Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144822 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andini Wulandari
"Jumlah perokok di Indonesia meningkat selama beberapa tahun terakhir dan perokok usia dewasa awal menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola merokok yang meliputi lama merokok, jumlah batang rokok yang dihisap per hari, dan jenis rokok yang biasa dihisap dengan tekanan darah pada mahasiswa/i Universitas Indonesia usia dewasa awal. Studi ini menggunakan desain cross sectional dan melibatkan 99 responden melalui quota sampling. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pola merokok dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Hasil penelitian ini merekomendasikan penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian serupa dengan jumlah sampel yang lebih besar.

The number of smokers in Indonesia have been increased for the last few years and early adulthood smokers showed a fairly high prevalence. This study aimed to determine the relationship between smoking patterns that include duration of smoking, the number of cigarettes smoked per day, the usual type of cigarette smoked and blood pressure on early adulthood among Universitas Indonesia students. The study used a cross-sectional design and involved 99 respondents through quota sampling. The results showed there is no relationship between smoking patterns and systolic blood pressure and diastolic blood pressure. These findings recommend to re-examine with enlarging the number of samples.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S59413
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandan Enggarwati
"Kopi merupakan minuman yang digemari masyarakat Indonesia yang kerap memicu perdebatan mengenai efeknya terhadap tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pola konsumsi kopi terhadap tekanan darah melalui pendekatan potong lintang. Penelitian dilakukan dengan teknik non probability sampling, khususnya purposive sampling dan convinience sampling melalui metode pengukuran tekanan darah dan kuesioner. Hasil penelitian terhadap 103 responden civitas akademika FIK UI dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil analisis bivariat melalui uji chi square menunjukkan bahwa tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara pola konsumsi kopi dengan kenormalan tekanan darah. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pola konsumsi kopi dengan hipertensi dan ada hubungan yang signifikan antara pola konsumsi kopi dengan hipotensi (p=0,045; OR=2,609). Saran dari penelitian ini yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pola konsumsi kopi terhadap tekanan darah dengan melibatkan faktor gaya hidup yang memengaruhi tekanan darah.

Coffee is favourite beverage among Indonesian people which often trigger debates over their effect on blood pressure. This research aimed to determine the effect of coffee consumption patterns on blood pressure through cross sectional approach. The samples size are 108 that taken with purposive sampling and convinience sampling through blood pressure measurement and questionnaire methods (α crombach 0,692). The results of the bivariate analysis through chi square test shown that there is no significant correlation found between coffee consumption patterns to abnormality of the blood pressure. There is also no significant relation between coffee consumption patterns with hypertension, while there are significant relation between coffee consumption patterns with hypotensi. Researcher suggest that it is necessary to do further research on coffee consumption patterns effect on blood pressure which is more respondents involving lifestyle factors that affect blood pressure
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erza Nur Syiva
"ABSTRAK
Mahasiswa rentan mengalami kualitas tidur yang buruk, sehingga berisiko mengalami peningkatan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada usia dewasa awal. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 213 mahasiswa yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Pengukuran menggunakan kuesioner Pittsburg Sleep Quality Index dan sfigmomanometer air raksa. Hasil uji Pearson menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan tekanan darah, baik tekanan sistolik p=0,410; r=-0,057 maupun tekanan diastolik p=0,433; r=-0,054 . Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 82,6 rmahasiswa mengalami kualitas tidur buruk dan 21,11 mahasiswa mengalami peningkatan tekanan darah. Klinik kampus perlu meningkatkan edukasi dan skrining terhadap risiko penyakit kardiovaskular dan metabolik, serta penyakit lain yang dipengaruhi oleh perilaku hidup mahasiswa.

