Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116443 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Sulistiani Adi Pekerti
"Perkembangan teknologi yang semakin maju tidak hanya memberikan manfaat, melainkan juga dapat memberikan dampak negatif, salah satunya phubbing. Phubbing merupakan suatu istilah baru yang menggambarkan suatu tindakan dimana seseorang terdorong untuk memberikan atensi pada telepon genggamnya secara berlebihan sehingga cenderung mengabaikan lawan bicaranya dalam situasi sosial. Phubbing dapat memberikan banyak dampak dalam interaksi sosial, khususnya kepuasan pertemanan yang penting pada periode emerging adulthood sebagai pengguna paling aktif telepon genggam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara phubbing dengan kepuasan pertemanan pada emerging adulthood. Responden dari penelitian ini sebanyak 166 orang mahasiswa berusia 18-25 tahun yang berdomisili di Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Data diperoleh dengan menggunakan metode accidental sampling.
Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara phubbing dengan kepuasan pertemanan namun berbeda dengan hipotesis awal karena hubungan yang terjadi positif (r=.187, p<0,05). Keterbatasan dari penelitian ini dan arahan untuk penelitian selanjutnya di diskusikan lebih lanjut.

The development of technology not only give benefits but also give negative effect, such as phubbing. Phubbing is a new term that refer to an action in which someone compulsively giving attention to their mobile phone until they tend to snubbing someone in social setting. Phubbing can give many impacts in social interaction, especially friendship satisfaction which is important during emerging adulthood period, as an active mobile phone users.
The purpose of this study is to find the relationship between phubbing and friendship satisfaction in emerging adulthood. This research involve 166 student in 18-25 years old who stay in Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, and Bekasi. The data are collected using accidental sampling method.
The result of this research show that the relationship between phubbing and friendship satisfaction relationship are different from initial hyphotesis because the correlation is positive (r=.187, p<0,05). Limitations of this research and directions for the future research are discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65448
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Safira
"Landasan seseorang dalam melakukan pengorbanan menjadi salah satu faktor yang menarik untuk diteliti pada emerging adulthood yang berpacaran, karena ketika berpacaran, seseorang cenderung melakukan pengorbanan untuk pasangan dan hubungan tersebut, agar hubungan dengan pasangannya menjadi puas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara motif berkorban dan kepuasan hubungan pada emerging adulthood. Data yang didapat dari 2.839 individu emerging adulthood berusia 18 - 29 (M=23.19 tahun, SD=2.68) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motif berkorban mendekat (r = .297, p < .001, one tail) maupun motif menjauh (r = -.095, p <.001, one tail) dengan kepuasan hubungan. Hasil ini berarti emerging adulthood yang melakukan pengorbanan dengan motif berkorban mendekat cenderung lebih puas dengan hubungannya dan emerging adulthood yang melakukan pengorbanan dengan motif berkorban menjauh cenderung kurang puas dengan hubungannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu individu pada tahap emerging adulthood yang sedang berada dalam hubungan romantis untuk memiliki kepuasan hubungan yang tinggi.

The underlying basis for a person to make sacrifices is one of the interesting factors to study in dating emerging adulthood. When dating, a person tends to make sacrifices for their partner and relationship in hope that it will increase the relationship satisfaction. This study aimed to determine whether there is a relationship between the motive for sacrifice and relationship satisfaction in emerging adulthood. Data obtained from 2,839 emerging adulthood individuals aged 18 - 29 (M = 23.19 years, SD = 2.68) showed that there was a significant relationship between the approach motives (r = .297, p < .001, one tail) and avoidance motives ( r = -.095, p < .001, one tail) with relationship satisfaction. This result means that emerging adults who make sacrifices with the approach motives are likely to be more satisfied with their relationship, and emerging adults who make sacrifices with the avoidance motives are less likely to be satisfied with their relationship. The results of this study are expected to help individuals at the stage of emerging adulthood who are in romantic relationships to have high relationship satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Namira Salsabila
"Pada tahap emerging adulthood, ditandakan sebagai masa instabilitas yang membuat individu kerap berganti pasangan. Padahal, hubungan yang memuaskan dapat membantu individu dalam pengembangan identitas dan tujuan serta meningkatkan kesejahteraan diri. Diketahui beberapa faktor berperan dalam kepuasan hubungan adalah motif berkorban dan rasa syukur. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara motif berkorban dan rasa syukur terhadap kepuasan hubungan berpacaran pada emerging adulthood. Alat ukur yang digunakan Investment Model Scale (IMS) untuk mengukur kepuasan hubungan, Motives of Sacrifices (MoS) untuk mengukur motif berkorban, dan The Gratitude Questionnaire-6 (GQ-6 untuk mengukur rasa syukur. 2.839 partisipan merupakan individu berusia 18-29 tahun dan sedang berpacaran dengan lawan jenis. Hasil analisis dengan korelasi Pearson memberi hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara motif berkorban mendekat (r = .297, p < .001, one-tail) dan rasa syukur terhadap kepuasan hubungan (r = .206, p < .001, one-tail). Hasil juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara motif berkorban menjauh terhadap kepuasan hubungan (r = -.095, p < .001, one-tail). Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa, dalam berpacaran di usia emerging adulhood dengan memiliki motif berkorban mendekat dan rasa syukur dapat berguna untuk meningkatkan kepuasan hubungan.

