Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46219 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri Mulya Verakadita
"Latar belakang: Konsumsi MRDPG meningkat secara paralel dengan peningkatan prevalens obesitas di seluruh dunia sehingga diduga menjadi salah satu faktor risiko obesitas yang bermakna. Data di Indonesia terbatas.
Tujuan: Mengetahui pola konsumsi MRDPG dan hubungannya dengan obesitas pada anak sekolah usia 10-12 tahun.
Metode: Penelitian ini terdiri dari 2 tahap. Tahap I (studi potong lintang) didesain untuk mengetahui pola konsumsi MRDPG (total sampling). Uji hipotesis dilakukan pada Tahap II (studi kasus kontrol) secara purposive sampling (subjek obes dan gizi baik) dengan matching (usia dan jenis kelamin). MRDPG yang diteliti adalah soda, fruit drink, sport drink, energy drink, teh manis, dan kopi instan/siap saji. Konsumsi MRDPG dinilai dengan semi kuantitatif FFQ yang telah divalidasi sebelumnya. Pemeriksaan antropometri dilakukan dengan cara standar sesuai protokol. Risiko obes karena konsumsi MRDPG dianalisis dengan conditional logistic regression bersama dengan faktor perancu.
Hasil: Sebanyak 421 dan 182 subjek memenuhi kriteria penelitian tahap I dan II. Proporsi subjek yang mengonsumsi MRDPG adalah 92,2% dan 63,9% di antaranya mengonsumsi 1 kali atau lebih setiap hari. Konsumsi MRDPG pada anak lelaki lebih banyak dibandingkan perempuan (P<0,001). Rerata konsumsi MRDPG berdasarkan volume, kalori, dan gula tambahan adalah 348 ml, 117 kkal, dan 26,6 gram per hari (≈ 5 sdt gula pasir setiap hari). Kontribusi kalori terbesar adalah teh manis dan yang terkecil soda. Subjek mengonsumsi MRDPG di antara 2 waktu makan dan di semua tempat. Setelah mengontrol faktor perancu, subjek yang mengonsumsi MRDPG 1 kali atau lebih setiap hari memiliki risiko obes sebesar 2,54 kali (RO 2,54; IK 95% 1,07-6,05; P=0,03). Risiko tersebut bertambah sebesar 45% untuk setiap konsumsi 1 porsi (RO 1,45; IK 95% 1,08-1,94; P=0,01)(1 porsi=240 ml). Teh manis dan kopi instan/siap saji menunjukkan hubungan yang bermakna dengan obesitas.
Simpulan: Pola konsumsi MRDPG pada anak sekolah usia 10-12 tahun mengkhawatirkan. Semakin sering seorang anak mengonsumsi MRDPG, semakin besar kemungkinannya menjadi obes.

Background: there is a global parallel increased between SSB consumption and obesity prevalence. Therefore, SSB consumption has been hypotized as one of risk factors of obesity. Limited data found in Indonesia.
Aim: to describe the pattern of SSBs consumption and its association with obesity in school children age 10-12 years old.
Method: a two phase study has been studied. Phase I (a cross sectional study) was designed to describe the pattern of SSB consumption as a total sampling. Hypotesis test was done in phase II (a case control study) as a purposive sampling (obese and healthy weight subjects) with individual matching (sex and age) between groups. SSBs were include reguler soda, fruit drink, sport drink, energy drink, sweat tea, and instant/ready to drink coffee. SSBs consumption were measured with a previously validated FFQ. Anthropometrical measures were taken using standardize protocol. Obesity risk related to SSB consumption was assesed together with confounding factors in a conditional logistic regression multivariate analysis.
Result: There were 421 and 182 subjects fullfilled the criteria of study in phase I and II. The proportion of subject to consume SSBs was 92,2% and 63,9% of them consumed it one or more daily. Boys were more in drinking SSBs than girls (P<0,001). Mean of SSBs consumption based on volume, calories, and added-sugar were 348 ml, 117 kkal, and 26,6 gram per day (≈ 5 tsp of table sugar per day). The highest contribution of energy was found in sweat tea and the lowest was soda. All subjects consumed SSBs between 2 time meal at all place. After controling the confounding factors, We found a risk of obesity related to SSB consumption as 2,54 higher (RO 2,54; 95% CI 1,07-6,05; P=0,003) if they drank SSBs one or more daily. Besides, each additional daily serving was associated with a 45% relative increased in the risk of obesity (RO 1,45; 95% CI 1,08-1,94; P=0,01)(1 serving=240 ml). Sweat tea and instant/ready to drink coffee were significantly associated with obesity in this study.
