Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115927 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Pribagus Utomo
"ABSTRAK
Penelitian ini ingin melihat hubungan antara relationship contingency of self-worth dengan kepuasan hubungan romantis pada orang yang berpacaran. Relationship contingency of self-worth yang dapat diartikan sebagai perbedaan individu dalam menganggap pentingnya hubungan romantis dalam membentuk self-esteem nya akan memengaruhi dinamika hubungan romantisnya. Dinamika dan evaluasi hubugan ini dapat dilihat dari kepuasan hubungan romantisnya. Relationship contingency of self-worth diukur menggunakan relationship contingency of self-worth scale, dan kepuasan hubungan romantis diukur menggunakan Relationship Assesment Scale. Kedua alat ukur sudah diadaptasikan ke Bahasa Indonesia. Partisipan pada penelitian adalah orang yang sedang berpacaran, berusia dewasa muda yaitu 19-35 tahun, dan sedang berdomisili di Jabodetabek. Jumlah partisipan yang didapatkan sebanyak 483 orang. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara relationship contingency of self-worth dengan kepuasan hubungan romantis pada dewasa muda yang berpacaran (r = 0.121, p< 0.005).

ABSTRACT
This research would like to observe the correlation between relationship contingency of self-worth and the satisfactory of romantic relationships in couples who are dating. Relationship contingency of self-worth could be explained as an individual difference in assuming the importance of romantic relationship in creating the self-esteem in which would influence the dynamic of the romantic relationship. The dynamic and evaluation of the correlation could be observed from the satisfactory of the romantic relationship. Relationship contingency of self-worth is measured using the relationship contingency of self-worth scale, whereas the satisfactory of romantic relationship is measured using Relationship Assesment Scale. Both measuring tools have been adapted to Bahasa Indonesia. Participants in the following research are those who are young adults age 19-35, dating at present time, and is currently living in Jabodetabek. The number of participants gathered were 483 people. Findings of the research showed that there is a significant positive correlation between the relationship contingency of self-worth and the satisfactory of romantic relationship in young adults who are dating (r = 0.121, p< 0.005)."
2016
S62939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Arnindita
"ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan penjelasan mengenai hubungan antara relationship contingency dan self-efficacy dalam hubungan romantis dalam memprediksi desakan menikah pada dewasa muda yang belum menikah, khususnya di wilayah Jabodetabek. Relationship contingency diukur dengan menggunakan Relationship Contingency Scale yang dikembangkan oleh Sanchez, Good, Kwang, dan Saltzman (2008), self-efficacy dalam hubungan romantis diukur dengan menggunakan Self-Efficacy in Romantic Relationship yang dikonstruksikan oleh Riggio, Weiser, Valenzuela, Lui, Montes, dan Heuer (2011), serta desakan menikah diukur dengan menggunakan Skala Desakan Menikah yang dikembangkan oleh tim peneliti (2014).

Partisipan penelitian yang berjumlah 186 orang yang memiliki karakteristik sebagai orang-orang yang sedang berada dalam tahap perkembangan psikososial dewasa muda, berstatus sebagai mahasiswa atau sudah bekerja, dan baik mereka yang belum atau sudah memiliki pasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relationship contingency dapat memprediksi desakan menikah pada dewasa muda, namun prediksi tidak dapat dilihat melalui self-efficacy dalam hubungan romantis, maupun interaksi antara kedua variabel tersebut.


ABSTRACT

This research is conducted to get explanation about the relationship between relationship contingency and self-efficacy in romantic relationship in predicting mate urgency towards unmarried young adults, particularly in Greater Jakarta area. Relationship contingency is measured using Relationship Contingency Scale which was developed by Sanchez, Good, Kwang, and Saltzman (2008), self-efficacy in romantic relationship is measured using Self-Efficacy in Romantic Relationship which was constructed by Riggio, Weiser, Valenzuela, Lui, Montes, and Heuer (2011), while mate urgency is measured with Mate Urgency Scale which was developed by research team (2014).

Total participant in this research is 186 people

who have characteristics as those who are in the stage of young adult in psychosocial development stage, having status as a college student or a worker already, and either already involved in romantic relationship or not. The result of this research indicates that the relationship contingency can predict mate urgency towards young adults, however the prediction cannot be seen either through self-efficacy in romantic relationship nor the interaction between both variables.

