Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218727 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pekerja wanita usia subur (WUS) sebagai sumber daya manusia utama di banyak industri, rawan terkena anemia. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan status besi pekerja WUS yang anemia atau memiliki hemoglobin (Hb) rendah, yang bekerja di perusahaan pengalengan nanas dengan melakukan suplementasi zat besi. Penelitian ini dilakukan dua periode, menggunakan rancangan acak lengkap buta ganda. Subyek penelitian adalah pekerja WUS yang dibagi menjadi dua grup perlakuan suplemen, yakni grup-BF yang diberi zat besi dan asam folat dan grup-MVM yang diberi multivitamin dan mineral yang mengandung 15 macam vitamin dan mineral termasuk zat besi dan asam folat. Subyek penelitian pada periode-1 sebanyak 25 pekerja WUS sudah menikah (BF=13; MVM=12) dan periode-2 sebanyak 15 pekerja WUS belum menikah (BF=7; MVM=8). Suplementasi dilakukan tiga kali per minggu selama 10 minggu dengan pengawasan. Sesudah suplementasi tingkat Hb, hematokrit (Ht) dan serum feritin grup BF meningkat, sedangkan pada grup MVM ada yang menurun. Peningkatan Hb dan Ht pada yang sudah menikah lebih tinggi dibandingkan yang belum menikah. Namun, Hb tersebut turun saat suplementasi dilanjutkan tanpa pengawasan dan semakin turun saat tidak lagi diberi suplemen. Pemberian suplemen yang mengandung zat besi menjadi keharusan bagi pekerja WUS, karena mereka tidak mampu meningkatkan Hb-nya jika hanya mengandalkan dari makanan.

The Supplementation Effects of Iron and Folic Acid Compared with the Multivitamin and Mineral on Female Workers of Childbearing Age in the Pineapple Agribusiness. Female workers of childbearing age (WUS) as a major of human resources in many agribusiness exposed to anemia. This study aims to improve the iron status of anemic WUS workers with low hemoglobin (Hb) levels, who work in a pineapple agribusiness by iron supplementation. This study was conducted two periods, using a double-blind randomized trial design. Subjects were divided into two treatment groups supplements, namely IF that was given iron + folic acid and MVM that was given multi vitamin and mineral containing 15 different vitamins and minerals including iron and folic acid. The subjects of period-1 were 25 married WUS (IF=13, MVM=12) and of period-2 were 15 single WUS (BF=7, MVM=8). Supplementation performed three times weekly for 10 weeks. After supplementation, the levels of Hb, haematocrit (Hc) and serum ferritin of BFgroup increased, whereas there were declines in MVM-group. The increase in Hb and Hc in married WUS was higher than the single. However, their Hb was fallen down when supplementation was continued without supervision and getting down when not given the supplements anymore. Supplementation with iron is a must for WUS workers, because they are not able to increase their Hb if only rely on their food."
Institut Pertanian Bogor. Fakultas Ekologi Manusia, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Astuti
"Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi selama penderita dirawat di rumah sakit dan sebelumnya tidak ada atau tidak dalam mass inkubasi penyakit infeksi tersebut. Akibat dari infeksi ini selain dapat meningkatkan mordibitas dan mortalitas serta lama perawatan dan biaya perawatan pasien, berpotensi pula menimbulkan tuntutan pengadilan.
Ruang rawat intensif merupakan ruang perawatan dengan risiko yang tinggi untuk terjadinya infeksi nosokomial sehingga pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di ruang ini perlu dilakukan, diantaranya melalui peningkatan perilaku kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan prosedur tindakan medik/keperawatan dengan berprinsip pada teknik aseptik antiseptik dan kewaspadaan standar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mernperoleh informasi tentang faktor - faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial pada tindakan medik dan keperawatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan di ruang rawat intensif RS Medistra tahun 2004.
Penelitian ini menggunakan desain observasional non eksperimental dengan rancangan survei cross sectional. Besar sampel sebanyak 65 orang yang terdiri dari Dokter Spesialis, Dokter Umum dan Perawat yang melakukan tindakan medikl keperawatan di ruang rawat intensif RS Medistra dari tanggal 15 Maret - 15 Mei 2004.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa perilaku pencegahan infeksi nosokomial responden di ruang rawat intensif RS Medistra berada pada kategori baik sebanyak 32 (49,2%) orang dan kurang baik sebanyak 33 (50,8%) orang.
