Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172819 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kostermans, Deskian
"Latar Belakang: Diare akut adalah masalah umum di negara berkembang seperti Indonesia; penyakit ini banyak ditemukan dalam praktek sehari-hari dengan angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Pada beberapa Rumah Sakit di Jakarta ditemukan bahwa pasien diare akut dewasa mengalami defisiensi kadar seng sebesar 69.3%. Pemberian seng sudah terbukti bermanfaat untuk pengobatan diare akut pada anak.
Tujuan: Mengetahui dampak suplementasi seng sebagai terapi alternatif / adjuvant untuk pengobatan diare akut pada pasien dewasa, dengan membandingkan lama berlangsung dan berat-ringan gejala pada kelompok pasien yang diberikan dan yang tidak diberikan suplementasi seng.
Metode: Double blind randomized controlled trial dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui efek suplementasi seng terhadap durasi dan gejala gastrointestinal pada pasien diare akut rawat inap di RS Pusat Pertamina di Jakarta selama periode Januari-Desember 2013. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square (x2) untuk perbandingan durasi diare dan uji general linear model (GLM) untuk menilai tren perubahan gejala penyerta diare.
Hasil: Analisis data dari 84 pasien yang dikelola: 30 pasien pria [seng 19, plasebo 11] dan 54 pasien wanita [seng 23, plasebo 31] ~ (p 0.111) memperlihatkan pemberian suplementasi seng bermakna mengurangi durasi diare akut (p 0.027) dan bermakna mengurangi gejala mual (p 0.032). Selain itu ada tren perbaikan pada sebagian gejala penyerta diare akut, seperti sakit perut, frekuensi b.a.b., konsistensi feses, gejala muntah, kembung, dan gangguan aktivitas sehari-hari.
Simpulan: Pemberian suplementasi seng bermakna membuat durasi diare akut lebih singkat dan bermakna mengurangi gejala mual, serta perbaikan pada sebagian gejala gastrointestinal.

Background: Acute diarrhea is a common problem in developing countries such as Indonesia; which is found in everyday practice with quite high morbidity and mortality rate. It was revealed in adult acute diarrhea patients in several hospitals in Jakarta the levels of zinc deficiency was 69.3%. Zinc has been proven to be beneficial in the treatment of acute diarrhea in pediatric patients.
Objective: To discover the effectiveness of zinc supplementation as an adjuvant therapy in acute diarrhea for adult patients by comparing the duration and the severity of signs and symptoms of acute diarrhea between the zinc and placebo group.
Methods: A double blind randomized controlled trial is done to find out about the effect of zinc supplementation to the duration, signs and symptoms on acute diarrheal in hospitalized adults patients in Pertamina Central Hospital in Jakarta from January-December 2013. The data is analyzed using chi-square test (x2) for comparing the duration of diarrhea and general linear model (GLM) to assess trend changes accompanying symptoms of diarrhea.
Results: Analysis of the data from 84 patients: 30 males [19 zinc, 11 placebo] and 54 females [23 zinc, 31 placebo] ~ (p 0.111) obtained zinc supplementation significantly reduced the duration of acute diarrhea (p 0.027) and significantly reduce the symptoms of nausea (p 0.032). In addition there is trend of improvement in some acute diarrhea associated symptoms, such as abdominal pain, frequency of diarrhea, stool consistency, vomiting, bloating, and disruption of daily activities.
Conclusion: Zinc supplementation significantly reduce the duration of diarrhea, significantly reduce the symptoms of nausea; besides, improving some symptoms accompanying acute diarrhea.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Handito
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketersediaan zinc terhadap durasi diare pada balita. Penelitian ini menggunakan desain hybrid cross sectional ecology pada 1012 responden di sembilan provinsi di Indonesia tahun 2014. Proporsi durasi diare lebih dari tiga hari pada balita sebesar 26%. Proporsi ketersediaan zinc sesuai standar sebesar 33,3%. Variabel kontekstual yang berpengaruh terhadap durasi diare pada balita meliputi ketersediaan zinc (OR=2,7; IOR=1,3-10,2), pengadaan zinc melalui APBN (OR=8,0; IOR=2,8-22,7), akses sarana air minum (OR=0,4; IOR=1,01-8,1), kepemilikan tempat sampah (OR=3,1; IOR=1,1-8,8), perilaku BAB yang benar (OR=1,02; IOR=0,4-2,9), perilaku cuci tangan yang benar (OR=1,03; IOR=0,4-2,9) dan HDI (OR=1,01; IOR=0,2-1,8). Efek kabupaten/kota terhadap durasi diare pada balita menurut kuintil kemiskinan MOR=1,0003. Variasi antar kabupaten/kota menurut kemiskinan mempengaruhi perbedaan durasi diare pada balita. Rekomendasi dari penelitian ini adalah mengalokasikan APBN dan APBD yang cukup untuk pengadaan zinc, membuat kebijakan pengawasan minum obat zinc pada balita penderita diare, pengawasan faktor lingkungan dan PHBS terkait diare.

