Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159850 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayu Karlina
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai gambaran komitmen perkawinan pada individu yang menikah melalui proses ta rsquo aruf di masa awal perkawinan Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain kuantitatif Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan tipe komitmen dari Johnson dkk 1999 pada individu yang menikah melalui ta rsquo aruf komitmen personal dan komitmen moral tinggi di awal perkawinan sedangkan untuk komitmen struktural didapat hasil yang rendah Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perempuan dan laki laki pada masing masing tipe komitmen perkawinan Dari hasil penelitian peneliti juga menyarankan agar penelitian selanjutnya menambah jumlah partisipan serta menambahkan pendekatan kualitatif agar diperoleh hasil yang lebih dalam

ABSTRACT
This study aims to describe the marital commitment in individuals whose married through ta rsquo aruf process in the beginning phase of marriage The marital commitment is based on theory according to Johnson et al 1999 The result is in individuals whose married through ta rsquo aruf process reported higher levels of personal commitment and moral commitment and lower score of structural commitment This study found that nothing gender differences of marital commitment in individuals whose married through ta rsquo aruf process in the beginning phase of marriage From the results of the study researcher also suggested that further research to increase the number of participants and adding a qualitative approach in order to obtain better results in descriptive study "
2015
S59124
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fudhla Hafizhah
"Dua cara memasuki pernikahan adalah love marriage dan arranged marriage. Di Indonesia yang merupakan negara mayoritas Muslim, salah satu bentuk arranged marriage adalah taaruf, yaitu bentuk perjodohan yang dilakukan sesuai dengan norma Islam. Taaruf menjadi salah satu dari dua tren pemilihan pasangan di Indonesia bersama dengan pacaran yang lebih cenderung kepada love marriage. Adanya perbedaan di antara keduanya menimbulkan dugaan terdapat pula perbedaan dalam hal komitmen pernikahan. Komitmen pernikahan terdiri dari komitmen personal, komitmen moral, dan komitmen struktural. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan komitmen pernikahan pada individu yang menikah melalui proses pacaran dan taaruf, dilakukan penelitian terhadap 305 partisipan yang terdiri dari 147 individu yang menikah melalui proses pacaran dan 158 individu yang menikah melalui proses taaruf dalam masa delapan tahun pertama pernikahan. Perhitungan menggunakan independent sample t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan komitmen personal (t(303) = -0.524, p = 0.608), komitmen moral (t(303) = 0.324, p = 0.746), dan komitmen struktural (t(303) = -1.268, p = 0.206), pada individu yang menikah melalui proses pacaran dan taaruf.

Generally, two of the most common marriage systems are love marriage and arranged marriage. In Indonesia, a Muslim-majority country, one form of arranged marriage is called taaruf, a form of matchmaking that is carried out in accordance with Islamic norms. Taaruf is one of the two trends of partner selection in Indonesia aside from dating, which tends to lean more towards love marriage. Differences between the two raises the assumption that there are also differences in terms of marital commitment. Marital commitment consists of personal commitment, moral commitment, and structural commitment. To discover if such differences prevail in marital commitment between individuals getting married through dating and those through taaruf, a study was conducted on a total of 305 participants consisting of 147 individuals getting married through dating and 158 others through taaruf, all of whom are within the first eight years of marriage. Calculations using independent sample t-test showed that there were no differences in personal commitment (t(303) = -0.524, p = 0.608), moral commitment (t(303) = 0.324, p = 0.746), and structural commitment (t(303) = -1.268, p = 0.206), between individuals getting married through dating and taaruf."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoni Darmadjaja
"Komitmen dokter spesialis di dalam sebuah rumah sakit adalah merupakan hal yang sangat didambakan sekaligus kritis dan strategis sifatnya, karena bagaimanapun bagusnya bangunan fisik rumah sakit, serta lengkapnya peralatan medis, alat canggihnya sistim manajemen, tetap tidak akan dapat menghasilkan pelayanan yang bermutu tanpa dukungan dokter spesialis yang handal dan bertanggung jawab.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana upaya pembangunan komitmen dokter spesialis dilakukan di rumah sakit Karawang, serta mendalami proses yang terjadi pada setiap tahapan perubahan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana data diperoieh melalui wawancara mendalam dengan 27 informan (terdiri atas 10 klasifikasi). Informan penelitian ini adalah orang-orang di RSUD Karawang (sebagian besar dokter spesialis) yang mengetahui dengan baik perubahan yang terjadi di lingkungan dokter spesialis di Rumah Sakit Karawang dan terlibat dalam proses transformasi tersebut, serta pihak yang berkepentingan yaitu Dinas kesehatan kabupaten dan DPRD kabupaten Karawang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen dokter spesialis sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan yang dijalankan di rumah sakit tersebut, termasuk didalamnya bagaimana gaya kepemimpinan yang diterapkan dan bagaimana direktur memperlakukan dokter spesialis, baru kemudian suasana kerja yang nyaman terutama suasana non fisik yang didapat dari hasil hubungan interpersonal yang harmonis, dan akhirnya sistim insentif yang transparan.
