Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117424 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tasya Shakina
"ABSTRAK
Latar belakang: Kehilangan gigi merupakan penyakit utama rongga mulut.
Berkurangnya jumlah gigi akan menurunkan kemampuan mastikasi dan
menyebabkan pemilihan makanan yang berujung pada kurangnya asupan nutrisi.
Nutrisi yang buruk dapat berakibat pada perubahan indeks massa tubuh (IMT).
Tujuan: Menganalisis hubungan antara kemampuan mastikasi dan IMT. Metode:
Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang pada 129 subjek berusia 34-80
tahun. Subjek diukur tinggi badan dan berat badannya, diwawancara menggunakan
kuisioner kemampuan mastikasi dan dilakukan pemeriksaan intra oral. Analisis Chi
Square digunakan untuk mengetahui hubungan antara kemampuan mastikasi,
kehilangan gigi, pemakaian gigi tiruan, usia, jenis kelamin dan status ekonomi
dengan IMT. Hasil penelitian: Kemampuan mastikasi tidak memiliki hubungan
yang bermakna dengan IMT (p=0,963). Ditemukan hubungan yang bermakna antara
usia dengan IMT (p=0,028). Kesimpulan: Usia mempengaruhi indeks massa tubuh.

ABSTRACT
Background: Tooth loss is a major disease of the oral cavity. The primary function
of teeth is mastication. Decreasing number of teeth will reduce the masticatory
performance and causing food selection which leads to lack of nutrition. Poor
nutrition resulted changes in body mass index (BMI). Objective: To analyze the
relationship between masticatory performance and BMI. Methods: The study was
conducted with a cross-sectional method on 129 subjects age 34-80 years. Subject
was measured their height and weight, then interviewed using a questionnaire about
masticatory performance and intra oral examination was conducted. Chi square was
used to analyse the relation between the masticatory performance, tooth loss, denture
wearer, age, gender, economic status with BMI. Result: Masticatory performance
was not significantly associated with BMI (p = 0.963). A significant association was
found between age and BMI (p = 0.028). Conclusion: Age affects the body mass
index."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Riadiani
"Tujuan: Menganalisis korelasi kehilangan gigi dengan kemampuan mastikasi perempuan pasca menopause.
Latar belakang: Pada perempuan menopause terjadi perubahan fisiologis akibat perubahan hormon. Salah satu akibatnya adalah penurunan densitas tulang yang berkontribusi terhadap hilangnya gigi. Fungsi mastikasi dipengaruhi oleh jumlah gigi, namun masih belum jelas bagaimana hubungan fungsi mastikasi yang dinilai secara subyektif dengan kehilangan gigi pada perempuan pasca menopause terutama di Indonesia.
Metode: Penelitian potong lintang dengan subyek 95 perempuan pasca menopause di Posbindu Lansia Pergeri Depok, Jawa Barat. Subyek menjawab kuesioner kemampuan mastikasi dan dilakukan pemeriksaan intra oral. Analisis Chi Square digunakan untuk menghubungkan usia, lama menopause, tingkat pendidikan, kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan dengan kemampuan mastikasi.
Hasil: Subyek lansia sebanyak 71% dan lama menopause >5 tahun dialami 79% subyek. Tingkat pendidikan terbanyak adalah lulus sekolah menengah (46% subyek). Sebanyak 47% subyek mengalami kehilangan >10 gigi, 27% subyek kehilangan 6-10 gigi dan 26% subyek kehilangan <6 gigi. 76% subyek tidak memakai gigi tiruan. Kemampuan mastikasi memiliki hubungan bermakna (p<0,05) dengan kehilangan gigi (p=0,011), lama menopause (p=0,009) dan usia (p=0,025). Penggunaan gigi tiruan (p=0,611) dan pendidikan (p=0,849) tak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mastikasi.
Kesimpulan: Jumlah gigi hilang, lama menopause, dan usia mempengaruhi kemampuan mastikasi perempuan pasca menopause secara signifikan.