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57127
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Linda Dinartika
"Membentuk dan membina hubungan romantis adalah tugas perkembangan dewasa muda. Salah satu faktor pendorongnya adalah relationship contingency of self-worth (RCSW). Berdasarkan studi Sanchez dan Kwang (2007), RCSW dapat mengakibatkan body shame. Oleh karenanya, penting ditemukan suatu aspek diri yang dapat mengurangi dampak buruk dari RCSW yakni self-efficacy dalam hubungan romantis (SEHR). Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi prediksi RCSW dan SEHR terhadap body shame, serta mengidentifikasi ada atau tidaknya peran SEHR sebagai moderator dari RCSW dengan body shame. Pengukuran self-report dilakukan pada 186 orang berusia 21-40 tahun di Jabodetabek. Dengan menggunakan teknik statistik regresi didapati bahwa RCSW dapat memprediksi body shame secara positif dan SEHR mampu memprediksi body shame secara negatif. Namun, tidak ada peran moderasi dari SEHR pada hubungan RCSW dengan body shame.

Developing and maintaining a romantic relationship is a young adulthood’s development task. Relationship contingency of self-worth has known as one of its factor. Grounded on Sanchez and Kwang’s (2007) study, RCSW could cause body shame. Hence, it was important to find a self-aspect which could lessen RCSW’s negative impact, that was self-efficacy in romantic relationship (SERR). This study examined to identify RSCW and SERR predictions toward body shame, also identified SERR’s presence as the moderator of RCSW and body shame. A self-report measurement was done to 186 individuals aged 21-40 years old in Jabodetabek. By using regression techniques, it was found that RCSW could predict body shame positively and SERR could predict body shame negatively. Yet there was no moderation effect of SERR on RCSW and body shame relationship.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55111
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahni Soraya Putri
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara tingkat apresiasi dan kualitas hubungan romantis pada dewasa muda yang berpacaran. Pengukuran tingkat apresiasi menggunakan alat ukur Appreciation Inventory (Adler, 2002) dengan koefisien reliabilitas sebesar 0.940 dan pengukuran kualitas hubungan romantis menggunakan alat ukur Partner Behaviours as Social Context dan Self Behaviours as Social Context (Ducat, 2009) dengan masing-masing koefisien reliabilitas cronbach alpha sebesar 0.930 dan 0.920. Responden penlitian ini berjumlah 434 orang yang terdiri dari 207 laki-laki dan 227 perempuan yang memiliki karakteristik berusia 20-40 tahun, sedang berpacaran dan memiliki keinginan untuk menikah.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat apresiasi dan kualitas hubungan romantis pada dewasa muda yang sedang berpacaran (r = 0.337, p < 0.01). Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat apresiasi individu maka semakin tinggi kualitas hubungan romantis individu tersebut.

This purpose of study was to find correlation between level of appreciation and romantic relationship quality among young adults who are dating. Level of appreciation was measured with Appreciation Inventory (Adler, 2002) which had cronbach alpha coefficient 0.940 and romantic relationship quality was measured with Partner Behaviours as Social Context and Self Behaviours as Social Context (Ducat, 2009) which had cronbach alpha coefficient 0.930 for report about the partner and 0.920 for self-report. Respondents on this research were 434 respondents which 207 males and 227 females. Characteristics of respondents aged 20-40 years old, in a relationship and have an intention to get married.
The result of this study showed that there was a positive significant correlation between level of appreciation and romantic relationship quality among young adults who are dating (r = 0.337, p < 0.01). This result means that the higher level of appreciation, the higher romantic relationship quality.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58771
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Ardhi Putra
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh relationship contingency dan orientasi motivasi terhadap desakan menikah pada dewasa muda. Pada penelitian ini, relationship contingency diukur dengan menggunakan Relationship Contingency Subscale, desakan menikah diukur dengan menggunakan Skala Desakan Menikah, dan pemberian priming orientasi motivasi berupa tugas menyusun kata. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain 2 x 2 randomized factorial design, between-subjects. Partisipan dalam penelitian berjumlah 133 orang dengan kriteria mahasiswa berusia 20-40 tahun, belum menikah, dan berorientasi heteroseksual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relationship contingency dan orientasi motivasi secara terpisah memengaruhi desakan menikah. Tingginya tingkat relationship contingency dan pemberian priming orientasi motivasi terkontrol terbukti memunculkan desakan menikah yang tinggi. Akan tetapi, interaksi antara relationship contingency dengan orientasi motivasi tidak memengaruhi desakan menikah.

