Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180540 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alita Indania
"Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang menyebabkan kelainan konsentrasi fraksi lipid dalam darah. Profil lipid yang abnormal dapat menyebabkan aterosklerosis sehingga meningkatkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Prevalensi dislipidemia beberapa tahun terakhir terus meningkat dan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor demografis dan faktor gaya hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dislipidemia di Kelurahan Kayu Putih, Jakarta Timur dan hubungannya dengan faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan serta faktor gaya hidup seperti kebiasaan merokok dan aktivitas fisik. Studi ini menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2011 di Klinik Dokter Keluarga Kayu Putih. Data diperoleh dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan tes profil lipid untuk warga Kelurahan Kayu Putih berusia minimal 17 tahun. Kriteria untuk diagnosis dislipidemia didasarkan pada klasifikasi NCEP ATP III. Analisis asosiasi dislipidemia dengan faktor terkait dilakukan dengan menggunakan Chi-square test dan Fischer's exact test. Dari 78 responden, didapat prevalensi dislipidemia di Kelurahan Kayu Putih sebesar 26,9%. Dari seluruh responden, 24,4% dikategorikan sebagai hiperkolesterolemia dan 4,1% dikategorikan sebagai hipertrigliseridemia. Uji chi-square menunjukkan bahwa dyslipidemia memiliki hubungan yang signifikan dengan gender (p = 0,011) sedangkan hubungan dyslipidemia dengan faktor-faktor lain yang diteliti tidak menunjukkan hubungan yang bermakna. Prevalensi dislipidemia di Kelurahan Kayu Putih lebih tinggi bila dibandingkan dengan prevalensi dyslipidemia di Jakarta pada tahun 1993. Edukasi kesehatan dan program olahraga rutin sebaiknya dicanangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan kondisi kesehatan warga Kelurahan Kayu Putih.

Dyslipidemia is defined as an abnormality of lipid metabolism that resulted in an abnormal lipid fraction concentration in the blood. An abnormal lipid profile poses a high risk to the development of atherosclerosis therefore increases the individual for having cardiovascular diseases. The prevalence of dyslipidemia itself elevates over the years and suggested to be contributed by multiple factors including demographic factors and lifestyle factors. This study aims to investigate the prevalence of dyslipidemia in Kelurahan Kayu Putih, East Jakarta and relating it to demographic factors such as age, gender, level of education, and occupation also lifestyle factor such as cigarette smoking habit and physical activity. This cross-sectional study design was conducted in March 2011 in Klinik Dokter Keluarga Kayu Putih. Data were obtained by history taking, physical examination, and lipid profile tests to citizens of Kelurahan Kayu Putih aged 17 and above. The criteria for the diagnosis of dyslipidemia itself are based on NCEP ATP III classification. Analysis of the association of dyslipidemia to its related factors is calculated using Chi-square test and Fischer's exact test. Among 78 respondents, the prevalence of dyslipidemia in Kelurahan Kayu Putih was 26.9%. Out of all respondents, 24.4% were categorized as hypercholesterolemia and 4.1% were categorized as hypertriglyceridemia. Chi-square test revealed that dyslipidemia is associated with gender (p=0.011) while the associations to other factors studied were insignificant. In conclusion, the prevalence of dyslipidemia in Kelurahan Kayu Putih was higher compared to the prevalence of dyslipidemia in Jakarta in 1993. Health educations and a routine physical activity program should be encouraged to improve knowledge and health status of the population of Kelurahan Kayu Putih.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilina Faradila Cornain
"Obesitas didefinisikan sebagai kondisi meningkatnya berat badan individu akibat penumpukan jaringan lemak berlebih di dalam tubuh. Gaya hidup kurang gerak (sedentary) disertai dengan pola makan yang tidak sehat, turut meningkatkan kemungkinan terjadinya kelebihan gizi dan obesitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi obesitas serta faktor risiko obesitas terkait lainnya, seperti faktor demografik (umur, jenis kelamin, jenjang pendidikan, pekerjaan), dan gaya hidup (merokok, olahraga, konsumsi alkohol).
