study implies that human cannot be judged as good or bad based on the same standard category of morality. This statement can be drawn from Gon as a manifestation of human inconsistency in thinking, conferring, acting, looking at or judging everything based on personal background and cognitive experience.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Edelweisa
"Media memiliki pengaruh besar pada era sekarang ini. Salah satu media tersebut adalah Anime yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dan harapan. Salah satunya adalah dengan adanya female gaze atau sudut pandang perempuan dalam Anime Free! Iwatobi Swim Club. Konsep female gaze yang berkaitan erat dengan adanya manifestasi dan kepuasan emosional perempuan ini juga menjadi salah satu alasan bahwa dapat terjadi objektifikasi pada tokoh lakilaki dalam anime ini. Objektifikasi membuat seseorang dapat dipergunakan, dimanipulasi, dan dikontrol layaknya barang. Objektifikasi biasanya lebih umum dan sering dialami oleh perempuan atas tubuh mereka. Namun demikian, hal itu tidak menutup adanya objektifikasi pada laki-laki. Akibat dari objektifikasi tersebut, laki-laki jadi memiliki standar visual dan sikap tertentu yang tertanam dalam dirinya. Penelitian ini akan menganalisis dan membahas tentang bagaimana objektifikasi juga dapat terjadi pada tokoh laki-laki walaupun dilihat melalui konsep female gaze serta bagaimana dampak dari objektifikasi tersebut baik di dalam maupun luar media Anime Free! Iwatobi Swim Club. Melalui analisis teks dan sinematografi dengan teori female gaze, analisis dilakukan dalam rangka membuktikan adanya objektifikasi pada tokoh dalam Anime Free! Iwatobi Swim Club. Dengan demikian, anime ini menghadirkan adanya objektifikasi pada tokoh laki-laki yang dilakukan oleh perempuan sebagai pemenuhan keinginan atas kriteria ideal laki-laki.

Media has a significant influence in today's era. One of the mediums is Anime, which can be used to convey messages and aspirations. Such as through the Female gaze in the Anime Free! Iwatobi Swim Club. The concept of female gaze, closely related to the manifestation and emotional satisfaction of women, is also one of the reasons objectification can occur towards male characters in this anime. Objectification is the way someone looks at another subject as usable, manipulable, and controllable like an object. Objectification is more commonly and frequently experienced by women regarding their bodies. However, men are not excluded from this. As a result of such objectification, men develop specific visual standards and attitudes ingrained within them. This research will analyze and discuss how objectification can also happen to male characters through the lens of female gaze. Moreover, what are the impacts of such objectification both within and beyond the Free! Iwatobi Swim Club AnimeAnime. Through textual and cinematographic analysis using the theory of female gaze, this study aims to demonstrate the presence of objectification towards characters in Anime Free! Iwatobi Swim Club. Moreover, this anime presents objectification towards male characters carried out by women as a fulfillment of the criteria for an idealized male."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Afandi
"Penulis akan menganalisa karakter Ryu dan Ken dalam seri pertama film Street Fighter: Assassin’s Fist untuk memperlihatkan bagaimana Orientalisme dibentuk dan diangkat di dalam seri tersebut. Mengamati kedua karakter tersebut menggunakan konsep Orientalisme dari Said dan Face-threatening Acts (FTAs) dari Brown dan Levinson, penulis akan membahas bagaimana Orientalisme dihadirkan selama sesi pertama film seri tersebut dan bagaimana FTAs berhubungan dengan Orientalisme. Penemuan di dalam penelitian ini membuktikan bahwa ada ambivalensi ketika menentukan manakah dari kedua karakter tersebut yang merupakan representasi dari Barat dan dari Timur.

The author will analyze Ryu and Ken’s characters in the first season of Street Fighter: Assassin’s Fist movie series to show how Orientalism is constructed and brought up in the series. In examining the characters, using Said’s Orientalism and Brown and Levinson’s Face-Threatening Acts (FTAs), the author will discuss how Orientalism is presented throughout the first season of the series and how FTAs are related to Orientalism. The finding of this research is that there is ambivalence in terms of determining which of the two characters is the representation of the West and vice versa.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Maharani
"Anime Kuragehime (2010) karya Akiko Higashimura merupakan adaptasi dari manga yang sebelumnya telah ditulis oleh penulis yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis identitas gender pada karakter Kuranosuke Koibuchi dalam anime Kuragehime dan respon yang diterima olehnya dari lingkungan sekitar. Dalam penelitian ini, teori performativitas gender oleh Judith Butler (1999) dan metode penelitian semiotika Charles Sanders Pierce digunakan sebagai landasan teoritis dan metodologis. Hasil analisis ditemukan bahwa elemen-elemen seperti pakaian, gaya rambut, dan ekspresi wajah Kuranosuke membentuk makna mendalam terkait identitas gender karakter tersebut. Perubahan penampilan Kuranosuke seperti layaknya seorang wanita menjadi representasi dinamika performativitas gender. Temuan penelitian ini menegaskan bahwa identitas gender bukanlah entitas statis, melainkan konstruksi sosial yang terus berubah melalui tindakan performatif yang berulang dan dinamis.

The anime Kuragehime (2010) by Akiko Higashimura is an adaptation of a manga previously written by the same author. This research aims to analyze the gender identity of the character Kuranosuke Koibuchi in the anime Kuragehime and the responses received from his surrounding environment. In this study, the theoretical framework and methodology involve Judith Butler's (1999) gender performativity theory and Charles Sanders Pierce's semiotic research method. The analysis results indicate that elements such as clothing, hairstyle, and facial expressions of Kuranosuke form profound meanings related to the gender identity of the character. Kuranosuke's changes in appearance, resembling that of a woman, serve as a representation of the dynamics of gender performativity. The research findings affirm that gender identity is not a static entity but a social construction that continually evolves through repeated and dynamic performative actions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>