Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 222196 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Michael Permana Rinaldi
"Implikasi sosial pada sebuah rumah tinggal ada pada pemaknaannya. Sebuah bangunan fisik tidak dapat menjadi bagian dari sebuah masyarakat tanpa adanya makna yang diberikan oleh anggota dari masyarakat itu sendiri. Rumah tinggal sebagai salah satu komponen perkotaan belum banyak dieksplorasi oleh ilmu sosiologi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif tipe multiple-cases study untuk melihat kasus di Kebayoran Baru, Pondok Indah, dan Menteng. Dari analisa terhadap data, didapati bahwa rumah tinggal diproduksi secara sosial melalui relasi dan jaringan milik penghuninya. Relasi dan jaringan tersebut dipengaruhi oleh life-stage pemilik rumah, yang pada tingkat tertentu akan mengubah pemaknaan mereka terhadap rumah tinggal.

The social implication of housing is located in its meaning. A physical building cannot be part of society without being given meaning by members of society. Houses as one of urban society’s component haven’t been explored much by sociology in Indonesia. This research uses qualitative approach with multiple-cases study to look into cases in Kebayoran Baru, Pondok Indah, and Menteng. From the analysis, it is found that houses are produced socially through the owners’ relations and networks, whereas both are affected by the owners’ life-stage, in which they will have different meaning to their houses in each of the stages.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57915
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Pambudi Gunadi
"Ruang dan seksualitas adalah salah satu kajian geografi humanistik yang berfokus pada pengalaman dan penyesuaian identitas seksual di tengah masyarakat yang menganut pembagian sex, gender, dan seksualitas secara biner. Performativitas homoseksual ditemukan pada beberapa budaya Indonesia. Meskipun demikian nilai nilai heteronormatif masih sangat kuat dianut oleh masyarakat di kawasan perkotaan sekalipun, termasuk kota Jakarta. Keberadaan gay ditengah masyarakat Jakarta yang sangat heterogen menjadikan gay masuk ke dalam ruang publik ataupun ruang privat untuk menciptakan ruang tempat menampilkan identitasnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola identitas ruang gay. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap delapan orang informan. Dari hasil pengumpulan data dibuatlah kategori berdasarkan tema ruang interaksinya. Dari hasil pengolahan data, analisis dilakukan dengan menggunakan teori produksi ruang dan dikaitkan dengan teori teori sosial kontemporer seperti queer theory, teori strukturasi dan dramaturgi. Produksi ruang oleh kaum gay ditandai dengan pembukaan diri individu di ruang lingkup aktivitasnya sehingga mereka melakukan seleksi ruang untuk menampilkan atau menyembunyikan orientasi seksualnya, baik pada ruang publik ataupun pada ruang privat. Ruang publik yang berstruktur heteronormativitas rendah cenderung dipersepsikan sebagai ruang belakang bagi kaum gay. Sementara ruang privat dengan homonormativitas yang dianggap berlebihan justru menjadi ruang depan dimana kaum gay tidak menampilkan orientasi seksualnya.

Sexuality and space is one topic among humanistic geography study that focus in lived experiences and sexual identity negotiation in a society based divisions of sex, gender, and sexualities. Homosexual performativites are founded in Indonesian Local Culture. While heteronormativity is become important factors even in the middle of urban life including Jakarta. Gay existence among Jakarta heterogenous society let gay people penetrate public and private space to express their identity. This writing aims knowing the identity of gay space. Data collecting is done through indepth interview with 8 key informants. Collected data is categorized based on the interaction space. Processed data is analyzed using production of space theory together with social contemporary theories like queer theory, structuration theory and dramaturgy. Production of gay space is marked by sexual identity revelation in their daily space where they perceive their daily place as a space where they hide or show their sexual orientation which can be a public or a private space. Public space with high heteronormativity tend to be perceived as a back space. While private space with excessive homonormativity can be perceived as a front space where gay people doesn’t show their sexual orientation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65196
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asyraf Muhammad
"ABSTRAK