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang dimulai dari bulan April 2011 dengan melakukan anamnesis dan pengukuran antropometri pada penduduk Kelurahan Kayu Putih, Jakarta Timur. Kriteria obesitas yang digunakan adalah kriteria IMT yang dipakai oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Analisis hubungan antara faktor-faktor yang terkait dengan obesitas di studi ini dilakukan melalui uji Chi-square bila syarat terpenuhi. Didapatkanlah prevalensi obesitas di Kelurahan Kayu Putih sebanyak 35.2% dan ditemukanlah hubungan yang bermakna (p=0.043), antara prevalensi obesitas dan tingkat pendidikan responden sementara faktor-faktor yang lain tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan obesitas.

Obesity, a condition of excessive accumulation of body fat beyond physical requirements and skeletal limitation, has now become a public health concern. The condition of having a sedentary lifestyle where physical exercise is lacking and a healthy-balanced diet are neglected, increases the possibility of being overweight and obese. The aim of this study is to identify the prevalence of obesity and its related factors, such as demographical factors (age, gender, level of education, occupation) and lifestyle (smoking, physical activity, and alcohol consumption).
Starting from April 2011, this cross sectional research design was done by performing history taking and anthropometry measurements to the citizens. The criteria of obesity are based on the Body Mass Index (BMI) classification used by Indonesia's Ministry of Health. Analysis of the related risk factors with obesity is done using the Chi-square test, when the required conditions are met. The prevalence of obesity in Kelurahan Kayu Putih was 35.2%. Chi square analysis showed a significant relationship (p=0.043), between the prevalence of obesity and the respondents? level of education; whereas, other factors did not.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viandini Permatahati
"Hipertensi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang mengakibatkan berbagai penyakit yang penyebabnya multifaktorial. Riset ini bertujuan untuk mengamati dan mengidentifikasi prevalensi hipertensi dengan hubungannya dengan faktor-faktor terkait, yaitu demografi (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan) dan gaya hidup (merokok, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, BMI) dengan menggunakan desain cross-sectional pada penduduk yang tinggal di Kelurahan Kayu Putih, Jakarta Timur. Hasil yang didapatkan adalah prevalensi hipertensi sebesar 25,1% di antara 432 responden dengan proporsi wanita lebih banyak yang mengalami hipertensi dibandingkan dengan laki-laki (p = 0,045).

Hypertension is a condition where there is blood pressure elevation resulting risks of having several diseases which the causes are multifactorial. This study aims to observe and identify the prevalence of hypertension and its relation to several factors, which are demographic (age, gender, level of education and occupation) and lifestyle (smoking, physical activity, alcohol consumption, BMI) by using cross-sectional study to people who live in Kelurahan Kayu Putih, East Jakarta. The result shows that prevalence of hypertension is 25.1% among 432 respondents, with females are more likely to have hypertension compared to male (p=0.045)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Arlan Arnanda
"Riset ini bertujuan untuk mengidentifikasi prevalensi diabetes mellitus dan hubungannya dengan beberapa factor seperti factor demografis(usia, jeniskelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan) dan factor gaya hidup (konsumsi alcohol dan kopi, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok). Studi ini menggunakan metode cross sectional yang telah dilakukan pada bulan Maret 2011 dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang melingkupi pengukuran tekanan darah, pengukuran Indeks Massa Tubuh, dan pemeriksaan penglihatan. Selain itu pemeriksaan laboratorium juga dilakukan untuk menguji sampel darah dan urin.Subjek penelitian adalah warga yang tinggal di Kelurahan Kayu Putih, Jakarta Timur. Analisis hubungan antara factor demografis dan factor gaya hidup dilakukan dengan menggunakan uji chi-square test bilamana syarat terpenuhi. Prevalensi Diabetes Mellitus yang didapatkan adalah 18.2%. Analisa statistic tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara factor terkait dengan diabetes mellitus. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa prevalensi diabetes mellitus di Kelurahan Kayu Putih, Jakarta Timur cukup tinggi. Usia, jenis kelamin, dan gaya hidup tidak signifikan dalam kejadian diabetes. Namun, tren dalam penelitian ini menunjukkan bahwa diabetes meningkat di antara orang dengan faktor-faktor risiko.

