Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132763 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Puspasari
"Infeksi HIV bukan hanya mempengaruhi kesehatan fisik tetapi juga dapat mengakibatkan kecemasan atau depresi berkaitan dengan mortalitas, terapi, dan stigma, yang kemudian berdampak pada kualitas hidup. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kualitas hidup Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu. Penelitian ini menggunakan rancangan studi deskriptif dan mengumpulkan sebanyak 121 responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kualitas hidup kurang baik (63,6%), mayoritas responden memiliki dimensi kesehatan fisik yang kurang baik yaitu (60,3%). Pada dimensi psikologis responden memiliki nilai yang kurang baik (75,2 %). Dalam dimensi interaksi sosial, mayoritas responden juga memiliki nilai yang kurang baik (57,9%). Dalam dimensi lingkungan (62,8%) nilainya kurang baik. Dari dimensi tingkat kemandirian, mayoritas responden (70,2%) nilainya kurang baik. Sedangkan dimensi spiritual, sebanyak 68 orang (56,2%) nilainya kurang baik.

HIV Infection not only affects physical health but also causes anxiety or depression related to mortality, therapy, and stigma, and then influence quality of life. The purpose of this study was to determine the picture quality of life of people living with HIV / AIDS (PLWHA) in Bhayangkara Hospitals Indramayu. This study used a descriptive study design and collect as much as 121 respondents.
The results showed that most of respondents have a poor quality of life (63.6%), more specically, all dimention the of qualiti of life majority respondents showed less than expected. Dimention of physical health, (60.3%), (75.2%), social interaction (57.9%), environmental (62.8%), level of independence (70.2%), and spiritual dimension (56.2%).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Yusup Hidayat
"Jumlah orang yang terinfeksi HIV terus meningkat pesat dan tersebar luas di seluruh dunia. Individu yang dinyatakan terinfeksi HIV, sebagian menunjukkan perubahan psikososial yang berdampak pada dirinya, sehingga memerlukan suatu mekanisme koping. Strategi koping merupakan cara individu menyelesaikan masalah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran strategi koping pasien HIV/AIDS di Poliklinik NAPZA Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
Desain penelitian menggunakan desain deskriptif sederhana, dilakukan secara purposive sampling methods terhadap 83 responden. Hasil penelitian menunjukkan strategi koping yang dipakai responden, didapatkan strategi koping yang adaptif 55,6 %, dan stretegi koping yang maladaptif sebanyak 44,4 %.
Penelitian ini mengindikasikan perlunya memberikan dukungan dan mendorong pasien HIV/AIDS dalam menemukan atau meningkatkan koping individu yang adaptif, dan memfasilitasi pasien HIV/AIDS mendapatkan sumber-sumber dukungan. Sehingga pasien HIV/AIDS dapat beradaptasi terhadap kondisinya dan mampu mengelola penyakit yang dialaminya.

People infected with HIV continues to increase rapidly and is widespread throughout the world. HIV-infected individuals, in part demonstrated psychosocial changes that have an impact on him, so it takes a coping strategies. Coping strategies is an individual way to solve the problem. The purpose of this study is to describe the coping strategies of patients with HIV / AIDS in drug Polyclinic Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Hospital.
The study design using simple descriptive design, done by purposive sampling methods against 83 respondents. The results suggest coping strategies employed respondents, found that adaptive coping strategies 55.6%, and maladaptive coping stretegies 44.4%.
This study indicates the need to provide support and promote HIV / AIDS patients in finding and enhancing adaptive coping individuals, and facilitate HIV / AIDS patients get support resources. So that HIV / AIDS patients can adapt to the conditions and be able to manage the disease they experienced.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Agus Tianingrum
"Stigma terhadap ODHA telah menjadi masalah global yang epideminya selalu menyertai epidemi HIV dan AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan stigma terhadap ODHA pada pelajar SMA di Surabaya Selatan melalui pendekatan kuantitatif menggunakan data primer pada 785 responden di 11 SMA pada bulan Maret-Mei 2015.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,2% pelajar memiliki stigma terhadap HIV&AIDS. Faktor paling dominan yang berhubungan stigma terhadap HIV&AIDS adalah pengaruh orang tua (p=0,0001; OR=6,05; 95% CI= 4,077-8,978) yang berarti pelajar yang terpengaruh sikap negatif orang tuanya akan berpeluang melakukan stigma 6,05 kali lebih besar dibandingkan yang tidak terpengaruh setelah dikontrol oleh pengetahuan, keterlibatan program, pengaruh teman sebaya, dan pengaruh guru.
Kesimpulannya adalah pelajar yang memiliki pengetahuan rendah, tidak terlibat program, dan terpengaruh sikap teman sebayanya, guru di sekolah, dan orang tua cenderung akan melakukan stigma. Saran dari penelitian ini adalah dengan memaksimalkan peran orang tua, guru, dan teman sebaya dalam mengurangi stigma serta dan optimalisasi program HIV&AIDS berbasis sekolah.

