Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102894 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prisna Dewandari
"Role-play merupakan sebuah bentuk fan-activites yang dilakukan oleh fandom yang mana individu memainkan karakter dari cerita yang sudah ada serta melakukan kontrol identitas ketika berinteraksi dengan sesama role-players di ranah maya. Meskipun berinteraksi dengan identitas maya, hubungan yang terjalin antar sesama role-players bisa berlanjut ke ranah nyata. Dengan melakukan penelitian etnografi, peneliti berusaha untuk mendeskripsikan bagaimana proses perkembangan hubungan tersebut terjadi.
Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa adanya kesamaan mendorong pembentukan hubungan interpersonal. Penelitian juga menemukan beberapa cara yang memungkinkan role-players untuk beralih dari identitas maya ke nyata serta bagaimana mereka melakukan self-disclosure sehingga mereka bisa saling merasa dekat dan melanjutkan hubungan interpersonal mereka ke ranah nyata.

Role-play is a form of fan-activities done by fandom in which they play existing characters and do identity control as they interact with other role-players. Although they interact in their online identity, they have possibilities to bring the relationship they built into their real life. By doing ethnographic research, i am trying to describe the process of this relationship development.
The results of observation and interview showed that similarity motivates the formation of interpersonal relationship. This research also found several possible ways for role-players to switch their online identity to offline identity and how they do self disclosure so that they feel intimate to each other and bring their interpersonal relationship to real life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S60935
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Syahvita Ananda Bustaman
"Akun pseudonim menjadi fenomena unik dalam penggunaan anonimitas di media sosial. Berdasarkan penelitian sebelumnya, anonimitas dapat diikuti dengan peningkatan self disclosure. Dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anonimitas dan self disclosure pada akun pseudonim di Twitter pada populasi kelompok usia generasi Z. Penelitian ini diikuti oleh 246 partisipan pengguna akun pseudonim di Twitter yang merupakan bagian dari generasi Z. Anonimitas diukur menggunakan Skala Anonimitas dan self disclosure diukur menggunakan Revised Self Disclosure Scale. Hasil teknik korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan negatif antara anonimitas dan self disclosure (r(246)=-0,233, p=0,001, r2=0,054).

Pseudonym accounts are a unique phenomenon in the use of anonymity on social media. Previous research shows anonymity can be followed by increased self-disclosure. This study aims to determine the relationship between anonymity and self-disclosure on pseudonym accounts on Twitter among generation Z. This study was followed by 246 user of pseudonym accounts on Twitter who are part of generation Z. Anonymity’s measured using the Anonymity Scale and self disclosure’s measured using the Revised Self Disclosure Scale. Spearman correlation technique result showed a significant and negative relationship between anonymity and self-disclosure (r(246) =-0,233, p = 0.001, r2= 0.054)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Pradata I.K.
"Ketertarikan terhadap lawan jenis, yang dialaiai oleh hampir semua orang, dapat berlanjut dalam hubungan berpacaran. Berpacaran dapat merupakan suatu proses untuk memilih pasangan hidup. Dengan demikian individu berupaya untuk mengenal pasangannya secara mendalam. Untuk itu mereka perlu saling mengungkapkan diri. Pengungkapan diri (seljfdisclosure) merupakan tindakan individu untuk menceritakan berbagai informasi tentang dirinya (baik pikiran, perasaan, pengalaman) kepada orang lain. Pengungkapan diri tidak mudah dilakukan karena memiliki dua sisi, di satu sisi pengungkapan diri memiliki manfaat besar dalam mengembangkan suatu hubungan, tetapi di sisi lain juga memiliki risiko yang dapat mengancam kelangsungan hubungan, misalnya penolakan, munculnya perasaan terluka.