Selanjutnya dari uji Chi - square, independent t test, uji ANOVA dan korelasi terbukti bahwa :
I. Variabel faktor predisposisi : pengetahuan berhubungan secara signifikan dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial, sementara variabel tingkat pendidikan dan sikap tidak berhubungan.
II. Variabel faktor pemungkin : ketersediaan fasilitas berhubungan secara signifikan dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial, sementara variabel lama bekerja tidak berhubungan.
III. Variabel faktor penguat : pelatihan dan pengawasan tidak berhubungan dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial.
Dari hasil analisis multivariat didapatkan bahwa variabel pengetahuan dan fasilitas merupakan variabel yang berhubungan secara signifikan, namun dari kedua variabel ini ketersediaan fasilitas merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial pada tindakan medik/ keperawatan di ruang rawat intensif RS Medistra tahun 2004 dengan OR 3,23 (CI: 1,09 - 9,57).
Untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial di ruang rawat intensif RS Medistra disarankan agar Manajemen RS Medistra meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan khususnya Dokter dan Perawat, melalui sosialisasi Standard Operating Procedure ruang rawat intensif secara terus-menerus dan berkelanjutan terutama tentang pentingnya kesehatan dan kebersihan tangan, langkah mencuci tangan dan menggosok tangan dengan benar serta pembenahan fasilitas cuci tangan yang ada.

Factors Related to Behavior of Health Workers in Preventing the Nosocomial Infection in Medistra Hospital Intensive Ward, 2004
Nosocomial infection occurs when the patient is hospitalized and having no previous infection or incubation period. This nosocomial infection causes the increasing level of morbidity as well as mortality, hospitalization cost. length of stay and potentially create lawsuit.
Intensive ward is a high-risk potential area for the nosocomial infection to take place, so that prevention and control strategies are extremely required in this area_ One of the strategies is to constantly improve the behavior of health workers. the obedience following the standard medical/nursing procedure in aseptic-antiseptic technique and applying the universal precaution.
The objective of this research is to gain information about factors that are related to the health workers' behavior in their effort to prevent this nosocomial infection, and their submission in following the standard medical/nursing done in Medistra Hospital intensive ward, 2004.
This research used a non-experimental observation, with the cross sectional survey design. The research samples involves 65 participants : Specialist Doctors, General Doctors and Nurses who are in charge in the intensive ward during the period of March 15 until May 15, 2004.
From this research, we could get a conclusion based on the health workers' conduct in preventing the nosocomial infection done in Medistra Hospital intensive ward. It was concluded into two performance categories : 32 (49,2%) health workers with good performance and 33 (50,8%) health workers with less performance.
The Chi-square test, independent t test, ANOVA test and correlation regression test have proven :
I. Predisposing factors variable : knowledge is significantly related to anticipation behavior of the nosocomial infection, while there is no significant relation with education level and attitudes.
II. Enabling factors variable : supporting facilities are significantly related to anticipation behavior of the nosocomial infection, while there is no significant relation with the length of work.
III. Reinforcing factors variable : training and supervision have no significant relation with the anticipation behavior of the nosocomial infection,
Multivariate analysis has shown that both knowledge and facilities were variables that significantly related to anticipation behavior of the nosocomial infection, but the most dominant factor related to anticipation behavior of this nosocomial infection in Medistra Hospital intensive is supporting facilities with OR 3,23 (CI : 1,09 - 9,57).