Stigma toward PWHA has been being one of global problem which it’s epidemic always near with epidemic of HIV and AIDS. This study is aimed to explore relationship between internal factors and external factors with stigma towards PWHA among students of Senior High School in South Surabaya through quantitative approach using primary data to 785 respondents in 11 senior high schools.
The results of this study shows that 53,2% students have stigma towards PWHA. The main factor that significantly related to stigma is influence of parents (p=0,0001; OR=6,05; 95% CI= 4,077-8,978). It means that students who was influenced by parents’ negative attitude, will have stigma toward PWHA 6,05 more than students who was not influenced.
Based on this study can be concluded that students whose low knowledge, never involve in HIV&AIDS program, influenced by their peer, teachers, and parents’ negative attitudes will have stigma toward PWHA. From the results it is expected the participation of the government to enhance the role of parents, peer group, and teachers to reduce stigma and also increase a school based program for HIV&AIDS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44207
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triana Arisdiani
"[Waria yang merupakan salah satu populasi kunci dalam peningkatan HIV/AIDS, di Kota Kendal diperkirakan berjumlah lebih dari 400 orang. Dari seluruh kasus HIV/AIDS yang ada di Kendal waria menduduki urutan kelima. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mendalam tentang pengalaman hidup waria dengan HIV/AIDS. Penelitian ini menerapkan desain penelitian deskriptif fenomenologi dengan wawancara mendalam. Sebelas partisipan diperoleh dengan
teknik purposive sampling. Dari hasil penelitian ini teridentifikasi 7 tema yaitu 1) Mengenali identitas diri sebagi waria, 2) Preferensi seksual terhadap laki-laki, 3) Persepsi waria terhadap sumber penularan HIV/AIDS, 4) Arti kehidupan bagi waria dengan HIV/AIDS, 5) Mengalami diskriminasi, 6) Bentuk dukungan waria dengan HIV/AIDS, 7) Hambatan dalam mengakses pelayanan kesehatan. Kesimpulan: seluruh waria menyadari identitas diri sebagai waria, dan mereka
memahami pekerjaan dan perilaku seks beresiko menjadi sumber penularan HIV/AIDS. Sebagian waria mengalami kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan akibat adanya diskriminasi;Transgenders is one of the key populations in the increasing in HIV / AIDS case,
is estimated more than 400 people in the city of Kendal. The cases of transgender with HIV in Kendal is ranked on the top five. This study aims to gain a deeper understanding of transgender life experiences with HIV / AIDS. This research applies research design of descriptive phenomenology with depth interview. Eleven participants were recruited by purposive sampling technique. From the results of this study identified seven themes: 1) Recognize identity as a transgender, 2) sexual preference to males, 3) Perception transgenders against
the source of transmission of HIV / AIDS, 4) The meaning of life for transgenders with HIV / AIDS, 5) Experience discrimination, 6) The support transgenders with HIV / AIDS, 7) Barriers in accessing health services. Conclusion: the entire transgender realize identity as transgender, and they understand the work and unsafe sexual behavior becomes a source of transmission of HIV / AIDS. Most transgenders have difficulty in accessing health services due to discrimination;Transgenders is one of the key populations in the increasing in HIV / AIDS case,
is estimated more than 400 people in the city of Kendal. The cases of transgender
with HIV in Kendal is ranked on the top five. This study aims to gain a deeper
understanding of transgender life experiences with HIV / AIDS. This research
applies research design of descriptive phenomenology with depth interview.
Eleven participants were recruited by purposive sampling technique. From the
results of this study identified seven themes: 1) Recognize identity as a
transgender, 2) sexual preference to males, 3) Perception transgenders against
the source of transmission of HIV / AIDS, 4) The meaning of life for transgenders
with HIV / AIDS, 5) Experience discrimination, 6) The support transgenders with
HIV / AIDS, 7) Barriers in accessing health services. Conclusion: the entire
transgender realize identity as transgender, and they understand the work and
unsafe sexual behavior becomes a source of transmission of HIV / AIDS. Most
transgenders have difficulty in accessing health services due to discrimination, Transgenders is one of the key populations in the increasing in HIV / AIDS case,
is estimated more than 400 people in the city of Kendal. The cases of transgender
with HIV in Kendal is ranked on the top five. This study aims to gain a deeper
understanding of transgender life experiences with HIV / AIDS. This research
applies research design of descriptive phenomenology with depth interview.
Eleven participants were recruited by purposive sampling technique. From the
results of this study identified seven themes: 1) Recognize identity as a
transgender, 2) sexual preference to males, 3) Perception transgenders against
the source of transmission of HIV / AIDS, 4) The meaning of life for transgenders
with HIV / AIDS, 5) Experience discrimination, 6) The support transgenders with
HIV / AIDS, 7) Barriers in accessing health services. Conclusion: the entire
transgender realize identity as transgender, and they understand the work and
unsafe sexual behavior becomes a source of transmission of HIV / AIDS. Most
transgenders have difficulty in accessing health services due to discrimination]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T44304
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Yunita
"Latar Belakang. Perempuan dengan HIV/AIDS memiliki risiko mengalami psikopatologi yang lebih tinggi dibanding laki-laki, meskipun data pendukung mengenai hal ini sangat minim. Untuk mengatasi stresor yang dialami, penderita HIV/AIDS membangun berbagai bentuk mekanisme koping, dan seringkali menggunakan mekanisme koping yang maladaptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara psikopatologi dengan mekanisme koping pada perempuan dengan HIV/AIDS.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan menilai psikopatologi kuesioner SCL-90 , dan mekanisme koping kuesioner Brief COPE pada perempuan dengan HIV/AIDS di Pokdisus RS Cipto Mangunkusumo.
Hasil. Responden berjumlah 116 orang dengan 37,1 di antaranya memiliki psikopatologi dengan depresi sebagai psikopatologi terbanyak 44,2 . Mekanisme koping yang tersering digunakan oleh seluruh responden adalah religion 46,6 . Korelasi psikopatologi dengan mekanisme koping adalah r= 0,292 dan p=0,001.
Kesimpulan. Didapatkan hubungan bermakna dengan korelasi positif dan kekuatan lemah antara psikopatologi dan mekanisme koping. Mekanisme koping religion lebih banyak digunakan oleh responden tanpa psikopatologi. Responden dengan psikopatologi yang menggunakan koping religion sering disertai dengan penggunaan koping self blame. Manajemen tatalaksana perempuan dengan HIV/AIDS yang komprehensif dapat dilakukan dengan deteksi dini psikopatologi dan mekanisme koping.

