Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 222558 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inosensia Diajeng Kusumo
"Campak merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada balita. Kematian tersering campak terjadi akibat komplikasi campak seperti pneumonia, diare, dan ensefalitis. Setiap 1 atau 2 dari 1000 anak yang sakit campak akan meninggal. Campak masih menjadi penyebab 4% kematian balita di Indonesia. Pengetahuan, sikap, dan perilaku orangtua tentang campak yang rendah mungkin menjadi penyebab masih tingginya angka kejadian dan kematian campak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku orangtua serta mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku orangtua tentang campak pada balita. Penelitian potong lintang dilakukan di RSCM Kiara pada bulan September 2015. Data demografi, pengetahuan, sikap dan perilaku diambil melalui wawancara berdasarkan kuesioner. Jumlah sampel dihitung dengan rumus survei sederhana. Analisis statistik dilakukan dengan uji Chi Square atau Fischer. Terdapat 91 orangtua balita yang mengikuti penelitian ini. Orangtua yang memiliki pengetahuan baik 31 subjek (34,1%), sikap baik 33 subjek (36,3%), dan perilaku baik 46 subjek (50,5%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku orangtua tentang campak pada balita (p=1,00). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku orangtua tentang campak pada balita (p=0,463). Orangtua yang memiliki pengetahuan dan sikap tentang campak yang baik hanya sepertiga, dan hampir setengah orangtua masih memiliki perilaku yang kurang tentang campak. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku orangtua tentang campak pada balita.

Measles is one of the most leading cause of death among under-five children. Its complication such as pneumonia, diarrhea, and encephalitis be the most causes death of measles. Every one or two of 1000 children with measles will die. Measles contributes 4% in one of the most of death causes among under five children in Indonesia. Low level of knowledge, attitude, and practice of parents regarding measles may contribute in high incidence and mortality of measles. This study was to explore level of knowledge, attitude, and practices, and also the association between knowledge and attitude with parent’s practice regarding measles among under five children.This cross-sectional study was conducted in RSCM Kiara on September 2015. Data of demography, knowledge, attitude, and practice was taken by interview based on questionnaire. Sample was calculated based on survey formula. The data was analyzed by Chi Square or Fischer test. There were 91 under five children parents who joined this research as our research subject. There were 31 subjects had good knowledge (34.1%), 33 subjects had good attitude (36.3%), 46 subjects had good practice (50.5%). There was no significant association between knowledge and practice with p value 1.00 nor significant association between attitude and practice with p value 0.463 regarding measles. Subjects who had good knowledge and attitude were one-third of all subjects, and almost half of the subjects still had bad practice regarding measles among under five children. There was no significant association between knowledge and practice nor significant association between attitude and practice regarding measles among under five children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Ika Hapsari
"Di Indonesia diare masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada balita dengan insidensi mencapai 6.7%. Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku orangtua tentang diare mungkin berhubungan dengan angka kejadian diare pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku, serta mengetahui hubungan antara ketiga variable.
Penelitian potong lintang dengan menggunakan data primer berdasarkan wawancara kuesioner dilakukan di RSCM Kiara pada bulan September 2015 terhadap 102 subjek. Analisis statistik dilakukan dengan metode Chi square atau Fischer. Ditemukan sebanyak 101 subjek (99%) memiliki tingkat pengetahuan baik, 55 subjek ( 53.9%) memiliki sikap positif, dan 55 subjek (53.9%) memiliki perilaku baik tentang diare.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan hampir seluruh orangtua memiliki tingkat pengetahuan yang baik namun hampir setengah orangtua masih memiliki sikap dan perilaku yang kurang. Ditemukan hubungan yang tidak bermakna antara tingkat pengetahuan dengan sikap (p = 0.353) dan antara pengetahuan dengan perilaku orangtua tentang diare. (p=0.29).

In Indonesia, diarrhea is still considered as the main cause of child?s death with numbers of incidence reaching 6.7%. Parental knowledge, attitude, and behavior towards diarrhea is probably associated with the rise of diarrhea incidence in child. This study aims to explore the parental knowledge, attitude, and behavior, also the association between the three variable.
A cross sectional study was conducted in RSCM ? Kiara on September 2015 in 102 subjects. Chi-square / fischer hypothesis testingwass used to conduct bivariate analysis. Among 102 subjects, 101 subjects (99%) had good knowledge , 55 subjects (53.9%) had positive attitudes, and 55 subjects (53.9%) had good behavior regarding childhood diarrhea.
