Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180448 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jenni Pratita
"Hipotensi merupakan komplikasi yang sering terjadi pada pasien yang menjalani bedah sesar dengan anestesi spinal. Kejadian hipotensi dapat membahayakan baik ibu maupun janin. Penelitian yang telah dilakukan di luar negeri menunjukan angka kejadiannya mencapai 70-80% tanpa penggunaan profilaksis farmakologis, namun di Indonesia penelitian tentang subjek ini masih sangat minim, termasuk tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipotensi tersebut.
Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik sosio demografik dan klinik pasien yang menjalani bedah sesar dengan anestesi spinal di RSUPN Ciptomangunkusumo (status hipotensi, jenis cairan yang diberikan, usia, penyakit penyerta, lokasi penyuntikan, dosis cairan anestesi, dan tinggi badan) serta hubungan status hipotensi dengan berat badan lahir bayi.
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan 107 subjek yang didapatkan melalui pemenuhan kriteria penelitian serta metode consecutive sampling. Subjek penelitian merupakan pasien yang menjalani bedah sesar emergensi di Instalasi Gawat Darurat RSUPN Ciptomangunkusumo. Pengertian hipotensi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penurunan tekanan darah sistolik dibawah 80% tekanan darah awal yang diukur sebelum operasi dilakukan. Penelitian menggunakan data sekunder.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hipotensi ditemukan pada 24,3% subjek. Dari segi karakteristik lainnya, mayoritas subjek tidak memiliki faktor risiko hipotensi berdasarkan penelitian terdahulu kecuali dari segi jenis cairan yang diberikan. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna secara statistik antara berat badan lahir bayi dengan status hipotensi, namun ratarata berat badan lahir bayi dari subjek pada kelompok hipotensi lebih besar daripada kelompok non-hipotensi.