Conclusion: The pattern of SSBs consumption in school children age 10-12 years old is concerned. The more frequent in drinking SSBs the more likely a child to become obese.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58928
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudikno
"Latar belakang: Peningkatan status sosial ekonomi masyarakat dan perubahan gaya hidup, termasuk dalam perubahan pola makan serta kurangnya aktivitas fisik meningkatkan prevalensi kegemukan dan obesitas.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan obesitas pada orang dewasa di Indonesia.
Metode: Penelitian ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dengan disain cross-sectional. Populasi penelitian adalah semua anggota rumah tangga yang berumur ≥ 18 tahun. Sedangkan sampel adalah semua anggota rumah tangga yang berumur ≥ 18 tahun dengan kriteria inklusi tidak cacat fisik dan mental, tidak dalam keadaan hamil, dan mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) minimal 18,5 kg/m2. Responden dikatakan obesitas jika IMT lebih dari 27 kg/m2. Aktivitas fisik diukur dengan menanyakan jenis aktivitas fisik (berat dan sedang) dan durasinya per minggu. Regresi logistik digunakan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan obesitas.
Hasil dan simpulan: Prevalensi obesitas (IMT>27 kg/m2) pada orang dewasa ditemukan sebesar 12,47 persen (CI 95%: 12,28 ? 12,66). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada orang dewasa setelah dikontrol oleh variabel penganggu (wilayah, umur, jenis kelamin, status kawin, pendidikan, pekerjaan, kebiasaan merokok). Aktivitas fisik yang kurang memiliki risiko lebih besar untuk obesitas dibandingkan aktivitas fisik yang cukup.
Rekomendasi: Untuk mengurangi kejadian obesitas disarankan agar melakukan aktivitas fisik yang cukup seperti: jalan kaki, joging, lari pagi, dan bersepeda. Selanjutnya Departemen Kesehatan perlu mengembangkan pedoman baku terkait dengan kecukupan aktivitas fisik.

Background: The enhancement of social economy status and the life style changes, including changes in eating habits and reduction of physical activities increased overweight and obesity prevalence.
Objective: The research objective is to know the relationship of physical activity and adult obesity in Indonesia.
Method: This research used Basic Health Research (Riset Kesehatan Dasar) 2007 data with cross-sectional design. The populations were all household members aged ≥ 18 years. The samples were all household members aged ≥ 18, physically and mentally healthy, non-pregnant, and their BMI at least 18.5 kg/m2. The respondent was obese if his BMI was at least 18.5 kg/m2. Physical activity was assessed with questions about its type (vigorous and moderate) and its duration per week. Logistic regression was used to study the relationship of physical activity and adult obesity.
Result and Conclusion: Obesity prevalence (BMI>27kg/m2) in adult was 12.47% (CI 95%: 12.28 ? 12.66). The result showed that there was a relationship between physical activity and adult obesity, controlled by confounder variable (area, age, sex, marital status, education, occupation, and smoking habits). People who had insufficient physical activity had more risk to become obese than those who had sufficient physical activity.
Recommendation: To reduce the risk of becoming obese, it is advisable to have sufficient physical activity such as, walking, jogging, running, and biking. It is also necessary for Health Department to develop guidance of sufficient physical activity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31362
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Obesitas telah menjadi masalah pandemik global di seluruh dunia, WHO mengatakan sebagai masalah kesehatan kronis terbesar pada orang dewasa. Data Riskedas 2007 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas nasional berdasarkan IMT pada kelompuk umur lebih kurang 15 tahun sebesar 10,3%. Tujuan: Penelitian ini untuk mengkaji faktor determinan PJK dengan yaitu faktor sosiodemografi, faktor risiko perilaku, dan hasil pemeriksaan darah. Metode: Cross sectional dengan melakukan analisis lanjut dari subses hasil evaluasi data penelitian “Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular” di kelurahan Kebon Kelapa Kecamatan Bogor Tengah, Kota Sampel sebanyak 1079 responden Penderita PJK dengan obesitas. PJK ditentukan berdasarkan pemeriksaan EKG (tahun 2013) dan mengalami obesitas (IMT > 25 cm atau LP > 80 cm pada perempuan dan 90 cm pada laki-laki). Analisis uji Chi-square dan regresi logistik. Hasil: Penelitian menunjukkan hipertensi memberikan risiko 1,8 kali dibandingkan yang tidak hipertensi pada responden PJKyang obesitas dengan 95% CI 1,31-2,53; LDL akan memberikan risiko 1,6 kali dibandingkan responden dengan LDL tidak berisiko pada kelompok PJK yang obesitas dengan 95% CI 1,18-2,32; HDL akan memberikan risiko 1,66 kali pada responden dengan HDL berisiko pada kelompok PJK yang obesitas dengan 95% CI 1,07-2,22. Kesimpulan: Bahwa pada kelompok masyarakat yang berumur tua, berjenis kelamin perempuan, status perkawinan cerai, pekerjaan ibu rumah tangga, berpendidikan tinggi dan sosial ekonomi tinggi akan mempunyai risiko PJK. Saran: Diperlukan kajian lebih lanjut tentang PJK dengan obesitas dengan kualitas asupan makanan khususnya lemak pada minyak yang digunakan untuk menggoreng agar dapat diketahui lebih rinci jenis-jenis asam lemak jenuh yang dapat mempengaruhi memburuknya profil lipid darah."