Upaya yang dilakukan oleh direktur RSUD Karawang dalam membangun komitmen dokter spesialis adalah dengan pendekatan manajemen perubahan melalui tahapan sebagai berikut, dimulai dengan melakukan perubahan paradigma, perumusan visi bersama, pengkayaan wawasan, pemberdayaan, kemudian melakukan perbaikan sistim atau aplikasi sistim baru serta melakukan sistim pemantauan dan evaluasi.
Proses perubahan digerakkan dengan bantuan agen-agen perubahan yang sudah terpilih dan dipercaya. Upaya perubahan secara sistematis dilakukan selama paling kurang pada dua tahun pertama, sedangkan waktu-waktu berikutnya adalah merupakan kelanjutan atau realisasi dari hasil yang telah dicapai. Disamping itu hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perubahan komitmen dokter spesialis di RSUD Karawang mengikuti pola kurva Sigmoid, dimana setelah terjadi peningkatan yang mencolok pada tahun ke dua sampai tahun ke empat, kemudian menjadi mendatar dan cenderung menurun pada tahun ke lima dan ke enam.
Perubahan komitmen dokter spesialis dapat terlihat dari perubahan sikap dan perilaku, berkurang atau menghilangnya konflik internal, keterlibatan aktif dalam kegiatan kegiatan rumah sakit, terciptanya kekompakan diantara dokter, dengan outcome meningkatnya kinerja dokter spesialis maupun rumah sakit secara keseluruhan, serta dampaknya adalahnya meningkatnya revenue rumah sakit.
Pergantian kepemimpinan rumah sakit pada tahun 1995 temyata dapat dimanfaatkan untuk melakukan perubahan komitmen dokter spesialis, yang secara sangat kebetulan ditunjang oleh 3 buah peraturan yaitu tentang SOTK (Struktur Organisasi dan Tata Kerja) rumah sakit, pelaksanaan Swadana dan Akreditasi rumah sakit, dimana dengan peraturan peraturan tesebut direktur mendapatkan banyak peluang dan kekuatan untuk melakukan perubahan yang strategis di RSUD Karawang, termasuk didalamnya upaya peningkatan komitmen dokter spesialis.
Daftar Pustaka: 26 (1992-2001).

In a hospital, commitment of medical specialist is needed and also of critical and strategic importance, because large builidings, complete medical equipment or sophisticated management system, won't produce better quality services, without the support of responsible and capable specialists.
The purpose of this study is to understand how the efforts of the commitment building of the specialists was done in RSUD Karawang ( Karawang Public hospital ), and to delve deeper into the process al every stage of the change.
This study is qualitative study where data is taken by in depth interview with 27 respondents ( consist of 10 clasification ) Resource persons in this researh are they who work in RSUD Karawang ( most of them are specialist ) and know much how the changes happened in the specialists society in this hospital, and involved with the transformation process, and (lien the stake holder of this hospital namely Regional Health Administrator and the Community Council of Karawang.