Background. Women with HIV AIDS have greater risk than men in having psychopathology while the data was not very considerable. To resolve stress, patients with HIV AIDS build lots of coping mechanism, and often the maladaptive ones. This study aims to assess the relationship between psychopathology and coping mechanism in women with HIV AIDS.
Method. A cross sectional study was conducted to determine the psychopathology using SCL 90 questionnaire, and coping mechanism using Brief COPE questionnaire in women with HIV AIDS at Pokdisus of Cipto Mangunkusumo Hospital.
Result. Among 116 subjects, 37,1 had no psychopathology with depression was the most common psychopatology 44.2. The most used mechanism of coping was religion 46,6. The coefficient correlation between psychopathology and mechanism of coping was r 0,292 and p 0,001.
Conclusion. There was significant differences with positive and correlation between psychopathology and mechanism of coping. Religion coping more used by respondent with no psychopathology. Respondent with psychopathology often use religion and self blame coping. A comprehensive management in female with HIV AIDS can be done by early detection of their psychopathology and coping mechanism.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajriyati Nur Azizah
"Duapertiga Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) berusia dewasa mengalami depresi. Depresi merupakan respon terhadap masalah psikososial akibat diagnosa positif HIV yang menyebabkan isolasi diri dan perilaku beresiko bunuh diri. Tujuan penelitian kualitatif fenomenologi ini menggambarkan pengalaman depresi ODHA dewasa menjalani tugas perkembangan psikososialnya. Partisipan penelitian berjumlah 8 orang dan data dikumpulkan dengan wawancara mendalam. Enam tema yang dihasilkan: perjalanan penyakit merubah seluruh aspek kehidupan, menutup diri sebagai respon terhadap stigma, depresi sebagai respon kehilangan, strategi psikososial sebagai pilihan koping, kesadaran akan makna spiritual, dan kekuatan dukungan sosial dalam pencapaian peran dan harapan. Penelitian menyarankan ketersediaannya layanan keperawatan bagi ODHA berbasis komunitas.