The research is aimed to identify the prevalence of diabetes mellitus and its associations with several factors including age, gender, family history, obesity and lifestyle factor (alcohol and coffee consumption, physical inactivity, and smoking habit). A Cross sectional study was done on March 2011 by performing history taking, physical examination (blood pressure, BMI measurement, and visual test) and laboratory examination (blood sample and urine test). Subjects were people living at Kelurahan Kayu Putih, East Jakarta. Associations between demographic factors and life style with diabetes were analysed using chi-square test where appropriate. It was found that the Prevalence of Diabetes Mellitus is 18.2%. Many of the subjects were housewives (46.8%), while the rest are employees (18.2%), unemployed or pension (22.1%), blue-collar workers (3.9%), and entrepreneur (9.1%) and most of the population are Senior high school - university graduated (68.9%). Statistical analysis didn't find significant relations between demographical factors and life style with diabetes mellitus. In conclusion, the prevalence of diabetes mellitus in Kelurahan Kayu Putih, East Jakarta is considerably high, but factors such as age, gender, background, and lifestyle are not significant in incidence of diabetes. Yet, the number in this study show trend of diabetes was increased among people with these risk factors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Chintia Yessica
"Metabolik sindrom merupakan suatu kondisi dimana tubuh memiliki minimal tiga dari empat gejala berikut: obesitas, hipertrigliseridimia, hipertensi, gula darah puasa yang tinggi, dan kadar HDL rendah. Di era modern ini, banyak orang memiliki pola hidup yang kurang sehat, seperti kurangnya olah raga maupun pola makan yang tidak seimbang, sehingga membuat mereka semakin rentan terhadap gejala-gejala tersebut. Tujuan studi ini adalah untuk mengidentifikasi prevalensi sindrom metabolic dan faktor-faktor terkaitnya, mencakup faktur demografis dan pola hidup, di Kelurahan Kayu Putih, Jakarta Timur. Riset ini menggunakan desain cross-sectional dengan masyarakat Kelurahan Kayu Putih sebagai subjek penelitian. Data diambil pada tanggal 20 dan 27 Maret 2011 menggunakan anamnesis, pemeriksaan fisik dan tes penunjang. Data kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan chi-square test berdasarkan kriteria metabolik sindrom ATP III. Terdapat 27(34.6%) orang dari 78 responden mengalami sindrom metabolik. Chi square test menunjukkan hubungan yang signifikan antara sindrom metabolik dengan jenis kelamin (p <0.001), umur (p=0.020), dan pekerjaan (p=0.023). Di sisi lain, faktor-faktor demografis dan pola hidup lainnya tidak menunjukkan hubungan yang berarti. Prevalensi sindrom metabolik di Kelurahan Kayu Putih Jakarta Timur adalah 34.6% dan faktor yang terkait dengan sindrom metabolik adalah jenis kelamin, umur, dan pekerjaan.

Metabolic syndrome is a condition of body which have at least three of this symptoms: abdominal obesity, hypertriglyceridemia, low level of high-density lipoproteins, hypertension, and high fasting plasma glucose level. The aim of this study is to identify the prevalence of metabolic syndrome and other factors including demographical factors and lifestyle factors that are related toit in Kelurahan Kayu Putih, East Jakarta. This research used cross-sectional design with some people living in Kelurahan Kayu Putih as the subjects. The data were taken upon anamnesis, body measurement, physical examination, and supporting tests. The data were analyzed by chi-square testbased on ATP III criteria for metabolic syndrome. The result illustrated that the prevalance of metabolic syndrome was 27(34.6%) people out of 78 respondents Chi square test showed meaningful difference in the prevalence of metabolic syndrome by gender (p <0.001), age (p=0.020), and occupation (p=0.023). In contrast, the test showed that there was no significant difference in other demographical factors and lifestyle. In conclusion, the prevalence of metabolic syndrome at KelurahanKayuPutih, East Jakarta is 34.6% and factors relating to metabolic syndrome is gender, age, and occupation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shania Anisafitri
"Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta merupakan daerah dengan penduduk terpadat di Indonesia. Keberadaan burung memiliki keterkaitan terhadap habitat yang ditinggali oleh burung tersebut. Komunitas burung di daerah perkotaan memiliki nilai keanekaragamaan dan kelimpahan jenis yang lebih rendah dibandingkan di lingkungan yang lebih alami. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui struktur komunitas burung di Kelurahan Kayu Putih dan Kelurahan Jati, serta untuk menganalisis perbedaan struktur komunitas burung di kedua kelurahan dan faktor-faktor yang menyebabkannya. Metode digunakan adalah Point Count untuk pengamatan burung dan Point Centered Quarter untuk pengambilan data vegetasi. Analisis data burung menggunakan Indeks Shannon-Wiener, Indeks Kemerataan, Indeks Dominansi, dan Uji Mann-Whitney. Analisis vegetasi menggunakan perhitungan Indeks Nilai Penting (INP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pohon dengan INP tertinggi pada dua kelurahan berjenis sama, yaitu Pterocarpus indicus. Indeks Shannon-Wiener Kelurahan Kayu Putih dan Jati, masing-masing sebesar 1.483 dan 1.503. Indeks Kemerataan Kelurahan Jati lebih tinggi dibandingkan Kelurahan Kayu Putih, yaitu 0.653 dan 0.578. Tidak ada jenis burung yang mendominasi di kedua kelurahan. Indeks Kesamaan Jenis kedua kelurahan sebesar 64.29%. Keanekaragaman jenis burung memiliki perbedaan yang signifikan berdasarkan hasil Uji Mann-Whitney. Hal tersebut dapat disebabkan oleh jumlah jenis pohon Kelurahan Jati lebih beragam.