Objective: To determine association between tooth loss and masticatory ability in post menopausal women.
Background: Hormonal physiological changes in post menopausal women reduce bone density which leads to tooth loss. Masticatory function is affected by the number of teeth, but it is not yet clear how the subjectively perceived masticatory function associates with tooth loss in post menopausal women in Indonesia.
Method: Cross sectional study of 95 post menopausal women at Posbindu Lansia Pergeri Depok, West Java was performed. Subjects answered questionnaires about masticatory ability and intra oral examination was performed. Chi square analysis was conducted to relate age, menopausal period, educational level, tooth loss and denture use with masticatory ability.
Results: There were 71% elderly subjects and 79% subjects have experienced menopausal period ≥5 years. Forty-six percent of subjects were highschool graduates. Forty-seven percent subjects lost >10 teeth, 27% subjects lost 6-10 teeth and 26% subjects lost <6 teeth. Seventy-six percent of subjects did not wear dentures. Menopausal period (p=0.09), tooth loss (p=0.011), and age (p=0.025) had significant correlation with masticatory ability (p<0.05). Educational status (p=0.611) and denture wearing (p=0.849) did not significantly affect masticatory ability.
Conclusion: Masticatory ability in post menopausal women is significantly affected by length of menopausal period, tooth loss and age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S45438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filzah Zulkarnaen Abdullah
"Latar Belakang: Saat ini penggantian gigi yang hilang dengan mahkota tiruan penuh dukungan implan merupakan salah satu perawatan dental yang sudah umum dilakukan. Tolak ukur keberhasilan perawatan implan gigi dapat dinilai dengan mengevaluasi performa mastikasi dan kepuasan pasien. Namun, penelitian yang mengevaluasi performa mastikasi dan kepuasan pasien dalam waktu yang singkat pada restorasi implan masih sedikit dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perubahan performa mastikasi dan kepuasan pasien dalam waktu singkat segera setelah dilakukan pemasangan mahkota tiruan penuh posterior dukungan implan. 
Metode: Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 50pasien dengan kehilangan posterior rahang bawah  di RSKGM FKG UI dan beberapa klinik swasta di Jakarta. Sebelum dan dua minggu setelah dilakukan pemasangan mahkota tiruan penuh dukungan implan pada gigi posterior rahang bawah,subjek dievaluasi performa mastikasinya secara objektif menggunakan color-changeable chewing gum. Selanjutnya, kepuasan responden terhadap kemampuan pengunyahan, kenyaman, dan retensi dalam mulut dievaluasi secara subjektif menggunakan VAS. 
Hasil: Diperoleh peningkatan secara signifikan pada performa mastikasi dua minggu setelah dilakukan pemasangan mahkota tiruan penuh posterior dukungan implan dibandingkan sebelumnya (p=0,000; p < 0,005; Wilcoxon test). Demikian pula pada kepuasan pasien ditemukan adanya peningkatan setelah dilakukan pemasangan mahkota tiruan penuh posterior dukungan implan (p=0,000; p < 0,005: Wilcoxon test). Secara statistik tidak ada pengaruh bermakna antara faktor usia dan jenis kelamin dengan  performa mastikasi (p=0,807; p=0,317; p > 0,005; Spearman Correlation test) dan kepuasaan pasien (p=0,690; p=0,317; p > 0,005; Spearman Correlation test). 
Kesimpulan : Terjadipeningkatan performa mastikasi dan kepuasan pasien setelah dilakukan pemasangan mahkota tiruan penuh posterior dukungan implan. Usia dan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap performa mastikasi dan kepuasan pasien.

Introduction: Nowadays, dental implant can be considered as a common treatment option to do in dentistry. Succesful parameter in implant dentistr can be measured by evaluating masticatory performances and patients satisfaction. However, there has been little research on short term improvement of masticatory performances and patients satisfaction in relation to implant restoration treatment. The aim of the present study was to evaluate the improvement in masticatory performances two weeks after posterior implant restoration. 