This study examined the influence of relationship contingency and motivation orientation to mate urgency among young adult. In this study, relationship contingency was measured by using the Relationship Contingency Subscale, mate urgency was measured by using Skala Desakan Menikah, and primed motivation orientation by using sentence structure task. This study is an experimental research with 2 x 2 randomized factorial design, between-subjects. Participants in this study were college students, within the age range 20-40, unmarried, and heterosexual oriented. Total of participants were 133 people. The result of this study shows that the relationship contingency and motivation orientation separately influence mate urgency. The high level of relationship contingency and primed controlled motivation were proved to influence mate urgency. However, the interaction between relationship contingency with motivation orientation did not influence mate urgency.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55813
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Arjun Suputra Jaya
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan kepuasan berpacaran dengan kebahagiaan subyektif dimoderatori oleh keinginan untuk menikah pada individu dewasa muda yang berpacaran berbeda agama. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 145 orang. Penelitian ini menggunakan alat ukur yaitu Relationship Assessment Scale RAS , Scale of Positive and Negative Experience SPANE , dan Satisfaction with Life Scale SWLS . Analisis data dilakukan menggunakan moderasi model satu yang dikemukakan oleh Hayes. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara keinginan untuk menikah dalam hubungan kepuasan berpacaran dan kebahagiaan subyektif pada individu dewasa muda yang menjalani hubungan berpacaran berbeda agama c = 0,047; t = 2,674; sig. = 0,008 .

ABSTRACT
This study aims to examine the correlation between relationship satisfaction and subjective well being moderated by willingness to marry among young adults in deferent religion relationship. Partisipants in this study is 145 persons. Measurement in this study using Relationship Assessment Scale RAS , Scale of Positive and Negative Experience SPANE , and Satisfaction with Life Scale SWLS . Data analysis using moderated model one which proposed by Hayes. The result of this study indicates that there is an interaction between the willingness to marry in the relationship of relationship satisfaction and subjective well being in young adults in deferent religion relationship c 0,047 t 2,674 sig. 0,008 .
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geraldo Daniel Pradhana
"[Desakan menikah pada individu dewasa muda dibentuk oleh banyak faktor,
salah satunya adalah relationship contingency of self-worth, yaitu sejauh mana
individu mendasari harga dirinya pada keberhasilan hubungan. Di Indonesia,
menikah masih dipandang sebagai kewajiban bagi individu dewasa muda, dan
keberhasilan memperoleh pasangan bisa mempengaruhi evaluasi harga diri
individu. Penelitian sebelumnya telah menemukan hubungan yang signfikan
antara RCSW dan desakan menikah. Pada penelitian kali ini, variabel
sociosexuality diteliti sebagai salah satu hal yang mampu mempengaruhi
desakan menikah, karena pada penelitian sebelumnya telah ditemukan bahwa
tingkat sociosexuality yang tinggi mampu menurunkan keinginan untuk
menikah. Secara teoritis, individu dengan sociosexuality tinggi cenderung
menghindari hubungan jangka panjang yang berkomitmen, yang salah satu
bentuknya adalah pernikahan. Selain itu peneliti juga ingin melihat efek
moderasi dari sociosexuality terhadap kemampuan RCSW memprediksi
desakan menikah. Hasil penelitian kali ini menunjukkan bahwa RCSW mampu
memprediksi desakan menikah secara positif, namun sociosexuality tidak
mampu memprediksi desakan menikah secara negatif. Selain itu ditemukan
pula tidak adanya efek moderasi sociosexuality pada hubungan antara RCSW
dengan desakan menikah., Marriage urgency felt by many young adults is often a result of many
contributing factors. One of which is relationship contingency of self-worth,
defined as how much an individual based his/her self-esteem for the success of
his/her romantic relationships. In Indonesia, marriage is still a part of one’s duty
as an adult, and the success of finding a potential marriage partner can affect
his/her overall self-esteem. Previous researches have found that there’s a
signifcant relationship between relationship contingency of self-worth and
marriage urgency. Sociosexuality was also hypotesized as one of the contribung
factors of marriage urgency. Theoretically, individual with unrestricted
sociosexuality tends avoid committed relationship in any form, including
marriages. This research also aims to see the moderation effect caused by
sociosexuality on the relationship between relationship contingency of selfworth
and marriage. The result shows that RCSW does indeed significantly
predict marriage urgency, while sociosexuality does not. Furthemore, the result
also shows that there is no moderation effect caused by sociosexuality in the
relationship between RCSW and marriage urgency.]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S59402
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aysha Arkya
"[ABSTRAK
Membentuk hubungan romantis berupa pernikahan adalah tugas perkembangan dewasa muda. Pola pernikahan di Jakarta dan sekitarnya pada masa kini menunjukkan bahwa individu juga menikah atas keputusannya sendiri selain faktor eksternal seperti lingkungan dan keluarga. Faktor individual yang diketahui memprediksi desakan menikah adalah relationship contingency of self-worth. Selain itu, alasan individual untuk menikah yang ditemukan di masa kini berdasar pada cinta yang dirasakan pada pasangan (Sprecher & Hatfield, 2015) dan keyakinan-keyakinan tentang pernikahan (Berry, 2012) yang digambarkan oleh romantic beliefs. Penelitian ini berusaha untuk mengetahui apakah relationship contingency of self-worth dan romantic beliefs memprediksi desakan menikah pada dewasa muda di Jakarta dan sekitarnya. Penelitian dilakukan dengan jumlah responden sebanyak 212 orang. Ditemukan bahwa model multiple regression relationship contingency of self worth dan romantic beliefs memprediksi desakan menikah secara signifikan. Model relationship contingency of self-worth memprediksi desakan menikah secara signifikan, sedangkan model romantic beliefs tidak memprediksi desakan menikah secara signifikan. Ditemukan juga bahwa tiga dimensi romantic beliefs berkorelasi positif dengan desakan menikah secara signifikan. Dimensi-dimensi tersebut adalah love finds a way, idealization, dan love at first sight.