Hypotension is a common complication in patients undergoing caesar surgery with spinal anesthesia. Hypotension could endanger both the mother and the fetus. Studies done abroad show that the event rate of hypotension could reach 70-80% without pharmacologic profilaxis, but in Indonesia the number of studies on this subject is very limited, including about factors correlated with the event of hypotension.
Therefore, this study is done to find out the sociodemographic and clinical characteristics of patients undergoing emergency Caesar surgery with spinal anesthesia in RSUPN Ciptomangunkusumo (type of fluid given, age, concurring illness, injection site, dosage of anesthetic solution, height, and hypotension status) and the correlation between hypotension status and the babies? birth weight.
This study is a cross sectional study with 107 subjects acquired through criterias of the study and consecutive sampling. Subjects are patients undergoing emergency Caesar surgery in emergency installation of RSUPN Ciptomangunkusumo. The definition of hypotension used in this study is a decrease of systolic pressure under 80% baseline pressure measured before the surgery. Secondary data is used in this study.
The study shows that hypotension was found in 24.3% subject. Based on other characteristics, majority of the subjects don?t have risk factors for hypotension, except about the type of the fluid given. No statistically significant correlation is found between the babies? birth weight and the hypotension status, but the mean birth weight of babies from the hypotension group is higher than non-hypotension group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herawati
"Dari berbagai penelitian diketahui bahwa berat badan bayi lahir ditentukan oleh kesehatan ibu pada saat kehamilannya, termasuk keadaan gizi ibu. Penilaian keadaan gizi ibu pada saat awal kehamilan dapat digunakan untuk mendeteksi ibu hamil yang mempunyai risiko melahirkan bayi dengan BBLR. Untuk itu Departemen Kesehatan dan UNICEF pada tahun 1992, mengembangkan alat ukur lingkar Lengan atas (LILA) untuk mendeteksi ibu hamil yang menderita kekurangan energi khronis (KEK) dan diperkirakan mempunyai risiko melahirkan bayi dengan BBLR.
Sampel pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang mempunyai data pengkuran anthropometri (BB,TB dan LILA) serta bayi yang dilahirkannya yang diteliti pada "Studi Prospektif KB-KES" di Kecamatan Gabus Wetan dan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Untuk mempelajari hubungan antara masing-masing variabel independent (indeks LILA, indeks status gizi ibu lainnya dan faktor-faktor ibu) dengan variabel dependen (berat badan bayi lahir) dilakukan analis uji beda mean. Analisi regresi linier multipel digunakan untuk mengetahui hubungan antara seluruh variabel independen dengan dependen secara simultan. Sedangkan untuk mengetahui validitas dari indeks LILA, baik dari segi "cut off point" yang optimal maupun validitasnya terhadap indeks-indeks yang lain dilakukan analisis sensitifitas, spesifitas dan kurva "receiver operating characteristics".
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks LILA, tinggi badan, berat badan prahamil, indeks massa tubuh prahamil, umur, paritas dan tingkat pendidikan ibu berhubungan dengan berat badan bayi lahir. Pada analisis multivariat. ternyata jenis kelamin, tinggi badan ibu , Paritas, LILA, secara berturut-turut berpengaruh terhadap berat badan bayi lahir.
Ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR mempunyai rata-rata umur lebih muda, tinggi badan yang lebih rendah dan berat badan prahamil serta LILA yang lebih rendah dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi normal (BBLN).
Ibu hamil dengan ukuran LILA < 23.5 centimeter mempunyai BB prahamil dan BMI prahamil yang lebih rendah dibandingkan dengan ibu yang mempunyai ukukaran LILA ≥ 23.5 centimeter. Selain itu, ternyata indeks LILA mempunyai korelasi dengan BB prahamil dan BMI prahamil. Untuk mendeteksi ibu hamil yang mempunyai risiko melahirkan bayi dengan BBLR, indeks LILA pada batas 23.5 centimeter ini mempunyai sensitifitas sebesar 42.6% dan spesifitas sebesar 64.4%. Sensitifitas dan spesifitas ini kurang lebih sama dengan indeks berat badan ibu prahamil pada batas 41 kilogram, tinggi badan ibu pada bata 150 centimeter dan indeks massa tubuh (BMI) prahamil pada batas 18 dalam memprediksi ibu hamil yang mempunyai risiko melahirkan BBLR.
Dari hasil ini, meskipun sensitifitas dari indeks LILA pada batas 23.5 centimeter relatif rendah, LILA mempunyai korelasi yang tinggi dengan BB prahamil (r=0,780) dan BMI prahamil (r = 0.765), cara penggunaanya yang relatif mudah serta harganya yang relatif murah, indeks LILA ini tetap dapat dipertimbangkan sebagai alat skrining ibu hamil yang mempunyai risiko melahirkan bayi dengan BBLR. dengan pertimbangan : LILA mempunyai korelasi yang tinggi dengan BB prahamil (r = 0,780) dan BMI prahamil (r = 0,755), cara penggunaannya yang relatif mudah serta harganya yang relatif murah.