ABSTRACT
Students are susceptible to poor sleep quality, thus risking increased blood pressure. This study aims to identify the relationship between sleep quality and blood pressure in early adulthood. The research design used was correlative analytics with a cross sectional approach involving 213 students selected by consecutive sampling technique. Measurements were made using the Pittsburg Sleep Quality Index questionnaire and the mercury sphygmomanometer. Pearson test results showed no significant relationship between the quality of sleep with blood pressure, both of systolic blood pressure p 0.410 r 0.057 and diastolic blood pressure p 0.433 r 0.054 . The results showed that 82.6 of students experienced poor sleep quality and 21.11 of students had elevated blood pressure. Clinical campuses need to improve education and screening for the risk of cardiovascular and metabolic diseases, as well as other diseases that are influenced by the student 39s behavioral behavior."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhia Fairuz Auza
"Latar belakang: Terdapat peningkatan jumlah perokok remaja di Indonesia berdasarkan perbandingan data Riskesdas 2016 dan Riskesdas 2018. Jika dibandingkan dengan data pada tahun 2016, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan terdapat peningkatan jumlah perokok remaja di Indonesia sebesar 0,3% dengan perokok usia 10- 18 tahun mencapai 9,1%. Beberapa faktor yang melatarbelakangi terbentuknya perilaku merokokpadasiswaadalahhargadiri,tekanandalampertemanan,danpolaasuhnegatif. Metode: Studi cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri, tekanan dalam pertemanan, dan pola asuh negatif dengan perilaku merokok m elalui Angket Perilaku Remaja Siswa Sekolah Menengah di DKI Jakarta pada bulan November 2023.Penelitianmelibatkan160respondendarikelas10dan11diSMAN38danSMAN 90 Jakarta yang diambil secara stratified proportional random sampling. Hasil: Tidak ada hubungan yang siginifikan antara harga diri (p -value 0,725) dan pola asuh negatif (p-value 0,942) dengan perilaku merokok. Namun, ada hubungan yang signifikan antara tekanan dalam pertemanan (p-value 0,004) dengan perilaku merokok. Kesimpulan: Disarankan bagi SMAN 38 dan SMAN 90 mengadakan program peer educator terkait dampak negatif dari rokok untuk membantu mengurangi tekanan merokok dalam lingkaran pertemanan siswa.

Background: There is an increase in the number of teenage smokers in Indonesia based on a comparison of Basic Health Research of the year 2016 and 2018. When compared with 2016 data, the 2018 Basic Health Research (Riskesdas) shows that there is an increase in the number of teenage smokers in Indonesia by 0.3% with smokers aged 10 - 18 years reached 9.1%. Several factors behind the formation of smoking behavior in studentsareself-esteem,peerpressure,andnegativeparentingpatterns.Method:Across- sectional approach which aims to determine the relationship between self -esteem, peer pressure, and negative parenting patterns with smoking behavior through the Adolescent Behavior Questionnaire for Middle School Students in DKI Jakarta in November 2023. The research involved 160 respondents from grades 10 and 11 at SMAN 38 and SMAN 90 Jakarta using stratified proportional random sampling. Results: There is no significant relationshipbetweenself-esteem(p-value0,725)andnegativeparentingpatterns(p-value 0,942) and smoking behavior. However, there is a significant relationship between peer pressure (p-value 0,004) and smoking behavior. Conclusion: It is recommended for SMAN 38 and SMAN 90 to hold a peer educator program regarding the negative impacts of smoking to help reduce the pressure to smoke within students' circle of friends."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezky Ananda Rianto
"Berbagai penelitian menemukan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan adanya gangguan jiwa. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena efek buruk yang ada dari kedua hal tersebut. Untuk mencoba mencegah hal ini, peneliti meneliti hubungan antara tingkat kebiasaan merokok dengan gejala psikopatologi. Populasi mahasiswa Universitas Indonesia dipilih untuk menyamakan latarbelakang subjek dan peran mahasiswa sebagai masa depan bangsa. Penelitian cross-sectional dilakukan dengan memberi kuesioner tentang tingkat kebiasaan merokok dan munculnya gangguan psikopatologi dengan menggunakan SCL90 kepada 100 subjek penelitian dengan convenience sampling. Kemudian dibandingkan nilai total SCL 90 antara perokok ringan dan sedang dengan perokok berat. Jumlah perokok ringan adalah 30 (30%), perokok sedang 52 (52%),dan perokok berat 18 (18%). Dari seluruh responden didapatkan 62 orang memilki psikopatologi yang bermakna. Hasil uji chi-square antara tingkat kebiasaan merokok ringan-sedang dengan gejala psikopatologi yang didapatkan hasil tidak bermakna dengan p > 0,05 (p 0,534). Tidak didapatkan hubungan signifikan antara tingkat kebiasaan merokok dengan gejala psikopatologi yang ada saat ini. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian lain yang serupa dan yang dilakukan di masyarakat. Pada penelitian juga didapatkan dimensi psikopatologi terbanyak adalah dimensi tambahan diikuti obsesif-kompulsif. Masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendalami hubungan yang ada pada variabel.