BULHSR 17:4 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia
"Pendahuluan: WHO menyatakan pada tahun 2013 terdapat lebih dari 42 juta anak-anak mengalami obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pola makan dengan obesitas pada anak usia sekolah dasar.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang yang dilakukan pada Juli-September 2015 di SDN 01 Menteng Jakarta. Pengambilan data dilakukan dengan antropometri dan kuesioner food recall 48 jam. Data yang diperoleh kemudian di analisis dengan menggunakan uji Chi-Square.
Hasil: Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pola makan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan obesitas dengan nilai p>0.05.
Diskusi: Hasil ini berbedadengan beberapa penelitian terdahulu yang mungkin disebabkan oleh pro.

Introduction: WHO states that in 2013 there were more than 42 million children are obese. This study aims to determine whether there is a relationship between diet and obesity in primary school age.
Method: This study uses a crosssectional study design conducted in July-September 2015 at SDN 01 Menteng Jakarta. Data taken from anthropometry and 48-hour food recall questionnaire. The data analyzed using Chi-Square test.
Result: Statistical analysis showed that the diet has no significant association with obesity with p> 0.05.
Discussion: This result is in contrast to some previous studies that might be caused by inappropriate proportion of subjects, information bias, and low questionnaires return rate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafid Sugiarto
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sidartawan Soegondo
"ABSTRAK
Latar Belakang: Leptin yang diketemukan oleh Zhang dan Friedman pada tahun 1994, dihasilkan oleh adiposit dan berhubungan dengan obesitas. Pada hewan coba, selain mempengaruhi homeostasis berat badan, leptin juga mempengaruhi metabolisme lipid pada jaringan perifer, seperti lipolisis dan lipogenesis. Peningkatan lipolisis dan penurunan lipogenesis menyebabkan peningkatan asam lemak bebas, yang kemudian diikuti oleh peningkatan konsentrasi trigliserida. Pada saat konsentrasi trigliserida tinggi, terjadi pembentukan small dense LDL, yang merupakan komponen dari dislipidemia aterogenik, terutama pada individu obes. Penelitian ini berusaha memperlihatkan perbedaan antara konsentrasi leptin dan profil lipid pada obes dan non-obes, dan terdapatnya hubungan antara leptin dan small dense LDL pada obesitas.
Subyek: Berhasil dikumpulkan 297 laki-laki subyek penelitian, yang terdiri dari 205 subyek dengan obesitas sentral dan 92 subyek non-obes, yang presentase terbesar berusia antara 30-59 tahun. Variabel yang diamati pada penelitan ini antara lain, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut, konsentrasi leptin, trigliserida, asam lemak bebas, kolesterol LDL, ApoB, ratio kolesterol LDL dan ApoB, kolesterol HDL, glukosa puasa dan insulin.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan disain potong lintang, Hubungan antara leptin dengan variabel-variabel seperti IMT, lingkar perut, leptin, trigliserida asam lemak bebas, kolesterol LDL, ApoB, kolesterol HDL dan insulin dianalisis dengan unpaired Nest, dibandingkan antara kelompok obes sentral dan non-obes. Sedangkan hubungan antara leptin dan small dense LDL dianalisis dengan menggunakan regresi logistik.
