Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102677 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Kepuasan kerja (job satisfiction) merupakan suatu keadaan emosional karyawan yang terjadi maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (pekerjaan, supervisi, rekan kerja, promosi, gaji, kondisi lingkungan kerja) dengan variabel terikat (kepuasan kerja) pada pegawai Puskesmas Sidamulih, kabupaten Ciamis. Penelitian ini termasuk penelitian dengan metode survei analitik melalui pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel 29 dari populasi 29 melalui pengambilan sampel secara sampling jenuh. Uji statistik yang digunakan adalah Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kesesuaian pekerjaan, supervisi, hubungan antara rekan kerja, promosi, antara kondisi lingkungan dengan kepuasan kerja. Untuk variabel pengganggu adalah komunikasi adanya hubungan dengan kepuasan kerja. Saran yang bisa disampaikan adanya kesesuaian pekerjaan, supervisi dilakukan secara teratur, meningkatkan kerjasama dan hubungan dengan rekan kerja, meninjau dan mempertimbangkan kebijakan promosi, dapat melakukan sistem perubahan pembayaran (gaji) dan memperbaiki kondisi lingkungan kerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja yang mendukung pada kepuasan kerja."
JUKEKOI 7 : 2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fahma Farihah
"Stunting adalah masalah gizi serius di mana anak memiliki tinggi badan yang tidak sesuai dengan usia mereka. Prevalensi stunting di Kabupaten Jombong, Jawa Timur, tahun 2022 masih tinggi sebesar 22,1%. Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting, yaitu pengetahuan, riwayat pendidikan, profesi atau pekerjaan orangtua, jenis kelamin, ASI eksklusif, kepemilikan jamban sehat, akses air bersih, status ekonomi keluarga di wilayah kerja Puskesmas Tambakrejo Jombang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional. Sampel adalah seluruh orangtua balita di wilayah kerja puskesmas yang memenuhi syarat inklusi dan eksklusi, dengan total sampel 73.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian stunting di wilayah kerja puskesmas Tambakrejo Kabupaten Jombang sebesar 55%. Hal tersebut dipicu oleh 8 faktor yaitu pengetahuan ibu, riwayat pendidikan, status kerja, jenis kelamin anak, ASI ekslusif, kepemilikam jamban sehat, kesediaan air bersih, dan status ekonomi keluarga memiliki hubungan dengan stunting. oleh karena itu sebaiknya puskemas dapat melakukan tindakan yang lebih serius terhadap 8 faktor yang telah disebutkan seperti memberikan penyuluhan tentang pendidikan ibu hamil dan menyusui, pentingnya gizi yang cukup pada anak, penyuluhan kebersihan toilet dan air bersih serta pola asuh yang tepat bagi bayinya.

Stunting is a serious nutritional problem where children have a height that is not appropriate for their age. The prevalence of stunting in Jombong Regency, East Java, in 2022 is still high at 22.1%. This study aims to examine several factors related to the incidence of stunting, namely knowledge, educational history, parental profession or work, gender, exclusive breastfeeding, ownership of healthy latrines, access to clean water, family economic status in the working area of the Tambakrejo Jombang Health Center. This study uses a quantitative approach with a cross-sectional design. The sample is all parents of toddlers in the work area of the health center who meet the inclusion and exclusion requirements, with a total sample of 73.The results of the study show that the incidence of stunting in the work area of the Tambakrejo health center, Jombang Regency is 55%. This is triggered by 8 factors, namely maternal knowledge, educational history, work status, gender of the child, exclusive breastfeeding, ownership of healthy latrines, availability of clean water, and family economic status have a relationship with stunting. Therefore, it is better for the Health Center to take more serious action against the 8 factors that have been mentioned, such as providing counseling on the education of pregnant and lactating women, the importance of adequate nutrition for children, counseling on the cleanliness of toilets and clean water, and the right parenting style for their babies.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Jonni Syah R.
"ABSTRAK
Program gizi di Indonesia dilaksanakan oleh Departemen Keschatan Republik
Indonesia bemxjuan menurunkan angka penyakit kurang gizi yang terdiri dari Gangguan
Akibat Kekurangan lodium (GAKI), Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi
(AGB) dan Kekgrangan Vitamin A (KVA). Upaya ini diharapkan dapat mcndukung
akselerasi penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI).