The study was intended to identify the effect on zinc availability on duration of diarrhea among under five-children. Hybrid cross sectional ecology was employed to 1012 participants in nine provinces, Indonesia 2014. Around 26% under five-children suffered diarrhea more than three days. Proportion of province with 100% zinc availability was 33.3%. In contextual level, duration of diarrhea was affected by zinc availability (OR=2,7; IOR=1,3-10,2), zinc procurement through the national budget (OR=8,0; IOR=2,8-22,7), access to drinking water facilities (OR=0,4; IOR=1,01-8,1), family private dump (OR=3,1; IOR=1,1-8,8), defecation behavior (OR=1,02; IOR=0,4-2,9) and practice of hand washing (OR=1,03; IOR=0,4-2,9) and Human Development Index (OR=1,01;IOR=0,2-1,8). Median Odds Ratio in district level was 1.003. The difference of duration of diarrhea was explained by the variation of district?s poverty level. It was then recommended that allocation of both national and district budgets for zinc procurement should be increase, policy of zinc medication supervision as well as supervision of diarrhea-related environment and healthy behaviors should be made.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
D2207
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Marfungatun Mudrikah
"ABSTRAK
Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak balita di seluruh dunia. Kejadian diare masih menjadi fenomena yang perlu segera ditangani dan menjadi perhatian para penyedia layanan kesehatan dalam memberikan penanganan diare. Pemberian seng merupakan salah satu strategi pengendalian penyakit diare. Untuk mengurangi durasi dan prevalensi kasus diare berulang, diperlukan kepatuhan terhadap pengobatan seng. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kepatuhan minum zinc pada balita yang mengalami diare berulang. Metode penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 112 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode non-probability sampling melalui consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 61,6% responden menghabiskan seng dalam 10 hari. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan minum seng dalam waktu 10 hari berasal dari 20,5% responden Jawa, 29,5% responden berpendidikan tinggi, 38,3% responden berpengetahuan, 30,3% responden ibu rumah tangga. tangga dan 32,1% responden berpenghasilan tinggi.

ABSTRACT
Diarrheal disease is one of the main causes of morbidity and mortality in children under five worldwide. The incidence of diarrhea is still a phenomenon that needs to be addressed immediately and becomes the attention of health service providers in providing diarrhea management. Zinc administration is one of the strategies to control diarrheal disease. To reduce the duration and prevalence of recurrent diarrhea cases, adherence to zinc treatment is required. The purpose of this study was to describe the compliance with zinc drinking in toddlers who experience recurrent diarrhea. This research method uses a descriptive design. The sample used in this study amounted to 112 respondents. The sampling technique in this study used a non-probability sampling method through consecutive sampling. The results showed that 61.6% of respondents used up zinc within 10 days. The conclusion of this study showed that compliance with zinc drinking within 10 days came from 20.5% Javanese respondents, 29.5% highly educated respondents, 38.3% knowledgeable respondents, 30.3% housewives respondents. stairs and 32.1% of high income respondents.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh Purwanto
"ABSTRAK
Diare masih merupakan penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian pada anak di
negara berkembang. Tablet zinc terbukti efektif dalam penanganan diare pada balita.
Namun kondisi dilapangan penggunaan tablet zinc masih belum sesuai dengan yang
diharapkan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan praktik pemberian tablet zinc pada diare balita oleh petugas kesehatan di
puskesmas, dengan faktor Predisposing (Umur, pendidikan, pengetahuan, lama kerja,
sikap), faktor enabling (ketersediaan dan kecukupan tablet zinc, pelatihan petugas),
faktor reinforcing (peraturan pemerintah tentang pemberian tablet zinc). Penelitian ini
adalah jenis penelitian analitik kuantitatif dengan desain penelitian crossectional.
Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah semua tenaga kesehatan yang bertugas di
poli anak/KIA yang bertugas memberikan terapi pada diare balita. Hasil analisis
memperlihatkan bahwa petugas kesehatan yang memberikan tablet zinc pada diare balita
masih sangat kecil yaitu 16,9%. Analisis bivariat memperlihatkan variabel pengetahuan
petugas, pelatihan petugas dan ketersediaan tablet zinc merupakan variabel yang
mempengaruhi praktik pemberian tablet zinc pada diare balita oleh petugas kesehatan.
Analisis multivariat memperlihatkan bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh
terhadap praktik pemberian tablet zinc pada diare balita oleh petugas kesehatan adalah
variabel pengetahuan petugas (OR adjusted = 48,353) (95% CI = 8,094 ? 288,840)
setelah dikontrol dengan variabel pelatihan petugas dan variabel ketersediaan tablet zinc.

ABSTRACT
Diarrhea is still a cause of high morbidity and mortality in children in developing
countries. Zinc tablets tested to be effective in the treatment of diarrhea in under give
yeras old child. However, the condition of using zinc tablet is still not as expected. The
purpose of this study was to determine the factors associated with the practice of giving
zinc tablets under five years old child diarrhea by health workers in health centers, with
predisposing factors (age, education, knowledge, duration of work, attitudes), enabling
factors (availability and adequacy zinc tablets, training of health care worker), reinforcing
factors (government regulations regarding the giving of zinc tablets). This research is a
quantitative analytical study with cross-sectional research design. Population and samples
in this study were all health care workers who served in child ward and incharge of
providing therapy in diarrhea under five years old child. The results show that the health
care workers who gave the zinc tablet on diarrhea under five years old child is 16.9%.
Bivariate analysis showed variable knowledge of health care worker, training of health
care worker and the availability of zinc tablets are variables that affect the practice of
giving zinc tablets under five years old child diarrhea by health workers. Multivariate
analysis showed that the most dominant variables related the practice of giving zinc
tablets under five years old child diarrhea by health care workers is knowledge workers
(adjusted OR = 48.353) (95% CI = 8.094 to 288.840) after controlled the variable of
training of health care worker and availability of zinc tablets."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Hardiyansyah
"Latar Belakang : Hingga saat ini penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Angka kasus diare di Kabupaten Pandeglang termasuk yang tertinggi di provinsi Banten. Puskesmas Labuan, Pagelaran dan Cibaliliung merupakan daerah yang berulang kali terjadi KLB Diare antara lain disebabkan oleh kondisi sanitasi lingkungan yang masih kurang baik. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare akut pada balita.
Metodologi : Desain penelitian kasus kontrol dan dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Populasi seluruh balita yang berusia 9 bulan sampai 59 bulan serta tinggal di 3 wilayah Puskesmas (Labuan, Pagelaran dan Cibaliung) Kabupaten Pandeglang tahun 2013 dengan balita menjadi unit analisisnya dan ibu sebagai respondennya. Total sampel 180 sampel, dengan perincian 90 sampel kasus dan 90 sampel kontrol. Variabel dalam penelitian ini adalah Faktor Lingkungan (sarana air bersih, pengelolaan tinja, pengelolaan sampah, saluran pembuangan air limbah, dan e.coli pada air minum) dan Faktor Ibu (Umur, tingkat pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga, perilaku mencuci tangan, perilaku BAB, perilaku mencuci peralatan makan/minum) dan Faktor Balita (Umur, Jenis Kelamin, status gizi, tatus imunisasi campak, pemberian asi eksklusif). Dilakukan analisis univariat, bivariat dengan uji chi-square dan multivariate dengan unconditional logistic regression.
Hasil : Dari hasil analisis bivariat berdasarkan faktor balita diketahui status gizi mempunyai hubungan bermakna secara statistik dengan kejadian diare dengan OR 2,20 (95% CI: 1,01 – 4,96). Berdasarkan Faktor Ibu didapatkan bahwa Pengetahuan Ibu OR 2,60 (95% CI: 1,36- 4,98), Perilaku BAB OR 0,53 kali (95% CI: 0,28 - 1.00) dan perilaku cuci tangan OR 2,16 kali (95% CI: 1.14 - 4.12) mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian diare akut pada balita. Dari hasil analisis multivariat diketahui bahwa faktor risiko yang paling berisiko terhadap kejadian diare akut pada balita adalah variabel pengetahuan ibu dengan OR 2,66 pada rentang (95% CI: 1,44 - 4,90) nilai p 0,002.