Pemeriksaan laboratorium dari tiap variabel dilakukan dengan metode antara lain, konsentrasi trigliserida dan asam lemak bebas diukur dengan metode kolorimetri enzimatik, kolesterol LDL dan kolesterol HDL diukur dengan metode homogenisasi. Konsentrasi insulin diukur dengan metode ELISA, kadar leptin diukur dengan metode immunoassay.
Hasil dan Pembahasan: Terdapat perbedaan karateristik antara kelompok obes dan non-obes, antara lain plasma leptin lebih tinggi pada kelompok obes sentral dibandingkan dengan kelompok normal; 9,71 (1,92) ng/mL vs. 2,63 (2,09) ng/mL, (P<0,001); rerata trigliserida 159,1 (6,97) mg/dL vs. 119,4 (4,8) mg/dL; (P<0,001), asam lemak bebas 0,42 (0,01) mmol/L vs. 0,36 (0,02) mmol/L; (p=0,001), apoB 108,05 (21,1) mg/dL vs. 101,4 (20,4) mg/dL(p=0,012) juga lebih tinggi pada kelompok obes dibandingkan non-obes, kolesterol HDL lebih rendah pada kelompok obes yaitu 40,6 (1,2) mg/dL vs. 46,2 (1,2) mg/dL; (P<0,001). Sedangkan rerata kolesterol LDL tidak berbeda bermakna antara kelompok obes dan non-obes 138,9 (32,2) mg/dL vs. 137,8 (31,9) mg/dL; (P=0,792). Pada subyek dengan Inleptin < 7,5 pg/mL (1,8 ng/mL) peningkatan kemungkinan didapatkannya small dense LDL sebesar 5,92 kali dibandingkan dengan subyek dengan lnleptin > 9,87 pg/mL (19,34 ng/mL).
Penentuan indeks massa tubuh sebagai kriteria obesitas; penelitian ini memperkuat pendapat untuk menggunakan kriteria Asia Pasifik (1MT > 25 kg/m2) sebagai klasifikasi indeks massa tubuh (IMT) untuk populasi orang Indonesia.
Hubungan lingkar perut dengan small dense LDL, leptin, IMT, dan HOMA-IR; Lingkar perut mempunyai korelasi yang baik dan bermakna secara statistik dengan konsentrasi leptin (r=0,72 dan P<0,05) dan HOMA-IR (r~0,53 dan P<0,05). Lingkar perut pada subyek dengan dan tanpa small dense LDL berbeda bermakna (P=0,016).
Nilai normal konsentrasi leptin bagi IMT normal adalah 2,04 ng/mL dengan kisaran: 0,45 - 9,26 ng/mL. dan rerata konsentrasi leptin pada subyek obes sentral adalah 9,71 ng/mL dan subyek non-obes : 2,63 ng/mL.
Resistensi dan defisiensi leptin pada obesitas; pada obesitas sentral dapat terjadi resistensi leptin atau defisiensi leptin dan mungkin ambang terjadinya resistensi leptin pada subyek penelitian ini lebih rendah (< 20 ng/mL) dibandingkan etnik Kaukasia.
Peran enzim lipase hepatik (HL) pada pembentukan small dense LDL; hubungan peningkatan konsentrasi leptin dengan didapatkannya small dense LDL dapat dihubungkan dengan efek enzim lipase hepatik. Bila pengaruh leptin terhadap didapatkannya small dense LDL terjadi dengan bantuan enzim lipase hepatik (HL) sebagai katalisator dapat dibuktikan, maka akan memperkuat bukti adanya hubungan antara leptin dengan didapatkannya small dense LDL.
Hipotesis baru penelitian ini adalah, leptin mempunyai efek inhibisi terhadap enzim lipase hepatik di hati, atau analog dengan efek inhibisi insulin terhadap enzim HSL pada adiposit.
Hasil penelitian dibandingkan dengan penelitian lipid sebelumnya; hasil penelitian ini dapat membuktikan perbedaan leptin dan profil lipid, yaitu konsentrasi asam lemak bebas, trigliserida dan kolesterol HDL pada kelompok subyek obesitas sentral dan subyek non-obes. Beberapa penelitian sebelumnya memberikan hasil yang berbeda.