In conclusion, to prevent the nosocomial infection in Medistra Hospital intensive ward, we recommend the hospital management to run serious efforts by continually increasing the knowledge of doctors and nurses, with intensive information of the standard operating procedure. The important of sanitary hand, how to clean and wash their hands regularly in correct ways are also necessary. We also suggest the improvement of hand washing facilities in Medistra hospital intensive ward.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desiyani Nani
Jakarta: Penebar Plus+, 2018
613.94 DES f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tirza Amadea Nugroho
"Salah satu metode yang paling sederhana dan efektif untuk mencegah transmisi HIV dan IMS lainnya ialah pemakaian kondom. Hal ini penting untuk diperhatikan, terutama bagi WPS memiliki perilaku seks berisiko tinggi sehingga berisiko tinggi tertular HIV. Namun, sayangnya penggunaan kondom pada WPS di Indonesia masih belum maksimal, Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perilaku penggunaan kondom pada WPS. Penelitian dilakukan menggunakan desain studi cross sectional untuk menganalisis data 4465 WPS responden STBP 2018-2019. Didapatkan hasil bahwa 46,8% responden memiliki perilaku penggunaan kondom yang baik. Faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kondom adalah tingkat pengetahuan terkait HIV, keterpajanan informasi terkait HIV, akses pada kondom, persepsi risiko, umur, dan status pernikahan.

One of the simplest and most effective means for HIV transmission prevention is condom usage. This is important to note especially for FSWs who have high risk sexual behavior and thus have high risk of transmitting HIV. However, condom usage among FSWs in Indonesia is still not optimum. Therefore, this study aims to find out which factors are associated with condom usage among FSWs. A cross-sectional study was conducted to analyze the data acquired from IBBS 2018-2019 on 4465 respondents. This study showed that 46,8% of respondents have consistent condom usage. Factors associated with condom usage among FSWs are HIV knowledge, exposure to HIV information, access to condoms, risk perception, age, and marital status."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Yuliarti
"Industri manufaktur berkontribusi sebesar 20,27% dari produk domestik bruto di Indonesia dan setiap tahunnya membutuhkan sekitar 600 ribu pekerja baru. Proporsi pekerja perempuan pada sektor ini cenderung stagnan pada rata-rata 45% dan rendah pada subsektor industri tertentu. Penelitian ini menganalisis produktivitas pekerja perempuan pada industri manufaktur di Indonesia sampai dengan 23 subsektor industri menggunakan model cross section data survey IBS (Industri Besar Sedang) tahun 2019 pada 28.641 perusahaan. Tujuan analisis adalah untuk mengidentifikasi hubungan korelasi pekerja perempuan terhadap produktivitas perusahaan yang direpresentasikan melalui total output dibandingkan dengan total tenaga kerja (produktivitas tenaga kerja).

Indonesia’s manufacturing sector contributes to 20.27% of the country’s gross domestic product. The sector absorbs approximately 600 thousand new labors annually. It is noted that the proportion of female workers in this sector is approximately 45% and even lower in certain subsectors. This study analyzes the productivity of female labors in Indonesian manufacturing sector within 23 subsectors by using the 2019 IBS survey data of 28,641 companies. The objective of the analysis is to identify the correlation of the female workers participation rates with the companies’ productivities, which is resulted from the ratio of total output and participation rate."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juniarto
"Peternakan ayam PT Indocentral Desa Sukatani merupakan peternakan ayam petelur yang berdiri sejak 1979. Jumlah ayam petelur pada peternakan sebesar 100.000 ekor. Salah satu dampak negatif dari adanya peternakan adalah bau yang disebabkan oleh konsentrasi gas amoniak yang tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh konsentrasi amoniak dari peternakan ayam PT Indocentral Desa Sukatani terhadap gangguan kesehatan pekerja dan masyarakat sekitar. Konsentrasi amoniak diukur dengan menggunakan metode spektrofotometer-Nessler pada panjang gelombang 425 nm. Variasi titik pengambilan sampel konsentrasi amoniak didasarkan pada jenis kandang dan umur ayam. Pengaruh konsentrasi amoniak di udara dengan gangguan kesehatan dinyatakan dalam bentuk korelasi, yang didapatkan dengan menggunakan korelasi Momen Product Pearson. Konsentrasi rata-rata amoniak yang didapatkan pada area peternakan ayam PT Indocentral sebesar 38,1 ppm. Konsentrasi maksimum ditemukan sebesar 100,6 ppm pada area kandang ayam dewasa.