Petugas Gizi Puskcsmas sebagai salah sam tenaga terdepan dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya di bidang gizi harus mernpunyai
upaya yang baik agar program gizi bisa berhasil, tetapi temyata di Kota Pontianak dan
Kabupalen Pontianak pcncapaiannya masih rendah akibat proses pelaksanaan kcgiatan
oleh Petugas Gizi Puskesmas masih mcnunjukkan kinerja rendah. Bcrkenaan dengan hal
tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan mengetahui falctor-faktor
yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan kinexja Petugas Gizi Puskcsmae di
Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak.
Penelitian ini diiakukan d§ Puskesmas Kota Ponnanak dan Kabupaten
Pontianak pada bulan Oktober sampai Nopember 2000. Sampel penelilian adalah seluruh petugas gizi utama yang benugas di`Puskesmas Kota Pontia|1ak dan Kabupaten
Pontianak sebanyak 62 orang. J enis penelitian yang digunakan adalah cross sectional.
Analisis yang digunakan adaiah analisis univadat, bivariat dan multi variat :
distribusi fre!-ruensi, chi-square dan rcgresi logistik. I-Iasil pcnclitian ini menunjukkan
bahwa kinerja petugas gizi masih rendah. Dari analisa bivariat didapat faktor yang
berhubungan dengan kinelja petugas gizi (p < 0,05) adalah motivasi, pcngetahuan,
pendidikan, kcterpencilan, p¢mbinaan, rekan kezja dan kondisi kesja, sedangkan faktor
yang tidak herhubungan dengan kinenja adalah umur, pengalaman, sosial budaya,
keterjangkauan, pelatihan. Dari analisa multivariat, didapat bahwa variabel yang paling
dominan berhubungan dengan kinerja petugas gizi adalah pendidikan dan sosial budaya.
Dari hasil ini disarankan lerutama kepada Dinas Kesehatan Kota dan
Kabupaten Pontianak serta Kanwil DepkcsfDinas Kesehatan Propinsi Kalimanlan Barat
agar melakukan pcnempatan dan pengadaan tcnaga gizi sesuai dengan Iatar belakang
pendidikan dan mcmbuat pcdoman yang jelas tentang tugas pdkok dan tugas khusus
sesuai dengan permasalahan gizi di wilayah kenja puskesmas.
Daliar Bacaan 43 (I974 _ 2000) PERPUST U 5 2 l
AKA/EN PU
IINKVERSEMS ,szfsomggg
Egmbdiin/i'5§c§ah dar!

Abstract
ABSTRACT
Nutrition Program in Indonesia carried out by Indonesian Health
Departement has the objective to decrease the morbidity rate of malnutrition which
include Disturbances of lodium Deiiciency, Protein Deficiency, Anemia of Fen-um
Deficiency, and Vitamin A deficiency. 'I`his effort is expected to support thc
acceleration of The Infant Mortality Rate and The Mother Mortality Rate.
The Nutritional oflicial of Public Health Clinic as the frontline staff
practitioner/official in providing health services to public especially in the Held of
nutrition must have good effort in sueceding the Nutrition Program. However, the
achievement of the program in Pontianak City and Pontianak Distric has been low as
the result ofthe poor perfomtance ofthe Nutrition Oflicial. Dealing with this matter,
this research has thc objective to obtain and know the factors considered to have
relation with the performance of Nutrition Ofiicial of Public Health Center in
Pontianak City and Pontianak District
This study was conducted at Health Cenue in Pontianak City and Pontianak
Distric in October until November 2000. The sudy sample were 62 nutrition main
staffs who worked at Health Centre in Pontianak City and Pontianak Distric. T`his
study employed a cross sectional method. ~
The analysis techniques used were univariat, bivariat, multivariat analysis :
iiequency distribution, ch-square, and logistic regression. This study reveals that the
perfonnance ofthe nutrition staff is low. The bivariat analysis shows that factors that
correlate with low performance of the nutrition staff (p < 0,05) were motivation, knowledge, education, remoteness, couclting, workmates end worltatmosphere, while
factors that do not cotrelate with the performance are age, experience, social and
cultural background, accessibility, and training. The multivariat analysis indicates
that variables mostly correlating with thc perfonnance of the nutrition staffs are
education background and social and cultural background.
Based on the study, it is recommended that health departemcnt ofthe city and
district as well as the provincial oflice ofthe health dcpartcment of West Kalimanlan
province should recntit and assign nutrition stat? according to their education
background and should estabilish explicit guidelines concerning the staB`s'major and
minor duties based on the nutrition issues within the puskesmas service area.