Skripsi ini membahas produksi ruang sosial dalam skala urban yang melibatkan sejarah akan urbanisme tersebut. Studi kasus untuk skripsi ini berlokasi pada Jl. Raya Pekojan, yang termasuk dari kawasan Kampung Pekojan, Jakarta Barat. Pembahasan studi kasus meliputi bagaimana produksi ruang sosial dapat terjadi pada kawasan bersejarah Pekojan, dengan mempertimbangkan bahwa kawasan Pekojan memiliki nilai intrinsik tersendiri dalam aspek historis. Oleh karena itu, penelitian tidak hanya membahas tentang bagaimana individu-individu manusia di dalamnya bekerja secara keruangan, tetapi juga mempertimbangkan latar belakangnya sebagai salah satu situs bersejarah yang sudah ada sejak zaman Hindia-Belanda. Konsep produksi ruang sosial yang diterapkan pada studi kasus kawasan Pekojan ini tidak hanya sebagai alat untuk mengidentifikasi bagaimana proses produksi ruang sosial tersebut terjadi, tetapi juga dapat menjelaskan bagaimana hasil dari proses produksi tersebut memengaruhi perubahan sosial yang ada pada kawasan Pekojan.


ABSTRACT
This paper discusses how a social space can be produced, especially in a scope of historical urban scape. The case study for this paper will be located at Jl. Raya Pekojan, which is the main integral part of Pekojan district as the whole. The explanation of this case study will include how a social space can be produced while considering that the case study has a lot of historical value within it. Thus, this research will not only describe how an individual human works in a socio-spatial way, but will also consider the historical fact behind, even since the colonial of Dutch-Indie era. The applied concept of the production of space will not only work as a tool for deciphering a socio-spatial condition, but also can explain about what kind of social change has had happened in a such long period of time.

 

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Schwarze, Tilman
"This Book develops a novel and innovative methodological framework for operationalising Henri Lefebvre’s work for empirical research on the U.S. city. Building on ethnographic research on Chicago’s South Side, Tilman Schwarze explores the current situation of urbanisation and urban life in the U.S. city through a critical reading and application of Lefebvre’s writings on space, everyday life, the urban, the state, and difference. Focusing on territorial stigmatisation, public housing transformation, and urban redevelopment, this book makes an important contribution to critical urban scholarship, foregrounding the relevance and applicability of Henri Lefebvre’s work for geographical and sociological research on urban politics and everyday life."
Switzerland: Palgrave Macmillan Cham, 2023
e20550417
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Alda Hairiah
"Perkembangan kota-kota besar serta laju urbanisasi membuat populasi meningkat dan mengakibatkan kemunculan permukiman di kawasan kota yang disebut kampung kota. Salah satu diantara karakteristik khas kampung adalah memiliki semangat solidaritas dan gotong royong yang tinggi. Hal tersebut membuat ruang publik memiliki peran yang vital untuk mewadahi segala macam interaksi dan kegiatan sehari-hari warganya. Karena kondisi kawasan dan padatnya penduduk, Kampung Pulo Geulis adalah salah satu kampung di Kota Bogor yang menghadapi permasalahan keterbatasan fasilitas ruang publik. Merespon masalah tersebut, masyarakat setempat melakukan berbagai cara yang khas dalam menciptakan, menggunakan, dan memaknai ruang publik. Proses tersebut berkaitan erat dengan konsep produksi dan konstruksi sosial. Setelah melakukan beberapa kajian literatur, observasi, dan wawancara, serangkaian analisis yang menggali aspek spasial, waktu, penggunaan, dan pemaknaan dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi produksi sosial dan konstruksi sosial di ruang publik Kampung Pulo Geulis.

