Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175643 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggi Kurniawan Alfarisi
"ABSTRAK
Stres kerja merupakan psychological hazard yang terkadang tidak terlihat, dan
tidak diperhatikan oleh managemen perusahaan, padahal dampak dari bahaya
psikososial tersebut jika tidak segera direspon dalam jangka waktu tertentu dapat
menimbulkan dampak yang merugikan. Tenaga Analis Kesehatan merupakan
salah satu pekerja yang berisiko mengalami stres kerja, dikarenakan rutinitas
pekerjaannya yang monoton dan selalu berinteraksi dengan bahaya biologis
merupakan salah satu faktor penyebab stres kerja. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada
Tenaga Analis Kesehatan di laboratorium X. Dari hasil penelitian, diketahui
faktor-faktor yang menyebabkan stres kerja pada tenaga Analis kesehatan di
Laboratorium X adalah beban kerja, rutinitas kerja, jadwal kerja, dan bahaya
biologis.

ABSTRACT
Work stress is psychological hazard that are sometimes not seen, and go
unnoticed by the management company, but the impact of the psychosocial
hazards if not immediately responded in a certain period of time can cause adverse
impacts. Health Analyst is one of the workers at risk of occupational stress, due to
the monotonous routine work and always interacting with biological hazards is
one of the causes of work stress. The purpose of this study was to determine the
factors associated with work stress on Health Analyst at X Laboratory. From the
research lab, the causes factors of work stress on health Analyst at X Laboratory
are the workload, work routines, work schedules, and biological hazards ."
2016
S62681
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthiah
"PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata dan properti. Karyawan dituntut untuk terus meningkatkan kualitas layanan sesuai dengan ekspektasi konsumen dan organisasi sehingga tidak terlepas dari stres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor bahaya psikososial yang berhubungan dengan stres kerja menggunakan desain studi cross sectional pada 107 responden.
Hasil penelitian menunjukkan 49,5% responden mengalami stres tinggi. Faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan stres kerja pada karyawan adalah perkembangan karir, kepuasan kerja, hubungan interpersonal, desain kerja, beban kerja. tidak ada hubungan yang signifikan antara kontrol pekerjaan dan jadwal kerja dengan stres kerja.

PT. X is a company of tourism and property industry. The employees are required to continuously improve the quality of services in accordance the expectation of customers and organization that cause stress of work. This study aims to analyze the association between psychosocial hazards and work related stress using a cross sectional study on 107 respondents.
The result showed 49.5% of respondents experiencing high stress. Psychosocial factors significantly associated with work-related stress on employees are career development, job satisfaction, interpersonal relationship, task design and workload. There was no significantly associated job control, and work schedule with work-related stress.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Laelasari, translator
"[ABSTRAK
Stres kerja merupakan salah satu masalah kesehatan dan kesalamatan kerja yang dapat dialami oleh pekerja di semua sektor dan berpotensi menimbulkan gangguan psikosomatik. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres kerja adalah kondisi pekerjaan berupa konten dan konteks pekerjaan, karakteristik individu, dan kondisi situasional. Studi ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan stres kerja pegawai di lingkungan Unit ‘X’ Badan Litbang Kesehatan. Populasi pegawai dibedakan berdasarkan perbedaan jabatan, yaitu fungsional umum dan fungsional peneliti yang memiliki tugas, tanggung jawab, dan tekanan pekerjaan yang berbeda. Disain penelitian adalah cross sectional. Metode yang digunakan adalah sequential explanatory, yaitu pengumpulan data kuantitatif melalui kuesioner terstuktur dan pengumpulan data kualitatif dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian menemukan perbedaan prevalensi tingkat stres yang signifikan antara pegawai fungsional umum dan fungsional peneliti. Dari pegawai yang mengalami stres, lebih banyak 3,7 kali fungsional umum dibandingkan fungsional peneliti. Faktor karakteristik individu yang berhubungan dengan stres kerja adalah usia dan jabatan. Faktor karakteristik pekerjaan dan situasional yang berhubungan dengan stres kerja pegawai fungsional umum adalah beban kerja, jam kerja, gaya manajemen, hubungan interpersonal, ergonomi, dan perjalanan, sedangkan pada pegawai fungsional peneliti adalah beban kerja, rutinitas, gaya manajemen, aturan kerja, ergonomi, interaksi antara keluarga dan pekerjaan, dan perjalanan. Hal yang berkaitan dengan konteks pekerjaan juga dapat menyebabkan stres kerja pegawai. Diperlukan penanggulangan stres yang komprehensif untuk pegawai dan instansi untuk mengurangi tingkat stres pegawai.