PT Indocentral poultry is used for breeding laying hen that has been building in 1979. This poultry have 100,000 laying hen. One of the negative impact form poultry is odor proceed form high ammonia concentration. This study analyzes influence of ammonia concentration from PT Indocentral poultry toward health disruption of worker and surrounding community. Ammonia concentration was measured by spectrophotometer-Nessler method with 425 nm wavelength. Variation of test point ammonia concentration was based of cage type and hen age. The influence of ammonia concentration in air with health disruption was expressed in correlation. This correlation was gotten from Momen Product Pearson Correlation. The average of ammonia concentration from this study in PT Indocentral poutry is 38,1 ppm. This study found the maximum of ammonia concentration is 100,6 ppm in cage of adult hen."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1206
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yessy Nur Handayani
"Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah (sistolik atau diastolik) di dalam arteri melebihi batas normal yaitu >140/90 mm Hg. Hipertensi merupakan faktor risiko primer penyakit jantung dan stroke. Jenis penyakit ini dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko yaitu perilaku dan gaya hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko kejadian hipertensi pada pekerja migas on shore di perusahaan migas X Kalimantan Timur tahun 2008. Desain penelitian adalah studi cross sectional. Sebagai sampel adalah seluruh pekerja migas laki-laki berusia usia 35-55 tahun, yang eligible dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan (n=294).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada pekerja sebesar 18,9%. Variabel umur dan indeks massa tubuh (IMT) memiliki hubungan signifikan dengan hipertensi (p<0,05). Faktor yang paling dominan berhubungan dengan hipertensi adalah umur (OR=4,2;95%CI: 1,224?14,340). Tingginya prevalensi hipertensi pada pekerja migas memerlukan perhatian yang lebih serius dari pihak perusahaan (khususnya unit medik) melalui upaya kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan terutama tentang bagaimana berperilaku hidup sehat, seperti menerapkan pola makan seimbang, memantau berat badan dan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin.

Hypertension among on Shore Oil Selected Workers in East Kalimantan, Indonesia. Hypertension is an increase of blood pressure (systolic or diastolic) in the arteries (>140/90 mm/Hg). Hypertension is a primary risk factor for heart disease and stroke. The purpose of this study was to identify risk factors of hypertension in the workers on-shore oil and gas company in East Kalimantan, 2008. Study design was a cross sectional study. The subject of this research was employees of on shore of oil and gas company (male) aged 35-55 years of age in East Kalimantan were eligible for inclusion and exclusion criteria (n=294).
The results showed that the prevalence of hypertension in the on-shore workers was 18.9%. Age and body mass index were associated with hypertension(p<0.05). The most dominant factor associated with hypertension was age (OR=4,2;95%CI: 1.224-14.340). The high prevalence of hypertension in the oil and gas company need more serious attention from the company (especially the medical unit) through the efforts of health promotion activities are carried out regularly and continuosly; how to change a life style such as body weight management including balancing diet, and check the blood pressure regularly."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Millga Ardan
"Ditengah eksploitasi dan diskriminasi pekerja kesehatan pada masa pandemi, serikat pekerja kesehatan tidak hadir untuk menuntut perbaikan atas kondisi ini. Studi sebelumnya menjelaskan bahwa alasan utama serikat pekerja kesehatan kurang maksimal menjadi jembatan untuk perundingan kolektif dan perbaikan kondisi kerja adalah karena mereka kekurangan anggota untuk melaksanakan kegiatan dan memberikan dampak yang lebih luas, kekurangan anggota ini dibentuk oleh tiga hal, yaitu: (1) pekerja kesehatan yang tidak setuju dengan visi misi serikat; (2) anggapan bahwa bergabung ke serikat adalah tindakan tidak profesional dan tidak pantas diantara para pekerja kesehatan profesional; serta (3) altruisme pekerja kesehatan yang tidak memikirkan kondisi kerja dan upah mereka. Penulis setuju dengan studi-studi tersebut, namun dinamika di dalam serikat dan konteks krisis kesehatan yang merupakan momen serikat untuk lebih aktif berperan belum dijelaskan dalam studi-studi tersebut. Pendekatan kualitatif, metode studi dokumen dan wawancara mendalam dengan anggota serikat pekerja kesehatan adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat tiga alasan FSP FARKES-R sebagai serikat pekerja kesehatan tidak maksimal dalam melakukan advokasi untuk pekerja kesehatan, yaitu: (1) FSP FARKES-R kekurangan tenaga ahli di bidang advokasi sehingga mereka kehilangan momentum untuk melakukan advokasi kebijakan publik terkait COVID-19; (2) kegiatan FSP FARKES-R terhambat akibat pandemi COVID-19, sehingga hampir semua kegiatan mereka tidak berjalan selama 1 tahun dan berdampak kepada; (3) renggangnya solidaritas sesama pengurus dan anggota FSP FARKES-R di masa pandemi.