Methodology: Fifty patients of the Dental Hospital Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia and several private clinics with missing mandibular posterior tooth were included in the study. Masticatory performances were evaluated and objectively by utilizing color-changeable chewing gum and the satisfaction of the patient were evaluated by visual analog scale (VAS). Patients satisfaction regarding mastication function, comfort and retention intraoral were verified on the VAS before and two weeks after implant restoration placement. 
Result: Significant differences in masticatory performance were noted at baseline (before implant posterior restoration) and to two weeks after implant restoration (p=0,000; p < 0,005; Wilcoxon test). The posttreatment functional of patients satisfactions ratings significantly exceeded the VAS score (p=0,000; p < 0,005; Wilcoxon test). Statistically, theres no significant difference between age and gender correlate to mastication performance (p=0,807; p=0,317; p > 0,005; Spearman Correlation test) and patients satisfaction p=0,690; p=0,317; p > 0,005; Spearman Correlation test).
Conclusion: Masticatory performances and patients satisfactions were improved two weeks after implant restoration. Age and gender did not affect the masticatory performances nor the patients satisfactions."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Amalia Rizqi
"Latar belakang: Performa mastikasi dapat dilihat dari kemampuan menghancurkan makanan. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah jumlah FTUs. Namun, belum diperoleh jumlah FTUs minimal untuk menghasilkan performa mastikasi baik. Selain itu, usia dan jenis kelamin juga berpengaruh terhadap performa mastikasi tetapi beberapa penelitian memiliki perbedaan pendapat terkait hal tersebut.
Tujuan: Menganalisis pengaruh jumlah FTUs, usia, dan jenis kelamin terhadap performa mastikasi.
Metode: Penilaian jumlah FTUs melalui catatan kontak gigi posterior dari 50 subjek sesuai kriteria inklusi sedangkan penilaian performa mastikasi melalui pencampuran warna bolus permen karet dua warna.
Hasil Penelitian: Jumlah FTUs sangat berpengaruh terhadap performa mastikasi p=0.667 sedangkan usia dan jenis kelamin tidak mempengaruhi performa mastikasi p=0,245 dan p=0,169.
Kesimpulan: Semakin banyak jumlah FTUs maka semakin baik performa mastikasi.

Background: Individual masticatory performance can be shown from their ability to break down the food. Number of FTUs can affect masticatory performance. But, there is no research about the minimum number of FTUs that still produce a good masticatory performance. In addition, age and gender also affects for masticatory performance but few studies have disagreements about that.
Purpose: To analyze the effect of number of FTUs, age and gender for masticatory performance.
Methods: Number of FTUs's evaluation through the contact record of posterior teeth from 50 subjects that include in criteria and masticatory performance's evaluation through the color mixing gum bolus.
Results: Number of FTUs give positively affect for masticatory performance p 0.667 whereas age and gender doesn't affect for that p 0,245 and p 0,169 .
Conclusion: The greater number of FTUs makes good masticatory performance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Wijayanti
"Masalah kesehatan akibat kerja yang paling tinggi prevalensinya yaitu musculoskeletal disorders (MSDs) (41%) yang salah satu faktor resikonya yaitu Indeks Masa Tubuh (IMT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran IMT dan keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja di kota Depok. Penelitian ini berupa survei cross-sectional dengan sampel 100 pekerja menggunakan kuesioner Nordic Body Map.
Hasil penelitian ini mengidentifikasi hubungan yang signifikan antara IMT dengan keluhan MSDs (r = 0.547, p < 0.05; n= 100). Perawat harus memperhatikan status kesehatan pekerja dengan memberikan berbagai intervensi keperawatan sehingga masalah MSDs dapat dicegah, ditangani, atau dikurangi.

Musculoskeletal disorders had the highest prevalence among work related illness (41%), which was body mass index become one of the risk factors. This research goal was to describe body mass index and musculoskeletal disorders complaint in Depok. This research used cross sectional method, 100 respondent, and use Nordic Body Map questionnaire.