Many studies indicate that, the weight of newborn infant depend on maternal health during pregnancy, including maternal nutritional status. Therefore, the assessment of maternal nutritional status during pregnancy, can be used for predicting the pregnant women at Risk of delivering low birthweight (LBW) babies.
The health Department of Republic Indonesia and UNICEF in 1992 have the MUAC tapes to measures the maternal nutritional status, Mothers with MUAC below 23.5 cm. considered on having chronic energy deficiency (CEP) and at risk of delivering the LBW babies.
The MUAC tape or instrument is a simple method for measuring women nutritional status at childbearing age/reproductive period and can be carried out by everyone. If MUAC tape isn't available, a tailor's centimeters tape (metlin) can be used.
The data for this study come from "Family Planning-Health Prospective Study" in Gabus Wetan and Sliyeg Subdistrict, Indramayu District, Jawa Barat Province during the period of 1990 - 1993 by Center for Child Survival at University of Indonesia (CCS-UI). The samples of the study is all pregnant woman of having anthropometric measurements (height, weight and MUAC) and their babies.
To examine the relationship between independent variables (MUAC index, other nutritional status index and maternal factors) with dependent variable (birth-weight) were used t-test and anova. Multiple regression were used to examine the relationship between all independent variables and birtweight simultaneously. To test the validity of M' JAC index (with certain "cut off point") and to compare the validity between MUAC index with other nutritional status index, sensitivity, specifity analysis and receiver operating curve (ROC) were used.
Results indicate that, MUAC index, height, pre-pregnancy weight and prepregnancy BMI's, age, parity and mother's education were associated with birthweight. In addition, women with LBW babies were younger, shorter, lighter/thinner compared with their counterparts.
Pregnant women with MUAC lower than 23.5 cm. also have lower prepregnancy weight and prepregnancy BMI's compared with pregnant women of having MUAC 23.5 cm. or higher. The correlation between MUAC with prepregnancy weight and prepregnancy BMI's are high (r=0. 780 and r-0.765).
The cut off point for MUAC's index at 23.5 cm. for predicting pregnant women at risk of having LBW babies showed sensitivity of 42.6% and specifity of 64.4%. This sensitivity and spesifity are comparable with height at 150 centimeters, or prepregnancy weight at 41 kilograms, or prepregaancy EMI's at 18.0 in predicting the risk of having LBW babies.
Although the sensitifity and spesifity of MUAC index at 23.5 centimeters is quite low, this cut off point will still be useful to screen pregnant women at risk of having LBW babies based in reason : it has high correlation with prepregnancy weigh and prepregancy BMI's, it is simple to carry out and relatively inexpensive."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabriani Lutfiana Putri
"Bayi berat badan lahir rendah (<2500 gram) merupakan salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia yang belum dapat terselesaikan. Bayi BBLR merupakan bayi yang tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup di masa kandungan baik karena lahir prematur atau IUGR (Intra Uterine Growth Retardation). Bayi BBLR rentan dengan mortalitas dan morbiditas. Bayi BBLR mudah terkena penyakit infeksi dalam masa pertumbuhannya sehingga menghambat tumbuh kembang anak serta dapat menyebabkan penyakit degeneratif di usia dewasa. pada Berbagai penelitain menunjukkan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi bayi BBLR.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara preeklampsia/eklampsia, kadar Hb pada trimester ke-3, jarak kelahiran anak, paritas dan beberapa faktor lain yaitu usia ibu, aktivitas fisik, tingkat pendidikan ibu dan pemeriksaan antenatal. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain case control menggunakan data rekam medis ibu yang melahirkan di rekam medis RSIA Budi Kemuliaan Jakarta pada tahun 2012 dengan besar sampel 300 responden. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji chi square. Sementara itu analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil uji chi square menunjukkan hubungan yang bermakna antara preeklampsia/eklampsia, jarak kelahiran anak dan pemeriksaan antenatal dengan bayi berat badan lahir rendah. Setelah dikontrol oleh berbagai variabel, hasil uji regresi logistik ganda menyatakan bahwa preeklampsia/eklampsia dan pemeriksaan antenatal bayi berat badan lahi rendah merupakan faktor yang mempengaruhi bayi berat badan lahir rendah. Pemeriksaan antenatal merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap bayi berat badan lahir rendah (OR=3,412). Oleh karena itu pentingnya pemeriksaan antenatal bagi ibu hamil perlu disosialisasikan dengan baik agar ibu memeriksakan kehamilannya secara rutin agar ibu dan bayi sehat dan selamat.

Low birt weight infants (<2500 gram) is one of the health problems in Indonesia which can't be resolved. LBW babies are babies who do net get adequate nutrition in the womb either because of prematurebirth or IUGR (Intra Uterine Growth Retardation). LBW infants are vulnerable to mortality and motbidity. LBW infants suspevtible to infectios disease in infancy thus inhibiting their growth and can lead to degenerative disease in adulthood. Various studies determined there are many factors that effect low birth weight infants.
The objective of this studies is to determine the relationship preeclampsia/eclampsia, maternal hemoglobin level in 3rd trimester, children spacing, parity, maternal age, maternal activity, maternal education and antenatal care. This is quantitative researched by design cross sectional and using using secondary data from medical record Budi kemuliaan Hospital Jakarta in 2012 involved 300 respondents. Data analysis using chi square and multivariate analysis using multiple logistic regression.
Result of chi squre test show there is significant relationship between preeclampsia/eclampsia, children spacing and antenatal care to low birth weight infants. After controlled by many variables, multiple logistic regression testresult that preeklampsia/eklampsia and antenatal care are factors that effecting low birth weight infants. Antenatal care is the major factor that effecting low birth weight infants (OR=3,412). Because of the antenatal care for pregnant women is so importance, it’s need to be well socialized, so that mothers and babies healthy and safe.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47351
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reisy Tane
"Bayi berat lahir rendah yang dirawat di ruang Perinatologi memiliki masalah utama terganggunya status tidur terjaga diikuti oleh ketidakstabilan fungsi fisiologis saturasi oksigen dan frekuensi nadi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan nesting dengan fiksasi terhadap fungsi fisiologis dan status tidur tejaga pada bayi berat lahir rendah. Penelitian ini menggunakan rancangan uji klinik acak terkontrol tipe cross over. Sampel penelitian ini berjumlah 19 bayi dengan berat lahir rendah yang dirawat di ruang Perinatologi RSUP Fatmawati Jakarta.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna penggunaan nesting dengan fiksasi terhadap rerata saturasi oksigen dengan posisi prone dan quarterprone p0,05 . Pemberian nesting dengan fiksasi dengan posisi prone status tidur tenang mendominasi sebesar 96,8 p=0,0001 diikuti dengan posisi quarterprone 95,7 p=0,0001 . Penggunaan nesting dengan fiksasi dapat memfasilitasi tidur tenang dan kestabilan fungsi fisiologis pada BBLR. Rekomendasi dari penelitian selanjutnya adalah perbandingan nesting fiksasi dengan nesting yang terbuat dari bahan tradisional terhadap status tidur terjaga.