Kesimpulan : Ibu dengan pengetahuan rendah mempunyai risiko 2,66 kali untuk menderita diare pada balita (95%CI: 1,44 - 4,90) jika dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik.

Background: Until now diarrhea disease is one of community health problems in Indonesia. Figure of diarrhea case in Pandenglang Regency is categorized as the highest in Banten province. Community Health Centers Labuan, Pagelaran and Cibaliliung represent the regions which many times affected by Diarrhea Extraordinary Occurrence among them caused by bad environmental sanitation conditions. The objective of this research is to identify the factors related to the acute diarrhea occurrence in babies.
Methodology: Design of the research is control case and conducted in May 2013. Population is all babies aged 9 to 59 months and reside in 3 regions of Community Health Centers (Labuan, Pagelaran and Cibaliung) of Pandeglang Regency in 2013 with babies become its analysis unit and mothers as its respondent. Total sample are 180 samples, with details 90 case samples and 90 control samples. Variable in this research is environmental factors (clean water facility, septage management, waste management, drainage, and e.coli in drinking water) and factor of mother (age, knowledge level, education, occupation, family income, behaviors in hand washing, defecating, behavior of in washing meal/drink utensils) and factor of baby (age, sex, nutrition status, measles immunization status, exclusive breast milking). It is subjected to univariate, bivariate analysis with chi-square and multivariate tests with unconditional logistic regression.
Results: Of the results of bivariate analysis based on baby factor it is found that the nutrition status has a significant relation statistically with diarrhea occasion with OR 2,20 (95% CI: 1,01 - 4,96). Based on factor of mother it is found that the mother's knowledge OR 2,60 (95% CI: 2,36-4.98), defecating behavior OR 0,53 time (95% CI:0,28 - 1.00) and hand washing behavior OR 2,16 times (95% CI:1.14-4.12) have a significant relation with acute diarrhea occurrence in babies. Of the results of multivariate analysis it is found that the riskiest factor which to the acute diarrhea occurrence in babies is variable of mother’s knowledge with OR 2,66 in value range of (95% CI:1,44-4,90) p 0,002.
Conclusion: Mothers with low education have a risk 2,66 times to have diarrhea in babies (CI 95%: 1,44-4,90) if compared to mothers which have better education level.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36765
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Sarry Hartono
"Bakteri yang terdapat dalam usus manusia berada dalam keseimbangan dan memainkan peranan penting dalam fungsi metabolisme dan imunologi tubuh, Infeksi yang terjadi pada saluran cerna, seperti diare, dapat mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan pada komposisi bakteri usus tersebut. Pengetahuan mengenai profil mikroba usus pada kasus diare anak usia tertentu memiliki manfaat yang penting dalam memberikan informasi awal untuk pengembangan tata laksana kasus diare yang berkaitan dengan pengembalian keseimbangan mikroba usus.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan disain potong lintang. Feses dikumpulkan dari dua kelompok subyek penelitian, dengan diare dan tanpa diare dari anak-anak usia 2-12 tahun di Jakarta Utara. Sampel kemudian di ekstraksi dengan kit QIAmp® DNA Stool Mini untuk kemudian dilakukan deteksi dan identifikasi bakteri dengan menggunakan polymerase chain reaction / Electrospray Ionization-Mass Spectrometry. Secara keseluruhan diperoleh 80 subjek, terdiri dari 33 anak-anak yang mengalami diare (subyek diare) dan 47 anak-anak yang tidak mengalami diare (subjek non-diare). Tiga puluh dari 33 sampel dalam kelompok diare terdeteksi keberadaan bakteri. Enam dari 33 sampel memberikan hasil multiple matches, sedangkan 3 sampel lainnya tidak terdeteksi adanya bakteri.