The research shows us that commitment of specialists is highly influenced by the leadership that was in effect in the hospital, including how the leadership was implemented and how the director treat the specialists, after that pleasant working environment namely non physical environment that was the result of harmonica) interpersonal relationship, and lastly a transparant incentive system.
The efforts of the director of RSUD Karawang to build the commitment of the specialists was through management change with these stages, changing the paradigm, sharing vision, enrichment, empowerment, and then system improvement or new system application, and monitoring and evaluating system.
Change process was begun with the help of agent of changes who were trusted persons that were selected from the specialists Systematic change efforts were done at least during the first two years, with the following years being the follow up and realization of the results that were achieved. In general the complete commitment is reached after three years.
This research also shows that process of commitment changes among the specialist in RSUD Karawang follow the shape of S ( Sigmoid curve ), it means that the improvement during second year through the fourth year , and flattening during the fifth year and tend to decline in the sixth year.
The commitment change among the specialist is seen from changes of attitude and behaviour, decline or absence of internal conflict, increase of involvement in hospital activities, increase of cohesiveness among the specialists, with the outcome of increase of their performance, and also whole hospital performance with consequence of increased revenue.
The hospital director replacement in 1995 was used as a starting point to the change of commitment in specialists community, which was supported by 3 regulation, namely first the hospital organizational structure regulation, secondly financial regulation about self management budgeting system, finally hospital acreditation regulation. With chose regulations, the director got strength and many opportunities to do strategic change in RSUD Karawang, including commitment building among the specialists.
References : 26 (1992 - 2001)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T1600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S.N.N. Sulistyorini
"Sex dan gender kerap diidentifikasi sebagai hat yang sama. Kerancuan ini berpengaruh besar dalam kehidupan manusia. Secara biologis, manusia dibedakan menjadi dua sex, laki-laki dan perempuan. Sementara gender adalah aspek non-fisiologis dari sex yang memiliki harapan budaya terhadap femininitas dan maskulinitas (Lips, 1988 dalam Stevenson 1994). Salah satu bidang yang terimbas oleh kerancuan sex dan gender adalah bidang kerja. Vianello et al. (1990) menggambarkan stereotip yang ada dalam masyarakat ikut mengimbas dunia kerja. Pada dasarnya dunia kerja Iebih dipengaruhi oleh peran gender, bukan perbedaan jenis kelamin. Sementara, bidang kerja terbagi menjadi bidang kerja tradisional (didominasi nilai femininitas) dan nontradisional (didominasi nilai maskulinitas). Di dalam sebuah pekerjaan, keberhasilannya menuntut adanya kedua peran gender disaat yang bersamaan (Parsons dan Bales, 1955 dalam Spence dan Buckner, 1995 dan Megawangi, 1999).
Salah satu karakteristik bidang kerja tradisional adalah tidak memerlukan komitmen jangka panjang (Van Dusen dan Sheldon, 1976, dalam Basow, 1980). Ini cukup menarik jika melihat mayoritas pekerja di bidang kerja tradisional bekerja dalam jangka waktu yang cukup panjang. Untuk meneliti jenis komitmen apa yang mengikat mereka konsep Tiga Komponen Komitmen Kerja (Meyer, Allen, dan Smith, 1993) dirasa akan dapat menjawab.
Selain mempengaruhi bidang kerja, peran gender juga memiliki orientasi yang unik dalam diri tiap manusia. Orientasi peran gender adalah kepemilikan seseorang atas sifat-sifat kepribadian stereotip maskulin dan feminin yang diharapkan masyarakat (Tang dan Tang, 2001), karakteristik yang nampaknya memiliki harapan sosial yang berbeda pada tiap-tiap jenis kelamin (Spence dan Helmreich, 1978 dalam Robinson, 1995), atau persepsi seseorang tentang maskulinitas dan femininitas dalam dirinya (Raguz, 1991). Maka saat orientasi peran gender seseorang tidak memenuhi harapan sosial yang telah ditetapkan masyarakat atau dirinya sendiri, individu ini dapat mengalami stress akibat peran gender. Stress ini merupakan bentuk unik dari distress yang timbul akibat suatu situasi yang dipersepsikan sebagai pelanggaran terhadap peran gender tradisional (Eisler, 1995 dalam Efthim, Kenny, dan Mahalik, 2001).