This study confirms that almost all of the parents had a good knowledge, yet almost half of them still had unfavourable attitude and behavior. There was no significant association between parental knowledge towards behaviour (p = 0.353) nor between parental attitudes towards behavior regarding childhood diarrhea (p = 0.29).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ece Yurika Wulandari
"Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak pada balita di Indonesia. Tingginya tingkat kejadian pneumonia pada balita dapat berhubungan dengan rendahnya pengetahuan, sikap serta perilaku orangtua terhadap pneumonia dan pencegahannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku orangtua balita tentang pneumonia. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional. Data diambil dari wawancara berdasarkan kuesioner terhadap orangtua pasien balita berusia 9 bulan - 5 tahun tahun di RSCM Kiara tahun 2015. Analisis data dilakukan menggunakan uji Chi Square atau Fisher. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional. Data diambil dari wawancara berdasarkan kuesioner terhadap orangtua pasien balita berusia 9 bulan - 5 tahun tahun di RSCM Kiara tahun 2015. Analisis data dilakukan menggunakan uji Chi Square atau Fisher. Dari 96 subjek didapatkan 51 orang (53,1%) memiliki kategori pengetahuan cukup baik, 74 orang (77,1%) memiliki sikap positif, dan 49 orang (51%) berperilaku baik terhadap pencegahan pneumonia. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan perilaku orangtua tentang pneumonia (p= 0,712). Hubungan tidak bermakna juga didapatkan antara sikap dengan perilaku orangtua (p=0,649). Lebih dari setengah subjek memiliki pengetahuan dan perilaku yang baik, sedangkan tiga perempat subjek memiliki sikap postitif tentang pneumonia. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku orangtua tentang pneumonia.

Pneumonia is one of the most leading causes of death among under 5 children in Indonesia. The high incidence of pneumonia among under 5 children might be related to parents low level of knowledge, attitude, and behavior regarding pneumonia and its prevention.. This study was a cross-sectional study. Data was collected from parents of children aged 9 months - 5 years, using guided questionnaire, in RSCM Kiara during September 2015. The data was analyzed by Chi Square or Fisher test. There were 96 subjects recruited and 51 subjects (53,1 %) had fair knowledge, 74 subjects (77,1 %) had positive attitude, and 49 subjects (51 %) had good behavior regarding pneumonia. There were no significant associations between the level of knowledge toward parents’ behavior (p = 0,712), nor between the level of attitude toward parents’ behavior (p = 0,649) regarding pneumonia. Based on the research, more than a half of the subjects had good knowledge and behavior, while three quarters of the subjects had positive attitude regarding pneumonia. There were no significant associations between knowledge and attitude toward parents’ behavior regarding pneumonia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aan Kurniawan
"ABSTRAK
Infeksi dengue merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Kementrian Kesehatan RI melaporkan terdapat 71.668 laporan kasus demam berdarah dengue dan 641 kasus meninggal karena demam berdarah pada tahun 2014. Demam berdarah dapat dicegah, salah satunya dengan mengontrol transmisi vektor dengue. Efektifitas pencegahan dengue ditentukan oleh kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mencegah perkembangbiakan nyamuk dengue. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor sosiodemografis usia, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan orangtua dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku mereka terkait transmisi dan pencegahan dengue pada anak. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang menggunakan data primer yang diperoleh dari kuisioner yang diisi oleh subjek penelitian. Hasil penelitian didapatkan sebagai berikut: 51,7 orang tua berpengetahuan cukup baik, 96,3 bersikap baik, dan 63,2 berperilaku cukup baik. Pendidikan memiliki korelasi yang signifikan dengan pengetahuan orang tua terkait transmisi dan pencegahan dengue p= 0,05 . Sebaliknya usia, pekerjaan, dan penghasilan tidak memiliki hubungan signifikan p > 0,05 . Dapat disimpulkan bahwa hanya faktor pendidikan memiliki hubungan bermakna dengan pengetahuan subjek terkait transmisi dan pencegahan infeksi dengue pada anak. Diperlukan studi lanjutan dengan subjek dari provinsi lain agar hasil penelitian dapat diekstrapolasi pada populasi Jakarta dan juga diseminasi mengenai infeksi dengue yang lebih giat oleh pemerintah kepada masyarakat.