ABSTRACT
;Establishing romantic relationship in the form of marriage is a developmental task for young adults. Marriage patterns in Greater Jakarta have shown that young adults in the present day also marry as an individual decision other than external factors such as social environment and family. Individual factor that has known predicting mate urgency is relationship contingency of self-worth. Another individual reason to mate that is found lately is based on love (Sprecher & Hatfield, 2015) and beliefs about marriage (Berry, 2012) that is explained as romantic beliefs. This research aims to examine the prediction of relationship contingency of self-worth and romantic beliefs toward mate urgency on young adults in Greater Jakarta. This research gathered 212 respondents. It was found that multiple regression model of relationship contingency of self worth and romantic beliefs predicted mate urgency significantly. Relationship contingency of self-worth model predicted mate urgency significantly while romantic beliefs model did not predict mate urgency significantly. It was also found that three dimensions of romantic beliefs have a positive correlation with mate urgency. Those dimensions are love finds a way, idealization, and love at first sight., Establishing romantic relationship in the form of marriage is a developmental task for young adults. Marriage patterns in Greater Jakarta have shown that young adults in the present day also marry as an individual decision other than external factors such as social environment and family. Individual factor that has known predicting mate urgency is relationship contingency of self-worth. Another individual reason to mate that is found lately is based on love (Sprecher & Hatfield, 2015) and beliefs about marriage (Berry, 2012) that is explained as romantic beliefs. This research aims to examine the prediction of relationship contingency of self-worth and romantic beliefs toward mate urgency on young adults in Greater Jakarta. This research gathered 212 respondents. It was found that multiple regression model of relationship contingency of self worth and romantic beliefs predicted mate urgency significantly. Relationship contingency of self-worth model predicted mate urgency significantly while romantic beliefs model did not predict mate urgency significantly. It was also found that three dimensions of romantic beliefs have a positive correlation with mate urgency. Those dimensions are love finds a way, idealization, and love at first sight.]
"
[;Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia], 2015
S59832
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Rebecca
"

