Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181869 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dea Safirahilda
"ABSTRAK
Peningkatan jumlah lansia yang tergolong cepat (United Nation, 2013) akan diikuti dengan peningkatan permasalahan pada lanjut usia salah satunya adalah penyakit demensia. Hingga saat ini, perawatan yang diberikan kepada lansia dengan demensia di Indonesia lebih banyak dilakukan di rumah oleh anggota keluarganya sendiri (caregiver) (Do-Le & Raharjo, 2002). Menjadi caregiver bagi lansia dengan demensia bukan pekerjaan yang mudah. Terdapat banyak konsekuensi negatif yang muncul ketika seorang caregiver ditinggal pergi oleh pasiennya, salah satunya adalah kemungkinan untuk mengalami complicated grief (Schulz et al, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh complicated grief terhadap tingkat kualitas hidup dan kecenderungan depresi pada caregiver demensia. Melalui teknik simple regression dan binary logistic regression, ditemukan bahwa complicated grief memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat kualitas (F (4,81) = 12,97, R2 = 0,134, p = 0,001) dan kecenderungan depresi (X2 (1) = 6,35, R2 = 0,108, p = 0,027).

ABSTRACT
A rapid growth of elderly population (United Nations, 2013) led to an increase on dementia incident. In Indonesia, care provided for elderlies with dementia was mostly done by their own family members (caregivers) (Do-Le & Raharjo, 2002). Becoming a caregiver was not easy and had many negative consequences, including a possibility of experiencing complicated grief after the patient died (Schulz et al, 2008). This study aimed to assess the effect of complicated grief on quality of life and depression tendency among dementia caregivers. This study found that complicated grief had significant negative impact on quality of life (F (4,81) = 12,97, R2 = 0,134, p = 0,001) and risk of depression tendency (X2 (1) = 6,35, R2 = 0,108, p = 0,027).;"
2016
S65636
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiyah Dinhudayah
"Kehilangan anggota keluarga inti dapat memicu duka yang lebih intens dan berkepanjangan, meningkatkan risiko complicated grief (CG) yang berdampak pada kesehatan mental dan fungsi sehari-hari. Salah satu strategi yang dapat membantu individu dalam menghadapi tantangan akibat kehilangan adalah koping religius (religious coping). Koping religius merupakan penggunaan keyakinan dan praktik agama untuk menghadapi tekanan hidup. Strategi ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu koping religius positif yang berhubungan dengan penurunan intensitas CG, dan koping religius negatif yang cenderung meningkatkan keparahan duka. Resiliensi, yang merupakan kemampuan individu untuk bangkit di tengah kesulitan, juga terbukti berperan penting dalam proses adaptasi terhadap kehilangan dan kemunculannya dapat dipengaruhi oleh pemaknaan yang merupakan mekanisme dari koping religius. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran resiliensi sebagai mediator dalam hubungan antara koping religius (baik positif maupun negatif) dan CG. Data dikumpulkan dari 452 partisipan dengan usia rata-rata (M=29.72), menggunakan tiga alat ukur, yaitu Brief Spiritual/Religious Coping Scale, The Connor-Davidson Resilience Scale, dan Inventory of Complicated Grief. Analisis data dilakukan menggunakan model mediasi dengan PROCESS Hayes. Hasil menunjukkan bahwa resiliensi berperan sebagai mediator dalam hubungan antara koping religius positif dan CG. Namun, pada model hubungan antara koping religius negatif dan CG, resiliensi tidak ditemukan berperan sebagai mediator. Penelitian ini memberikan wawasan mengenai pengembangan intervensi psikologis dengan mengintegrasikan pendekatan agama dan resiliensi untuk mengelola kehilangan secara adaptif, serta menyoroti pentingnya deteksi dan penanganan koping religius negatif yang dapat memperburuk CG.