The result identified correlation between body mass index and musculoskeletal disorders (r = 0.547, p < 0.05; n= 100). Nursing intervention must concerning to the labors health status by giving many nursing intervention so MSDs can be prevented, be healed, or be diminished.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55566
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Addina Mahardhika
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengungkapan kinerja berbasis Web dan menganalisis faktor-faktor pasar modal dan pasar produk apa saja yang mempengaruhi pengungkapan kinerja berbasis Web oleh perusahaan. Total observasi dalam penelitian ini berjumlah 62 perusahaan dalam Indeks Kompas100 pada tahun 2013.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan kinerja berbasis Web oleh perusahaan dalam Indeks Kompas100 masih tergolong cukup rendah, yaitu sebesar 40%. Selain itu, dari delapan faktor gabungan pasar modal dan produk, hanya empat faktor yang berpengaruh signifkan terhadap pengungkapan kinerja berbasis Web oleh perusahaan, yaitu leverage, kepemilikan terkonsentrasi, time horizon (perusahaan dengan hubungan jnagka panjang dengan konsumen dan perusahaan yang bersifat monopoli) dan tingkat investasi modal.

The purpose of this research is to acknowledge the extent of Web-based performance disclosure and to analyze thecapital and product market factors that affect Web-based performace disclosure of firms. The total observation in this research contains of 62 firms in Kompas100 Index during 2013.
The result shows that the extent of Web-based performance disclosure is still rather low, which is 40%. In addition, from eight capital and product market factors altogether, only four factors turn out to significantly affect firms Web-based performace disclosure, which are leverage, concentrated ownership, time horizon (firms with long-term relationship with customers and monopolistic firms) and capital investment intensity.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56878
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Budiman
"Metode pengukuran kinerja suatu proyek, waktu, jadwal dan biaya merupakan faktor penting dalam mengukur suatu kinerja proyek sehingga diperlukan suatu metode nilai hasil (earn value concept) bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dalam memantau dan mengendalikan kegiatan proyek. Penggunaan konsep Cost Performance Index (CPI) dan Schedule Performance Index (SPI) based EAC merupakan bagian metode nilai hasil dimana untuk mengetahui dan menganalisa kinerja suatu proyek, efisiensi penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan proyek di indikasikan dengan indikator CPI dan SPI yang digunakan untuk meneliti data pencapaian dari biaya dan jadwal suatu proyek. Suatu pengendalian berfungsi dengan baik dalam hal ini CPI dan SPI stabil menunjukkan bahwa kontraktor mampu menerapkan suatu sistem manajemen pengendalian, terutama perencanaan, penganggaran, dan sistem akuntansi suatu proyek.
Pengambilan dan pengumpulan data untuk penelitian ini diambil pada perusahaan PT. WK pada salah satu divisi dimana data CPI dan SPI diambil pada kondisi 20%, 50% dan 70% proyek selesai. Untuk mengetahui kinerja proyek yang dikerjakan PT. WK pada ketiga wilayah dengan data diatas, penelitian ini mengunakan statistik sebagai suatu metode untuk mengetahui wilayah mana yang memiliki kinerja yang baik sesuai dengan definisi yang telah ditentukan.
Hasil yang diperoleh menjawab bahwa dengan menggunakan metode CPI dan SPI kinerja perusahan PT. WK pada salah satu Divisi dapat diketahui wilayah mana memiliki kinerja yang terbaik dan mengambil tindakan koreksi yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Method measurement of performance project, time, cost and schedule represent all important factor in measuring performance of project so that needed concept earn value aim to increase effectiveness in watching and controlling activity of project. Using concept of cost performance index (CPI) and schedule performance index (SPI) Based EAC represent part of earn value method where to know and analyze performance project, efficiency using of resource in execution project shall be indicated with indicator of CPI and SPI used to check attainment data of cost and schedule project. The function of controlling project shall better in this case CPI and SPI stable indicate that contractor can apply operation management system, especially planning, budgeting, and accounting system a project.