Many researches show that there is a relationship between smoking and mental illness. This is a bad thing, because both of it can give bad effect to people's life. That is why to prevent this, researcher want to know whether there is correlation between the rate of smoking and psychopathology symptom. Student of University of Indonesia is chosen so the subject will have same background and the fact that university student have an integral role for the future of this country. Cross-sectional research does with giving questionnaire address the rate of smoking and psychopathology symptom using SCL90 to 100 subject with convenience sampling. Then researcher compares SCL90 total score between light-medium smoker and heavy smoker. Amount of light smoker is 30 (30%), medium smoker is 52 (52%), and heavy smoker is 18 (18%). From the respondent, there 62 student who have significant psychopathology symptoms. From chi-square test shown correlation between rate of smoking and psychopathology symptom is not significant with p > 0.05 (p: 0.534). There is no significant relation between rate of smoking and psychopathology symptom in this research. This result is not same with other similar researches. The most common psychopathology dimension found is additional and obsessive-compulsive dimension. There still needed further research to know the relation between variables.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Sahara
"Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Namun, perkembangan dan peningkatan konsumsi rokok tetap teljadi di masyarakat, temtama pada anak usia sekolah sampai dewasa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif sederhana. penelitian ini bertujuan untuk mengidentiiikasi perilaku merokok pada mahasiswa Universitas Indonesia (UI).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 106 mahasiswa perokok di UI, diperoleh hasil bahwa sebanyak 61 responden (57%) merupakan perokok ringan yang mengisap 1-10 batang rokok perhari. Hal ini dapat disebabkan adanya faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswa. Hasil penelitian menyatakan bahwa pengaruh teman merupakan faktor yang paling mempengaruhi sebagian besar responden (91%) untuk merokok. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi untuk merokok direkomendasikan untuk diteliti lebih Ianjut dengan desain penelitian yang berbeda.

Smoking behavior is harm for our self and others. However, the development and the increased o consumption of cigarettes to occur in the community, especially in school age until adult age. This research used simple descriptive design. The purposes of this research is to identified the smoking behavior in Universitas Indonesia 's student.
Based on research this were done toward 106 smoker students in UI, result that influence of peer were the most smoking behavior factor that influence 91% respondent in order lo smoke. Other factors that influence smoking behavior is recommended to make a further research with different research design.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5855
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hardja Priatna
"Tekanan darah bervariasi secara diurnal. Studi terdahulu telah menunjukkan, bahwa ada hubungan antara tekanan darah khususnya tekanan darah sistolik dengan hipertrofi ventrikel kiri pada penderita hipertensi dengan koefisien korelasi yang bervariasi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah pada subyek normotensi, tekanan darah diukur secara ambutatorik 24 jam sudah mempengaruhi indeks massa ventrikel kiri. Untuk mengetahui koretasi antara tekanan darah baik secara kasual maupun ambulatorik 24 jam dengan indeks massa ventrikel kiri pada subyek normotensi, telah dilakukan penelitian di RSJHK terhadap 42 karyawan bidang administrasi RSJHK. Semua subyek termasuk normotensi pada pengukuran kasual. Tiga di antaranya dieksklusi karena kelainan katup, dan gangguan pada pemeriksaan ambulatorik 24 jam sehinggga tidak memenuhi syarat untuk dianalisis. Subyek penelitian semuanya laki-Iaki, berumur 37,81 ± 4,65 tahun. Penelitian dilakukan dalam periode Nopember 1997 sampai dengan Juli 1998. Pengumpulan data dilakukan secara prospektif.