The loss of a nuclear family member can trigger more intense and prolonged grief, increasing the risk of complicated grief (CG) which impacts mental health and daily functioning. One strategy that can help individuals deal with the challenges of loss is religious coping. Religious coping is the use of religious beliefs and practices to deal with life stresses. This strategy is divided into two types, namely positive religious coping (PRC), which is associated with a decrease in CG intensity, and negative religious coping (NRC), which tends to increase the severity of grief. Resilience, which is an individual's ability to rise above adversity, has also been shown to play an important role in the process of adapting to loss and its emergence can be influenced by meaning-making, which is a mechanism of religious coping. This study aimed to examine the role of resilience as a mediator in the relationship between religious coping (both positive and negative) and CG. Data were collected from 452 participants with a mean age (M=29.72), using three measurement tools, namely the Brief Spiritual/Religious Coping Scale, The Connor-Davidson Resilience Scale, and the Inventory of Complicated Grief. Data analysis was conducted using the mediation model with Hayes' PROCESS. The results showed that resilience acts as a mediator in the relationship between PRC and CG. However, in the relationship model between NRC and CG, resilience was not found to play a mediating role. This study provides insights into the development of psychological interventions integrating religious and resilience approaches to adaptively manage loss, and highlights the importance of detecting and addressing negative religious coping that may exacerbate CG."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Nadia Febrina Yahya
"Kehilangan anggota keluarga inti dapat memicu reaksi duka yang lebih mendalam dan kesulitan dalam beradaptasi. Ketika individu tidak mampu menghadapi kedukaan dengan adaptif maka akan rentan mengalami complicated grief dan menurunkan kesejahteraan subjektif individu. Mekanisme koping seperti spiritual dan religius koping dapat membantu individu dalam menghadapi kedukaannya. Koping spiritual dan religius terbagi menjadi dua yaitu religius koping positif dan religius koping negatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah complicated grief berkorelasi negatif dengan kepuasan hidup, serta melihat apakah religius koping baik positif atau negatif berperan sebagai moderator dalam hubungan antara complicated grief dengan kepuasan hidup pada keluarga inti yang berduka. Analisis data dilakukan terhadap 452 partisipan dengan rentang usia 19 – 40 tahun yang kehilangan anggota keluarga inti. Alat ukur yang digunakan yaitu Satisfaction With Life Scale, Inventory of Complicated Grief, dan Brief Spiritual/Religious Coping Scale. Hasil analisis menunjukkan bahwa complicated grief tidak berkorelasi negatif secara signifikan dengan kepuasan hidup. Selanjutnya, religius koping positif berperan sebagai variabel moderator yang memperkuat hubungan negatif antara complicated grief dan life satisfaction, sedangkan religius koping negatif tidak memoderasi hubungan antara complicated grief dan life satisfaction. Penelitian ini memberikan implikasi terkait pentingnya pemberian intervensi koping religius yang dapat benar-benar meningkatkan kemampuan individu dalam memaknai penggunaan koping religius positif sehingga dapat mengurangi dampak negatif kedukaan terhadap kepuasan hidup individu.

The loss of a nuclear family member can trigger deeper grief reactions and difficulties in adapting. When individuals are unable to deal with grief adaptively, they will be vulnerable to experiencing complicated grief and reduce individual subjective well-being. Coping mechanisms such as spiritual and religious coping can help individuals in dealing with their grief. Spiritual and religious coping is divided into two types, positive religious coping and negative religious coping. This study aims to see if complicated grief is negatively correlated with life satisfaction, and to see if religious coping either positive or negative plays a moderating role in the relationship between complicated grief and life satisfaction in bereaved nuclear families. Data analysis was conducted on 452 participants aged 19 – 40 years who lost a nuclear family member. The measuring instruments used were Satisfaction With Life Scale, Inventory of Complicated Grief, and Brief Spiritual/Religious Coping Scale. The results of the analysis showed that complicated grief was not significantly negatively correlated with life satisfaction. Furthermore, positive religious coping acts as a moderator variable that strengthens the negative relationship between complicated grief and life satisfaction, while negative religious coping does not moderate the relationship between complicated grief and life satisfaction. This study provides implications regarding the importance of providing religious coping interventions that can actually enhance the individual's ability to interpret the use of positive religious coping so as to reduce the negative impact of grief on individual life satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradhita Hendriyeni
"Caregiver memiliki peran dan tanggung jawab untuk merawat dan membantu pasien kanker dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang berdampak pada kesehatan fisik dan mental caregiver seperti kelelahan, depresi dan gangguan tidur. Tujuan penelitian membuktikan pengaruh aerobic terhadap fatigue, depresi dan sulit tidur pada caregiver. Metode penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen pre test and post test with control grup design. Responden berjumah 40 (20 kelompok kontrol) dan (20 kelompok intervensi). Hasil menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada perbedaan skor fatigue, depresi dan gangguan tidur pada kelompok intervensi dan kontrol dengan masing-masing (p value 0,001), (p value 0,000) dan (p value 0,000). Selisih perbedaan skor fatigue dan depresi setelah intervensi antara kelompok intervensi dan kontrol tidak ada perbedaan yang bermakna (p value 0,55) dan (p value 0,39), perbedaan yang bermakna terdapat pada gangguan tidur dengan (p value 0,003). Latihan aerobic dapat menurunkan tingkat fatigue, depresi dan gangguan tidur pada caregiver kanker.