Data collecting for this research have been taken at one of the division PT. WK where data of CPI and of SPI taken at conditions 20%, 50% and 70% project finish. To know performance project of which done by PT. WK at regional third with data above, this research using statistical method to know which region have good performance as according to definition which have been determined.
The result obtained answering that using method CPI and SPI, performance one of Division PT. WK shall know which region owning best performance and bring an action against needed correction resource to used effectively and efficient in reaching target which have been determined.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16131
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ritonga, Muhammad Arifin
"Penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya performance (prestasi kerja) tenaga puskesmas dalam pencapaian cakupan program immunisasi tingkat puskesmas di Kabupaten Solok, Propinsi Sumatera Barat. Adanya gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan performance (prestasi kerja) tenaga puskesmas dalam pencapaian cakupan program immunisasi di tingkat puskesmas merupakan tujuan umum dari penelitian ini, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan motivasi, kemampuan dan persepsi peran dengan prestasi kerja tenaga puskesmas dalam pencapaian cakupan program immunisasi di Kabupaten Solok, Propinsi Sumatera Barat.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan secara cross sectional dan teknik analisis yang dilakukan adalah secara kualitatif dan kuantitatif. Selanjutnya dilakukan dengan analisis persentase dengan uji Chi square, uji Fisher dan uji Goodman - Kruskal. Penelitian dilakukan terhadap 191 orang responden yang merupakan tenaga pelaksana program immunisasi pada 18 puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Solok, Propinsi Sumatera Barat.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan analisis persentase dan dengan hasil uji Fisher serta uji Goodman-Kruskal menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara motivasi, kemampuan dan persepsi peran dengan prestasi kerja tenaga puskesmas dalam pencapaian cakupan program immunisasi di tingkat puskesmas. Dengan analisis persentase dan hasil uji Chi square menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara motivasi responden dengan pendidikan, masa kerja dan latihan immunisasi yang pernah diperoleh responden. Dengan uji chi square tersebut juga menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna antara kemampuan responden dengan masa kerja dan latihan immunisasi yang pernah diperoleh responden. Begitu juga dengan uji Chi square tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara persepsi peran responden dengan pendidikan dan masa kerja responden.
Hasil penelitian, menunjukkan adanya hubungan antara kemampuan responden dan pendidikan responden dan juga adanya hubungan antara persepsi peran responden dan latihan immunisasi yang pernah diperoleh responden. Peneliti mengemukakan beberapa saran yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel dan daerah penelitian yang lebih luas. Yang perlu diperhatikan adalah melibatkan tenaga non teknis medis yaitu mereka yang mempunyai kategori pendidikan SD, SLTP, SLTA, LCPK, SPPH dan APKTS, dalam pelaksanaan program immunisasi perlu dipertimbangkan mengingat hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan mereka yang mempunyai kategori pendidikan non teknis medis tersebut adalah lebih rendah daripada tenaga yang mempunyai latar belakang pendidikan teknis medis. Sehingga perlu dipikirkan adanya latihan/on the job training untuk menyelaraskan kemampuan petugas dalam pelaksanaan immunisasi. Latihan/on the job training ini dimaksudkan selain untuk meningkatkan kemampuan juga meningkatkan persepsi peran tenaga puskesmas dalam pelaksanaan program immunisasi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Kusumo Inten Pamastri
"Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji hubungan antara Motivasi Kerja, Komunikasi Interpersonal dengan Keinovativan Kerja Karyawan baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.