ABSTRACT
Work stress is one of occupational problems that can be experienced in any sector of job and potensially cause psychosomatic disorder to employees. Factors that related to work stress are job conditions, individual characteristics, and situational conditions. The aim of this study is to analyze risk factors related to work stress of employee in Unit ‘X’ National Institute of Health Research and Development. Population of this study is divided into two different work functions with different tasks, responsibilities, and work pressures, i.e. administrative and research. The design of this study is cross sectional. The method of data collection is sequential explanatory. Quantitative data was collected using structured questionnaire and qualitative data was obtained through in depth interview. The result found significant difference of stress level prevalence between administrative staff and researcher. Adinistrative staff has 3.7 higher ratio of work stress. Individual factors related to work stress are age and function. Situational and job factors related to work stress of administrative staff are work load, work hour, management style, interpersonal relationship, ergonomy, and trip to office while in researchers are work load, rutinity, management style, work rules, ergonomy, work-family interaction , and trip to office. Job contexts were also indicated and give contribution to stress of employee. Comprehensive stress coping is needed for worker and organization in order to reduce stress problem., Work stress is one of occupational problems that can be experienced in any sector of job and potensially cause psychosomatic disorder to employees. Factors that related to work stress are job conditions, individual characteristics, and situational conditions. The aim of this study is to analyze risk factors related to work stress of employee in Unit ‘X’ National Institute of Health Research and Development. Population of this study is divided into two different work functions with different tasks, responsibilities, and work pressures, i.e. administrative and research. The design of this study is cross sectional. The method of data collection is sequential explanatory. Quantitative data was collected using structured questionnaire and qualitative data was obtained through in depth interview. The result found significant difference of stress level prevalence between administrative staff and researcher. Adinistrative staff has 3.7 higher ratio of work stress. Individual factors related to work stress are age and function. Situational and job factors related to work stress of administrative staff are work load, work hour, management style, interpersonal relationship, ergonomy, and trip to office while in researchers are work load, rutinity, management style, work rules, ergonomy, work-family interaction , and trip to office. Job contexts were also indicated and give contribution to stress of employee. Comprehensive stress coping is needed for worker and organization in order to reduce stress problem.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riki Johari
"Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di laboratorium terutama di bagian Mikrobiologi merupakan hal penting yang harus dijalankan, dimana laboratorium di bagian Mikrobiologi merupakan salah satu tempat kerja yang mengandung bahaya kesehatan mudah terjangkit penyakit, risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Tujuanya adalah diketahuinya tingkat risiko K3 pada aktivitas pemeriksaan sampel yang rutin dilakukan seperti pemeriksaan kultur darah, sputum dan memberikan rekomendasi. Tahapan manajement risiko dilakukan berdasarkan pendekatan manajemen risiko AS/NZS 4360:2004, metode identifikasi hazard yang digunakan adalah Generic Model dan untuk penentuan level risiko metode analisa risiko semikuantitatif mengunakan nilai berupa skor berdasarkan W.T. Fine dalam Cross Jean, 1998. Existing risk (dengan memperhitungkan pengendalian yang telah ada) pada aktivitas pemeriksaan kultur darah dan sputum dikelompokan menurut tahapan kerja dan dilakukan skoring berdasarkan Fine untuk menentukan level risikonya, didapatkan level risiko Besar sebanyak 13, level risiko Prioritas 3 sebanyak 17, dan level risiko Diterima sebanyak 6. Untuk mengurangi risiko K3 pada petugas analis kesehatan di bagian Mikrobiologi dilakukan engineering control, administrative control, dan alat pelindung diri (APD).