Pada kelompok nondiare, di 28 dari 47 sampel terdeteksi adanya bakteri, hasil multiple matches pada 8 dari 47 sampel dan 13 sampel tidak terdeteksi adanya bakteri. Dalam kedua kelompok didominasi oleh Echerechia coli dan juga diikuti oleh Klebsiella pneumonia. Keragaman bakteri yang terdeteksi pada kelompok diare (12 dari 30 sampel) lebih dari pada kelompok non-diare (5 dari 28). Filum bakteri yang dideteksi pada kelompok sampel diare adalah Firmicutes (5 sampel), Proteobacteria (24), Bacteroidetes (1), dan di kelompok non diare adalah Actinobacteria (2), Proteobacteria (25), Verrucomicrobia (1). Hubungan antara enteropatogen dengan kejadian diare tidak signifikan secara statistik (p= 0,571, uji Chi-square), akan tetapi terdapat hubungan yang kuat antara risiko kejadian diare yang disebabkan oleh enteropatogen (OR = 0,724 dengan 95% CI: 0,237-2,215).
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa keragaman bakteri yang dideteksi pada kelompok diare lebih dari pada kelompok non-diare dengan adanya kesamaan dalam pola bakteri yang paling banyak terdeteksi pada kedua kelompok sampel, adanya temuan bakteri anggota filum Actinobacteria (Bifidobacterium longum) yang bersifat probiotik pada kelompok non diare dan tampaknya kemungkinan anak-anak yang positif enteropatogen pada fesesnya memiliki kecenderungan untuk mengalami diare dibandingkan dengan yang tidak.

Microbiota present in the human intestinal are diverse and play important roles in metabolism and immunology. Infection that occurs in gastrointestinal tract, may lead to an imbalance in the composition of the intestinal bacteria. Knowledge on the intestinal microbes profile in children at spesific age with and without diarrhea might shed a light in the management of diarrhea associated with intestinal microflora imbalance. The objective this study is to obtain a profile of intestinal bacteria in children at spesific age with diarrhea and non-diarrhea which may be important for initial information in management of diarrhea associated intestinal microbes imbalance.
This study was an analitical descriptive with cross sectional design. Stool samples were collected from two groups of subjects, with diarrhea and without diarrhea in children of 2-12 years old in North Jakarta. The samples were extracted using QIAamp® DNA Stool Mini Kit first followed by detection and identification using Polymerase Chain Reaction / Electrospray Ionization-Mass Spectrometry. A total 80 subjects were obtained, consisted of 33 children with diarrhea (diarrhea subjects) and 47 children without diarrhea (non-diarrheal subjects). Thirty of the 33 stool samples in diarrhea group showed the presence of one species microorganism (complete match), 6 samples resulted in multiple matches, while the other three samples did no show any bacteria.
In the non-diarrhea group, of total 47 stool samples, 28 showed the presence of single match bacteria, 8 specimens gave result of multiple matches and 13 specimens showed no detectable bacteria. In both groups Echerechia coliand Klebsiella pneumonia appeared to be dominant. The bacteria present in the diarrhea group (12 of 30 samples) were more diverse than in nondiarrheal group (5 of 28). Phyla found in diarrhea group consisted of Firmicutes (5 samples), Proteobacteria (24), Bacteroidetes (1), while in non-diarrhea group were Actinobacteria (2), Proteobacteria (25), Verrucomicrobia (1).
The conclusion is bacteria detected in diarrhea group apparently were more diverse than in nondiarrhea. There was similarity in the pattern of most detected bacteria in both sample groups, however, member of Actinobacteria (Bifidobacterium longum) where detected only in non-diarrhea group. Likely the chance of children with enteropathogen detected in the stool would have diarrhea more than children with no enteropathogen detected.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mariska
"Diare menempati urutan kedua pembunuh anak di bawah umur lima tahun di dunia. Diaremerupakan suatu gejala hasil dari kelainan pada peoses digestif, absorbsi, dan fungsi sekresi.Penulisan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan terapi pijat padapenurunan frekuensi BAB penderita Diare. Aplikasi dilakukan pada dua anak sebagai respondenintervensi dan satu anak sebagai responden non-intervensi. Hasil penerapan terapi pijat inididapatkan bahwa terdapat penurunan frekuensi BAB pada anak dengan diare setelah dilakukanterapi pijat. Hasil penerapan aplikasi ini menyarankan institusi pelayanan kesehatan dapatmempertimbangkan dalam penerapan terapi ini sebagai terapi komplementer. Kemudian, terapikomplementer dapat dijadikan salah satu mata kuliah praktik pada mahasiswa keperawatan.