Penelitian menggunakan metode survei di Kantor Pusat PT. Barito Pacific Timber Tbk Jakarta dengan menggunakan 75 responden sebagai sampel dan diseleksi dengan menggunakan simple random sampling. Data penelitian dikumpulkan menggunakan instrumen yg mengukur Keinovatifan Kerja Karyawan, Motivasi Kerja dan Komunikasi Interpersonal. Uji validitas butir dengan koefisien product moment dari Pierson dan uji reliabilitas dgn koefisien Alpha Cronbach. Adapun analisis data menggunakan analisis regresi sederhana dan regresi jamak
Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut:
Pertama, penelitian ini menemukan bahwa hubungan antara Motivasi Kerja dengan Keinovatifan Kerja Karyawan adalah positif dan teruji benar. Motivasi Kerja memberikan kontribusi yang cukup besar dan secara konsisten berhubungan searah dengan Keinovatifan Kerja Karyawan. Kontribusi tersebut dapat diukur melalui dorongan instrinsik yang ada pada dirinya, dorongan ekstrinsik yang mempengaruhi dirinya dan dorongan untuk mendapat penghargaan, Dengan demikian makin tinggi Motivasi Kerja Karyawan makin tinggi pula Keinovatifan Kerja Karyawan.
Kedua, seiring dengan temuan tersebut, juga ditemukan bahwa hubungan antara Komunikasi Interpersonal dengan Keinovatifan Kerja Karyawan adalah positif dan teruji benar. Komunikasi Interpersonal terbukti dapat memberikan kontribusi cukup besar dan secara konsisten berhubungan searah dengan Keinovatifan Kerja Karyawan. Kontribusi tersebut dapat diukur melalui kemampuan meyakinkan, kemampuan menjalin hubungan, kemampuan menerima perubahan dan kemampuan mengontrol diri. Dengan demikian makin tinggi Komunikasi interpersonal , maka makin tinggi pula Keinovatifan Kerja Karyawan.
Ketiga, penelitian juga menemukan bahwa hubungan antara Motivasi Kerja dan Komunikasi interpersonal secara bersama-sama dengan Keinovatifan Kerja Karyawan adalah positif dan teruji benar. Motivasi Kerja dan Komunikasi Interpersonal secara bersama-sama terbukti memberikan kontribusi cukup besar terhadap Keinovatifan Kerja Karyawan, sedangkan kontribusi sisanya ditentukan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian ini.
Implikasi dari hasil penelitian adalah Keinovatifan Kerja Karyawan dapat ditingkatkan dengan upaya melakukan peningkatkan Motivasi Kerja dan peningkatan Komunikasi Interpersonal.

The objective of this research are to investigate the relationship between work motivation, interpersonal communication with the inovativeness of job employee.
The study was conducted using a survey method at PT. Barito Pacific Timber Tbk Jakarta with n = 75 selected randomly. The data was analyzed using simple regression and multiple regression.
The research reveals that there are positive correlation between:
First. work motivation and the inovativeness of job employee.
Second, interpersonal communication and the inovativeness of job employee. Third, the research moreover found a positive correlation between work motivation and interpersonal communication with the inovativeness of job employee.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Toruan, Ulida
"Sejalan dengan perubahan lingkungan yang terjadi sebagai lembaga yang menetapkan kebijakan manajemen kepegawaian dituntut untuk memiliki kinerja yang tinggi dan professional dalam pelaksanaan tugasnya. Kinerja pejabat struktural dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah faktor kompetensi dan motivasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kompetensi dan motivasi dengan kinerja pejabat struktural di BKN. Metode penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif dan dengan menggunakan 117 orang pejabat struktural sebagai sampel penelitian. Teknik pemilihannya menggunakan purposive sampling terhadap pejabat struktural eselon I, II, III, dan IV.
Teori yang digunakan untuk mengkaji penjelasan rasional dan logis tentang faktor-faktor yang diteliti serta keterkaitannya, mengacu pada.teoriteori dan konsep tentang kinerja, kompetensi dan motivasi. Mengenai faktor kinerja mengacu pada pendapat Bache dalam Timpe (1992), Armstrong (1994), Kaplan dan Norton (1996), Gomez (1998), Bacal (1999), Bateman dalam Timpe (2000). Mengenai faktor kompetensi mengacu pada pendapat-pendapat yang ditemukan oleh Boyatzis (1982), Woodruffe (1992), Spencer and Spencer (1993), Armstrong (1994), Alain Mitrani (1995). Mengenai faktor motivasi mengacu pada pendapat Nadler dan Lawler III (1977), Nitisemito (1989), Hasibuan (1994), As'ad (1995), Bittel dan Newstorm (1996), Robbins (1996), Mitchell (2000), Herzberg (2001), Sulistyani dan Rosidah (2003).