Low birth weight infant who treated in the Perinatology has a major problem of sleep awake status disturbance followed by instability on the physiological function of oxygen saturation and pulse frequency. This study aims to investigate the effect of applying nest with a fixation on physiological function and sleep awake status on low birth weight infant. This study uses a randomized controlled trial with cross over design. The sample of this study was 19 low birth weight infant in Perinatology Fatmawati Hospital.
The result of this studies indicates that there is a significant relationship between applying of nesting with fixation on oxygen saturation rate with prone and quarterprone position p 0,05. At the time of nesting fixation with prone position, the majority of sleep awake status is quiet sleep 96.8 p 0.0001 followed by the quarterprone position of 95.7 p 0.0001. The use of nesting with fixation may facilitate quiet sleep and the stability of physiological functions in LBW. The recommendation for further research is comparing a nesting fixation with another type of nesting with a fixation on sleep awake status.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50574
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Dhorkas Dhonna Ruth
"Pendahuluan. Indonesia merupakan negara yang masih banyak layanan kesehatannya terletak di daerah perifer dengan fasilitas minim dan jarang memiliki tenaga ahli untuk memprediksi berat bayi saat dilahirkan.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Kriteria inklusi ibu melahirkan anak terakhir, bayi lahir hidup, dan bayi tunggal, didapatkan sampel sebanyak 23.689.
Hasil. Variabel yang menjadi faktor risiko kejadian BBLR adalah usia kehamilan (POR 2,01), umur (POR 1,28), paritas (POR 1,56), tinggi ibu (POR 1,48), komplikasi (POR 1,46). Analisis ROC didapatkan area under curve untuk mengidentifikasi kejadian BBLR sebesar 0,602. Nilai titik potong untuk skoring prediksi 4 dan sensitivitas 59,8%.
Kesimpulan. Usia kehamilan, umur, paritas, tinggi ibu, dan komplikasi merupakan faktor risiko dan dapat digunakan untuk memprediksi bayi yang akan dilahirkan berisiko BBLR.