Berdasarkan penjabaran ini timbullah beberapa pertanyaan, seperti: bagaimana jika seseorang memiliki orientasi peran gender yang berbeda dengan harapan yang telah terbentuk dalam masyarakat? Apakah ia akan mengalami suatu tekanan (stress)? Apakah orang yang orientasi peran gendernya sesuai dengan harapan masyarakat tidak mengalami stress? Bagaimana jika seseorang laki-laki dengan dominasi feminin yang tetap bekerja di bidang non-tradisional dan perempuan dengan dominasi maskulin yang tetap bekerja di bidang tradisional, karena menuruti kelaziman masyarakat? Apakah mereka akan mengalami stress? Akankah mereka memiliki komitmen terhadap pekerjaannya tersebut? Bagaimana halnya dengan pekerja yang bekerja di bidang yang sesuai dengan orientasi peran gendemya? Apakah mereka tidak akan mengalami stress? Apakah komitmen mereka terhadap pekerjaan lebih tinggi dibandingkan kelompok pertama? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang kemudian memicu penelitian ini.
Dari runtutan penjabaran dan pertanyaan diatas, dapat diasumsikan bahwa terdapat pengaruh antara orientasi peran gender dan stress akibat peran gender secara bersama-sama terhadap komitmen kerja pada pekerja di bidang kerja tradisional. Walaupun pada hasil pengolahan data tidak ditemukan korelasi maupun pengaruh yang signifikan diantara variabel-variabel tersebut, beberapa teori pendukung penelitian ini dapat dibuktikan kebenarannya. Diduga terdapat variabel perantara yang dapat menghubungkan variabel bebas ke variabel terikat sehingga terdapat pengaruh dan korelasi yang signifikan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mayang Fitria Kusumasari Mustakim
2003
S3285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Amalia Putri
"Komitmen perubahan merupakan sikap dan faktor yang mempengaruhi seseorang dan diperlukan untuk mencapai efektivitas perubahan organisasi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara nilai uncertainty avoidance terhadap komitmen perubahan. Selain itu, penelitian ini juga melihat hubungan uncertainty avoidance terhadap ketiga dimensi komitmen perubahan, yaitu komitmen afektif, komitmen kontinu dan komitmen normatif. Pengukuran komitmen pada perubahan akan menggunakan alat ukur Commitment to Change Inventory (Herscovitch & Mayer, 2002), dan uncertainty avoidance akan menggunakan alat ukur GLOBE Culture and leadership scale.
Hasil pengukuran dari 164 responden pada PT.ALO, memberikan gambaran bahwa uncertainty avoidance memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap komitmen perubahan (r= -0,729, p<0,01). Lebih lanjut, dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa uncertainty avoidance memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap komitmen afektif perubahan (r= -0,461, p<0,01), komitmen kontinuan perubahan (r= -0,698, p<0,01), komitmen normatif perubahan (r= -0, 639, p<0,01).

Commitment to change is people attitude and can be regarded as one of the factor achieving the effectiveness of organizational change. This study was conducted to observe the relationship between the value of uncertainty avoidance to changes. Furthermore, this study also try to identify the relationship of uncertainty avoidance with three dimensional of commitment changes, affective commitment, continuous commitment, and normative commitment. The measurement tool of commitment to change will use Commitment to Change Inventory (Herscovitch and Mayer, 2002), and uncertainty avoidance will use of instruments by GLOBE Culture and Leadership scale.