Diarrhoeal disease is the second leading cause of death in children under five years old. Diarrhoeais a symptom which is the result of disruption in digestive process, absorption, and secretion. Theobjective of this study was to ascertain the effect of massage therapy in decreasing defecationfrequency on children with diarrhoea. Samples for this study were two children as an interventionrespondents, and one child as a non-intervention respondent. Result of this study indicated thatthere is an effect in decreasing defecation frequency in children who had been through a massagetherapy.This study suggest that a health care institution should considered this therapy to beapplied as a complementer therapy. Furthermore, the complementary therapy could be conductedas a practical lesson for nursing students.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suharyono
"LATAR BELAKANG PENELITIAN
Penyakit diare akut atau gastroenteritis akut merupakan satu penyakit penting di Indonesia yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian anak. Fenomena ini tercermin dalam laporan rumah-rumah sakit mengenai angka kesakitan dan kematian penderita diare di Bangsal Anak yang jauh melebihi penderita penyakit lain, yaitu sebanyak masing-masing 20 - 40 % dari jumlah bayi dan anak yang dirawat dan 10 - 20 % dari jumlah penderita diare yang dirawat.
Pada tahun 1967 dirawat sebanyak 2.085 penderita diare di Bangsal Anak R S Dr. Cipto Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta yang merupakan 37,2 % dari seluruh penderita anak (5.606) yang dirawat pada masa itu. Pada tahun 1974 dirawat sebanyak 1.233 anak dengan diare di bangsal yang sama, yaitu 27,2 % dari seluruh penderita anak (4.529) yang dirawat.
Pada Seminar Nasional Rehidrasi ke-I tahun 1974 dilaporkan tentang suatu penelitian longitudinal dan menyebutkan serangan diare dalam komunitas ialah 400 per tiap 1.000 penduduk setiap tahun dan kebanyakan (70 - 80 %) terdapat pada anak di bawah umur 5 tahun (Brotowasisto,. 1975). Banyak faktor, di antaranya kesehatan lingkungan, higene perorangan, keadaan gizi, faktor sosioekonomi, edukasi akan menentukan jumlah serangan diare ini. Walaupun hanya sebagian kasus diare akan mengalami dehidrasi, namun banyak kasus akan meninggal bila tidak dilakukan tindakan-tindakan seperlunya.
Pada tahun 1975 diperkirakan terdapatnya sebanyak 500 juta serangan diare pada anak Asia, Afrika dan Amerika Latin yang mengakibatkan 5 sampai 18 juta kematian (Rohde dan Northrup, 1976). Angka kematian kasus diare yang dirawat di rumah sakit (sebelum tahun 1974) masih sangat tinggi, yaitu di atas 15 % di pelbagai rumah sakit di Indonesia; Sutejo dkk. (1961) melaporkan kematian sebesar 20,2 %; bahkan sampai tahun 1974, sebelum diadakan Seminar Nasional Rehidrasi ke-I pada tahun 1974, angka kematian masih tinggi seperti dilaporkan oleh Taslim dkk. (1974) sebesar 26,4 %; demikian Pula angka kematian oleh sebab diare karena Kolera seperti. dilaporkan oleh Ismoediyanto dan Haroen Noerasid (1963) sebesar 46,2 %.
Pengelolaan diare akut pada bayi dan anak telah mengalami kemajuan pesat sejak ditingkatkannya pengetahuan tentang faktor-faktor yang menjadi penyulit (komplikasi) diare akut, Sejak sebelum tahun 1960 pada waktu angka kematian diare akut di Bangsal Anak RSCM/FKUI masih 60,2 %; diketahui bahwa komplikasi diare akut berupa asidosis merupakan salah satu penyebab utama kematian; maka cairan intravena yang semula terdiri dari glukosa dan NaCl 0,9 % dimodifikasi dengan menambahkan Nalaktat. Penggunaan cairan baru tersebut menyebabkan penurunan angka kematian dari 60,2 % menjadi 20,2 % (Sutejo dkk., 1961)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T-6907
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soehardjono Sastromihardjo
"Pengelolaan diare akut pada bayi dan anak telah mengalami kemajuan pesat sejak ditingkatkannya pengetahuan tentang faktor-faktor yang menjadi penyulit (komplikasi) diare akut. Sejak sebelum tahun 1960 pada waktu angka kematian diare akut di Bangsal Anak RSCM/FKUI masih 60,2 % diketahui bahwa komplikasi diare akut berupa asidosis merupakan salah satu penyebab utama kematian, maka cairan intravena yang semula terdiri dari glukosa dan NaCl 0.9 % dimodifikasi dengan menambahkan Na-laktat. Penggunaan cairan baru tersebut menyebabkan penurunan angka kematian dari 60,2 %menjadi 20,2 %.