Jakarta is the most densely populated area in Indonesia. The presence of birds has strong relationship with the habitat inhabited by those birds. Bird communities in urban areas have lower diversity and species abundance than those in natural environments. The purpose of this study was to determine the structure of the bird communities in Kayu Putih and Jati subdistricts, also to analyze the differences of the bird communities between the two subdistricts and the factors that affect them. The method used to collect data were Point Count Method and Point Centered Quarter. The indices used to analyze the bird communities were Shannon-Wiener, Evenness, Dominance, and Mann-Whitney Test. Vegetation Analysis were calculated by Importance Value Index (IVI). The result for the highest IVI in both subdistricts was the same species, namely Pterocarpus indicus. Shannon-Wiener result for the Kayu Putih and Jati are in moderate range, namely 1.483 and 1.503. Evenness for Jati was higher than Kayu Putih, namely 0.627 and 0.562. No dominating species in both subdistricts. The Similarity Index for subdistricts was 64.29%. The diversity of birds between the two subdistricts were significantly different based on Mann-Whitney Test. Jati subdistrict has higher tree diversity compared to Kayu Putih subdistrict."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hirzi Salsabil Zulkarnain
"Prevalensi skabies di Indonesia tinggi terutama di tempat padat penduduk seperti pesantren. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi skabies dan hubungannya dengan karakteristik santri di Pondok Pesantren X, Jakarta Timur. Penelitian cross-sectional ini dilakukan di pesantren X, Jakarta Timur pada tanggal 10 Juni 2012. Kuesioner dibagikan untuk mengidentifikasi perilaku subjek, diikuti dengan anamnesis dan pemeriksaan dermatologi untuk menegakkan diagnosis. Subjek adalah semua santri madrasah aliyah dan madrasah tsanawiyah yang hadir pada waktu pengambilan data. Data dianalisis dengan chi-square test.
Hasil menunjukkan bahwa prevalensi skabies di Pesantren X adalah 50%. Ada perbedaan signifikan antara prevalensi skabies dan tingkat pendidikan para santri namun tidak ada perbedaan signifikan dengan jenis kelamin dan perilaku. Lesi kebanyakan ditemukan di daerah sela-sela jari tangan, abdomen, kaki, bokong, dan daerah genital. Area yang paling sering terkena lesi skabies adalah daerah sela-sela jari tangan. Kesimpulannya, ada hubungan antara prevalensi skabies dan tingkat pendidikan, namun tidak dengan tingkat pendidikan dan jenis kelamin. Juga bisa disimpulkan bahwa lesi paling banyak menetap di sela-sela jari tangan.

Prevalence of scabies in Indonesia is very high, especially in crowded places such as Islamic boarding schools. The purpose of this research is to study the prevalence of scabies and its association with the characteristics of students in Pesantren X, Jakarta Timur. This cross-sectional study was conducted in pesantren X, Jakarta Timur on June 10th, 2012. Diagnosis was performed by anamnesis and dermatological examination, followed by handing out questionnaires to identify subjects? behavior. Research subjects including all madrasah tsanawiyah and madrasah aliyah patients who were present at the time of study. Data was analyzed using chi-square test.