Introduction. Indonesia is a country that still many health services located in peripheral areas with minimal facilities and rarely have experts to predict the weight of the baby at birth.
Methods. This study using cross sectional study design. The inclusion criteria maternal last child, a baby was born alive, and a single baby, obtained a sample of 23.689.
Results. Variables are a risk factor for LBW is gestational age (POR 2,01), age (POR 1,28), parity (POR 1,56), maternal height (POR 1,48) and complications (POR 1,46). ROC analysis obtained an area under the curve to identify the LBW of 0,602. Value cut-off point for scoring 4 prediction and sensitivity of 59,8%.
Conclusion. Gestational age, age, parity, height, and complications are risk factors and can be used to predict the baby to be born at risk of LBW
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Fitria Zain
"Di Indonesia proporsi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) <2500 gram pada bayi umur 0-59 bulan masih cukup tinggi, yaitu 6,2% di tahun 2013-2018. Padahal kondisi BBLR memiliki risiko lebih besar untuk mengalami morbiditas dan mortalitas dari pada bayi dengan berat badan normal. Salah satu masalah terbesar yang sering dialami BBLR adalah peningkatan risiko untuk terserang infeksi maupun sepsis, sehingga obat yang paling banyak digunakan di unit perawatan intensif neonatus adalah dari golongan antibiotik. Oleh sebab itu, diperlukannya peran Apoteker dalam melakukan praktik profesi berupa Pemantauan Terapi Obat (PTO) dalam proses pengobatan agar dapat membantu dalam mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki sehingga prognosisnya dapat menjadi lebih baik. Pelaksanaan PTO dilakukan pada tanggal 15-24 September 2020 bertempat di ruang perinatologi 2B di gedung bougenville RSUP Fatmawati berdasarkan laporan kasus yang bersifat kualitatif dengan melakukan pengamatan langsung atau observasi. Data yang diperoleh kemudian diidentifikasi terkait Drug Related Problems (DRPs) menurut Cipolle dan dianalisis rasionalitasnya pada domain antibiotik dengan metode Gyssens. Dari analisa yang dilakukan ditemukan beberapa masalah DRP menurut Cipolle yaitu terkait lama pemberian obat meropenem yang terlalu panjang; pemberian dosis yang terlalu rendah pada obat fluconazole dan ketorolac; pemilihan obat bactesyn yang tidak rasional; adanya interaksi obat fluconazole dengan omeprazole yang bersifat moderat, serta interaksi obat gentamicin dengan bactesyn yang bersifat minor jika digunakan secara bersamaan. Sementara hasil evaluasi menggunakan metode Gyssens pada penggunaan antibiotik menunjukkan obat meropenem termasuk kategori IIIa (penggunaan antibiotik terlalu lama); gentamicin termasuk kategori 0 (penggunaan antibiotika tepat/bijak); bactesyn termasuk katagori IVa (ada antibiotik lain yang lebih efektif) dan katagori IIa (penggunaan antibiotik tidak tepat dosis) apabila tetap dipertahankan penggunaannya.

In Indonesia, the proportion of Low Birth Weight Babies (LBW) <2500 grams in infants aged 0-59 months is still quite high at 6.2% in 2013-2018. In fact, LBW conditions have a greater risk of experiencing morbidity and mortality than babies with normal weight. One of the biggest problems that are often experienced by LBW is the increased risk for infection and sepsis, so the most widely drugs used in neonatal intensive care units are from the antibiotic class. Therefore, a pharmacist's role is needed in carrying out professional practice with Drug Therapy Monitoring (DTM) in order to help optimize the effect of therapy and minimize unwanted effects, so the prognosis can be better. The implementation of DTM was carried out on September 15-24, 2020 at the perinatology room 2B in the bougenville building of RSUP Fatmawati based on qualitative case reports by direct observation. Then the data was identified using the Drug Related Problems (DRPs) classification according to Cipolle and analyzed their rationality in the antibiotic domain using the Gyssens method. From the analysis conducted, it was found that several DRP problems were related to the the long duration of administration of meropenem; too low a dose of fluconazole and ketorolac; irrational choice of bactesyn; There is a moderate drug interaction between fluconazole and omeprazole, as well as a minor drug interaction between gentamicin and bactesyn when used concurrently. Meanwhile, the results of the evaluation using the Gyssens method on antibiotic use showed that meropenem was included in category IIIa (the use of antibiotic is too long); gentamicin was included in category 0 (the use of antibiotics is appropriate/wise); bactesyn was included category IVa (there are other antibiotics that are more effective) and category IIa (the use of antibiotics is not in the right dose) if its use is maintained."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Muthoharoh
"Metode kanguru telah terbukti mampu meningkatkan berat badan bayi dengan berat lahir rendah dan mempersingkat lama hari rawat, akan tetapi dua hal tersebut juga dipengaruhi oleh pemberian nutrisi yang optimal khususnya ASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas perawatan metode kanguru terhadap kenaikan berat badan dan lama rawat bayi dengan berat lahir rendah yang disusui langsung dan tidak disusui langsung. Penelitian ini menggunakan crossover design dengan 32 BBLR di ruang Perinatologi pada tiga rumah sakit di Tangerang. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah bayi berat badan < 2500 gram, bayi yang menerima nutrisi ASI maupun susu formula, bayi dapat menghisap walaupun masih lemah, tidak dipuasakan, tidak terdapat masalah pernafasan, dan bayi tidak mendapatkan produk penambah berat badan atau Human Milk Fortifier. Teknik pengambilan sampel dengan random sampling. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada berat badan bayi yang diberikan intervensi PMK dengan disusui langsung dan PMK tanpa disusui langsung (p=0,451, α<0,05). Hasil penelitian dari lama hari rawat menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada kedua grup (p=0,096). Intervensi ini diharapkan dapat dilanjutkan di ruang rawat Perinatologi dengan durasi lebih dari 60 menit.