The results from 164 respondents of PT.ALO, show that uncertainty avoidance have a negative significant relation with commitment to change(r= -0,729, p<0.01). Furthermore, it also showed that uncertainty avoidance has a negative significant relation to changes in affective commitment (r= -0.461, p<0.01), commitment continuants change (r = -0.698, p <0.01) and normative commitment to change (r= -0, 639, p<0.01."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S53961
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Miftahul Jannah
"Penelitian ini tentang ketidakpuasan terhadap tubuh dan komitmen religius pada perempuan Muslim berhijab dan tidak berhijab. Penelitian ini melibatkan 784 perempuan Muslim usia 12-40 tahun di Indonesia. Untuk mengukur ketidakpuasan terhadap tubuh dan komitmen religius peneliti menggunakan alat ukur Body Uneasiness Test A (BUT A) dan Religious Commitment Inventory 10 (RCI-10), dan Indeks Hijab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan berhijab memiliki skor ketidakpuasan terhadap tubuh yang lebih rendah dan skor komitmen religius yang lebih tinggi dibandingkan perempuan tidak berhijab. Sementara itu, perempuan Muslim usia remaja memiliki skor ketidakpuasan terhadap tubuh yang tinggi dibandingkan perempuan usia dewasa muda. Di sisi lain, tidak terdapat perbedaan komitmen religius yang signifikan pada perempuan Muslim usia remaja dan dewasa muda. Hasil lain menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara ketidakpuasan terhadap tubuh dan komitmen religius pada perempuan Muslim berhijab dan tidak berhijab.

This study examined body dissatisfaction and religious commitment among Muslim female with and without hijab. Participants were 784 Muslim female (age 12-40 years). Data were collected by using Uneasiness Test (BUT A), Religious Commitment Inventory 10 (RCI-10), and part of Hijab Index. Muslim female with hijab reported had lower body dissatisfaction and greater religious commitment than female without hijab. Adolescent Muslim females had higher body dissatisfaction than young adult Muslim females. However, there were no significant difference between adolescent and young adults in religious commitment. Body dissatisfaction negatively related to religious commitment among Muslim females with and without hijab. In general, female who had greater religious commitment showed lower body dissatisfaction."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fachriza Putra
"Pada tahap dewasa madya, seorang ayah yang bekerja dihadapkan pada berbagai tanggung jawab, termasuk mencari nafkah dan terlibat aktif dalam urusan keluarga. Peran yang kompleks ini dapat mempengaruhi kepuasan pernikahannya. Dalam upaya mencapai kepuasan dalam pernikahan, komitmen menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat komitmen dengan tingkat kepuasan pernikahan pada ayah yang bekerja. Partisipan penelitian ini berjumlah 241 responden berusia antara 40 hingga 65 tahun, yang telah menikah, bekerja, memiliki anak, dan juga memiliki orang tua atau mertua yang masih menjadi tanggungan. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang dirancang khusus untuk mengukur tingkat komitmen menggunakan Investment Model of Commitment Scale dan tingkat kepuasan pernikahan menggunakan Couple Satisfaction Index-16 Item. Hasil analisis korelasi menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara komitmen dengan kepuasan pernikahan (r(239) = 0,376, p < 0,01, one-tailed). Para responden yang menunjukkan tingkat komitmen yang tinggi cenderung memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang tinggi. Penelitian ini menyajikan informasi yang berharga tentang pentingnya komitmen dalam mencapai kepuasan pernikahan pada ayah yang berada dalam tahap dewasa madya. Temuan ini dapat memberikan wawasan bagi para ayah yang ingin meningkatkan kualitas hubungan pernikahan mereka.