Two-thirds of adult people with HIV/AIDS (PLWH) suffer from depression. Depression is a response to psychosocial problems as a result of HIV positive diagnosis that causes self-isolation and suicide risk transmit. The goal of this qualitative with phenomenological study was to describe the experience of depression in adult people with HIV/AIDS undergoing psychosocial developmental tasks. This research was involved 8 participants with in-depth interview as a methode to collect the data. Six themes marked the experience: the course of the disease changes all aspects of life, hide the HIV status as a response to stigma, depression as a response to loss, psychosocial as alternative coping strategy, awareness of spiritual meaning, and the strength of social support in the achievement of roles and expectations. Research suggested the availability of nursing services for PLWH community based."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Dona
"Salah satu tujuan Millennium Developments Goals adalah memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya.Pengetahuan tentang HIV AIDS merupakan salah upaya untuk mencegah penularan HIV di kalangan WPS dan mempengaruhi perilaku pemakaian kondom. Selain itu faktor sosial demografi dikalangan WPS juga mempengaruhi dalam pemakaian kondom.Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan karakteristik dan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada Wanita Penjaja Seks Langsung (WPSL) terhadap perilaku mewajibkan pemakaian kondom pada pelanggan. Desain penelitian adalah cross sectional dengan jumlah sampel 120 WPSL diambil secara simpel random sampling.
Hasil analisis statistik diperoleh WPSL yang konsisten mewajibkan pemakaian kondom pada pelanggan sebesar 35%.Analisis bivariat diperoleh variabel status kawin (OR=3,7 95% CI = 1,6-8,8) dan pengetahuan tentang HIV/AIDS (OR=2,6 95% CI= 1,2-5,6) mempunyai hubungan bermakna secara statistik dengan perilaku mewajibkan pemakaian kondom pada pelanggan. Berdasarkan hasil temuan, maka di sarankan untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan kesehatan dilokalisasi dalam rangka mencegah penularan HIV/AIDS.

One of the goals of Millennium Developments Goals is to combat HIV/AIDS and other infectious diseases. Knowledge about HIV AIDS can prevent HIV transmission among FSWs and influence condom use behavior. In addition, the social demographic factors among Female Sex Workers (FSWs) also affect the use of condoms. This research to knowRelationship Characteristic and Knowledge About HIV/AIDS in Direct FSWs behavior in have to used condom to clients.The study design was cross sectional with 120 sample of Direct FSWs with simple random sampling.
Result by statistical analysis find that Direct FSWs requires consistent use of condoms to clients that 35%. Bivariat analysis find that variable marital status (OR=3,7 95% CI = 1,6-8,8) and knowledge about HIV/AIDS (OR=2,6 95% CI= 1,2-5,6) had statistically significant between behavior in have to the use of condoms to clients.Based on this finding, it is recommended to increase the health promotion activities to increase condom used in localization to prevent HIV/AIDS transmision.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Yuniati Demang
"Tes HIV merupakan gerbang utama dalam rangkaian penanganan kasus HIV. Diketahuinya status HIV seseorang akan meningkatkan upaya pencegahan pada orang yang belum terinfeksi HIV dan membantu orang yang terinfeksi untuk segera mengakses layanan pengobatan. Berdasarkan laporan STBP tahun 2015 Lelaki potensial berisiko tinggi merupakan kelompok kunci yang memiliki prevalensi tes HIV paling rendah. Orang yang memiliki persepsi berisiko tertular penyakit akan cenderung untuk mengakses layanan kesehatan untuk mengetahui status kesehatannya, dan persepsi berisiko tertular HIV diduga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan tes HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh persepsi berisiko tertular HIV terhadap perilaku tes HIV pada lelaki potensial berisiko tinggi. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder STBP tahun 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 4.898 orang yang diambil dari 12 kab/kota di Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang berpersepsi berisiko tertular HIV memiliki faktor protektif 0,9 kali untuk melakukan tes HIV dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki persepsi berisiko tertular HIV, dengan adjusted RO sebesar 0,9 dan 95 CI 0,5-1,5. Hasil ini belum bisa mengungkapkan adanya pengaruh persepsi berisiko tertular HIV terhadap perilaku tes HIV pada responden lelaki potensial berisiko tinggi.