Simpulan: Penelitian ini adalah penelitian pertama yang membandingkan konsentrasi leptin dan hubungannya dengan small dense LDL pada kelompok obes dan non-obes pada populasi di Indonesia maupun di dunia. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa konsentrasi leptin lebih tinggi secara bermakna pada kelompok obes sentral dibandingkan dengan kelompok non-obes, serta berhubungan secara bermakna dengan konsentrasi trigliserida, asam lemak bebas, apoB dan kolesterol HOL. Lebih jauh lagi, penelitian ini juga memperlihatkan hubungan antara leptin dan didapatkannya small dense LDL, di mana makin rendah leptin akan makin meningkatkan kemungkinan terdapatnya small dense LDL, Pada laki-laki dengan obesitas sentral, leptin berhubungan dengan prediksi didapatkannya small dense LDL. Leptin secara independen mempunyai efek protektif terhadap didapatkannya small dense LDL.

ABSTRACT
Background: Leptin which is discovered by Zhang and Friedman (1994) is secreted by adipocytes and associated with obesity. In animals it has been shown that beside its effect on weight homeostasis, leptin also exerts peripheral effects that include lipid metabolism, i.e. lipogenesis and lipolysis. The results of studies on humans are conflicting. The increased lipolysis and decreased lipogenesis resulted in an increase synthesis of fatty acids which is followed by triglycerides. At a certain level of triglycerides, small dense LDL formation occur, an established component of atherogenic lipoprotein phenotype (ALP). Leptin has been implicated in this process especially in central obese individuals. The aim of the study is to show that leptin and lipid levels are higher in central obese as compared to non-obese individuals and to investigate the relationship between leptin levels and small dense LDL in central obese individuals.
Subjects: A total of 297 male subjects comprising 205 central obese and 92 nonobese age 30-59 years were enrolled in the study. Variables under study includes body mass index (BMI), serum leptin, triglyceride, free fatty acids, LDL-cholesterol, apoB, LDL-cholesterollapoB ratio, HDL-cholesterol and insulin levels.
Methods: This is a cross sectional study. The correlation between leptin and some variables, such as body mass index (BMI), triglycerides, free fatty acids, LDL-cholesterol, apoB, LDL-cholesterollapoB ratio, HDL-cholesterol and insulin levels was analyzed by unpaired t-test. Correlation between leptin and small dense LDL was analyzed by logistic regression. Plasma tryglycerides and free fatty acids were measured by enzymatic colorimetry method; apoB by immunoturbidimetry, LDL-cholesterol and HDL-cholesterol by homogenous method, insulin level by enzym-linked immunosorbent assay (BLISA), Plasma leptin was measured by immunoassay.
Results & Discussion: The characteristics between obese and nonobese subjects were different, such as mean plasma leptin levels were significantly higher in central obese than in nonobese individuals 9.71 (1.92) ng/mL vs. 2.63 (2.09) ng/mL, (P<0.001); mean triglycerides 159.1 (6.97) mg/dL vs. 119.4 (4.8) mg/dL; (P<0.001), free fatty acids 0.42 (0.01) mmol/L vs. 0.36 (0.02) mmol/L; (P=0.001), apoB 108.05 (21.1) mg/dL vs. 101.4 (20.4) mg/dL (P=0.012) were also higher in central obese than in nonobese individuals, and HDL-cholesterol is lower 40.6 (1.2) mg/dL vs. 46.2 (1.2) mg/dL; (P<0.001). LDL-cholesterol 138.9 (32.2) mg/dL vs. 137.8 (31.9) mg/dL (P=0.792). Among subjects with lnleptin < 7.5 pg/mL (L8 ng/mL) the risk of having small dense LDL increases by 5.92 times compared to subjects with lnleptin 9.87 pg/mL (19.34 ng/mL).
In regard to body mass index and the classification of obesity, the present study is in favor with the Asia Pacific classification and criteria for obesity, i.e. BMI > 25 kg/rn2 to be used for Indonesian population.
Relationship between waist circumferences, small dense LDL, leptin, BMI, dan HOMA-IR. There is a statistically significant strong relationship between waist circumference and leptin (r=0.72; P<0.05) and HOMA-IR P<0.05). Furthermore, mean of waist circumference differ significantly between subjects with and without small dense LDL (P=0.016).
Normal leptin levels for subjects with normal BMI is 2.04 ng/mL (range 0.45-9.26 ng/mL); and mean leptin levels for obese and nonobese were 9.71 and 2.63 ng/mL, respectively.
In regard to leptin resistance and leptin deficiency in obese subjects. Both leptin resistance and leptin dificiency is found in obese subjects, and the result indicate that leptin resistance in this population developed at lower leptin level (<20 ng/mL) as compared to Caucasian.