The development of big cities and the pace of urbanization make the population increase and result in the emergence of settlements in urban areas called urban villages. One of the typical characteristics of the village is to have a high spirit of solidarity and mutual cooperation. This makes public spaces have a vital role to accommodate all kinds of interactions and daily activities of its citizens. Due to the condition of the area and the dense population, Kampung Pulo Geulis is one of the villages in Bogor City that is facing the problem of limited public space facilities. Responding to these problems, the local community uses various unique ways of creating, using, and interpreting public spaces. The process is closely related to the concept of social production and social construction. After conducting several literature reviews, observations, and informal interviews, a set of analyses that explore aspects of spatial, time, use, and interpretation were carried out with the aim of identifying social production and social construction in the public space of Kampung Pulo Geulis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Candra Junior
"Alun-alun Kota Serang merupakan ruang publik yang dibangun pada tahun 1828 oleh Belanda. Sebagai warisan benda budaya, pemanfaatan ruang publik ini diatur agar sesuai dengan kondisinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran Pemerintah Daerah Kota Serang dalam mengatur pemanfaatan ruang Alun-alun Kota Serang dan pengaruhnya terhadap pemanfaatan ruang. Hal ini diidentifikasi melalui interaksi tiga elemen spasial yaitu representasi ruang (conceived space), praktik spasial (perceived space), dan ruang representasi (lived space) yang diwujudkan dalam bentuk perencanaan, penyelenggaraan, dan pemanfaatan ruang. Data penelitian ini dikumpulkan melalui metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Sedangkan analisis dilakukan dengan metode komparatif spatial antara rencana tata ruang pemanfaatan alun-alun, dengan persebaran aktivitas dan kepadatan pengguna di alun-alun. Selain itu juga dilakukan identifikasi interaksi antara tiga elemen spasial pembentuk aktivitas di alun-alun. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagai conceived space, terdapat dua ruang perencanaan. Pada area timur, perencanaan dilakukan dengan konsep modern dan berorientasi pada peningkatan ekonomi sehingga fasilitas dan atraksi yang tersedia lebih banyak dan bervariasi. Sedangkan pada area barat, perencanaan yang dilakukan oleh Pemerintah dilakukan dengan konsep kuno dan berorientasi untuk melestarikan bangunan-bangunan bersejarah yang tersebar di sekitar Alun-alun Kota Serang. Untuk mempertahankan fungsi warisan budaya di area barat, fasilitas dan atraksi disediakan secara terbatas. Dengan perbedaan pola ruang pemanfaatan tersebut, perceived space cenderung memusat di area timur. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan alun-alun sebagai warisan benda budaya yang dilakukan pemerintah berhasil mengatur pemanfaatan ruang. Alun-alun sebagai lived space tidak berdiri sendiri, namun menunjukkan keterkaitan dengan ruang di sekitarnya.

Serang Alun-alun is a public space built in 1828 by the Dutch. As a cultural heritage, the utilization of this public space is regulated according to its conditions. This study aims to identify the role of the Local Government of Serang City in regulating the spatial use of Serang Alun-alun and its influence on space utilization. This is identified through the interaction of three spatial elements, namely spatial representation (conceived space), spatial practices (perceived space), and representational space (lived space) which are embodied in the form of planning, organizing, and spatial utilization. The research data was collected through observation, interviews, and documentation studies. While the analysis was carried out using a spatial comparative method between the spatial plan for the use of the Alun-alun, with the distribution of activities and the density of users in the Alun-alun. In addition, the study was also carried out to identify interactions between the three spatial elements forming activities in the Alun-Alun. The results of the analysis show that as a conceived space, there are two planning spaces. In the eastern area, planning is carried out with a modern concept and is oriented towards improving the economy so that more and more varied facilities and attractions are available. Whereas in the western area, the planning carried out by the government with an ancient concept is oriented towards preserving historical buildings scattered around Serang Alun-alun. To maintain the function of cultural heritage in the West area, the government provided limited facilities and attractions. With the difference in the spatial utilization pattern, the perceived space tends to concentrate in the east. The conclusion of this study shows that the planning of the Alun-alun as a cultural heritage by the government has succeeded in regulating the use of space. Alun-alun as a lived space does not stand alone but shows a connection with the space around it."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kevin Gusnadi
"

ABSTRAK

 

 

Nama

:

Muhammad Kevin Gusnadi, S.I.P.