Caregivers have roles and responsibilities to care for and assist kanker patients in carrying out daily activities that have an impact on the caregiver's physical and mental health such as fatigue, depression and sleep disturbances. The aim of the study was to prove the effect of aerobics on fatigue, depression and sleeplessness in caregivers. Quantitative research method with quasi-experimental design pre test and post test with control group design. There were 40 respondents (20 control groups) and (20 intervention groups). The results showed that there were significant differences in the scores of fatigue, depression and sleep disturbances in the intervention and control groups with (p value 0.001), (p value 0.000) and (p value 0.000), respectively. There was no significant difference between the intervention and control groups (p value 0.55) and (p value 0.39), a significant difference was found in sleep disturbances with (p value 0.003). Aerobic exercise can reduce levels of fatigue, depression and sleep disturbances in kanker caregivers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. R. Kongko Herry N.
"Dalam penelitian ini terbukti secara bermakna bahwa depresi menurunkan kualitas bidup penderita pria pasca IMA dalam jangka pendek. Dalam penelitian ini tidak terbukti secara bermakna adanya hubungan antara pengobatan psikofarmaka (diazepam) pada saat teIjadinya IMA, usia, bipertensi, DM, lama pendidikan formal, aspek spiritual dan dukungan sosial dengan kualitas bidup setelah 2 bulan pasca IMA.

In this study, it was proven that depression significantly decreased the quality of male bids after IMA in the short term. In this study, it was not proven that there was a significant relationship between psychopharmaceutical treatment (diazepam) at the time of IMA, age, bitenasis, DM, length of formal education, spiritual aspects and social support with the quality of bidup after 2 months after IMA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Marina
"ABSTRAK Depresi merupakan masalah psikologis yang paling sering ditemukan pada pasien cedera medulla spinalis (CMS). Kualitas hidup merupakan tujuan utama rehabilitasi. Depresi merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup pada pasien CMS. Desain penelitian ini adalah studi potong lintang dengan pengambilan sampel secara consecutive dengan subjek sejumlah 67 orang. Sampel penelitian adalah seluruh pasien cedera medulla spinalis AIS A-D. Seluruh subjek diminta untuk melakukan pengisian kuesioner Beck Depression Inventory dan WHOQOL-BREF versi Bahasa Indonesia. Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat depresi dengan kualitas hidup pada pasien CMS (p<0,001). Semakin tinggi tingkat depresi maka kualitas hidup pasien akan semakin rendah (p<0,001). Terdapat korelasi antara nilai SCIM dengan kualitas hidup (p<0.001), terutama pada subskala manajemen pernapasan dan sfingter (p<0.001) serta mobilitas ruangan dan toilet (p<0.001). Terdapat hubungan antara tingkat depresi dan kualitas hidup pada pasien CMS. Selain itu, kapasitas fungsional juga mempengaruhi kualitas hidup pada pasien CMS. 