References 43 (1974-2000)"
Universitas Indonesia, 2001
T 5877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Sutantri
"Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi pada suami usia subur di wilayah kerja UPT Puskesmas Cigombong Kabupaten Bogor tahun 2013. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional pada 410 responden dari 9 desa di Kecamatan Cigombong.
Hasil penelitian menunjukkan 82% responden tidak menggunakan kontrasepsi pria, Dari faktor predisposisi yang diteliti hanya faktor sikap dan persepsi yang memiliki hubungan bermakna dengan penggunaan kontrasepsi pria, sedangkan variabel lainnya tidak. Keseluruhan variable dari faktor enabling/pemungkin dan faktor reinforcing/penguat yang diteliti memiliki hubungan yang bermakna dengan penggunaan kontrasepsi pria.

The purpose of this study was to determine the factors associated with male contraception at UPT Puskesmas Cigombong unit area Kabupaten Bogor in 2013. The study was conducted with a cross-sectional design of the 410 respondents from nine villages in Kecamatan Cigombong.
Results showed 82% of respondents do not use male contraception; In the predisposing factors, attitudes and perceptions that have significant association with the use of male contraception, while the other variable does not have a meaningful relationship. Overall variable in enabling factors and reinforcing factors has significant association with the use of male contraception.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54027
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting dalam kesinambungan pelayanan bagi ibu hamil, antara lain melalui tersedianya rantai rujukan untuk berbagai tingkat pelayanan yang penting. Peranan Puskesmas yang sejak semula dirancang untuk menjadi pusta pelayanan kesehatan, pusat pembinaan masyarakat, dan pusat pengembangan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan ibu hamil mengenai pelayanan petugas kesehatan di ruang KIA Puskesmas Payungsari kabupaten Ciamis tahun 2010. metode penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif, dengan instrumen kuesioner. Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di ruang KIA Puskesmas Payungasari sebanyak 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran tingkat kepuasan ibu hamil mengenai mengenai pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam aspek pemeriksaan kehamilan oleh petugas kesehatan menunjukkan pada kategori cukup puas sebesar 53,33%. Kesimpulannya adalah bahwa gambaran tingkat kepuasan ibu hamil mengenai pelayanan petugas kesehatan di ruang KIA Puskesmas Payungsari kabupaten Ciamis menunjukkan kategori cukup puas.
"
JUKEKOI 7 : 2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
H. Djauhari Thalib
"Pembangunan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan di segala bidang. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, sehingga terwujud visi Indonesia Sehat tahun 2010. Guna mencapai visi tersebut dibutuhkan strategi yang tepat, diantaranya Paradigma Sehat, Profesionalisme, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) dan Desentralisasi.
Kebijakan Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Lampung Utara dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, merata dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat serta dilaksanakan secara berkesinambungan dan diperioritaskan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan daerah tertinggal yang berisiko tinggi terhadap kesehatan melalui program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). JPKM merupakan upaya penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan secara paripurna. terstruktur, terjamin kesinambungan dan mutunya serta pembiayaannya dilaksanakan secara pra-upaya.
Program JPKM bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sampai ketaraf optimal, meningkatkan kemampuan hidup sehat dan produktivitas keria yang tinggi melalui penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan perorangan dan keluarga secara paripurna sesuai kebutuhan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan kesinambungan kepesertaan anggota JPKM di Kecamatan Bukit Kemuning Lampung Utara. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan desain cross sectional, dimana data-data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.
Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota JPKM yang terdaftar secara resmi di Kecamatan Bukit Kemuning Lampung Utara periode tahun 1998 dan jumlah sampel penelitian adalah 200 orang dihitung dengan menggunakan proportional / stratified random sampling.
Pada hasil penelitian ditemukan bahwa anggota JPKM yang masih melanjutkan keanggotaannya pada tahun 1998/1999 hanya 60% dari 200 orang peserta, sedangkan yang 40% tidak bersedia lagi untuk memperpanjang kontrak kepesertaannya. Sebanyak 43,5% responden mengatakan bahwa prosedur berobat ke Puskesmas sulit karena harus membawa surat pengantar dari Kepala Desa, Lurah atau Pengurus LKMD dan pada analisis bivariat terlihat variabel ini berhubungan dengan kesinambungan kepesertaan JPKM. Demikian juga halnya dengan tarif premi yang harus dibayar anggota, dimana 75,5% mengatakan premi yang harus dibayar terasa mahal. Padahal dibandingkan dengan besarnya penghasilan responden pertahun jumlah premi ini terlihat kecil sekali, tetapi jika dibandingkan dengan tarif Puskesmas terlihat premi JPKM lebih mahal.