Penelitian ini bermaksud mengetahui gambaran pengungkapan diri pada masa sebelum berpacaran dan pada masa selama berpacaran. Selain itu ingin diketahui pula peranan pengungkapan diri dalam perkembangan hubungan berpacaran. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan ini yang ingin dicapai adalah memahami penghayatan subyektif individu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Penelitian ini melibatkan 6 subyek, terdiri dari 3 pria dan 3 wanita.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seperti yang dikemukakan secara teoretis, pengungkapan diri dapat menunjang tercapainya keintiman, tetapi juga mengandung risiko. Sekalipun pembicaraan berkembang ke arah yang lebih pribadi pada masa berpacaran, ada topik-topik yang dihindari atau ditunda untuk dibicarakan. Hal ini terjadi karena dalam perjalanan hubungan timbul konflik-konflik yang disebabkan oleh pengungkapan diri. Konflik menjadi akibat negatif dari pengungkapan diri yang dialami oleh semua subyek. Hal serupa tidak tampak pada masa sebelum berpacaran. Oleh sebab itu pertimbangan-pertimbangan subyek dalam mengungkapkan diri tainpak lebih kompleks pada masa selama berpacaran.
Peranan pengungkapan diri berbeda-beda untuk masingmasing subyek. Pada empat subyek, pengungkapan diri tampak lebih besar peranannya dalam mengembangkan dan menjaga kelangsungan hubungan. Sementara pada dua subyek, banyak konflik yang timbul berkaitan dengan pengungkapan diri yang akhirnya mengancam kelangsungan hubungan mereka. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengungkapan diri timbal balik dan adanya reaksi-reaksi negatif terhadap pengungkapan diri berperan bagi terancamnya kelangsungan hubungan berpacaran.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggali lebih dalam faktor-faktor kepribadian dan budaya. Selain itu perlu dilibatkan subyek dengan latar belakang yang beragam atau yang memiliki pengalaman masa lalu kurang menguntungkan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2581
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aminah Swarnawati
"Maraknya acara konsultasi melalui media elektronik akhir akhir ini menarik minat peneliti untuk mengkajinya, terutama karena topik yang dibahas seringkali menyentuh wilayah yang bagi sebagian orang masih tabu untuk dibicarakan, apaiagi dibicarakan melalui media dan didengar oleh banyak orang.
Konsultasi melalui radio pada penelitian ini ada 2 (dua) jenis yaitu yang melibatkan expert sebagai pemberi solusi pada radio Pesona FM dan radio Trijaya FM dan non-expert pada radio TMI dan Muara FM. Perbedaan expert dan non-expert membuat perbedaan pada model konsultasinya dan topik yang dibicarakan. Pada expert, konsultasi langsung dijawab oleh expert, pengasuh acara lebih berfungsi sebagai moderator atau pemberi komentar tambahan, sedangkan pada non-expert, konsultasi terlebih dahulu dilempar pada khalayak untuk urun rembuk baru pada akhir session pengasuh acara membahasnya atau menarik kesimpulan. Dari segi topik yang dibicarakan, pada expert: topik lebih khusus yaitu masalah seks, sedangkan pada non-expert topik lebih beragam antara lain masalah pergaulan, pekerjaan, percintaan, konflik keluarga.
Konsultasi yang dilakukan melalui radio pada penelitian ini dilihat sebagai bentuk tindak self-disclosure dilihat dari segi fungsi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berkaitan dengan topik yang menyentuh masalah seks mempunyai dampak pada etika, yaitu masalah pantas - tidak pantas, bermoral - tidak bermoral dalam kerangka budaya Indonesia. Masalah etika menjadi penting karena walaupun diasuh oleh expert akan tetapi pembawa acara kadang-kadang memberikan komentar yang tidak pantas dan tidak mendukung terhadap penyelesaian masalah yang dikonsultasikan.