The results show that the prevalence of scabies in Pesantren X is 50%. There is a significant difference between the prevalence of scabies and educational level of the santri but not with gender and behavior. Most lesions are found in interdigital space of the hand, abdomen, leg, buttocks, and genital area. Interdigital space of the hand is the most frequent location infested with scabies lesion. In conclusion, there is an association between the prevalence of scabies with the educational level of the subjects, but not with other characteristics such as gender and behavior. It is also found that interdigital space is the most frequent area in which scabies lesion can occur.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fransisca Olivia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dislipidemia pada ibu menyusui dan hubungannya dengan status seng. Dislipidemia, yaitu abnormalitas pada kadar profil lipid, merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit tidak menular, khususnya penyakit jantung koroner. Keadaan dislipidemia pada perempuan dapat diakibatkan oleh perubahan metabolisme lipid saat kehamilan yang dapat terus menetap hingga masa menyusui. Seng merupakan salah satu mikronutrien yang dapat mempengaruhi kadar profil lipid dan kadarnya ditemukan rendah pada ibu menyusui. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di Puskesmas Cilincing dan Grogol Petamburan, Jakarta pada bulan Februari-April 2019. Sebanyak 75 subjek ibu menyusui 3-6 bulan postpartum berusi 20-35 tahun direkrut menggunakan metode sampel konsekutif. Data karakteristik dasar dan asupan nutrien diambil melalui wawancara. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kadar profil lipid dan seng serum. Kriteria dislipidemia menggunakan acuan NCEP ATP III. Hasil penelitian didapatkan prevalensi dislipidemia 69,3% (n=52) dengan 36,5% (n=19) nya akibat kadar HDL yang rendah. Sebanyak 77,3% (n=58) subjek tidak mendapatkan asupan seng yang cukup dan berdasarkan kadar seng serum ditemukan 78,7% (n=59) subjek mengalami defisiensi seng. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara status seng dengan dislipidemia, baik berdasarkan status asupan seng maupun status seng serum.
This study was conducted to determine the prevalence of dyslipidemia in lactating mother and its relationship with zinc status. Dyslipidemia, an abnormality in lipid profile, is one of major risk factor for non communicable disease, such as coronary heart disease. Physiologic condition, such as pregnancy, may caused physiologic changes, including alterations in lipid profile on healthy, pregnant women which may persist after delivery. Zinc may influence serum lipid profil and its level was found to be low in lactating mothers. This was a cross sectional study conducted in Puskesmas Kecamatan Cilincing, North Jakarta and Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, West Jakarta between February and April 2019. Seventy five lactating mothers at 3-6 months postpartum aged 20-35 years old were recruited using consecutive sampling method. Interview were performed to collect basic characteristic and evaluate nutrient intake. Weight and height were measured to calculate body mass index (BMI). Blood sample was obtained after 10-12 hour overnight fast to analyze serum lipid profile and zinc serum. Dyslipidemia was diagnosed using NCEP ATP III criteria. The prevalence of dyslipidemia was 69.3% (n=52) with 38.5% (n=19) of them due to low HDL level. Approximately 77.3% (n=58) subjects had low zinc intake and zinc deficiency was found 78.7% (n=59) subjects. Zinc status, both based on intake and serum, showed no significant relationship with dyslipidemia."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Adhi Teguh Perma Iskandar
"Latar Belakang : Tingkat konsumsi susu formula bubuk di kalangan bayi masih tinggi sementara sosialisasi   petunjuk WHO terkait penyiapan, penyajian dan penyimpanan susu formula bubuk  formula masih sangat kurang. Susu formula bubuk walau diproduksi dengan teknologi termutakhir sekalipun,  masih belum terbebas dari kontaminasi bakteri E. Sakazakii. Kedua hal tersebut membuat morbiditas bayi terkait konsumsi susu formula bubuk akibat kontaminasi intrinsik maupun ekstrinsik seperti sepsis, enterokolitis dan meningitis tetap tidak bisa berkurang. 
Tujuan : Mengetahui derajat pengetahuan dan perilaku ibu dalam menyiapkan, menyajikan dan menyimpan susu formula bubuk dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di  Kelurahan Pisangan Timur Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur.