Blood pressure varies diurnally. Previous studies have shown that there is a relationship between blood pressure, especially systolic blood pressure, and left ventricular hypertrophy in hypertensive patients with varying correlation coefficients. This study aims to find out whether in normotensis subjects, blood pressure measured ambutatorically at 24 hours has affected the left ventricular mass index. To determine the correlation between blood pressure both casually and ambulatory 24 hours with the left ventricular mass index in normotensis subjects, a study has been conducted at RSJHK on 42 employees in the field of administration of RSJHK. All subjects included normotensis to casual measurements. Three of them were excluded due to valve abnormalities, and interference with the 24-hour ambulatory examination so they were not eligible for analysis. The research subjects were all male, aged 37.81 ± 4.65 years. The research was conducted in the period from November 1997 to July 1998. Data collection is carried out prospectively "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Notario Besri
"Studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara depresi dan kebiasaan merokok. Prevalensi perokok Indonesia cukup besar, 34,2% untuk perokok usia lebih dari 15 tahun dan 32,8% dari total perokok berusia 20 ? 24 tahun. Penelitian bertujuan untuk mencari hubungan antara tingkat depresi dan kebiasaan merokok pada kelompok umur mahasiswa yang rentan mengalami depresi. Desain penelitian cross-sectional dengan sampel 97 mahasiswa Universitas Indonesia dengan cara convenient sampling. Tingkat depresi ditentukan dengan kuisioner Beck Depression Inventory. Tingkat kebiasaan merokok ditentukan dari rata-rata jumlah rokok yang dikonsumsi per hari.
Hasil didapatkan 38,1% dari total responden responden perokok ringan, 40,2% perokok sedang, dan 21,6% perokok berat. Prevalensi depresi 21,6%, di antaranya 17,5% dari total responden mengalami depresi ringan, 3,1% mengalami depresi sedang hingga berat, dan 1% mengalami depresi berat.
Pada uji chi-square, didapatkan nilai p = 0,608 (CI 95%), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara depresi dan tingkat kebiasaan merokok pada mahasiswa. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian serupa yang menunjukkan adanya hubungan antara depresi dan kebiasaan merokok. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan random sampling, penggunaan metode lain untuk menentukan tingkat depresi dan kebiasaan merokok, dan penggalian faktor lain yang dapat memicu terjadinya depresi.

Study shown that there is a relationship of depression and smoking habit. Indonesia has high prevalence of smokers, 34.2% among > 15 years old smokers and 32.8% of them are 20 ? 24 years old. This research aim to find relationship between level of depression and smoking habit among college students. It is cross-sectional study and the samples are 97 college students of University of Indonesia by convenient sampling. Level of depression is measured by Beck Depression Inventory questionnaire and smoking habit is measured by average of cigarrettes consumed daily.
The results are 38.1% of total respondents are light smokers, 40.2% are moderate smokers, and 21.6% are heavy smokers. Prevalence of depression is 21.6%, of whom 17.5% of total respondents have a mild-moderate depression, 3.1% have a moderate-severe depression, and 1% has severe depression.
By Chi-square analysis, p value is 0.608 (CI 95%) and it is concluded that there is no relationship between depression and smoking habit among college students. Similar researches show that there is a relationship of depression and smoking habit. Further research needs to be conducted by random sampling, using other methods to determine level of depression and smoking habit, and seeking other factors causing depression.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahadi
"Latar belakang: Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang memerlukan terapi baik farmakologis ataupun non farmakologis. Terapi farmakologis dapat diberikan obat-obat antihipertensi, sedangkan terapi non farmakologis dapat diberikan dengan upaya perubahan gaya hidup melalui pilar ketofastosis yaitu intermittent fasting, moving, relaxing, feeding, dan sleeping. Tujuan: Untuk mengidentifikasi hubungan kepatuhan menjalani gaya hidup ketofastosis dengan nilai tekanan darah pada pengidap hipertensi. Metode: Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan desain analitik observasional melalui pendekatan potong lintang atau cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling diperoleh sebanyak 95 responden yang menjalani gaya hidup ketofastosis. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Hasil uji validitas dan reliabilitas dengan nilai 0,363-0,922 dan Cronbach Alpha 0,845-0,939. Hasil: Hasil uji statistik didapatkan adanya hubungan yang signifikan pada responden yang patuh menjalani ketofastosis dan responden yang tidak patuh menjalani ketofastosis dengan tekanan darah sistolik (p-value = 0,008) dan tekanan darah diastolik (p-value = 0,000) dan pada uji multivariat menunjukkan bahwa ada hubungan kepatuhan menjalani ketofastosis dengan tekanan darah sistolik (p-value = 0,031 < 0,05) dan tekanan darah diastolik yang signifikan (p-value = 0,000 < 0,05). Simpulan: Terdapat hubungan signifikan kepatuhan menjalani ketofastosis dengan tekanan darah (sistolik dan diastolik) setelah dikontrol oleh variabel perancu seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama menjalani ketofastosis, minum obat hipertensi, dan dukungan keluarga.