Implementation of Occupational Health and Safety in the Microbiology laboratory is especially important to be performed, where the Microbiology laboratory isone of workplace helath hazards easily contract the disease, the risk of occupational accidents and occupational diseases. The aim is to know the level of risk k3 activity routine sample check such as checking blood culture, sputum and provide recommendations. Stages of Management of risk approach to risk management i based on AS/NZS 4360:2004, hazard identification methods used are Generic Model for determinaation of the level of risk and risk analysis methods semiquantitatively using a score based on the value in WT Fine in Jean Cross, 1998. Existing risk (taking into account existing controls) on the activityof blood and sputum culture examination are grouped according to the stages of labor and scoring done by Fine to determine the level of risk, Great risk levels obtained were 13, the risk level Priority 3 as many as 17, and as Acceptable risk levels 6. To reduce the risk of K3 on workers health analyst at the Microbiology conducted engineering controls, administrative controls, and personal protective equipment (PPE)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44946
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Adytra
"Pembangunan infrastruktur di Indonesia saat ini sedang banyak berkembang, khususnya pembangunan gedung yang dapat memfasilitasi kebutuhan berbagai sektor industri maupun pemerintahan. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan tersebut, aspek keselamatan dan kesehatan kerja juga naik sebagai isu utama yang menjadi perhatian dan memicu penelitian ini dilakukan. Hal ini juga didasari bahwa dalam dekade terakhir terjadi sederetan insiden dan kecelakaan kerja dengan berkaitan dengan kelelahan yang terjadi di sektor konstruksi gedung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja subyektif di proyek gedung PT X di DKI Jakarta dan wilayah satelitnya. Penelitian ini didesain secara potong lintang dan dilakukan terhadap 124 orang responden melalui pengisian kuesioner yang dikelola sendiri untuk menilai karakteristik individu dan status gizi. Kelelahan subyektif diukur dengan kuesioner Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang yang berisi 30 butir pertanyaan. Kondisi tidur diukur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk kualitas tidur dan kuesioner Sleep Hygiene Index (SHI) untuk sleep hygiene. Faktor psikososial diukur menggunakan kuesioner Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) III. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok, jenis pekerjaan, Indeks Massa Tubuh, kualitas tidur, sleep hygiene, dan faktor psikososial terhadap kelelahan kerja subyektif. Akan tetapi, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kelelahan kerja subyektif dengan usia, status pernikahan, riwayat penyakit, perilaku olahraga, masa kerja, perilaku konsumsi air putih, perilaku konsumsi kopi, perilaku konsumsi gorengan, dan perilaku konsumsi minuman energi.

The construction of infrastructure in Indonesia has been developing lately, especially building construction which support the needs of various industrial and governmental sectors. Furthermore, alingside that development, occupational safety and health rise up to be one of the main issues of concern which prompts this research to be done. This is also based on the fact that in the last decade there has been a lot of work incidents and accidents related to worker fatigue that happened in building construction. This research aims on finding the factors associated with subjective work fatigue of PT X in DKI Jakarta and its satellite areas. The design of this research was cross sectional on 124 individuals through self-administered baseline questionnaire to measure individual characteristics and nutritional status. Subjective work fatigue was measured by Japanese Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) 30-item questionnaire. Sleep condition was measured using Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire to measure sleep quality and Sleep Hygiene Index (SHI) questionnaire to measure sleep hygiene. Psychosocial factors were measured using the Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) III. Results showed that there was a significant relationship between subjective work fatigue and each of smoking behavior, type of work, Body Mass Index, sleep quality, sleep hygiene, and psychosocial factors. However, there was no significant relationship between subjective work fatigue and age, marital status, disease history, exercise habit, length of work, water consumption habit, coffee drinking habit, fried food consumption habit, and energy drink consumption habit."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lena Tresnawati
"Latar Belakang: Distres merupakan bentuk negatif dari psikososial, dimana sumber distres dapat berasal dari faktor pekerjaan itu sendiri, faktor keluarga dan sosial, serta faktor individu. Beberapa kejadian mengindikasikan terjadinya distres pada mekanik di PT. X. Indikasi tersebut terlihat dari gejala fisiologis, psikologis, perilaku, dan kognitif yang timbul dari pekerja.
Tujuan: Menganalisis tingkat distres kerja dan faktor-faktor yang berhubungan terhadap tingkat distres pada mekanik di PT. X.
Metode: Penelitian menggunakan desain studi cross sectional, dilakukan pada seluruh mekanik di PT. X sejumlah 37 pekerja, dan analisis data menggunakan uji chi square serta regresi logistik.
Hasil: Faktor yang berhubungan terhadap tingkat distres adalah budaya dan fungsi organisasi, hubungan interpersonal, tekanan kerja, work family conflict, desain tugas, jadwal dan jam kerja, intensitas olahraga, kecemasan, pengendalian emosi, serta kebiasaan merokok. Faktor pengendalian emosi paling berpengaruh terhadap distres dengan Exp(B) 0,34.
Kesimpulan: Berbagai faktor memiliki hubungan terhadap tingkat distres pada mekanik di PT. X sehingga perlu dilakukan tindakan yang mampu menurunkan risiko distres seperti pengaturan lembur dan pemberian pelatihan.