An HIV testing is the main gate in the circuit handling cases of HIV. Knowing one 39 s HIV status will increase prevention efforts on those who have not been infected with HIV and, furthermore, will help an infected person for immediately accessing treatment services. Based on the 2015 STBP rsquo s report, potential high risk men is a key group who has the lowest prevalence of HIV testing. People who have the perception of the risk of contracting the disease will tend to access health care services to find out the status of his health, and moreover, the perception of risk of contracting HIV is allegedly is one of the factors that affect a person do HIV testing. This research aims to study the influence of perception are at risk of contracting HIV testing behavior against HIV potential high risk men. This research is the analysis of secondary data of STBP in 2015. The research method used is cross sectional with number of samples as much as 4,898 people drawn from 12 counties cities in Indonesia. The research results showed that respondents who have the perception of risk of contracting HIV has a protective factor of 0.9 times to perform HIV testing compared to respondents who do not have the perception of the risk of contracting HIV, with adjusted RO of 0.9 and 95 CI 0.5 1.5. These results have not been able to reveal the influence of perceptions of the risk of contracting HIV on the behavior of HIV testing in potential high risk male respondents. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48260
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Keganasan non limfomatosa dapat terjadi pada pasien-pasien imunokompromais. Namun, penelitian rinci tentang kasus-kasus tersebut sangat kurang. Dalam tulisan ini diuraikan 4 kasus tumor padat para pasien HIV seropositif. (Med J Indones 2004; 13: 171-2)

Non lymphomatous malignancies may also develop in immunocompromised patients. However a detail study about the cases is lacking. Here we describe four cases of solid tumours in HIV seropositive patients. (Med J Indones 2004; 13: 171-2)"
Medical Journal of Indonesia, 13 (3) Juli September 2004: 171-172, 2004
MJIN-13-3-JulSep2004-171
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aries Sulaiman
"HIV/AIDS masih menjadi masalah pandemik diseluruh negara dibelahan dunia, salah satu yang memiliki berkontribusi pada bertambahnya jumlah kasus adalah pada pasangan seksual akibat dari ketidakterbukaan salah satu pasangan khususnya laki-laki terhadap status HIV nya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan dukungan sosial, stigma dan maskulinitas ODHA pria terhadap keterbukaan status HIV pada pasangannya. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik consecutive sampling pada 110 orang ODHA laki-laki dewasa (>18 tahun) dibawah pengawasan LSM Yayasan Tanpa Batas Kupang, dengan 4 jenis kuesioner penelitian (Brief HIV Stigma Scale, Perceived Social Support in HIV/PSS-HIV, Masculinity Attribute Questionaire/MAQ dan Brief HIV Disclosure and Saffer sex efficacy). Hasil : Pada analisis bivariat ditemukan hubungan yang signifikan antara maskulinitas dan stigma dengan keterbukaan dengan nilai p masing-masing (0,000 dan 0,042 : α 0,05), tetapi tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan sosial dengan keterbukaan status HIV ODHA pria (p = 0,621 ; α = 0,05). Pada analisis multivariat regresi logistik ganda didapatkan hasil bahwa maskulinitas memiliki hubungan negatif yang secara signifikan dan paling memiliki hubungan dengan keterbukaan status HIV ODHA pria kepada pasangannya (p = 0,000, α = 0,05 ; OR = 0,154) sehingga diperlukan konseling yang mendalam untuk membantu mengatasi masalah dan dampak keterbukaannya terhadap kondisi maskulinitas nya serta edukasi terhadap resiko penularan pada pasangan.

Introduction: HIV is still a pandemic problem in all countries around the world, one that contributes to the increasing number of case, namely in sexual partners due to the lack of disclose from partners, especially men to their HIV status.
Research objective: The purpose of this study was to identify the relatioship of social support, stigma anf masculinity among male PLWH with HIV disclosure to their spouse. This study using cross sectional design wit consecutive sampling technique on 110 adult male PLWH (>18 years old) under the supervision of NGO's Yayasan Tanpa Batas in Kupang, and using 4 types of reserach questionaires (Brief HIV Stigma Scale, Perceived Social Support in HIV/PSS-HIV, Masculinity Attribute Quastionaire/MAQ, and Brief HIV Disclosure and Saffer sex Efficacy).
Results: In bivariate analysis found a significant correlation between stigma and masculinity to HIV disclosure with their respective p value (0,042 and 0,000 : α = 0,05), but there was no significant correlate between social support with HIV disclosure (p = 0,621 : α = 0,05). In Multivariate multiple logistic regression analysis, it was found that masculinity had a negative and most significant correlate with HIV disclosure of male PLWH to their spouse (p = 0,000 : α = 0,05, OR = 0,154). So, in-depth counseling is needed to help addressing problems and the impact of their disclosure on masculinity conditiona and education on the risk of transmission to their spouse.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>