The application of the kangaroo method has been shown to be able to weight gain for low birth weight infants and shorten the length of hospitalization, but these two things are also influenced by optimal nutrition, especially breast milk. This study aims to determine the effectiveness of the kangaroo method of care for weight gain and length of stay of infants with low birth weight who are breastfed directly and not directly breastfed. This study used a crossover design with 32 LBW in the Neonatology room at three hospitals in Tangerang. The inclusion criteria in this study were body weight <2500 grams, infants who received both breast milk and formula milk, babies could suck even though they were still weak, not fasted, no respiratory problems, and the baby's mother was willing to take part in the study. Sampling technique with random sampling. The results showed that there was no significant difference in the weight of infants who were given the FMD intervention with direct breastfeeding and FMD without direct breastfeeding (p=0.451, <0.05). The results of the study of length of stay showed that there was no significant difference between the two groups (p=0.096). This intervention is expected to be continued in the Neonatology ward with a duration of more than 60 minutes."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggraeni Indah Kusumaningrum
"Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu penyebab kematian bayi terbanyak di Indonesia (24%). Di Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah kejadiannya dalam 5 tahun terakhir terjadi peningkatan. Di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung sebagai tempat penelitian terjadi peningkatan cukup tajam dalam 2 tahun terakhir.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor ibu dengan kejadian BBLR. Menggunakan desain penelitian cross sectional dengan sampel total populasi yaitu semua ibu yang mempunyai bayi berusia 0-6 bulan yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Gemawang berjumlah 263, diteliti selama bulan Maret 2012. Analisis hubungan menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil menunjukkan adanya hubungan signifikan antara usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status gizi ibu dan paparan asap rokok. Kejadian BBLR diperoleh sebesar 8,4% merupakan masalah yang sangat besar dan harus ditangani. Upaya untuk menurunkan dengan melibatkan seluruh pihak baik pemerintah maupun masyarakat dan meningkatkan penyuluhan.

Low Birth Weight Baby (LBW) is one of the biggest causes of infant death in Indonesia (24%). In Temanggung Regency Central Java Province, the incidence of LBW has been increasing in last 5 years. In the working area of community health center of Gemawang, where this research take place this incidence has been increasing severely in last 2 years.
The purpose of this research is to determine the relations between mother factors and the incidence of low birth weight babies (LBW). Using a cross sectional research design with a sample of the total population which is all mothers who have babies aged 0-6 months lived in the working area of community health center of Gemawang amounts to 263 were researched during the month of March 2012. Analysis of the relation using the chi square test with 95% confidence interval.
The results showed a significant relations among age, educational level, employment status, maternal nutritional status and affected by cigarette’s smoke. The incidence of LBW in this research were obtained at 8,4% is a very big problem and should be handled. Efforts to reduce by involving all parties, both government and society and improve the communication, information and education.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Fatimah
"Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan kondisi dimana bayi lahir dengan berat <2500 gram. BBLR merupakan penyebab utama tingginya kematian neonatal dan faktor peningkatan resiko terjadinya komplikasi jangka pendek dan jangka panjang pada bayi. Berbagai macam faktor resiko diketahui memiliki asosiasi terhadap kejadian BBLR, diantaranya adalah anemia atau kondisi dimana kadar hemoglobin tubuh <11 gr/dL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara anemia dengan kejadian berat badan lahir rendah di Kabupaten Tegal. Metode penelitian ini menggunakan desain case-control dengan data rekam medis ibu beserta bayi yang dilahirkan di RSUD dr Soeselo pada tahun 2021 sebanyak 114 sampel (57 kasus, 57 kontrol). Analisis bivariat yang digunakan adalah uji chi-square dengan batas nilai kemaknaan 95%. Dari 114 ibu melahirkan di RSUD dr Soeselo, didapatkan mayoritas ibu berusia 20-35 tahun, memiliki riwayat melahirkan 2-3 kali, memiliki status gizi berlebih dan 54 ibu mengalami anemia. Analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara anemia dengan kejadian BBLR (p value=0.024, OR=2.357, 95%CI =1.111-5.002). Usia ibu, riwayat paritas dan status gizi ibu berdasarkan indeks massa tubuh tidak memiliki hubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah. Sedangkan anemia memiliki hubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah.