The emerging adulthood period is known as a stage of instability that causes individuals to change relationships frequently. Indeed, relationship satisfaction may help individuals develop their identity and goals while also increasing their well-being. Namely, the motives of sacrifice and gratitude have an impact on this. The purpose of this study is to investigate the relationship between the motives of sacrifice and gratitude towards dating relationship satisfaction in emerging adulthood. The measuring instruments used in this study are Investment Model Scale (IMS) to measure relationship satisfaction, Motives of Sacrifices to measure the motives of sacrifices, and The Gratitude Questionnaire-6 (GQ-6) to measure gratitude. 2,839 participants are 18-29 years old and dating the opposite sex. The results of this study, using Pearson correlation analysis, show that there is a significant positive relationship between the approach motive of sacrifice (r =.297, p.001, one-tail) and gratitude (r =.206, p.001, one-tail)  to relationship satisfaction. The results also reveal a significant negative relationship between the avoidance motives of sacrifice to relationship satisfaction (r = -.095, p.001, one-tail). This study found that while dating at the age of emerging adulthood, having approach motives of sacrifices and gratitude can be beneficial for increasing relationship satisfaction. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Safira
"Landasan seseorang dalam melakukan pengorbanan menjadi salah satu faktor yang menarik untuk diteliti pada emerging adulthood yang berpacaran, karena ketika berpacaran, seseorang  cenderung melakukan pengorbanan untuk pasangan dan hubungan tersebut, agar hubungan dengan pasangannya menjadi puas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara motif berkorban dan kepuasan hubungan pada emerging adulthood. Data yang didapat dari  2.839 individu emerging adulthood berusia 18-29 (M=23.19 tahun, SD=2.68) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motif berkorban mendekat (r = .297, p < .001, one tail) maupun motif menjauh (r = -.095, p <.001, one tail) dengan kepuasan hubungan. Hasil ini berarti emerging adulthood yang melakukan pengorbanan dengan motif berkorban mendekat cenderung lebih puas dengan hubungannya dan emerging adulthood yang melakukan pengorbanan dengan motif berkorban menjauh cenderung kurang puas dengan hubungannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu individu pada tahap emerging adulthood yang sedang berada dalam hubungan romantis untuk memiliki kepuasan hubungan yang tinggi. 

The underlying basis for a person to make sacrifices is one of the interesting factors to study in dating emerging adulthood. When dating, a person tends to make sacrifices for their partner and relationship in hope that it will increase the relationship satisfaction. This study aimed to determine whether there is a relationship between the motive for sacrifice and relationship satisfaction in emerging adulthood. Data obtained from 2,839 emerging adulthood individuals aged 18-29 (M = 23.19 years, SD = 2.68) showed that there was a significant relationship between the approach motives (r = .297, p < .001, one tail) and avoidance motives ( r = -.095, p < .001, one tail) with relationship satisfaction. This result means that emerging adults who make sacrifices with the approach motives are likely to be more satisfied with their relationship, and emerging adults who make sacrifices with the avoidance motives are less likely to be satisfied with their relationship. The results of this study are expected to help individuals at the stage of emerging adulthood who are in romantic relationships to have high relationship satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriyatun Ni`mah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perceived partner affirmation dengan forgiveness pada emerging adulthood. Sebanyak 191 responden dengan kriteria individu berusia 18 sampai 25 tahun dan sedang berpacaran minimal 6 bulan, mengisi kuesioner alat ukur partner affirmation (Partner Affirmation Scale) dan forgiveness (TRIM). Pada penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki perceived partner affirmation rata-rata dan forgiveness yang tinggi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara perceived partner affirmation dengan forgiveness (r = -0,208 , p < 0,05).