Program Studi

:

KajianPengembanganPerkotaan

Judul

:

Peran Aktor Dalam Produksi Dan Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkantoran Pemerintah Provinsi Di Kota Padang

Pembimbing

:

Dr. Hafid Setiadi S.SI., M.T.

 

Penelitian ini menganalisis peran aktor dalam produksi dan pemanfaatan ruang kawasan perkantoran pemerintah provinsi di Kota Padang. Penelitian ini menggunakan konsep konteks ruang dalam studi perkotaan, peran aktor dalam produksi ruang, dan konflik ruang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan studi kasus dengan cara mengumpulkan data melalui wawancara mendalam dan analisis data sekunder seperti peraturan perundang-undangan, peraturan daerah, dan media publikasi online. Penelitian ini menemukan beberapa hasil, diantaranya: Pertama, pola pemanfaatan ruang dilakukan oleh aktor-aktor yang berkepentingan yaitu Pemerintah Kota Padang, investor, dan masyarakat sekitar dalam memproduksi ruang sebagai produk politik, sosial, dan ekonomi. Kedua, penyebab langsung dan tidak langsung dari ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan regulasi penataan ruang yang tertera pada Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Padang Tahun 2010 – 2030. Ketiga, menganalisis ketidaksesuaian pemanfaatan ruang yang terjadi di kawasan perkantoran pemerintah provinsi yang ditinjau melalui teori produksi ruang.

Kata Kunci: Aktor, Pemanfaatan Ruang, Produksi Ruang, Kawasan Perkantoran Perkantoran Pemerintah Provinsi, Kota Padang

 


ABSTRACT

Name

:

Muhammad Kevin Gusnadi, S.I.P.

Study Programme

:

Urban Studies

Title

:

The Role of Actors in the Production and Use of Provincial Government Office Space in Padang City

Consellor

:

Dr. Hafid Setiadi S.SI., M.T.

 

This study analyzes the role of actors in the production and use of provincial government office space in Padang City. This study uses the concept of spatial context in urban studies, the role of actors in spatial production, and spatial conflict. This research uses qualitative methods and case studies by collecting data through in-depth interviews and secondary data analysis such as laws and regulations, regional regulations, and online publication media. This study found several results, including: First, the pattern of spatial use carried out by interested actors namely the Padang City Government, investors, and surrounding communities in producing space as a political, social and economic product. Second, the direct and indirect causes of non-conformity of spatial use with spatial planning regulations listed in Regional Regulation Number 4 of 2012 concerning Spatial Planning and Padang City Region in 2010 - 2030. Third, analyzing spatial incompatibility in space in provincial government offices which is reviewed through the theory of space production.

Keywords: Actor, Spatial Use, Production of Space, Provincial Government Office Area, Padang City

 