Low birth weight (LBW) is a term to describe newborns with birth weight <2,500 g. It is a risk factor for morbidity and mortality in infants. LBW can increase the risk of short-term and long-term disease complications in infants. Several studies have suggested that maternal anemia (haemoglobin concentration <11 g/dL within the red blood cells) was associated with low birth weight newborns. This study is to determine the association between maternal anemia and low-birth-weight in the district of Tegal. This is a case-control study using 114 samples (57 cases and 57 controls) collected from clinical record data of mothers who delivered their infants at RSUD dr Soeselo Kabupaten Tegal in 2021. The association of anemia and LBW was analyzed using chi square test (degree of convidence 95%). From 114 samples that were studied (in which the majority of them were mothers aged 20-35 years old, mothers who had 2-3 parturitions, and mothers who is overweight and obese), 54 cases of anemia were found. Bivariate analysis showed that anemia has significant association with the case of low-birth-weight newborns (p value=0.024, OR=2.357, 95%CI =1.111-5.002). Maternal anemia was associated with low birth weight. Mother’s age at childbirth, number of parturitions and nutritional status based on body mass index have no association with the case of low birth weight newborns."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risna Yuningsih
"

Pemasangan infus perifer merupakan tindakan yang dapat menimbulkan risiko komplikasi pada bayi berat lahir rendah (BBLR). Angka kejadian flebitis pada BBLR memiliki presentase yang variatif. Penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor risiko terhadap kejadian flebitis pada BBLR diperinatologi.  Desain penelitian ini cross sectional dengan melibatkan 126 BBLR yang memenuhi kriteria inklusi. Pemilihan sampel dengan tekhnik consecutive sampling. Pengambilan data dilakukan sejak BBLR mulai terpasang infus sampai infus dilepas dengan alasan tertentu. Instrumen yang digunakan adalah skala flebitis INS dan skala nyeri neonatus (NIPS). Variabel yang berhubungan dengan kejadian flebitis dengan analisis bivariat adalah pengalaman klinis pemasang infus < 2 tahun (0,01), penggunaan pompa infus (p=0.0198), lokasi pemasangan infus (p=0,019), berat badan lahir neonatus (p=0.025) dan pemberian total parenteral nutrition (p=0.01). Faktor risiko yang paling berhubungan dengan kejadian flebitis berdasarkan analisis multivariat adalah pengalaman petugas pemasang infus < 2 tahun  (OR=26,006). sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas perawat pemberi layanan di area perinatologi.

 

Kata Kunci: Infus perifer, BBLR, flebitis

 

 


Installation of peripheral infusion is an action that can cause a risk of complications in low birth weight babies (LBW). The incidence of phlebitis in LBW has a varied percentage. This study was to analyze risk factors for the incidence of phlebitis in LBW in clinical settings. The study design was cross sectional involving 126 LBW who met the inclusion criteria. Selection of samples by consecutive sampling technique. Data collection was carried out since the LBW started to infuse until the infusion was released for certain reasons. The instruments used were the scale of INS phlebitis and neonatal pain scale (NIPS). The variables associated with the incidence of phlebitis with bivariate analysis is clinical infusion installer <2 years (0.01), use of infusion pumps (p = 0.0198), location of infusion (p = 0.019), neonatal birth weight (p = 0.025) and total parenteral nutrition (p = 0.01). The risk factor most associated with the incidence of phlebitis based on multivariate analysis is the experience of infusion supervisors <2 years (OR = 26,006). so that it can be taken into consideration to improve the quality of care providers in the area of perinatology.

 

 

 

 

"
2019
T53277
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>