Pada analisis bivariat variabel lain yang terlihat bermakna adalah pengetahuan anggota mengenai JPKM, sikap petugas Puskesmas dalam memberikan layanan kepada anggota JPKM dan sosialisasi peraturan mengenai program JPKM. Guna mempertahankan dan meningkatkan jumlah anggota JPKM, maka perlu lebih disempurnakan dan disesuaikan program yang sudah ada sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Analysis on Variables Related with Sustainability of Public Health Maintenance Guarantee Participates at Bukit Kemuning Sub district, North Lampung, Year 1998National Development's goal is to increase public health through all field of development. Health development is one of national development effort, which directed to create awareness, willingness, and abilities of healthy lives for everyone so that Indonesia Health Vision 2010 can be realized. In order to achieve that, good strategy, namely Health Paradigm, Professionalism, Public Health Maintenance Guarantee, and Decentralization are must.
The policy of health development in North Lampung District performed in integrated ways, spread all over the places, evenly distributed and reachable by entire public and also sustainability performed. The priority of the goal is the poor, isolated people, which have high risk of health. The Public Health Maintenance Guarantee is a way to maintain health in structured, guaranteed sustainability, qualitative ways, and prepaid.
Public Health Maintenance Guarantee program's goals are to improve the health of the public to an optimal level, to increase the ability to live healthy, and to increase the work productivity through proper health maintenance whether it is personally or family done.
The goals of this research to obtain any variables that related to sustainability of Public Health Maintenance Guarantee participates in Bukit Kemuning Sub District, North Lampung. It is a descriptive research with cross sectional design where the data were gathered in same time.
The population is all of the members of the Public Health Maintenance Guarantee Program in the Bukit Kemuning Sub District, North Lampung, year 1998. Samples are 200 people and counted with proportional / stratified random sampling.
In results, members of the Public Health Maintenance Program whom continued their membership were 60% of those 200; the other 40% were not. 43.5% said that the procedures to the Puskesmas were complicated, because they had to bring a letter from the Head Village. In bivariat analysis, it was clear that this variables was related to the sustainability of Public Health Maintenance Guarantee participates. So was the insurance, which had to be paid by the members, 75.5% of them said it was too expensive. Although this insurance was very cheap comparing to the income of the members, but it was more expensive comparing to the Puskesmas' tariff.
In another bivariat analysis, the knowledge on Public Health Maintenance Guarantee Program, the attitudes of the Puskesmas' attendants of giving services, and the socialization of the rules on public health maintenance are very meaningful. To maintain and increase the members of the Public Health Maintenance Guarantee program, the program should be improved and matched with the people's needs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Nurhasni
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26671
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tilaar, Christian Regnauld
"Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat kepada masyarakat memerlukan penanganan yang mengikuti prinsip-prinsip manajemen. Untuk itu faktor petugas Puskesmas terutama yang ditunjukkan oleh Kepala Puskesmasnya memegang peranan yang cukup penting dalam menyelenggarakan fungsi-fungsi tersebut diatas. Kepala Puskesmas Kelurahan di Wilayah DKI Jakarta khususnya di Wilayah Jakarta Timur diharapkan penampilan kerjanya menunjukkan penggunaan alokasi waktu kerja produktif yang tinggi agar dapat menjadi contoh bagi Puskesmas-Puskesmas llain di seluruh Indonesia.