ABSTRACT
Dengue infection is a major health problem in Indonesia. The Ministry of Health of Indonesia reported 71,668 cases of dengue hemorrhagic fever and the resulting 641 deaths in 2014. Dengue fever can be prevented by taking preventive control measure to prevent transmission of dengue infection via its vector. The effectiveness of dengue prevention depends on community awareness and participation in eradicating or reducing breading site for mosquitos. This research aims to investigate the correlation between parents rsquo sociodemographic factors age, education, occupation, and income and their knowledge, attitude, and practice regarding dengue transmission and prevention in children. This is a cross sectional research using primary data taken from questionnaires filled by the respondents. The results were as follows 53 of parents have sufficient knowledge, 96 display good attitude, and 63.2 exhibit good practice regarding dengue transmission and prevention. Education has a significant correlation with parents rsquo knowledge regarding transmission and prevention p 0.05 , whereas age, occupation, and income do not have significant correlation p 0.05 . In conclusion, only education has a significant correlation with the subject rsquo s knowledge regarding dengue transmission and prevention. Futher study with greater subjects from every province in order to extrapolate the data into Jakarta rsquo s population and also more frequent dissemination of dengue infection from the government to the public are needed."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Tunjung Wijayanti
"Remaja dengan talasemia berisiko memiliki permasalahan psikosial seperti tingkat self-esteem dan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat self-esteem dan kualitas hidup remaja talasemia di rawat jalan IPT KIA Kiara RSCM. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Data diambil dengan teknik consecutive sampling terhadap 108 remaja talasemia di rawat jalan anak. Hubungan tingkat self-esteem dengan kualitas hidup dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara tingkat self-esteem dengan kualitas hidup remaja talasemia (P-value 0,000 dan r= 0,526). Mayoritas remaja memiliki tingkat self-esteem dan kualitas hidup yang rendah. Rekomendasi terkait penelitian ini adalah perlunya layanan konseling psikososial bagi remaja talasemia untuk meningkatkan self-esteem.

Adolescents with thalassemia are at risk for psychosocial issues related to their self-esteem and quality of life. This study aims to determine the association between the level of self-esteem and quality of life among thalassemia adolescents in outpatient IPT KIA Kiara RSCM. This quantitative study used a cross-sectional approach and collected data through consecutive sampling of 108 adolescents in the pediatric outpatient. The results shown there was a quate strong association between the level of self-esteem with the quality of life of thalassemia adolescents (P-value 0,000 and r= 0.526). Based on these results, it is recommended that psychosocial counseling services be provided to improve the self-esteem of thalassemia adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clara Caroline
"Wasting merupakan kondisi berat badan rendah pada anak jika dilihat dari tinggi badannya. Balita wasting berisiko lebih tinggi untuk terserang penyakit infeksi salah satunya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA berulang pada balita wasting bersifat berbahaya dan dapat berisiko tinggi menyebabkan kematian. Selain itu, ISPA berulang pada balita wasting menjadi salah satu faktor utama penyebab stunting yang saat ini masih menjadi prioritas permasalahan gizi di Indonesia. Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang ISPA menjadi salah satu faktor yang dapat memengaruhi kejadian ISPA pada balita. Tujuan utama penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang ISPA dengan kejadian ISPA pada balita wasting di Kota Depok. Penelitian kuantitatif non-eksperimen ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan total responden sebanyak 257 ibu. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner dan dianalisis secara univariat serta bivariat dengan Uji Kai Kuadrat (Chi Square) menggunakan SPSS 23. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara penghasilan keluarga (p = 0.01, α = 0.05), kehadiran perokok aktif (p = 0.01, α = 0.05), pengetahuan ibu (p = 0.04, α = 0.05) dan perilaku ibu (p = 0.00, α = 0.05) tentang ISPA dengan kejadian ISPA pada balita wasting. Sedangkan, tidak terdapat hubungan signifikan antara sikap ibu tentang ISPA dengan kejadian ISPA pada balita wasting. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam membuat program pencegahan ISPA berulang untuk balita dengan masalah gizi dan diharapkan ibu dapat meningkatkan pengetahuan dan perilakunya tentang ISPA. Penelitian selanjutnya disarankan kembali meneliti tentang hubungan sikap ibu dengan kejadian ISPA pada balita wasting di tempat penelitian berbeda.