The possible role of hepatic lipase in small dense LDL formation. The relationship of increased leptin levels and the presence of small dense LDL could possibly be due to hepatic lipase (HL) effect. If the effect of leptin on small dense LDL formation is by way of HL as catalysator can be proven, this finding will then support the evidence of relationship between leptin and small dense LDL.
The hypothesis generated from the present study is that leptin inhibits the effect of HL in the liver in analogy with the inhibitory effect of insulin on HSL in the adipocyte.
Results arising from the present study support the view that leptin levels and lipid profile, i.e. free fatty acids, triglycerides, dan HDL cholesterol in obese differ from nonobese subjects, whereas other studies give different results.
Conclusion: This is the first study that compare leptin levels and determine the relationship between leptin and small dense LDL in central obese and nonobese male Indonesian subjects. The results showed that leptin levels are significantly higher in central obese as compared to nonobese individuals, and is correlated with triglycerides, free fatty acids, apoB and HDL-cholesterol in central obese individuals. Furthermore, this study also showed a relationship between leptin levels and small dense LDL in central obese individuals, in which lower leptin levels carries a higher probability of having more small dense LDL. Leptin has an independent protective effect for the occurrence of small dense LDL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
D592
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nimas Ayu Arce Roselly P.
"Obesitas merupakan keadaan penumpukan lemak tubuh yang erat kaitannya dengan penyakit sirkulasi. TNI merupakan golongan manusia yang berkualitas dan dipersiapkan dalam mempertahankan keamanan Negara, sehingga perlu diperhatikan keadaan status lemak tubuhnya yang dapat menghambat perannya dilapangan. Salah satu perubahan yang terjadi yakni gaya hidup yang konsumtif dan sedentaris. Hal tersebut menyebabkan energi yang diterima tidak seimbang dengan energi yang dikeluarkan. Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk mengetahui keadaan gizi seseorang dengan persen lemak tubuh.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas berdasarkan persen lemak tubuh pada pria (40-55 tahun) anggota ABRI/TNI di Kantor Direktorat Jrnderal Zeni TNIAD Tahun 2008. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 105 orang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi. Data dianalisis secara univariat dan bivariat.
Dari hasil analisis univariat menunjukkan sebagian besar anggota TNI Zeni yang mengalami obesitas sebesar 25,7%. Mayoritas berstatus normal dengan lemak tubuh 22,37%. Selain itu hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara golongan kerja, konsumsi lemak, konsumsi protein, RLPP, tingkat pengetahuan gizi (P < 0,05).
Berdasarkan hasil penelitian di atas, sebaiknya anggota TNI Zeni yang mengalami obesitas perlu adanya perbaikan menu dalam penyediaan makanan, penggunaan RLPP untuk mengukur gambaran lemak perut dan pemasangan poster mengenai menu seimbang dan dampak dari obesitas. Selain itu, perlu diadakannya penyuluhan oleh berbagai pihak agar dampak dikemudian hari dapat diminimalisir sejak sekarang."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"The prevalance of obesity is increasing globally, both in developed and developing countries including Indonesia. Obesity accurs due to imbalance between energy intake and energy release for a long time as indicated by body mass index (BMI)...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rosiana Putri
"ABSTRAK
Obesitas merupakan suatu masalah yang ditakuti oleh semua golongan usia, termasuk
usia dewasa awal karena dapat mempengaruhi pada perubahan penampilan fisik.
Adanya perubahan dalam penampilan fisik tentu dapat mempengaruhi citra tubuh
seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan obesitas dengan citra
tubuh pada usia dewasa awal. Penelitian ini mengambil 103 sampel mahasiswa yang
mengalami obesitas di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
dengan menggunakan teknik purposive sampling dan kuesioner MBSRQ
(Multidimensional Body Self Relations Questionnaire) yang sudah dimodifikasi oleh
peneliti. Dari hasil uji korelasi didapatkan nilai p = 0.039. Hasil penelitian ini
menemukan adanya hubungan yang signifikan antara obesitas dengan citra tubuh
pada usia dewasa awal.

Abstract
Obesity is a problem which is scared by all ages, including young adult ages because
it can affect the change in physical appearance. A change in physical appearance
certainly can influence their body image. The research aimed to determine
correlations between obesity and body image in young adults. The research took 103
samples of obese student in Faculty of Humanity Universitas Indonesia by using
purposive sampling techniques and MBSRQ (Multidimensional Body Self Relations
Questionnaire) as an instrument which was modified by researcher. The score of
correlation test showed that the value of p = 0.039. The result of this research found
that there was significant correlation between obesity and body image in young
adults."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43155
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>