"
2019
T54029
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Multi Purnomo
"Penelitian terdahulu menemukan pengembangan wisata kuliner akan memberikan kesempatan bagi pelaku usaha bermodal kecil jika dikembangkan di pedesaan atau di tempat yang dirancang khusus sebagai destinasi wisata kuliner. Penelitian ini dilakukan di kota dan tidak dirancang khusus sebagai destinasi wisata kuliner. Ruang wisata akan menjadi produksi ruang yang bercirikan kontestasi dan selalu dimenangkan oleh pemodal besar. Makanan lokal merupakan daya tarik wisata yang akan membangun ruang wisata bagi pedagang bermodal kecil. Diajukan argumen, penambahan makanan lokal sebagai daya tarik wisata kuliner akan menjadi kekuatan pembentuk ruang lokal, ruang untuk pelaku usaha bermodal kecil penjual makanan lokal. Penelitian menggunakan analisis dialektika triadik conceived-perceived-lived produksi ruang Lefebvre, konsumsi dalam wisata Urry, pemetaan spasial kota dan survey online konsumsi pengunjung pada 1259 responden. Hasil penelitian menunjukkan Lefebvre gagal menjelaskan mengapa ruang wisata kuliner dominan tidak menghasilkan konsumsi dominan dan Urry gagal menjelaskan mengapa konsumsi dominan tidak menjadi ruang wisata dominan. Penambahan makanan lokal berhasil membangun ruang quasi dominan sebagai segmen dari ruang dominan. Penelitian ini mengajukan untuk memposisikan kembali pelaku usaha bermodal kecil sebagai kelompok yang tidak selalu setara dan kemungkinan makanan lokal sebagai komoditas bagi pedagang makanan lokal. Dua hal yang menyebabkan penambahan makanan lokal dalam produksi ruang wisata kuliner hanya membangun ruang quasi dominan dan gagal membangun ruang lokal. 
.....Previous research has found that culinary tourism development will be providing opportunities for small capital entrepreneurs if it is developed in rural areas or in places that were specifically designed as culinary tourism destinations. This research was conducted in a city that is not specifically designed as a culinary tourism destination. The tourism space establishment will be a production of space characterized by contestation and always won by big capital entrepreneurs. Local food is a tourist attraction that will build a tourist space for traders with small capital. The argument is local food addition as a culinary tourism attraction would be a strength to forming local space, space for small-capital entrepreneurs to sell local food. This research used triadic dialectic analysis of conceived-perceived-lived production of space by Lefebvre, consumption in tourism by Urry, city spatial mapping, and an online survey of visitor consumption on 1259 respondents. The results showed that Lefebvre failed to explain why the dominant culinary tourism space did not produce dominant consumption and Urry failed to explain why dominant consumption did not become the dominant tourism space. Local food consumption has succeeded in building a quasi-dominant space as a dominant space segment but failed to build a local space. This study proposes to reposition small capital entrepreneurs as always an equal group and local food possibility for being a commodity in tourism. Those two things were causing the local food addition in tourism production space was only succeeded to build a quasi-dominant space and failed to prove a local space."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Multi Purnomo
"Penelitian terdahulu menemukan pengembangan wisata kuliner akan memberikan kesempatan bagi pelaku usaha bermodal kecil jika dikembangkan di pedesaan atau di tempat yang dirancang khusus sebagai destinasi wisata kuliner. Penelitian ini dilakukan di kota dan tidak dirancang khusus sebagai destinasi wisata kuliner. Ruang wisata akan menjadi produksi ruang yang bercirikan kontestasi dan selalu dimenangkan oleh pemodal besar. Makanan lokal merupakan daya tarik wisata yang akan membangun ruang wisata bagi pedagang bermodal kecil. Diajukan argumen, penambahan makanan lokal sebagai daya tarik wisata kuliner akan menjadi kekuatan pembentuk ruang lokal, ruang untuk pelaku usaha bermodal kecil penjual makanan lokal. Penelitian menggunakan analisis dialektika triadik conceived-perceived-lived produksi ruang Lefebvre, konsumsi dalam wisata Urry, pemetaan spasial kota dan survey online konsumsi pengunjung pada 1259 responden. Hasil penelitian menunjukkan Lefebvre gagal menjelaskan mengapa ruang wisata kuliner dominan tidak menghasilkan konsumsi dominan dan Urry gagal menjelaskan mengapa konsumsi dominan tidak menjadi ruang wisata dominan. Penambahan makanan lokal berhasil membangun ruang quasi dominan sebagai segmen dari ruang dominan. Penelitian ini mengajukan untuk memposisikan kembali pelaku usaha bermodal kecil sebagai kelompok yang tidak selalu setara dan kemungkinan makanan lokal sebagai komoditas bagi pedagang makanan lokal. Dua hal yang menyebabkan penambahan makanan lokal dalam produksi ruang wisata kuliner hanya membangun ruang quasi dominan dan gagal membangun ruang lokal.