Wasting is a condition of low body weight in toddlers in compared to their height. Wasting toddlers are at higher risk of contracting infectious diseases, on of which is acute respiratory infection (ARI). Recurrent ARI in wasting toddlers is dangerous and can be at high risk of causing death. In addition, recurrent ARI in wasting toddlers is one of the main causes of stunting, which is still a priority nutritional problem in Indonesia. Mother's Knowledge, Attitude, and Practice about ARI are one of the factors that can influence the incidence of ARI in toddler. This study aims to identify the relationship between mother’s knowledge, attitude, and practice about ARI with the incidence of ARI in wasting toddlers in Depok City. This non-experimental quantitative research used a cross-sectional approach with a total of 257 mothers as respondents. Data were collected by filling out questionnaires and analyzed univariate and bivariate with the Chi-Square test using SPSS 23. The results showed a significant relationship between family income (p = 0.01, α = 0.05), presence of active smokers (p = 0.01, α = 0.05), mother’s knowledge (p = 0.04, α = 0.05) and mother’s practices (p = 0.00, α = 0.05) about ARI with the incidence of ARI in wasting toddlers. However, there was no significant relationship between mother’s attitude about ARI and the incidence of ARI in wasting toddlers. Thus, this research is expected to be a consideration for health care facilities to create a recurrent ARI prevention program for toddlers with nutritional problems and mothers can improve their knowledge and practice about ARI. Further research is recommended to re-examine the relationship between mother’s attitude and the incidence of ARI in wasting toddlers in different research place."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clara Caroline
"Wasting merupakan kondisi berat badan rendah pada anak jika dilihat dari tinggi badannya. Balita wasting berisiko lebih tinggi untuk terserang penyakit infeksi salah satunya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA berulang pada balita wasting bersifat berbahaya dan dapat berisiko tinggi menyebabkan kematian. Selain itu, ISPA berulang pada balita wasting menjadi salah satu faktor utama penyebab stunting yang saat ini masih menjadi prioritas permasalahan gizi di Indonesia. Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang ISPA menjadi salah satu faktor yang dapat memengaruhi kejadian ISPA pada balita. Tujuan utama penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang ISPA dengan kejadian ISPA pada balita wasting di Kota Depok. Penelitian kuantitatif non-eksperimen ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan total responden sebanyak 257 ibu. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner dan dianalisis secara univariat serta bivariat dengan Uji Kai Kuadrat (Chi Square) menggunakan SPSS 23. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara penghasilan keluarga (p = 0.01, α = 0.05), kehadiran perokok aktif (p = 0.01, α = 0.05), pengetahuan ibu (p = 0.04, α = 0.05) dan perilaku ibu (p = 0.00, α = 0.05) tentang ISPA dengan kejadian ISPA pada balita wasting. Sedangkan, tidak terdapat hubungan signifikan antara sikap ibu tentang ISPA dengan kejadian ISPA pada balita wasting. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam membuat program pencegahan ISPA berulang untuk balita dengan masalah gizi dan diharapkan ibu dapat meningkatkan pengetahuan dan perilakunya tentang ISPA. Penelitian selanjutnya disarankan kembali meneliti tentang hubungan sikap ibu dengan kejadian ISPA pada balita wasting di tempat penelitian berbeda.

Wasting is a condition of low body weight in toddlers in compared to their height. Wasting toddlers are at higher risk of contracting infectious diseases, on of which is acute respiratory infection (ARI). Recurrent ARI in wasting toddlers is dangerous and can be at high risk of causing death. In addition, recurrent ARI in wasting toddlers is one of the main causes of stunting, which is still a priority nutritional problem in Indonesia. Mother's Knowledge, Attitude, and Practice about ARI are one of the factors that can influence the incidence of ARI in toddler. This study aims to identify the relationship between mother’s knowledge, attitude, and practice about ARI with the incidence of ARI in wasting toddlers in Depok City. This non-experimental quantitative research used a cross-sectional approach with a total of 257 mothers as respondents. Data were collected by filling out questionnaires and analyzed univariate and bivariate with the Chi-Square test using SPSS 23. The results showed a significant relationship between family income (p = 0.01, α = 0.05), presence of active smokers (p = 0.01, α = 0.05), mother’s knowledge (p = 0.04, α = 0.05) and mother’s practices (p = 0.00, α = 0.05) about ARI with the incidence of ARI in wasting toddlers. However, there was no significant relationship between mother’s attitude about ARI and the incidence of ARI in wasting toddlers. Thus, this research is expected to be a consideration for health care facilities to create a recurrent ARI prevention program for toddlers with nutritional problems and mothers can improve their knowledge and practice about ARI. Further research is recommended to re-examine the relationship between mother’s attitude and the incidence of ARI in wasting toddlers in different research place."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Maya Sandy
"Latar belakang: Limfadenopati servikal merupakan pembesaran kelenjar getah bening >1 cm di regio servikalis. Etiologi bervariasi, di negara maju 70% merupakan kasus limfadenitis reaktif, sedangkan di negara berkembang 56,67% merupakan infeksi tuberkulosis. Belum ada penelitian di Indonesia tentang hal ini.