Hal yang menarik pada penelitian ini adalah bahwa selama ini pembahasan tentang self-disclosure selalu dalam lingkup komunikasi interpersonal yang dicirikan terjadi dalam hubungan yang penuh keakraban atau keintiman dan idealnya dalam komunikasi dyadic, akan tetapi pada penelitian ini justru melalui media. Dengan sendirinya unsur-unsur keintiman tidak ada lagi, begitu pula komunikasi yang terjadi bukan komunikasi dyadic karena melibatkan lebih dari dua orang, paling tidak terdiri dari Wien, konselor dan khayalak. lmplikasi tentu saja pada bagaimana teori-teori interpersonal menjawab fenomena ini. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Agung Esfandari
"Penelitian ini dilakukan terhadap tenaga didik dan guru pembimbing yang tepat bagi peserta didik, khususnya yang memiliki single parent. Menurut Amato (1999) peserta didik yang memiliki single parent (karena perceraian, perpisahan atau salah satu diantara orang tua kandungnya yang telah meninggal dunia) lebih banyak mengalami masalah dalam berperilaku, lebih rendah nilai akademisnya, sering kesulitan dalam bersosialisasi dan memiliki self-concept yang buruk dibanding peserta didik yang memiliki non-single parent.
Oleh sebab itu, untuk dapat membantu peserta didik yang single parent dalam menghadapi berbagai permasalahnnya dan menjalin hubungan ataupun komunikasi yang baik dengan mereka dibutuhkan tenaga didik dan guru pembimbing yang tepat. Dalam pencarian tersebut, peneliti akan membahas kemampuan self-disclosure (pengungkapan diri) seluruh peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) Madania dan guru pembimbing mereka sehingga pada akhirnya dapat diketahui tipe tenaga didik dengan kategori mana yang paling tepat dan disukai oleh mereka. Apakah tenaga didik itu berjenis kelamin laki-laki atau perempuan? Apakah berusia tua atau muda? SMP Madania dipilih sebagai objek studi karena sekolah ini sangat menekankan pentingnya hubungan personal guru dan peserta didik bila dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain. Iklim komunikasi antar guru dan peserta didik selalu ditenkankan menyenangkan, supportive dan aman sehingga memberikan kenyamanan pada seluruh anak didiknya terutama pada mereka yang bermasalah dan berasal dari keluarga single parent.
Metode yang digunakan untuk meneliti kemampuan self-disclosure peserta didik terhadap kategori tenaga didik dan guru pembimbing adalah Analysis of Varians (ANOVA) sebab metode tersebut digunakan untuk mengetahui perbedaan antara beberapa variabel yang diukur dengan satu atau lebih faktor tertentu. Pada penelitian ini ada empat buah variabel yang diukur berdasarkan faktor peserta didik. Selain ANOVA, akan digunakan pula uji lanjutan yang dapat mengukur taraf perbedaan antara keempat variabel yaitu uji Duncan. Dengan begitu, kita dapat mengetahui kategori tenaga didik dan guru pembimbing mana yang paling disukai peserta didik.
Secara keseluruhan, peserta didik SMP Madania yang mempunyai single parent menyukai tenaga didik dan guru pembimbing yang usianya antara 20-30 tahun. Hal itu disebabkan adanya kepercayaan bahwa tenaga didik dan guru pembimbing yang usianya "masih muda" dapat memahami permasalahan mereka dengan lebih baik. Selain itu, perbedaan jenis kelamin tenaga didik dan guru pembimbing tidaklah terlalu dipermasalahkan oleh peserta didik karena mereka dianggap memiliki potensi yang sama.
Hasil penelitian ini memberikan kontribusi teoritis pada perkembangan teoriteori self-disclosure sebelumnya yang menegaskan bahwa individu sangat selektif dalam memilih orang dimana ia dapat mengungkapkan diri (Pearce dan Sharp, 1973), juga self-disclosure lebih banyak ditemukan pada hubungan dyadic dari dua orang yang mempunyai umur dan jenis kelamin yang sama. Untuk peserta didik SMP Madania yang memiliki iklim komunikasi kondusif maka hanya perbedaan umur saja yang berpengaruh. Sedangkan perbedaan jenis kelamin dan selektifitas tidak berperan.