In the midst of exploitation and discrimination of health workers during the pandemic, health workers unions are not present to demand improvements to these conditions. Previous studies have explained that the main reason health workers unions are less than optimal as a bridge for collective bargaining and improving working conditions is because they lack members to carry out activities and provide wider impact, this lack of members is shaped by three things, namely: (1) health workers who do not agree with the union's vision and mission; (2) the notion that joining a union is unprofessional and inappropriate among health professionals; as well as; (3) altruism of health workers who do not think about their working conditions and wages. The authors agree with these studies, but the union capacity and the context of health crisis as a moment for unions to play a more active role have not been explained in these studies. Qualitative approach, document study method and in-depth interviews with health workers union members are the methods used in this research. The results of the study stated that there were three reasons FSP FARKES-R as a health worker union was not optimal in advocating for health workers, namely: (1) FSP FARKES-R lacked experts in the field of advocacy so that they lost momentum to advocate for public policies related to COVID-19; (2) FARKES-R FSP activities were hampered due to the COVID-19 pandemic, so that almost all of their activities did not run for 1 year and had an impact on; (3) the declining solidarity among administrators and members of FSP FARKES-R during the pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Anggun Prinarti
"Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) semakin disadari telah menjadi masalah kesehatan dunia yang berdampak kepada laki-laki dan perempuan. Pada perempuan, ISR jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki (WHO, 2000). Di Poli Divisi Infeksi Menular Seksual Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo, pada tahun 2004, Infeksi Genitalia Non Spesifik (IGNS) pada wanita merupakan penyakit yang terbanyak yaitu 104 dari 541 kunjungan baru pasien wanita (IDAI, 2013). Infeksi saluran reproduksi dapat terjadi tidak hanya ditemukan pada pekerja seks komersial seperti asumsi masyarakat kebanyakan namun sudah banyak ditemukan pada wanita remaja (Depkes, 2008). Tinggal di daerah tropis seperti Indonesia yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh kita lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan berlipat. Akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan eksosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tak sedap serta infeksi. Untuk itulah kita perlu menjaga keseimbangan ekosistem vagina (Depkes, 2000).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilkau menjaga kebersihan organ saluran reproduksi pada remaja putri di Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan "A" Jakarta Utara. Perilaku yang termasuk didalam menjaga yaitu hygiene menstruasi, pencegahan infeksi dan pola kebiasaan sehari-hari remaja putri.Penelitian ini menggunakan analisis data pendekatan kuantitatif dengan analisis bivariat. Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner. Pemilihan informan dilakukan dengan metode rapid survey dengan sampel klaster bertingkat.
Hasil penelitian diperoleh hasil yaitu jumlah responden yang berperilaku kurang baik dalam menjaga kebersihan organ saluran reproduksinya sebesar 137 responden dengan presentase 65%, dilihat dari rata-rata responden yang dapat menjawab dengan benar. Responden terpapar media tinggi memiliki peluang 1.3 kali berperilaku menjaga kebersihan organ saluran reproduksi yang benar dibandingkan dengan responden yang tidak terpapar media. Hasil dari kelengkapan sarana yaitu responden dengan sarana lengkap memiliki peluang 0.7 kali memiliki perilaku menjaga kebersihan organ saluran reproduksi benar dibandingkan responden dengan sarana tidak lengkap.

Reproductive Tract Infections (ISR) has become increasingly aware of health issues that affect the world of men and women. In women, the ISR is much higher than men (WHO, 2000). In the Division of Sexually Transmitted Infections Poly Department of Dermatology and Venereology Hospital Dr Testament. Cipto Mangunkusumo, in 2004, Genitalia Non Specific Infections (IGNS) in women is a disease that is 104 of the 541 most recent visit female patients (IDAI, 2013). Reproductive tract infections can occur not only found on commercial sex workers such assumptions, but most people are already common in adolescent women ( DepKes, 2008). Living in tropical regions such as Indonesia that heat makes us sweat often. Sweat makes our bodies moist, especially on sexual and reproductive organs were closed and folded. As a result, easy to breed bacteria in the vagina undisturbed ecosystems and causing odor and infection . For that we need to maintain the balance of the vaginal ecosystem (DepKes, 2000).