Tujuan: Mengetahui profil kejadian limfadenopati servikal pada anak di Klinik Rawat Jalan RSCM Kiara, Jakarta.
Metode: Desain potong lintang deskriptif pada 6126 subyek usia 1 bulan – 18 tahun, didapatkan 93 subyek mengalami limfadenopati servikal. Subyek kemudian dianamnesis dan diikuti proses diagnosisnya.
Hasil: Prevalens limfadenopati servikal adalah 1,5%. Dari 93 subyek, 70% limfadenopati servikal bukan sebagai keluhan utama. Gejala konstitusional tersering adalah demam (43%), malaise (37,6%) dan penurunan berat badan (36,5%). Sebagian besar limfadenopati berukuran 1,1-2 cm, jamak, lokasi di anterior, 25,8% teraba berkonglomerasi dan terfiksasi, nyeri tekan hanya 2,1%. Diagnosis medis terbanyak adalah infeksi tuberkulosis (35,5%), keganasan (20,5%) dan hanya 2,1% yang merupakan kasus limfadenitis servikal akut. Biopsi dilakukan pada 28 subyek (FNAB/biopsi jaringan), 35,7% merupakan infeksi tuberkulosis, 25% kasus keganasan dan 14,2% merupakan radang kronik non-spesifik.
Kesimpulan: Prevalens limfadenopati servikal pada anak sebesar 1,5% dengan diagnosis medis dan hasil biopsi terbanyak adalah kasus infeksi tuberkulosis.

Background: Cervical lymphadenopathy is an enlargement of lymph node > 1 cm in the cervical region. Etiology varies, in developed countries 70% are reactive lymphadenitis, whereas in developing countries 56.67% are tuberculosis infections. No studies in Indonesia about this topic.
Aim: To know the profile children with cervical lymphadenopathy in Outpatient Clinic, RSCM Kiara, Jakarta.
Method: Descriptive cross-sectional design on 6126 subjects aged 1 month – 18 years, found 93 subjects experiencing cervical lymphadenopathy. These subjects underwent interviews and the diagnosis process observed.
Result: Prevalence of cervical lymphadenopathy is 1.5%. From 93 subject, 70% cervical lymphadenopathy is not the main complaint. The most often constitutional symptoms are fever (43%), malaise (37.6%) and weight loss (36.5%). Most of the lymphadenopathy are 1.1-2 cm in size, multiple, location in anterior, 25.8% felt to be conglomerated and fixed, only 2.1% are tenderness. Most common medical diagnoses were tuberculosis infections (35.5%), malignancies (20.5%) and only 2.1% are acute cervical lymphadenitis. Biopsy was done to 28 subject (FNAB/open biopsy) 35,7% are tuberculosis infections, 25% are malignancies and 14,2% are non-specific chronic inflammation.
Conclusion: Prevalence of cervical lymphadenopathy in children is 1,5% and the most often medical diagnose and biopsy profile are tuberculous infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sellina Windri
"Indonesia telah mengimplementasikan program imunisasi nasional yang mencakup 5 imunisasi dasar, termasuk campak, namun, penyakit campak masih menjadi salah satu penyebab utama kematian pada anak. Pengetahuan dan sikap orangtua terhadap imunisasi merupakan faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku vaksin campak di DKI Jakarta dan hubungannya dengan pengetahuan serta sikap orangtua.
Penelitian dilaksanakan menggunakan metode cross sectional, melalui kuesioner. Terdapat pertanyaan Ya, Tidak dan Tidak tahu mengenai pengetahuan dan Skala Likert mengenai sikap dan perilaku terhadap vaksin campak. Kuesioner dibagikan kepada orangtua dari anak berumur 2-5 tahun di KB dan PAUD di Jakarta Selatan dan Jakarta Utara untuk kemudian dianalisa dengan program SPSS (Ver. 24) untuk dan meto chi-square.
Seratus lima puluh dua responden dari 200 memiliki pengetahuan yang buruk, 114 responden bersikap positif dan 188 responden memvaksinasi anak mereka dengan vaksin campak. Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan pengetahuan orang tua serta pada hubungan antara sikap orang tua dan perilaku terhadap vaksin campak. Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan orangtua dan perilaku dari vaksin campak dengan nilai p 0.009 dan odds ratio sebesar 5.01. Faktor lain; campur tangan pasangan/keluarga, kepercayaan, kekhawatiran terhadap efek samping dapat mempengaruhi perilaku orang tua terhadap vaksin campak.