This research focuses toward teachers and school counselors in dealing with students, especially the single parent students. According to Amato (1999) single parent students (whether due to parental divorce, break up, or one of them already passed away) exhibit greater behavioral problems, lower academic achievements, additional social difficulties, and poorer self-concepts than non-single parent students.
Henceforth, to help the single parent students in coping with their problems and in establishing healthy relationships with them, schools need the right teachers and school counselors. By studying junior high school students' competency of self-disclosure toward teachers in Madania, the result will reveal the characteristics of teachers that students prefer the most. Will it be a male or a female teacher? Will he or she be young or old?
Madania Junior High School has been chosen as a field of research because it emphasizes the importance of building healthy relationships between teachers and students more than any other schools. In other words, Madania tries its best to create a supportive, warm, and happy climate so that every students can feel comfortable, especially those who have problems and come from single parent families.
This research uses Analysis of Variance (ANOVA) method because it is usually used to see the variance between several variables through more than one factor. In this case, there are four variables (the categories for teachers and advisors) and one factor (the students). In addition to ANOVA, this research also uses another test called the Duncan test. By applying the Duncan test, we are able to see which of the teachers and advisors that the students prefer the most.
Overall, the result shows that students with single parents prefer teachers that are between 20 - 30 years old. The reason is because they believe "young" teachers understand their problems better. Moreover, students with single parents do not make an issue of the teachers' gender because they believe both male and female teachers have the same ability.
This research's result gives a theoretical contribution toward previous self-disclosure theories, which explain that people are very selective in choosing the person they want to self-disclose to (Pearce and Sharp, 1973:147). In addition, the result also reveals that self-disclosure is found in a dyadic relationship between two people who are of the same age and gender. In reference to Madania Junior High School, which provides a supportive atmosphere, only teachers' age becomes a significant variable while gender does not.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14327
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gisella Rusli
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dalam perbandingan dimensi jumlah, kedalaman, dan valensi dalam pengungkapan diri antar individu dalam interaksi di forum roleplay dan dunia nyata. Pengukuran pengungkapan diri menggunakan alat ukur Wheeless Revised Self-Disclosure Scale yang dikembangkan oleh Wheeless pada tahun 1976. Partisipan dalam penelitian ini adalah 51 pengguna internet di Indonesia yang pernah atau sedang mengikuti forum roleplay.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam perbandingan dimensi jumlah, kedalaman, dan valensi dalam tingkat pengungkapan diri antara komunikasi antar individu dalam forum roleplay dengan dunia nyata. Hal ini dapat disebabkan oleh sedikitnya anonimitas yang dimiliki oleh roleplayer yang menjadi penentu untuk mengungkap dirinya, atau dikarenakan oleh beragamnya forum roleplay dan partisipan yang tergabung dalam penelitian ini.

This research is conducted to find whether there was a significant difference in comparing amount, depth, and valence dimensions in self disclosure between individuals in roleplay forums and real world interactions. In this research, self disclosure was measured using a modification instrument named Wheeless Revised Self Disclosure Scale that originally was constructed by Wheeless at 1976. The participants of this research are 51 internet users in Indonesia who were or currently are members of roleplay forum's.
The main results of this research show that there is no significant difference in comparing amount, depth, and valence dimensions in self disclosure between individuals in roleplay forums and real world interactions. This result could be caused by the little anonimity gained by the roleplayer which became the key point to their self disclosure, or it was because the variety of roleplay forums and the participants that were included in this research.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diajeng Tri Padya
"Angka perceraian di Indonesia cenderung meningkat tiap tahunnya. Salah satu alasan pasangan bercerai adalah perselingkuhan. Terdapat indikasi bahwa seiring perkembangan zaman, individu memiliki sikap yang cenderung permisif terhadap perselingkuhan sehingga menjadi lebih rentan melakukan perselingkuhan. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh self-disclosure pada sikap terhadap perselingkuhan yang dimiliki individu dalam perkawinan. Penelitian ini juga melihat peran kepuasan perkawinan yang dimiliki individu dalam memediasi hubungan antara self-disclosure dan sikap terhadap perselingkuhan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Attitude toward Infidelity Scale (ATIS; Whatley, 2008), Marital Self-disclosure Questionnaire (MSDQ; Waring, et al., 1998), dan Couple Satisfaction index (CSI; Funk & Rogge, 2007). Teknik statistik deskriptif, korelasi, regresi sederhana dan analisis mediasi digunakan untuk menganalisis data. Penelitian ini dilakukan pada 461 partisipan yang berada dalam perkawinan (361 perempuan, 100 laki-laki). Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-disclosure memiliki pengaruh yang signifikan pada sikap terhadap perselingkuhan. Selain itu, dapat diketahui bahwa kepuasan perkawinan berperan memediasi secara penuh hubungan antara self-disclosure dan sikap terhadap perselingkuhan.