Previous research has found that culinary tourism development will be providing opportunities for small capital entrepreneurs if it is developed in rural areas or in places that were specifically designed as culinary tourism destinations. This research was conducted in a city that is not specifically designed as a culinary tourism destination. The tourism space establishment will be a production of space characterized by contestation and always won by big capital entrepreneurs. Local food is a tourist attraction that will build a tourist space for traders with small capital. The argument is local food addition as a culinary tourism attraction would be a strength to forming local space, space for small-capital entrepreneurs to sell local food. This research used triadic dialectic analysis of conceived-perceived-lived production of space by Lefebvre, consumption in tourism by Urry, city spatial mapping, and an online survey of visitor consumption on 1259 respondents. The results showed that Lefebvre failed to explain why the dominant culinary tourism space did not produce dominant consumption and Urry failed to explain why dominant consumption did not become the dominant tourism space. Local food consumption has succeeded in building a quasi-dominant space as a dominant space segment but failed to build a local space. This study proposes to reposition small capital entrepreneurs as always an equal group and local food possibility for being a commodity in tourism. Those two things were causing the local food addition in tourism production space was only succeeded to build a quasi-dominant space and failed to prove a local space."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisaa Aprilia Puspitasari
"Suatu ruang sosial terbentuk karena adanya tindakan sosial secara individual maupun beramai-ramai. Tindakan sosial ini kemudian berkontribusi dalam pemberian makna pada suatu ruang spasial dengan konteks penghidupan dan pemberian warna pada ruang dengan aktivitasnya. Produksi ruang merupakan sebuah ruang sebagai produk sosial yang kompleks melalui persepsi lingkungan yang dibangun atas dasar jaringan dengan berbagai aktivitas sosial seperti hidup secara pribadi, pekerjaan, dan waktu yang luang (Lefebvre, 1991). Third place atau ruang ketiga dimanfaatkan sebagai tempat untuk melepaskan stres, membuang rasa penat, atau mengalihkan pikiran-pikiran agar mental dan fisik terasa lebih segar dari sebelumnya. Dalam proses produksi ruang sosial sebagai ruang ketiga, terdapat pelaku dalam ruang yang mendominasi sebagai pembentuk ruang sehingga terdapat sebuah interaksi sosial di dalamnya. Kawasan Dukuh Atas sebagai tempat berlangsungnya fenomena ini merupakan kawasan perkantoran atau tempat melakukan transit transportasi umum yang dialihfungsikan oleh remaja-remaja pinggiran kota karena fasilitas penunjang yang mendukung aktivitas mereka. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembentukan ruang baik secara spasial maupun sosial yang tercipta selama berlangsungnya Citayam Fashion Week dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi ruang yang terbentuk mengakibatkan pergeseran guna ruang akibat pemanfaatan ruang yang baru tidak seperti sebelumnya. Ruang publik pada tempat berlangsungnya fenomena Citayam Fashion Week memenuhi karakteristik dari ruang ketiga.

A social space is formed because of social action individually or in groups. This social action then contributes to giving meaning to a spatial space with the context of life and giving color to space with its activities. Production of space is a space as a complex social product through the perception of the environment which is built on the basis of networks with various social activities such as private life, work, and leisure (Lefebvre, 1991). Third place is used as a place to release stress, get rid of fatigue, or divert thoughts so that mentally and physically feel fresher than before. With the production process of social space as a third space, there are actors in space who dominate as shapers of space so that there is a social interaction in it. The Dukuh Atas area as the place where this phenomenon takes place is an office area or a place for public transportation transit which is converted by suburban youth because of the supporting facilities that support their activities. Therefore, this study aims to determine the spatial and social formation process created during Citayam Fashion Week using qualitative research methods and using descriptive analysis. The results of the study show that the production of space that is formed results in a shift in the use of space due to the new use of space that is not like before. The public space where the Citayam Fashion Week phenomenon takes place fulfills the characteristics of the third space."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>