Metode : Penelitian bersifat deskriptif potong lintang dengan pengumpulan data dilakukan secara survei dan observasi pada bulan Juli hingga Oktober 2012. Subyek penelitian adalah ibu yang memiliki anak berusia 0-12 bulan, tinggal di Kelurahan Pisangan Timur Kecamatan Pulogadung yang dipilih berdasarkan teknik purposive sampling. Data kemudian ditabulasi untuk mendapatkan derajat pengetahuan dan perilaku ibu tekait penyiapan, penyajian dan penyimpanan susu formula. Analisis statistik dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dangan pengetahuan dan perilaku ibu terkait penyiapan, penyajian dan penyimpanan susu formula dengan cara uji kai kuardat (analisis bivariat) dan uji regresi logistik (analisis multivariat).
Hasil : Dari 248 ibu yang mengikuti penelitian, pengetahuan kurang dalam menyiapkan, menyajikan dan menyimpan susu formula masing-masing didapati pada 68,1%, 26,2%, 87,5% ibu.  Perilaku buruk dalam menyiapkan, menyajikan dan menyimpan susu formula masing-masing didapati pada  69%, 60,9%, 84,3% ibu. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu dalam menyiapkan, menyajikan dan menyimpan susu formula adalah usia ibu, tingkat pendidikan, status ekonomi, status pekerjaan ibu.Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu terkait perilaku menyiapkan, menyajikan dan menyimpan susu formula adalah usia ibu, status pendidikan, status ekonomi dan sumber air minum.  Hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam menyiapkan, menyajikan dan menyimpan susu formula  berturut-turut adalah kuat (r= 0,68), sedang (r= 0,52) dan kuat (r= 0,73 )
Simpulan : Masih rendahnya derajat pengetahuan dan perilaku ibu dalam penyiapan, penyajian dan penyimpanan susu formula di Kelurahan Pisangan Timur membutuhkan intervensi penyuluhan dan sosialisasi lebih gencar mengenai anjuran WHO terkait penyiapan, penyajian dan penyimpanan susu formula terutama pada ibu-ibu dari golongan berusia kurang dari 25 tahun, pendidikan rendah, ekonomi kurang, tidak bekerja dan mengkonsumsi bukan air mineral kemasan. Produsen susu formula harus memperbaiki lembar informasi terkait penyiapan penyajian dan penyimpanan susu formula yang tertera pada kemasann susu formula agar lebih jelas, lengkap dan mudah dimengerti oleh ibu.

Background: Until to day, the consumption rate of powdered infant formula is still high, neverthenless socialization of WHO’s guidance related to the preparation, serving and storage of powdered infant formula are very limited. Eventhought manufacturend by the latest technology, powder infant formula, cannot be free from E. Sakazakii contamination, hence the potential risk for infant morbidity caused by intrinsic or extrinsic contamination such as sepsis, enterocolitis and meningitis never been low . Objective: To know the degree of mother’s knowledge and behavior in preparing, serving and storing powdered infant formula and their related factors in Pisangan Timur Village, Pulogadung District, East Jakarta. Methods: The study was a crossectional-observation data survey which conducted fom July until October 2012. Subjects were mothers of children aged 0-12 months, living in Pisangan Timur Village, Pulogadung District which selected by purposive sampling technique. The data was then tabulated and calculated to meassure the degree of knowledge and maternal behavior about preparation, serving and storage of infant formul., Chi Square (bivariat) and logistic regression (multivariates) analysis was performed to elaborate factors that related to mother’s knowledge and behaviour in preparation, serving and storage of infant formula. Results: The study was conducted on 248 mothers. Lack of knowledge in preparing, serving and storing infant formula, was found in 68.1%, 26.2%, 87.5% mothers respectively. Unappropriate behavior regarding to WHO guidance in preparing, serving and storing infant formula was found in 69%, 60.9%, 84.3% mothers respectively. Factors related to maternal knowledge in preparing, serving and storing infant formula were the mother's age, education level, economic status, employment status. Factors related to maternal behavior in preparing, serving and storing infant formula were educational level, economic status and source of drinking water. The relationship between mothers’s knowledge to mother’s behavior in preparing, serving and storing infant formula respectively were strong (r= 0,68 ), moderate (r= 0,52 ) and strong (r= 0,73 ). Conclusion The lack of mother’s knowledge and inapproriate mother’s behavior in the preparation, serving and storage of infant formula in the Pisangan Timur Village requires intervention, counseling and socialization of WHO’s recommendation about preparation, serving and storage of infant formula more intensively, especially to the mothers that less than 25 years, low education level, low economic’s status , jobless and not consume bottled mineral water whoose giving their baby infant formula. Manufactures should changed and standardized their instruction so it can be easily understand by mother."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>