The divorce rate in Indonesia tends to increase every year. One of the reasons couples divorce is infidelity. There is an indication that individuals tend to have a permissive attitude towards infidelity along with the times so that they become more vulnerable to infidelity. This study aims to examine the effect of self-disclosure on attitudes towards infidelity that individuals have in marriage. This study also looks at the role of marital satisfaction in mediating the relationship between self-disclosure and attitudes towards infidelity. The Attitude toward Infidelity Scale (ATIS; Whatley, 2008), Marital Self-disclosure Questionnaire (MSDQ; Waring, et al., 1998), and Couple Satisfaction index (CSI; Funk & Rogge, 2007) were used in this study. Descriptive, correlation, regression, and mediation analysis techniques were used to to analyze the data. This study was conducted on 461 participants who were in marriage (361 women, 100 men). The results showed that self-disclosure had a significant effect on attitudes towards infidelity. In addition, the result found marital satisfaction fully mediate the relationship between self-disclosure and attitudes towards infidelity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Mona Natasha
"Self-disclosure didefinisikan sebagai tindakan seseorang untuk mengungkapkan informasi tentang dirinya kepada pihak lain. Dalam konteks media sosial, meskipun mampu memenuhi kebutuhan sosial dan emosional pengguna, perilaku self-disclosure juga disertai dengan risiko yang merugikan pengguna. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perilaku self-disclosure pengguna media sosial di Indonesia dengan analisis komparatif berdasarkan kelompok usia. Model penelitian dibangun dengan mengadopsi teori privacy calculus dan Communication Privacy Management (CPM). Survei dilakukan terhadap 2.210 responden yang merupakan pengguna aktif media sosial di Indonesia. Data diolah dan dianalisis menggunakan metode Covariance-Based Structural Equation Modeling (CB-SEM) dengan program AMOS 24.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada data keseluruhan kelompok, faktor use of information, trust, privacy control, interactivity, perceived benefits, dan perceived risks memengaruhi perilaku self-disclosure pengguna. Selain itu, ditemukan juga bahwa faktor use of information dan personal innovativeness memengaruhi perceived benefits, sedangkan faktor trust, notices (privacy policy), dan privacy control memengaruhi perceived risks pada pengguna di media sosial. Penemuan dari penelitian ini dapat membantu penyedia layanan media sosial dalam mengevaluasi kredibilitas dan reliabilitas platform untuk mendorong retensi pengguna. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat membantu pengembang kebijakan di Indonesia dalam mengatur mekanisme kontrol terkait media sosial secara tepat untuk memastikan keamanan informasi yang disebarkan melalui media sosial.