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh dimensi attachment styles terhadap kesepian yang dirasakan oleh individu dewasa muda yang sedang menjalani hubungan romantis atau berpacaran. Dimensi attachment styles pada penelitian ini diukur menggunakan alat ukur Relationship Scales Questionnaire, sedangkan kesepian diukur menggunakan alat ukur ULS-8 yang merupakan versi singkat dari UCLA Loneliness Scale. Penelitian ini berhasil menjaring 180 partisipan dengan proporsi partisipan wanita sebesar 79,4%, dan partisipan laki-laki sebesar 20,6%. Partisipan terdiri dari wanita dewasa muda berusia 23-30 tahun, dan laki-laki dewasa muda berusia 27-30 tahun. Analisis data partisipan dilakukan dengan perhitungan multiple regressionuntuk melihat pengaruh dan analysis of variance (ANOVA) untuk melihat perbedaan antara kedua dimensi attachment styles. Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kedua dimensi attachment styles (F(2, 177) = 14,990, p< 0,05). Dimensi model of self merupakan dimensi yang berpengaruh signifikan terhadap kesepian (0,001, p< 0,05,β=-0,358). Dalam penelitian ini, model of others sebagai dimensi attachment styles tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesepian (0,114, p>0,05, Î²=-0,111). 


This research was conducted to find the effect of attachment styles dimension to loneliness among young adults whose in a romantic relayionship. In this research, attachment styles dimensions is was measured using Relationship Scales Questionnaire, meanwhile lonelness was measured by ULS-8 which was a shorter version of UCLA Loneliness scale. This research got 180 participants, with the proportion of 79,6% female participants and 20,6% male participants. Age of the participants in this research ranged from 23-30 years old for female participants, and 27-30 years old for male participants. Statistic analysis of multiple regression is used to see the effect of both attachment styles dimensions to loneliness and analysis of variance (ANOVA) is used to calculate the differences between both of dimensions. Main result of this research shows that there is a signfikan differences between attachment styles dimensions (F(2, 177) = 14,990, p< 0,05). Model of self dimension is the one that have a significant effect to loneliness (0,001, p< 0,05,β=-0,358). In this research, model of others dimension did not have a significant effect to loneliness (0,114, p>0,05, Î²=-0,111).

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zarra Dwi Monica
"Kekerasan dalam pacaran merupakan fenomena yang marak terjadi namun seringkali terabaikan. Kekerasan yang terjadi dapat berupa kekerasan psikologis, fisik, dan seksual. Meskipun demikian, tak sedikit pelaku dan korban kekerasan berpikir bahwa hal tersebut merupakan ekspresi kasih sayang serta merasa bahwa hubungannya baik-baik saja.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pelaku dan korban kekerasan dalam pacaran memersepsikan kualitas hubungan romantis serta melihat apakah terdapat perbedaan di antaranya. Kekerasan diukur dengan The Revised Tactics Conflict Scales, sedangkan kualitas hubungan romantis diukur dengan Partner Behaviours as Social Context dan Self Behaviours as Social Context.
Penelitian yang dilakukan kepada 431 dewasa muda menunjukkan tidak adanya perbedaan persepsi kualitas hubungan romantis pada pelaku dan korban kekerasan dalam pacaran secara umum. Namun demikian, apabila kualitas hubungan romantis ditinjau dari persepsi individu terhadap pasangannya, terdapat perbedaan yang signifikan di antara kelompok pelaku dan korban.

Dating violence is a common phenomenon yet often ignored. The violence can manifest in the forms of psychological, physical, and sexual coercion. However, many offenders and victims of dating violence perceive the violence as the expression of affection. They also think that their relationship is not affected in any way because of it.
This research aims to see how the offenders, victims, and victim-offenders of dating violence perceive the quality of romantic relationships and to see if there are differences among them. Dating violence is measured by The Revised Conflict Tactics Scales, while the quality of romantic relationships is measured by Partner Behaviours as Social Context and Self Behaviours as Social Context.
Data from 431 young adults with dating violence shows that there is no difference in the perception of romantic relationships quality between the offenders and victims of dating violence. On the other hand, if the quality of romantic relationships is seen from the individual perception of their partner, there are significant differences between offenders and victims.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64813
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>