During the middle adulthood stage, a working father faces various responsibilities, including providing for the family's financial needs and actively participating in family matters. This complex role can influence the satisfaction in his marital relationship. In the effort to achieve marital satisfaction, commitment becomes a crucial factor that needs to be considered. This research aimed to examine the relationship between the level of commitment and marital satisfaction among working fathers. The study involved 241 participants aged between 40 and 65 years, who were married, employed, had children, and also had elderly parents or in-laws as dependents. Data were collected using specially designed questionnaires to measure the level of commitment using the Investment Model of Commitment Scale and the level of marital satisfaction using the Couple Satisfaction Index-16 Item. The results of the correlation analysis showed a significant positive relationship between commitment and marital satisfaction (r(239) = 0.376, p < 0.01, one-tailed). Respondents who demonstrated higher commitment levels tended to have higher levels of marital satisfaction. This study provides valuable information about the importance of commitment in achieving marital satisfaction among fathers in the middle adulthood stage. These findings can offer insights for fathers who seek to enhance the quality of their marital relationships.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desiarti Arief
"Komitmen organisasi adalah keterikatan karyawan pada organisasi dimana karyawan bekeija. Ada tiga komponen organisasi, yaitu: komitmen afektif, komitmen rasional dan komitmen normatif (Allen & Meyer, 1990). Berdasarkan penelitian Ali Nina (2002) ditemukan bahwa komitmen dosen dipengaruhi oleh faktor pribadi dan lingkungan. Faktor lingkungan yang secara langsung mempengaruh komitmen doen pada universitas adalah kepuasan kerja. Kepuasan kerja adalah perasaan seseorang mengenai pekeijaan mereka dan aspek yang berbeda dari pekerjaan (Spector, 1997). Oleh karena itu, masalah yang akan diteliti adalah apakah ada hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen dosen pada universitas?
Penelitian mengenai komitmen dosen pada universitas perlu dilakukan karena komitmen dosen dapat mempengaruhi tingkah laku dosen, antara lain dalam tingkat kehadiran dosen di fakultas; sikap dan ringkah laku dosen berinteraksi dengan mahasiswa, rekan keija, pimpinan universitas atau fakultas serta merupakan bagi masyarakat. Berbagai ringkah aku ini merupakan ukuran keberhasilan bagi universitas (Ali Nina, 2002).
Responden penelitian adalah dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan kriteria telah menjadi pegawai negeri sipil selama satu tahun, responden diambil dengan teknik convenient sampling. Jumlah responden penelitian adaiah 232 orang yang berasal dari 6 fakultas yang ada di IPB. Untuk melakukan pengukuran komitmen organisasi peneliti menggunakan alat ukur Organizational Commitmenl Ouestionaire yang disusun oleh Alen dan Meyer. Kepuasan kerja diukur dengan menggunakan alat ukur The Job Satisfaction Survey yang disusun oleh Spector (1997). Kedua alat ukur telah dimodifikasi oleh Ali Nina (2002) khusus untuk dosen.
Untuk menjawab permasalahan penelitian, peneliti melakukan pengolahan data dengan teknik statistik korelasi Pearson dengan program SPSS 11.00. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa secara umum kepuasan kerja dan komitmen dosen pada universitas tergolong agak tinggi. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh adanya hubungan yang bermakna antara kepuasan kerja dengan komitmen dosen di Institut Pertanian Bogor. Sementara itu, kedelapan aspek kepuasan kerja (rekan kerja, pekeijaan, gaji, imbalan, kondisi keija, gaya kepemimpinan, kesempatan promosi dan komunikasi) memiliki hubungan yang bermakna dengan komitmen afektif dan komitmen normatif, sedangkan kepuasan kerja terhadap pekerjaan, kepuasan keija terhadap imbalan, dan kepuasan keija terhadap kesempatan promosi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan komitmen rasional.
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti mengajukan beberapa saran antara lain melakukan penelitian lanjutan dengan variabel-variabel bebas lain dari faktor pribadi dan lingkungan sebagai anteseden dari komitmen dosen, misalnya nilai - kerja, gaya kepemimipinan, dan budaya organisasional. Saran lainnya adalah institut perlu memberikan perhatian yang ekstra kepada sistem pemberian gaji dan imbalan non finansial."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3183
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>