Self-disclosure is the act of disclosing one's information about themselves to other parties or individuals. In the context of social media, besides being able to meet users' social and emotional needs, self-disclosure behavior is also accompanied by risks that can harm users. This study aims to determine the factors that influence self-disclosure behavior on social media users in Indonesia, with a comparative analysis based on age groups. Research model was built by adopting the privacy calculus and Communication Privacy Management (CPM) theory. Survey was conducted on 2,210 respondents who are active users of social media in Indonesia. Data were processed and analysed using Covariance-Based Structural Equation Modeling (CB-SEM) method with AMOS 24.0 program. The results of this study indicate that in the overall group data, the use of information, trust, privacy control, interactivity, perceived benefits, and perceived risks significantly affect users' self-disclosure behaviour. It was also found that the use of information and personal innovativeness affect perceived benefits, while trust, notices (privacy policy), and privacy control affect perceived risks on social media users. The findings from this study can help social media service proYiders to evaluate the platform's credibility and reliability, in order to encourage user retention. Results of this study also provide insights to Indonesia's policy makers in developing the appropriate control regarding social media, which ensures the safety of information shared on social media."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riko Brazore Meliala
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku Self-Disclosure yang dilakukan pada kanal media sosial terhadap tingkat Repurchase Intention yang dilakukan oleh konsumen Somethinc pada wilayah Jabodetabek. Penelitian dianggap penting karena terdapat dorongan psikologis yang dapat timbul akibat perilaku self-disclosure terhadap pola repurchase intention konsumen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif metode survei pada konsumen dari produk perawatn kulit Somethinc di daerah Jabodetabek. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 150. Penelitian melakukan uji validitas dengan analisis faktor dan reliabilitas dengan Cronbach’s Alpha. Regresi linear sederhana digunakan dalam pengujian hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan terhadap Self-Disclosure sebagai variabel independen dan Repurchase Intention sebagai variabel dependen

In this study aims to analyze the effect of Self-Disclosure behavior on social media channels on the level of repurchase intention by Somethinc consumers in the Jabodetabek area. This study uses a quantitative approach to survey methods on consumers of Somethinc skin care products in the Jabodetabek area. The sample used in the study amounted to 150. The study conducted a validity test with factor analysis and reliability with Cronbach's Alpha. Simple linear regression was used in hypothesis testing. The results showed that there was a significant relationship to Self-Disclosure as the independent variable and Repurchase Intention as the dependent variable"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Derira Tarisa
"Penelitian ini menganalisis pengaruh antar konsep Motivasi, Self disclosure (pengungkapan diri) dan Psychological Well Being (kesejahteraan psikologis) pada wanita dewasa muda di ibu kota melalui platform media sosial Instagram. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan motivasi pengguna Instagram untuk melakukan Self disclosure, selanjutnya penelitian ini juga dilakukan untuk melihat pengaruh Self disclosure terhadap Psychological Well Being. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode explanatory, menggunakan kuesioner yang diberikan kepada 200 responden wanita dewasa muda di Ibu Kota Jakarta. Pengolah data menggunakan SEM PLS. Studi ini memberikan pemahaman yang lebih spesifik tentang pengaruh motivasi seseorang melakukan pengungkapan diri dan dampaknya terhadap kesejahteraan psikologis. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa individu dengan tingkat motivasi untuk melakukan keterbukaan diri memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang positif. Dengan kata lain, individu yang memiliki motivasi kuat untuk berbagi tentang diri mereka sendiri dan secara aktif mengekspresikan diri mereka cenderung mengalami kesejahteraan psikologis yang positif.

This research analyzes the influence of Motivation, Self disclosure, and Psychological Well-Being on young adult women in the capital city through the social media platform Instagram. The purpose of this research is to find out the Motivation of Instagram users to do self disclosure. Furthermore, this research was also conducted to see the effect of self disclosure on psychological well-being. This study adopts a descriptive quantitative research design with an explanatory approach, utilizing a questionnaire administered to 200 young adult female respondents in the capital city. Using PLS SEM as a data processing tool. This research delves deeper into the topic of self disclosure specifically focusing on young adult women residing in the capital city. The study provides a more specific understanding of the relationship between Motivation for self disclosure and its impact on psychological well-being. The findings of this research indicate that individuals with high levels of Motivation for self disclosure and high levels of openness tend to have positive levels of psychological well-being. In other words, individuals who have a strong Motivation to share about themselves and actively express themselves to a high degree tend to experience positive psychological well-being."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>