The aim of this research was to examine the relationship between perceived partner affirmation and forgiveness among emerging adulthood. A total of 191 respondents age 18-25 years old, currently involved in a dating relationship for minimum 6 months, complete questionnaires on partner affirmation (partner affirmation scale) and forgiveness (TRIM Inventory). In this research, the results points out that the respondents have moderate perceived partner affirmation and high motivation on forgiveness. The result of this research also indicate a positive and significant relationship between perceived partner affirmation and forgiveness (r = -0,208 , p < 0,05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60267
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syannia Tasha Indra Putri
"Hubungan romantis seperti berpacaran merupakan salah satu bentuk hubungan yang dikembangkan oleh umat manusia. Setiap pasangan yang sedang menjalani hubungan berpacaran pasti ingin memiliki hubungan yang memuaskan di mana hubungan tersebut membutuhkan upaya yang berkelanjutan.Terkadang individu menerima secara cuma-cuma upaya yang dilakukan pasangan karena dianggap sebagai bare minimum dan individu tidak mengapresiasi upaya tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara apresiasi pasangan dan kepuasan hubungan berpacaran. Penelitian ini menggunakan Appreciation in Relationship (AIR) Scale untuk mengukur apresiasi dan Couple Satisfaction Index (CSI[16]) untuk mengukur kepuasan hubungan. Hasil teknik korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara apresiasi pasangan dan kepuasan hubungan (rs = .683, n = 230, ps < 0.01, one tailed). Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa, pada usia emerging adult yang sedang menjalani hubungan berpacaran, perasaan diapresiasi pasangan dapat berguna untuk meningkatkan hubungan yang memuaskan.

Romantic relationships such as dating is a form of relationship developed by mankind. Every couple who is in a dating relationship wants to have relationship satisfaction where it requires continuous effort. Sometimes individuals accept the efforts made by their partner for granted because they are considered a bare minimum and individuals do not appreciate these efforts. This study aims to examine the relationship between partner’s appreciation and relationship satisfaction. In this study, Appreciation in Relationship (AIR) Scale used to measure appreciation and Couple Satisfaction Index (CSI[16]) used to measure relationship satisfaction. Spearman correlation technique’s result showed a positive and significant relationship between partner’s appreciation and relationship satisfaction (rs = .683, n = 230, ps < 0.01, one tailed). Therefore, this study found that the feeling of being appreciated by a partner can bep useful to increase satisfaction in dating relationship among emerging adults."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa Ayuki Andini
"Di era digital sekarang dimana banyak orang menggunakan ponsel, memungkinkan terjadinya partner phubbing, yaitu pengabaian oleh pasangan sebagai lawan bicara karena ia terlalu sibuk dengan ponselnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan partner phubbing dan kepuasan perkawinan serta peran self-esteem sebagai moderator. Partisipan terdiri dari 519 orang Indonesia, berstatus menikah, usia 20-65 tahun, yang terdiri dari 219 laki-laki dan 300 perempuan, dan menggunakan ponsel dalam keseharian. Data dikumpulkan dengan ENRICH Marital Satisfaction (EMS), Partner Phubbing Scale, dan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSE). Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif antara partner phubbing dan kepuasan perkawinan (r(517) = -0,346, p<0,01, korelasi positif antara self-esteem dan kepuasan perkawinan (r(517) = 0,288, p<0,01), namun tidak ditemukannya efek moderasi self-esteem pada hubungan partner phubbing dan kepuasan perkawinan (b3= -1,77, se=0,15, p>0,05).

In today's digital era where many people use cell phones, partner phubbing can occur, that is, neclect by the partners because they are busy with their cell phones. This study aims to investigate the relationship between partner phubbing and marital satisfaction and the role of self-esteem as a moderator. Participants were 519 Indonesians married, 20-65 years old consisting of 219 men and 300 women, use cell phones on daily basis. Data were collected with ENRICH Marital Satisfaction (EMS), Partner Phubbing Scale, and Rosenberg Self-Esteem Scale (RSE). The result showed a negative correlation between partner phubbing and marital satisfaction (r(517) = -0,346, p<0,01), a positive correlation between self-esteem and marital satisfaction (r(517) = 0,288, p<0,01), but no self-esteem moderation was found on the relationshipship between partner phubbing and marital satisfaction (b3= -1,77 ,se=0,15, p>0,05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alikha Rizkya
"Fenomena partner phubbing mulai diteliti sejak penggunaan ponsel pintar dan internet terus meningkat. Partner phubbing merupakan perilaku individu yang mengabaikan pasangannya dalam komunikasi karena lebih memperhatikan ponselnya, dan perilaku ini dapat mempengaruhi berbagai hubungan antar manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara partner phubbing dan kepuasan perkawinan dengan kecerdasan emosional sebagai moderator. Penelitian dilakukan secara daring kepada 522 orang yang sudah menikah, berusia 20 - 65 tahun, dan menggunakan ponsel dalam kehidupan sehari-harinya. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif antara artner phubbing dan kepuasan perkawinan, hubungan positif antara kecerdasan emosional dan kepuasan perkawinan dan hubungan negatif antara partner phubbing dan kecerdasan emosional. Namun kecerdasan emosional tidak berperan sebagai moderator pada hubungan antara partner phubbing dan kepuasan perkawinan.