Indonesia has implemented a national immunization program with 5 basic immunizations, including measles. However, measles remains to be one of the leading causes of death in children. Parents knowledge and attitude towards immunization is a factor affecting the practice. This research aims to know how is the practice of measles vaccine in DKI Jakarta and its association with parental knowledge and attitude towards it.
This is a cross sectional study using a questionnaire that includes Yes, No and Dont know questions regarding knowledge and Likert Scale questions regarding attitude towards measles vaccine. Questionnaires were distributed to parents of children of the age 2-5 years from playgroups and kindergartens in South and North Jakarta and was analyzed using SPSS for Macintosh (Ver. 24) and chi-square method.
One hundred and fifty-two out of 200 respondents had good knowledge about measles, 114 had positive attitude towards it and 188 respondents vaccinated their children with measles vaccine. P values of <0.05 were obtained on the relationship between parents education level and their knowledge about measles and measles vaccine and the relationship between parents attitude and their practice. A significant association was revealed between parents knowledge and their practice, shown by a p value of 0.009 and an OR of 5.01. Other factors; partners and familys involvement, beliefs and the fear of side effects may also affect the practice of measles vaccine.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brilliant Putri Kusuma Astuti
"MPASI merupakan sumber nutrisi utama bagi balita, khususnya bayi yang berusia 6-24 bulan. Pemberian MPASI yang tepat memiliki peran krusial dalam mempertahankan status nutrisi anak. Namun, masih banyak ibu yang belum mengetahui tentang tata cara pemberian MPASI yang tepat. Pengetahuan ibu mengenai pemberian MPASI dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah faktor sosiodemografi. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan dianalisis hubungan antara faktor sosiodemografi dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang MPASI.
Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan data sekunder dari penelitian utama berjudul ?Longitudinal study on the effect of multiple micro-nutrient supplementation on haemoglobin level of 8 to 22 month old Indonesian children.?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 86 subjek (64,7%) memiliki tingkat pengetahuan tentang MPASI yang baik, 71 subjek (53,4%) memiliki sikap pemberian MPASI yang positif, dan 68 subjek (51,1%) memiliki perilaku pemberian MPASI yang kurang baik. Karakteristik ibu berdasarkan sebaran sosiodemografi adalah sebagai berikut: 58 subjek (43,6%) berusia di atas 30 tahun; 81 subjek (60,9%) memiliki tingkat pendidikan menengah; 117 subjek (88%) tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga (IRT); 88 subjek (66,2%) memiliki status ekonomi di atas garis kemiskinan; dan 99 subjek (73,4%) memiliki bentuk keluarga inti.
Dari uji hipotesis Chi-square, diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang MPASI (p=0,02). Namun, tidak ditemukan hubungan yang bermakna secara statistika antara faktor sosiodemografi lainnya dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang MPASI.

Complementary feeding is the main nutrients supply for kids, especially in children aged 6 to 24 months. Correct provision of complementary feeding has crucial role in maintaining child nutritional status. However, there are lots of mothers with inadequate knowledge about complementary feeding. Mother's knowledge regarding complementary feeding is affected by various factors, such as sosiodemographic factors. Therefore, this study was determined to analyze the association between sociodemographic factors and the level of mother's knowledge, attitude, and behaviour regarding complementary feeding.
This study is a cross-sectional study, using primary data from questionnaire and secondary data from a primary research entitled ?Longitudinal study on the effect of multiple micro-nutrient supplementation on haemoglobin level of 8 to 22 month old Indonesian children.?
This study shows that 86 subjects (64,7%) had good knowledge about complementary feeding, 71 subjects (53,4%) had positive attitude regarding complementary feeding, and 68 subjects (51,1%) had mediocre behaviour regarding complementary feeding. Characteristics of subjects by sociodemographic factors were as follows: 58 subjects (43,6%) aged above 30 years old; 81 subjects (60,9%) had intermediate level of education; 117 subjects (88%) were housewifes; 88 subjects (66,2%) had economical status below poverty line; dan 99 subjetcs (73,4%) were classified as nuclear family.
Through Chi-Square test: there was significant association between mother's education and the knowlegde about complementary feeding (p=0,02). On the other hand, there were no significant association between any other sociodemographic factors and the level of mother's knowledge, attitude, and behaviour regarding complementary feeding.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>