Pengalaman Sutejo dkk. di atas telah ntenggugah penulis untuk mempelajari lebih lanjut masalah diare akut, sehingga penanggulangannya akan lebih baik dan lebih memadai dengan hasil angka kematian dapat diturunkan. Faktor penyebab kematian berupa komplikasi lain (renjatan dan hipokalemia) dan masalah lain yang berkaitan dengan diare akut belum sepenuhnya ditanggulangi secara memadai dan menyebabkan angka kematian diare akut masih tinggi.
Masalah lain yang berkaitan dengan diare akut tersebut ialah antara lain penyakit penyerta (PEM atau malnutrisi protein energi, ensefalitis. bronkopneumonia, sepsis dan lainnya), diare akut yang melanjut dan diare akin pada penyakit bedah usus (Hirschsprung, 'Necrotizing enterocolitis, NEC' dan lainnya ). Yang cara penatalaksanaan termasuk pendekatan diagnosis dan pengobatannya adalah berbeda. Pada tahun 1980 angka kematian karena diare akut dan penyakit penderita masih tinggi. berkisar antara 14 dan 20 %.
Di komunitas, berdasarkan penelitian rumah tangga ('household study') di Indonesia pada tahun 1980 diperkirakan kematian oleh karena diare merupakan l8 % dari seluruh kematian penduduk per tahun, besarnya masalah kematian bayi disebabkan oleh diare digambarkan oleh angka-angka berikut, jumlah kematian bayi pada tahun 3980 karena diare adalah 24% dari seluruh kematian. Jumlah bayi Indonesia pada tahun 1980 adalah 35.9 x 147.500.000 = 5.295.250. Angka kematian hayi ('infant mortality rate') 1.000 di Indonesia adalah 100 per 1.000 bayi.
Diare akut pada bayi dan anak merupakan masalah karena :
(a) kematian penderita disebabkan oleh diare akut masih tinggi dan pengobatan (penanggulangan) terhadap komplikasinya berupa dehidrasi berat/renjatan dan hipokalemia belum memadai (di klinik);
(b) pengaruh daripada faktor penyakit lain seperti penyakit penyerta (PEM, penyakit bedah usus dan lainnya) pada diare akut yang akan memperberat penyakitnya dan pengobatan yang belum memadai."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985
D381
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. Mirsal Basyar
"Diare masih merupakan penyebab terbesar kesakitan dan kematian pada bayi dan anak balita di Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Terapi rehidrasi oral dan pemberian makanan adalah teknologi tepat guna daiam menangani diare. Jika dilaksanakan sesuai anjuran dapat menurunkan angka kematian diatas 90%. Tatalaksana kasus diare akut di rumah tangga diharapkan efektif menurunkan risiko kejadian diare dengan dehidrasi berat.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan antara tatalaksana di rumah tangga dengan kejadian dehidrasi berat. Penelitian ini dengan disain kasus kontrol dan data dikumpulkan 1 April 1998 - 31 Oktober 1999. Populasi studi adalah balita yang dirawat di rumah sakit Painan dan balita yang berobat ke puskesmas. Sampel kasus yang terkumpui adalah 47 kasus dan 47 sampel kontrol yang dipilih dengan simple random sampling (SRS)Menggunakan anaiisis regresi logistik ditemukan bahwa tatalaksana kasus diare akut di rumah tangga yang tidak sesuai anjuran Depkes RI menyebabkan kejadian diare dengan dehidrasi berat OR 3,13 (95% 1,61;12,45) kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang melaksanakan tatalaksana kasus di rumah tangga yang sesuai anjuran Depkes RI.
Temuan penelitian ini untuk perbaikan upaya terapi rehidrasi oral dan pemberian makanan sebagai pencegahan kejadian dehidrasi berat. Upaya ini dianjurkan sebagai pendekatan yang lebih efektif. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-1087
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>