The partner phubbing phenomenon has been investigated since the use of smart phones and the internet continues to increase. Partner phubbing is an individual behavior that ignores their partner in communication because they pay more attention to their cellphones, and this behavior can affect various relationships between people. This study aimed to determine the relationship between partner phubbing and marital satisfaction with emotional intelligence as a moderator. The study was conducted online on 522 people who were married, aged 20 - 65 years, and used cellphones in their daily lives. The results showed a negative relationship between partner phubbing and marital satisfaction, a positive relationship between emotional intelligence and marital satisfaction and a negative relationship between partner phubbing and emotional intelligence. But emotional intelligence did not act as a moderator in the relationship between partner phubbing and marital satisfaction.>"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virda Aulia
"

Perkembangan teknologi komunikasi digital dapat memberikan dampak negatif pada hubungan antar manusia, misalnya partner phubbing, atau perilaku individu yang lebih memperhatikan ponselnya saat berinteraksi dengan pasangannya. Penelitian kuantitatif ini berfokus pada hubungan antara partner phubbing dan kepuasan pernikahan, dengan mempertimbangkan kecirian attachment. Partisipan penelitian ini 525 orang WNI, sudah menikah dan berusia 20 hingga 65 tahun. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan dan negatif antara partner phubbing dan kepuasan perkawinan serta attachment dan kepuasan perkawinan. Namun tidak ditemukan perbedaan hubungan yang signifikan antara partner phubbing dan kepuasan perkawinan ketika dianalisis per pola attachment. Penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan kepuasan perkawinan berkaitan dengan partner phubbing dirasakan seluruh individu terlepas dari pola attachment dengan pasangan.

 


The development of digital communication technology can have a negative impact on human relations, such as partner phubbing, or the behavior of individuals who pay more attention to their cellphones when interacting with their partners. This quantitative research is focusing on the relationship between partner phubbing and marital satisfaction, taking into account the characteristics of attachment. The participants of this study were 525 Indonesian citizens, married and aged 20 to 65 years. The results show that there is a significant and negative relationship between partner phubbing and marital satisfaction, same result was found between attachment and marital satisfaction. However, no significant difference was found between partner phubbing and marital satisfaction when analyzed based on attachment pattern. This study shows that the decrease in marital satisfaction associated with partner phubbing was felt by all individuals regardless of the pattern of attachment with partner.

 

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rathaska Annisa Ardhana
"Pacaran sebagai salah satu tugas perkembangan bagi emerging adulthood memerlukan pengorbanan yang untuk mempertahankannya. Pengorbanan dilakukan berdasarkan motif berkorban mendekat dan menjauh. Demi memahami lebih dalam akan hal yang berkaitan dengan meningkatnya motif berkorban, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interpersonal mindfulness dengan motif berkorban pada emerging adulthood yang berpacaran. Alat ukur yang digunakan adalah Interpersonal Mindfulness Scale dan Motives of Sacrifice. Hasil analisis korelasional dari 289 partisipan menunjukkan terdapat hubungan antara motif berkorban mendekat dengan interpersonal mindfulness (rs = .141), awareness of self and others (rs = .194), nonjudgemental acceptance (rs = .143), dan nonreactivity (rs = .233). Motif berkorban menjauh juga berhubungan dengan interpersonal mindfulness (rs = .143), awareness of self and others (rs = .198), nonjudgemental acceptance (rs = .164), dan nonreactivity (rs = .238). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa individu dengan interpersonal mindfulness yang tinggi akan semakin sering berkorban baik dengan motif mendekat maupun menjauh. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi emerging adulthood mengenai pentingnya motif berkorban serta interpersonal mindfulness dalam hubungan berpacaran.

Dating, as an important relationship for emerging adulthood requires sacrifice to maintain. Sacrifices were made based on approach and avoidance motives. In order to better understand things related to increased motives of sacrifice, this study aims to ascertain the relationship between interpersonal mindfulness and motives of sacrifice among emerging adulthood in a dating relationship. The measurement tools used are the Interpersonal Mindfulness Scale (IMS) and the Indonesian version of Motives of Sacrifice. The results of the correlational analysis of 289 participants showed that there was a relationship between approach motive and interpersonal mindfulness (rs = .141), awareness of self and others (rs = .194), nonjudgmental acceptance (rs = .143), and nonreactivity (rs = .143). The avoidance motive was also found to be related to interpersonal mindfulness (rs = .143), awareness of self and others (rs = .198), nonjudgmental acceptance (rs = .164), and nonreactivity (rs = .238). Thus, it can be concluded that individuals with high interpersonal mindfulness will make sacrifices more often, with both approaching and avoidance motives. This research is expected to provide insight for emerging adulthood regarding the importance of self-sacrifice and interpersonal mindfulness in dating relationships."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>