Untuk pengumpulan data primer digunakan kuesioner tertutup dan setiap penelitian berisi sejumlah pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dengan menggunakan skala Likert. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis Rank Spearman untuk mengetahui koefisien korelasi dari faktor-faktor yang diteflti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) untuk pejabat structural terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi dengan kinerjanya; (2) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi pejabat struktural dengan kinerjanya; (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel kompetensi dan motivasi dengan kinerja pejabat struktural. Dari hasil analisis faktor diketahui bahwa ada 7 (tujuh) faktor dominan terhadap hubungan kompetensi dan motivasi yang mempengaruhi kinerja pejabat struktural. Untuk lebih meningkatkan kinerja pejabat struktural, kepada pimpinan BKN disarankan untuk : (1) merumuskan dan mengkomunikasikan uraian jabatan, tujuan dan target yang ingin dicapai dari setiap pekerjaan; (2) menetapkan standar kompetensi individu bagi setiap jabatan, sehingga diperoleh pegawai yang sesuai kemampuannya dengan standard jabatan yang ditetapkan; (3) menciptakan sistem penilaian kinerja yang obyektif dan dapat memberikan tindak lanjut bagi pengembangan kompetensi dan memberikan motivasi bagi pejabat struktural.

Correlation Between Competence And Motivation With Structural Officer's Performance At State Personnel AgencyAlong with environmental changing which is happening nowadays, State Personnel Agency as an institution that determines personnel management policies is demanded to perform high and professional performance in its duties. Structural officer's performance is influenced by many factors, one of them is competence and motivation factor.
The research is aimed at identifying correlation between competence and motivation with structural officer's performance at State Personnel Agency. Research method applied descriptive quantitative and selected 117 structural officers as research samples. Its selection technique used purposive sampling from structural officers from echelon I, II, III and IV.
The theories operated to study rational and logical description about factors in research and its relation refer to theories and concepts about performance, competence and motivation. Regarding performance factor, it refers to Bache in Timpe (1992), and Armstrong (1994), Kaplan and Norton (1996), Gomez (1998), Bacal (1999), Bateman's notion in Timpe (2000). Regarding competence factor, referring to ideas found out by Boyatzis (1982), Woodruffe (1992), Spencer and Spencer (1993), Armstrong (1994), and Alain Mitrani (1995). Regarding motivation factor, referring to ideas from Nadler and Lawler III (1977), Nitisemito (1989), Hasibuan (1994), As'ad (1995), Robbins (1996), Bittel and Newstorm (1996), Mitchell (2000), Herzberg (2001), Sulistyani and Rosidah (2003).
Closed questionnaire has been applied in primary data collection, and each questionnaire form contains some questions which are designed in such a way using Likert scale. Data analysis has been performed with using Rank Spearman analysis technique to find out correlation coefficient of studied factors.
Research output indicates that: (1) Among structural officers, there is a positive and significant correlation between competence and their performance; (2) there is a positive and significant correlation between motivation and their performance; (3) there is a positive and significant correlation between competence and motivation variables with their performance. According to factor analysis result, it is identified that there are 7 (seven) dominant factors in with competence and motivation affect structural officer's performance.
In order to improve structural officer's performance, it is suggested to Chief of State Personnel Agency to: (1) formulate and communicate job description, objective and target in each work; (2) set individual competence standard in each respective position, so that it may attain employee which is qualified for the determined position standard; (3) create objective performance appraisal system and may deliver follow-up actions for competence development and motivation to structural officers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T 13896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>