ABSTRACT
Depression is the most common psychological problems in spinal cord injury (SCI) patients. Quality of life is the main goal of rehabilitation. Depression has known to have correlations with quality of life. The purpose of this study is to evaluate association between the level of depression and quality of life in SCI patients. Cross sectional study was applied in this study with 67 subjects in total collected by consecutive sampling technique. Patients who experienced SCI with AIS A-D were included in this study. All of subjects were asked to fill out Beck Depression Inventory questionnaire and WHOQOL-BREF Indonesian version. In this study, we found that there was an association between level of depression and quality of life in SCI patients (p<0.001). Patient with higher level of depression had lower quality of life (p<0,001). Also, there is correlation between SCIM and quality of life (p<0.001), especially in respiration and sphincter management and mobility in room and toilet (p<0,001). There was an association between level of depression and quality of life in SCI patients. Functional capacity had influence on quality of life in SCI patients. 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhian Ririn Lestari
"Terapi telaah pengalaman hidup adalah terapi keperawatan jiwa bagi lansia dengan masalah psikososial seperti depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi terhadap tingkat depresi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Martapura dan Banjarbaru Kalimantan Selatan. Desain penelitian adalah quasi experiment pretest and posttest with control group dengan sampel 33 orang pada kelompok perlakuan dan 33 orang pada kelompok kontrol.
Hasil penelitian mengidentifikasi tingkat depresi pada kelompok perlakuan sebelum diberikan intervensi sebesar 53,73% atau tingkat depresi ringan dan setelah diberikan terapi tingkat depresi menurun menjadi 28,47% atau normal dengan pvalue= 0,0005. Terapi telaah pengalaman hidup direkomendasikan untuk mengatasi depresi lansia. Implikasi keperawatan bagi lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha dengan depresi yaitu memberikan bantuan psikoterapi keperawatan untuk meminimalisir kejadian tingkat depresi pada lansia.

A life review therapy is a nursing therapy for elderly with psychosocial problems such as depression. The purpose of this study was to determine the effect of therapy towards the level of depression experienced by elderly lived in social institution in Martapura and Banjarbaru, South Kalimantan. A pretest and posttest quasi experiment with control group design was applied to 33 elderly in the treatment group.
The study identified the level of depression before intervention was 53.73% or mild depression and the level of depression decreased to 28.47% after treatment, or normal (p value = 0.0005). The life review therapy is recommended for managing depression on elderly. Nursing implication to elderly who lived in social institution with depression by giving psychotherapy nursing intervention to minimize the level of depression experienced.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31769
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuanita Panma
"Hemodialisis merupakan salah satu terapi untuk pasien gagal ginjal kronik. Hemodialisis selain memiliki efek terapeutik juga menimbulkan dampakjangka panjang yang menurunkan kualitas hidup pasien. Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien hemodialisis yaitu depresi, tingkat spiritual, dan dukungan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan depresi, tingkat spiritual, dan dukungan sosial dengan kualitas hidup pasien hemodialisis di RSAU Dr. Esnawan Antariksa. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan jumlah sampel 119 orang pasien di unit hemodialisis. Analisis data menggunakan uji korelasi, independent t-test dan one way anova. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dengan dukungan sosial p-value 0,009, r=0,240, tingkat spiritual p-value 0,000 dan depresi p-value 0,000. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup yaitu depresi. Penelitian ini merekomendasikan kepada perawat untuk melakukan pengkajian depresi sebagai screening awal untuk menentukan intervensi keperawatan guna meningkatkan kualitas hidup.

Hemodialysis is one of the treatment of chronic renal failure. Beside its therapeutic effects, hemodialysis cause long term impact that decrease quality of life. There are several factors considered have influences quality of life of hemodialysis patients, which are depression, spiritual level and social support. The aim of this study is to determine relationship between depression, spiritual level and social support with quality of life of hemodialysis patient in RSAU Dr. Esnawan Antariksa. This study was a cross sectional design, involved 119 hemodialysis patients Data were analysed using correlation test, independent t test, and one way anova. The results showed there was a significant relationship between quality of life and social support p value .009, r .240, spiritual level p value .000 and depression p value .000 . The most influential factor quality of life is depression. This study recommends that nurses should assess depression level in hemodialysis patient as early screening to determine nursing intervention that can improve quality of life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48500
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Suwandi Gandra
"Kapasitas fungsional selama kehidupan mencapai puncaknya pada awal masa dewasa dan menurun secara bertahap seiring bertambahnya usia. Selain keterbatasan karena usia dan fungsi fisik, kesehatan mental/fungsi kognitif merupakan alasan mengapa lansia membutuhkan bantuan orang lain. Caregiver keluarga biasanya memberikan perawatan tanpa pelatihan/keahlian yang memadai, Akibatnya caregiver keluarga mengabaikan kesehatan dirinya sendiri dengan mengutamakan kebutuhan lansia. Beban dalam memberikan perawatan dan kualitas hidup yang buruk caregiver memberikan efek yang kurang baik bagi lansia termasuk penurunan kualitas hidup, rawat inap, dan kematian. Tujuan penelitian ini untuk melihat perbedaan beban kerja dan kualitas hidup caregiver keluarga setelah pemberian edukasi perawatan jangka panjang pada lansia. Penelitian ini merupakan studi pra dan pasca intervensi selama 8 minggu secara daring dengan jumlah subjek sebanyak 42 orang. Keluaran hasil penelitian ini berupa beban (Zarit Burden Interview), kualitas hidup (EQ-5D-5L), dan pengetahuan caregiver. Dari 42 caregiver yang memenuhi kriteria inklusi, terdapat 14 caregiver yang drop-out. Kesimpulan yang didapatkan bahwa program edukasi tentang perawatan jangka panjang untuk caregiver lansia sebanyak enam sesi edukasi via daring dalam tiga minggu menghasilkan peningkatan kualitas hidup, peningkatan skor pengetahuan pada caregiver pasca edukasi, tetapi tidak memberikan perbedaan pada beban kerja secara statistik.