Tujuan penelitian ini secara umum adalah diperolehnya gambaran mengenai besarnya penggunaan alokasi waktu kerja produktif dokter Kepala Puskesmas Kelurahan di Wilayah Jakarta Timur dalam melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan yang berlaku serta secara khusus dapat diketahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi penggunaan alokasi waktu kerja dokter Kepala Puskesmas Kelurahan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang dilakukan terhadap para dokter Kepala Puskesmas Kelurahan di Wilayah Jakarta Timur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan alokasi waktu kerja produktif mempunyai hubungan yang bermakna dengan motivasi. Berdasarkan teori Maslow, penggunaan alokasi waktu kerja produktif berhubungan dengan tingkat kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial dan tingkat kebutuhan aktualisasi diri. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna dengan faktor-faktor jenis kelamin, jarak tempat tinggal, masa kerja dan pekerjaan diluar Puskesmas. Faktor status perkawinan tidak dianalisis lebih lanjut karena sebagian besar responden telah menikah. Faktor pendidikan dan latihan manajemen Puskesmas juga tidak dianalisis lebih lanjut karena sebagian besar responden belum pernah mendapatkannya. Dari pengamatan yang dilakukan didapatkan penggunaan alokasi waktu kerja tidak produktif terbesar disebabkan oleh keterlambatan masuk kerja dan pulang kerja sebelum waktunya.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas disarankan beberapa hal, yaitu perlu ditegakkannya disiplin kerja, perlu diberikan pendidikan dan latihan manajemen Puskesmas, perlu adanya mutasi bagi yang telah lama menduduki jabatan, dan perlu pembagian tugas yang lebih dipertegas. Untuk menbangkitkan motivasi kerja perlu diperhatikan hal-hal yang menyangkut hubungan atasan dan bawahan, supervisi atasan yang konsisten dan berkesinambungan, perencanaan Puskesmas yang bersifat perencanaan dari bawah agar dilakukan lebih nyata, dan objektif, pemberian penghargaan bagi yang berprestasi dan evaluasi dari motivasi perlu dilakukan secara periodik dan teratur. Juga dianjurkan perlu adanya penelitian lanjutan yang menyangkut beban kerja Puskesmas dan analisis jabatan Kepala Puskesmas Kelurahan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1990
T9099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setya Thamarina
"Tuberkulosis (TB) paru dewasa masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia. Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan sebanyak 9 juta kasus baru tuberkulosis di dunia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, diperkirakan prevalensi TB paru di Indonesia sebesar 0,4%, sedangkan prevelensi TB paru di DKI Jakarta sebesar 0,6%. Di Puskesmas Kecamatan Jakarta Timur pada tahun 2013 jumlah kasus TB paru dengan hasil sputum BTA positif sebesar 0,025%. Menurut departemen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15 - 50 tahun).
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi proporsi TB paru dewasa di Puskesmas Kecamatan Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain studi korelasi dengan puskesmas sebagai unit agregat. Data sekunder yang digunakan berasal dari sistem informasi TB terpadu yang terdapat di suku dinas kesehatan Jakarta Timur tahun 2014. Adanya korelasi ditujukan antara proporsi umur dengan proporsi TB paru dewasa dengan (ρ =0,657 ; p = 0,078), proporsi penderita TB paru dewasa hasil pemeriksaan sputum BTA positif dengan proporsi penderita TB paru dewasa (ρ = -0,379 ; p = 0,147), dan proporsi cakupan Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan proporsi penderita TB paru dewasa (ρ = 0,406 ; p = 0,244).
Kesimpulan tak secara harfiah : Umur, pemeriksaan sputum BTA positif, dan PMO merupakan salah satu faktor risiko dalam terjadinya proporsi TB paru dewasa, namun hal tersebut tidak dapat digeneralisir ditingkat individu. Saran tak secara harfiah : promosi kesehatan terhadap PMO sehingga pencegahan TB paru dewasa dapat berjalan maksimal.

Adult Pulmonary Tuberculosis (TB) is one of problems for public health in the world. According to the World Health Organization (WHO), it is estimated about 9 million new cases of TB in the world. Based on the results of basic health research in 2013, the estimated prevalence of pulmonary TB in Indonesia was 0.4%, while the prevalence of pulmonary TB in DKI Jakarta was 0.6%. The number of pulmonary TB cases in sub-district primary health centers in East Jakarta 2013 with positive results of sputum smear estimated at 0.025%. According to the Department of Disease Control and Environmental Health (P2PL), 75% of TB patients are in the age group of most economically productive (15-50 years).
The aim of this study is to identify factors that affect the proportion of adult pulmonary TB in East Jakarta sub-district primary health centers. We used correlation design with primary health centers as an aggregate unit. Secondary data that used are obtained from an integrated system of TB information in the year of 2014 that available at Health Department of East Jakarta. Statitiscally correlation shown between age proportion and adult pulmonary TB (ρ = 0.657; p = 0.078); between positive results of sputum smear among adult pulmonary TB patients proportion and the adults proportion (ρ = 0.379; p = 0.147); and between the proportion of Drug Intake Supervisors coverage with the proportion of adult pulmonary TB patients (ρ = 0.406; p =0.244).
Age, positive sputum smear examination, and Drug Intake Supervisors are the risk factors unliterally in the occurrences of adult pulmonary TB proportion, but not to be generalized at individual level. Health promotion towards the Drug Intake Supervisors are important in order to maximized adult pulmonary TB prevention.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>