Background: Hypertension is a cardiovascular disease that requires both pharmacological and non-pharmacological therapy. Pharmacological therapy can be given antihypertensive drugs, while non-pharmacological therapy can be given by lifestyle changes through the pillars of ketofastosis, namely intermittent fasting, moving, relaxing, feeding, and sleeping. Objective: To identify the relationship between the level of adherence to a ketofastosis lifestyle and blood pressure scores in hypertensive patients. Methods: The study was conducted using a quantitative research method with an observational analytical research design through a cross-sectional approach. Apurposive sampling technique was used and identified 95 respondents who underwent a ketofastosis lifestyle. The instrument used was a questionnaire with the results of the validity and reliability test was a value of 0.363-0.922 and Cronbach Alpha 0.845- 0.939. Results: The results of the statistical test showed that there i a significant relationship between respondents who adhered to ketofastosis and respondents who did not comply with ketofastosis with systolic blood pressure (p-value = 0.008) and diastolic blood pressure (p-value = 0.000) and in the multivariate test showed that the relationship between adherence to ketofastosis and systolic blood pressure (p-value = 0.031 < 0.05) and diastolic blood pressure (p-value = 0.000 < 0.05). Conclusion: There is a significant relationship between compliance with ketofastosis and blood pressure (systolic and diastolic) after controlling for confounding variables such as age, gender, education, employment, length of time undergoing ketofastosis, taking hypertension medication, and family support."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artasya Karnasih
"Pola kelekatan merupakan salah satu faktor yang diduga memengaruhi munculnya distres psikologis pada remaja usia transisi. Mahasiswa kedokteran merupakan kelompok remaja transisi yang perlu menjalani proses pendidikan kedokteran yang sulit dan penuh tuntutan sehingga rentan mengalami distres psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola kelekatan, distres psikologis, dan mengetahui hubungan pola kelekatan dengan distres psikologis pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Penelitian ini dilakukan secara potong lintang pada sampel yang ditentukan secara stratified random sampling dari seluruh mahasiswa FKUI. Subjek mengisi kuesioner yang terdiri dari kuesioner sosiodemografik, pengukuran pola kelekatan dengan Relationship Questionnaire (RQ), dan pengukuran distres psikologis dengan Kessler Psychological Distress Scale (K10). Pada mahasiswa FKUI, prevalensi pola kelekatan aman sebesar 41,4%, diikuti dengan pola kelekatan tidak aman, yaitu dismissing 21,9%, fearful 19,8%, dan anxious 16,9%. Prevalensi distres psikologis didapati sebesar 31,8%. Pola kelekatan tidak aman memiliki hubungan yang bermakna dengan distres psikologis, yaitu 3,57 kali lipat lebih berisiko untuk mengalami distres psikologis. Berdasarkan jenis pola kelekatannya, pola kelekatan anxious 4,74 kali lipat lebih berisiko untuk mengalami distres psikologis, sedangkan pola kelekatan fearful 5,43 kali lipat lebih berisiko untuk mengalami distres psikologis bila dibandingkan dengan pola kelekatan aman. Program kesehatan jiwa yang bersifat promotif dan preventif untuk memperbaiki pola kelekatan dan distres psikologis diharapkan dapat membekali mahasiswa FKUI untuk memiliki relasi interpersonal yang lebih baik dengan orang lain, termasuk juga dengan pasien.

The pattern of attachment is one of the factors thought to influence the emergence of psychological distress in adolescents of transition age. Medical students are a group of transitional adolescents who will undergo a difficult and demanding medical education process, hence are vulnerable to psychological distress. This study aims to describe the attachment patterns, psychological distress, and determine the association between attachment pattern and psychological distress in medical students of Faculty of Medicine, Universitas Indonesia (FMUI). This study was conducted cross-sectionally on a sample that was determined by stratified random sampling. Subject filled the research questionnaire which consisted of sociodemographic questionnaire, attachment measurement using Relationship Questionnaire (RQ), and measuring psychological distress using Kessler Psychological Distress Scale (K10). The prevalence of secure attachment pattern was 41.4%, followed by insecure attachment patterns, in the form of dismissing 21.9%, fearful 19.8%, and anxious 16.9%. The prevalence of psychological distress was found to be 31.8%. The insecure attachment pattern has a significant association with psychological distress, which is 3.57 times more at risk for experiencing psychological distress. Based on the type of attachment pattern, the anxious attachment pattern is 4.74 times more at risk, while fearful attachment pattern is 5.43 times prone to experiencing psychological distress when compared to secure attachment pattern. Promotional and preventive mental healthiness program can be provided to the students of FMUI to help them in improving attachment pattern and psychological distress. This program could help the students to have a better interpersonal relation with their colleagues and also patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>