This study aims to determine perilkau maintain the cleanliness of the reproductive tract organs in girls at junior high schools in the District "A" North Jakarta . Behavior including menstrual hygiene in maintaining namely , prevention of infection and pattern of daily habits putri.Penelitian teen uses quantitative data analysis approach with bivariate analysis. The data collected is primary data obtained by distributing questionnaires. The selection of informants was conducted using a rapid survey with stratified cluster sample.
The research results that the number of respondents who behave poorly in maintaining the cleanliness of the reproductive tract organs by 137 respondents with a percentage of 65 %, judging from the average respondent to answer correctly. Respondents had a high media exposure opportunities hygiene 1.3 times behave correct reproductive tract organs as compared to respondents who were not exposed to the media. Results of completeness means that respondents with complete facilities had 0.7 times the chance of having behavior hygiene reproductive tract organs correctly than respondents with no means complete.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53250
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Chandra Octavianus
"Peningkatan kinerja, produktivitas dan keefektifan perusahaan merupakan usaha yang sulit, memerlukan kerja sama antara manajemen, karyawan dan perusahaan. Puskesmas Perawatan Merlung merupakan sarana layanan kesehatan di wilayahnya yang tentunya sangat dibutuhkan masyarakat setempat. Bila dilihat dari hasil evaluasi penilaian puskesmas dari tahun 2009 sampai 2011, pencapaian indikator Puskesmas Perawatan Merlung mengalami penurunan yaitu dari 45,17% pada tahun 2009 menjadi 37,79% pada tahun 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung antara kepuasan kerja dan kepatuhan terhadap kinerja petugas layanan kesehatan di Puskesmas Perawatan Merlung.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan cross sectional study. Populasi penelitian adalah seluruh petugas Puskesmas Perawatan Merlung berjumlah 40 orang yang berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan. Dimensi kepuasan kerja, kepatuhan petugas dan kinerja diukur dengan menggunakan semantic differential scale, selain mengukur sikap dan karakteristik juga mengukur 5 dimensi pelayanan seperti tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empathy. Keseluruhan analisis menggunakan program SPSS ver. 20.0 dengan tingkat kemaknaan uji p<0,05.
Hasil akhir dari keseluruhan analisis pada penelitian ini didapati regresi linier antara variabel kepuasan kerja terhadap variabel kinerja petugas, menunjukkan bahwa variabel kepuasan kerja sebagai prediktor untuk kinerja petugas. Oleh sebab itu perlu senantiasa perbaikan dan evaluasi dari kebijakan yang sudah ada untuk peningkatan kepuasan kerja dan kepatuhan petugas sehingga menghasilkan peningkatan kinerja yang baik terhadap pelayanan kesehatan.

Improved performance, productivity and effectiveness of the company is a difficult undertaking, requiring cooperation between management, employees and the company. Merlung Service Health Care Center is a health care Facilities in the region are certainly much needed local community. When seen from the results of the evaluation assessment clinic from 2009 to 2011, the achievement indicators Merlung Service Health Care Center is decreased from 45.17% in 2009 to 37.79% in 2011.
This study aims to determine the direct and indirect influence between job satisfaction and compliance with the performance of the hospitality officer at Merlung Service Health Care Center.
This study is an observational research using cross sectional study. Population were all officers Merlung Service Health Care Centers are 40 people who are directly related to health care. Dimensions of job satisfaction, compliance officers, and performance was measured using semantic differential scale, in addition to measuring attitudes and characteristics were also measured 5 dimensions of service such as tangibles, reliability, responsiveness, assurance and empathy. Overall analysis using SPSS ver. 20.0 with a significance level of test p <0.05.
The end result of all this research is the analysis of the linear regression was found between job satisfaction variable on the variable performance officer, indicated that job satisfaction variables as predictors for performance officer. Therefore it is necessary to constantly repair and evaluation of existing policies to increase job satisfaction and compliance officers resulting performance improvement is good for health care services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T32168
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>