Functional capacity during life reaches its peak in early adulthood and declines gradually with age. In addition to limitations due to age and physical function, mental health/cognitive function is the reason why the elderly need help from others. Family caregivers usually provide care without adequate training/skills. As a result, family caregivers neglect their own health by prioritizing the needs of the elderly. The burden of providing care and the poor quality of life of caregivers have an adverse effect on the elderly including decreased quality of life, hospitalization, and death. The aim of this study is to compare the burden and quality of life experienced by a family caregiver for an elderly person before and after receiving long-term care education interventions. This research was an 8-week online pre-and post-intervention study with 42 subjects. The outcomes are burden (Zarit Burden Interview), quality of life (EQ-5D-5L), and caregiver knowledge. From 42 caregivers who met the inclusion criteria, there were 14 caregivers dropped out. The conclusion is in the form of an educational program on long-term care for elderly caregivers of six online education sessions in three weeks statistically resulting in an increase in quality of life, and an increase in knowledge scores for post-education caregivers, but did not make a difference in burden."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gitalia Putri Medea
"ABSTRAK
Kualitas hidup pasien pasca stroke dapat diketahui berdasarkan laporan dari pasien
stroke dengan wawancara terstruktur atau dengan pengisian kuesioner. Namun,
beberapa dari pasien stroke tidak dapat melaporkan kualitas hidupnya sebagai akibat
dari gangguan bahasa, efek kognitif lainnya dari stroke atau kondisi yang sudah ada
sebelumnya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi perbedaan persepsi kualitas hidup
antara perspektif pasien pasca stroke dan caregiver. Penelitian ini menggunakan desain
potong lintang (Cross Sectional) yang melibatkan 115 pasien dan 115 caregiver.
Analisis statistik yang digunakan Mann Whitney. Hasil analisis menunjukkan tidak
terdapat perbedaan secara signifikan antara persepsi kualitas hidup dari pasien dan
persepsi kualitas hidup dari caregiver (p 0,166 ; α < 0,05). Tidak terdapat perbedaan
secara signifikan pada domain fisik (p 0,278; α<0,05), psikologis (p 0,068; α<0,05),
hubungan sosial (p 0,976; α< 0,05), dan lingkungan (p 0,157; α<0,05) dari kualitas
hidup yang dipersepsikan oleh pasien dan yang dipersepsikan oleh caregiver. Perawat
dapat memperoleh informasi dari caregiver saat pasien tidak dapat memberikan
informasi terkait kualitas hidupnya.

ABSTRACT
The quality of life of post-stroke patients might be identified on reports of stroke
patients by structured interviews or questionnaires. However, some stroke patients
might unable to report their quality of life due to language disorders, other cognitive
effects of stroke or pre-existing conditions. The general purpose of identifying
differences in perception of quality of life between perceived patients post stroke and
perceived caregiver. Research Design: using cross sectional design. Samples: Research
sample size is 115 patients and 115 caregivers. Statistical analysis used Mann Whitney
test. The results showed no significant difference between perception of quality of life
by patient and perception of quality of life by caregiver (p 0,166; α <0,05). there were
no significant differences in the physical domain (p 0.278, α <0.05), psychological (p
0.068, α <0.05), social relations (p 0.976, α <0.05), and environment (p 0.157; α <0.05)
of the perceived quality of life by the patient and perceived by the caregiver. Nurse may
obtain information from the caregiver when the patient is unable to provide information
about the quality of his/her life."
2018
T49230
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>