Background: Distress is a negative form of psychosocial. It can be caused by work factors, family and social factors, and individual factors. Several cases indicate the occurrence of mechanical distress at PT. X. The indications showed from the physiological, psychological, behavioral, and cognitive symptoms that arise from the workers.
Objective: To analyze the associated factors with distress level of mechanics at PT. X.
Methods: Used a cross sectional design study, carried out on all mechanics at PT. X with number of 37 workers, data analysis using chi square test and logistic regression.
Results: Factors related to the distress level are organizational culture and function, interpersonal relationships, work pressure, work family conflict, task design, working hours and scheduler, exercise intensity, anxiety, emotional control, and smoking habits. Emotional control factor has the most associated on distress with Exp(B) 0.34.
Conclusion: Various factors have a relationship with the distress level of mechanics at PT. X so it is necessary to take actions that can reduce the risk of distress such as overtime program and providing training.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Ronggo Dwi Wibowo
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gambaran stres kerja dan faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada perawat di rumah sakit Bhayangkara Tk. III Anton Soedjarwo Pontianak Tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan desain studi cross sectional. Sampel penelitian ini adalah perawat di rumah sakit Bhayangkara Tk. III Anton Soedjarwo Pontianak. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner online dan wawancara. Analisis data dilakukan secara statistik deskriptif dan inferensial dengan menggunakan uji analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 24,4% perawat mengalami stres kerja dan terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja, ambiguitas peran, hubungan interpersonal, usia, jenis kelamin, masa kerja dengan stres kerja. Pihak rumah sakit Bhayangkara Tk. III Anton Soedjarwo Pontianak diharapkan agar memperhatikan tingkat stres kerja yang dialami perawatnya dan membuat strategi serta tindakan untuk mengendalikan faktor-faktor yang dapat berhubungan stres kerja.

This study aims to analyze the description of work stress and the factors of work-related stress on nurses at Bhayangkara Tk. III Anton Soedjarwo Pontianak in 2022 Hospital. This research uses quantitative research methods with a cross sectional study design approach. The sample of this study were nurses at Bhayangkara Tk. III Anton Soedjarwo Pontianak Hospital. Data were collected by filling out online questionnaires and interviews. Data analysis was carried out by descriptive and inferential statistics using logistic regression analysis. The results showed that as many as 24.4% of nurses experienced work stress and there was a significant relationship between workload, role ambiguity, interpersonal relationships, age, gender, years of employment with work stress. The Bhayangkara Tk. III Anton Soedjarwo Pontianak Hospital is expected to pay attention to the level of work stress experienced by nurses and make strategies and actions to control factors that can relate to work stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Yulita
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko stres kerja pada pekerja kesehatan di remote site. Peneliti melakukan studi potong lintang pada Januari-Juni 2023 dengan melibatkan 103 responden dari berbagai industri. Peneliti menggunakan instrumen penelitian COPSOQ III untuk mengukur stres kerja dan faktor risikonya. Pada 103 responden industri Oil & Gas, pertambangan, dan konstruksi menunjukkan usia, durasi shift, dan lama kerja tidak berhubungan signifikan dengan stres kerja. Namun, jenis industri dan jenis kelamin memiliki hubungan signifikan dengan jenis stres tertentu. Pekerja kontrak lebih cenderung mengalami stres kerja, burnout, dan stres kognitif. Faktor risiko psikososial seperti tuntutan pekerjaan, konflik peran, kecepatan kerja, dan tuntutan emosional juga berhubungan dengan stres kerja. Tuntutan pekerjaan, kecepatan kerja, dan konflik peran mempengaruhi skor stres kerja, menjelaskan 26,5% variasi skor stres. Pekerja pelayanan kesehatan di remote site PT. X mengalami stres kerja yang signifikan, dipengaruhi oleh faktor seperti beban kerja, kecepatan kerja, dan konflik peran. Berdasarkan temuan ini, disarankan agar ada penyesuaian beban kerja, fleksibilitas shift kerja, dukungan sosial, serta kejelasan peran dan penghargaan untuk mengurangi stres kerja. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memahami dan menangani stres kerja di kalangan pekerja pelayanan kesehatan, khususnya di remote site.

This study aims to analyze the risk factors of occupational stress among healthcare workers in remote sites. The researchers conducted a cross-sectional study in January-June 2023 involving 103 respondents from various industries. The COPSOQ III research instrument was used to measure occupational stress and its risk factors. Out of the 103 respondents in the Oil & Gas, mining, and construction industries, it was observed that age, shift duration, and length of service were not significantly related to occupational stress. However, the type of industry and gender were significantly related to certain types of stress. Contract workers were more likely to experience occupational stress, burnout, and cognitive stress. Psychosocial risk factors such as job demands, role conflicts, work pace, and emotional demands were also associated with occupational stress. Job demands, work pace, and role conflicts influenced occupational stress scores, explaining 26.5% of the stress score variation. Healthcare workers in remote sites at PT. X experienced significant occupational stress, influenced by factors such as workload, work pace, and role conflicts. Based on these findings, it is suggested that adjustments be made to workload, shift flexibility, social support, as well as role clarity and rewards to reduce occupational stress. Further research is needed to understand and address occupational stress among healthcare workers, especially in remote sites."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Janti Undari
"Latar belakang dan Tujuan
Rumah sakit tidak bisa dipisahkan dari peran para perawatnya. Kini rumah sakit lebih rnenyarupai suatu industri kesehatan dengan segala tuntutan maupun dampaknya, antara lain stres kerja yang berinteraksi dengan faktor-faktor sosiodemografis, kardiavaskuler, dan lingkungan dapat menjadi salah sate penyebab timbulnya hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hipertensi dikaitkan dengan faktor stresor kerja dan faktor lain yang berhubungan pada perawat di suatu rumah sakit di Jakarta
Metode
Penelitian ini menggunakan disain potong lintang, dengan pendekatan analisa rev-Iasi Cox. N1mgal:km1 diagnose hiperteasi sesuai kritaria dalarn The Seventh Report of The Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation, And Treatment of High Blood Pressure (JNC VII). Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik sosiodemograli, karakteristik lingkungan kerja, pengukuran tekanan darah, pengukuran indeks masa tubuh (oleh Laboratory Unit SEAMED-TROPMED RCCN - UI), dan pengukuran sires kerja dengan menggunakan kuesioner Survai Diagaastik Sires. Penelitian dilaksanakan pada 233 perawat suatu tumah sakit di Jakarta, tahun 2006.
Hasil
Dari 233 subjek penelitian 85 orang dikeluarkan dengan kriteria prahipertensi, selanjutaya dari pengoiahan 148 subjek diperoleh 37 (15,8%) subjek dengan hipertensi stadium 1 & 2. Risiko hipertensi berkaitan dengan stresor kerja ketaksaan peran secara moderat (RR suaian=1,95; 95%CI=0,98-3,86; p=0,055). Faktor yang berpengaruh secara bermakna terhadap risiko hipertensi meliputi: jenis kelamin dimana laki-laki memiliki risiko hampir 4 kali lipat menderita hipertensi dibandingkan perempuan (RR suaian=3,85; 95%CI=1,90-7,80; p=0,000); indeks masa tubuh berlebih 1 gemuk memiliki risiko 2,25 kali lipat untuk menderita hipertensi dibandingkan normal (RR suaian=2,25; 95%CI=1,08-4,69; p=0,030); serta masa kerja lebih dari 21 tahun berisiko 2,32 kali lipat untuk menderita hipertensi dibandingkan mereka yang mesa kerjanya kurang dari 10 tabun (RR suaian2,32; 95%CI=1,03-5,17; p O,007), sedangkan mesa kerja lebih dad 10 tahun-20 tahun (RR suaian'2,22; 95%CI=0,91-5,41; p=1,101) dan adanya keluarga sedarah yang menderita hipertensi (RR suaian=1,76; 95%CI=0,88-3,51; p=0,105) berpengaruh secara moderat (p< 0,25).
Kesimpulan
Stresor kerja ketaksaan peran mempertinggi risiko hipertensi secara moderat, faktor sosiodemografis lebih berperan oleh karena itu perlu intervensi yang tepat untuk mencegahnya.

Background
Hospital service including nursing service as one of its major role, is now changing from just health and care of patients into health industries with high demznds and responsibilities. This situation an create job stresses, which may produce hypertension when interacted with sociodemographic, genetic, cardiovascular and environmental factors. The objective of this study is to obtain the relationship between hypertension and job stress and other associated factors among nurses in X hospital.
Methods
This study used cross-sectional methods with Cox's-regression analyses, for 233 nurses in a semi military hospital in Jakarta, in 2006. Hypertension was diagnosed in accordance to The Seventh Report of The Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation, And Treatment Of High Blood Pressure (INC V'1) criteria. Collected data included sociademographic-environmental characteristics, BP and BMI measurements (HMI measured by Laboratory Unit SEAMEO-TROPMED RCCN - UI), and job stressors characteristics measured with an Indonesian version of The `Survei Diagnostik stres' questionnaire. Adjustments were made far possible confounders. The analyses were repeated for stratified categories of role ambiguity, gender, BMI, and familial traits for hypertension.
Results
The study revealed that from 233 subject 37 (15,8%) was diagnosed for hypertension stage 1 & 2. The analyses was on 148 subjects as 85 were excluded due to being diagnosed for Prehypertens ion. A moderate relationship was found between the risk of hypertension and the role ambiguity as job stresor (RR adjuste&1,95; 95%CI=0,98-3,86; per,055). Other factors showed strong relationship with hypertension due to job stresses are: "gender. malt has nearly 4 times to get risk of hypertension compared to female (RRa' 3,85; 95%CI=1,90-7,80; p=0,000); 2 BMI greater than 25 kgfm2 (RRa-2,25; 95%CI=1,08-4,69; p=0,030); 33 working at the same place more than 20 years (RRa=,32; 95%CI=1,03-5,17; p-A007). On the other hand working more than 10 years (RRa 2,22; 95%CI=0,91-5,41;p=0,101) and familial trait for hypertension (R.Rt 1,76; 95%CI=0,88-3,51; p=0,105) show a moderate relationship to hypertension due to job stress.
Conclusion:
Role ambiguity as a part of job stressors moderately increases the risk of hypertension, while genetic - sociodemographicfactors play more important roles in increasing the risk. Therefore, intervention is greatly needed to manipulate genetic-sociodemogragphic factors to prevent hypertension with its side effects.
Abbreviations:
BP, blood pressure; BM1, body mass index; SEAMEO-TROPMED RCCN - UI, Southeast Asian Ministers of Education Organization -- Tropical Medicine and Public Health regional Center fo Community Nutrition - University of Indonesia; RRa, relative risk adjusted.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T17702
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amita Rahma Shintyar
"Stres kerja adalah kondisi yang menyebabkan karyawan merasa tertekan, bosan, dan tidak nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Sekitar 50-60% dari hari kerja yang hilang disebabkan oleh stres kerja dan jumlah ini cenderung meningkat di Eropa. Semenjak merebaknya COVID-19, seluruh negara di dunia mulai memberlakukan Work from Home (WFH) atau bekerja dari rumah. Oleh karena situasi yang mendesak, WFH dapat berpotensi menjadi stressor bagi pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat stres kerja dan hubungan antara karakteristik pekerja serta penerapan WFH pada pekerja PT LTI yang bekerja dari rumah selama masa pandemic COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan menggunakan kuesioner stres kerja NIOSH Generic Job Stres Questionnaire dan kuesioner pelaksanaan WFH dari ILO yang didistribusikan secara daring kepada 62 responden. Sebanyak 66,1% responden mengalami stres kerja ringan. Variabel karakteristik pekerja yang terbukti signifikan memiliki hubungan dengan stres kerja pada penelitian ini adalah jumlah anak, usia anak dan lokasi kerja. Pada variabel penerapan WFH variabel yang terbukti signifikan memiliki hubungan dengan stres kerja adalah kesejahteraan dan produktivitas pekerja yaitu pada elemen pertanyaan: digitalisasi dan implikasi hukum serta kontrak kerja. Hambatan dalam bekerja memiliki hubungan yang signifikan sedangkan variabel kepercayaan dan budaya organisasi tidak memilki hubungan yang signifikan dengan stres kerja.

Job stress is a condition that causes employees to feel pressured, bored, and uncomfortable when doing work. About 50-60% of all lost workdays are caused by work stress and this number is increased in Europe. Since the outbreak of COVID-19, all countries in the world have started implementing WFH (work from home). Due to the urgency of the situation, WFH can potentially be a stressor for workers. This study aims to analyze the level of work stress and the relationship between worker characteristics and the application of WFH to PT LTI Work From Home Worker’s during pandemic COVID-19. This study used a cross sectional approach using the NIOSH Generic Job Stress Questionnaire and the ILO's WFH implementation questionnaire distributed using G-form to 62 respondents. As many as 66,1% of respondents experienced mild work stress. Variables of worker characteristics that were shown to have a significant relationships with work stress in this study were the number of children, children's age and work location. Meanwhile, in the variable of WFH implementation that were shown to have a significant relationship with work stress are the well-being and productivity of workers, on the question elements: digitalization, legal and contractual implications. The work obstacles have a significant relationship, while trust and organizational culture don’t have a significant relationship with work stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>