Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169267 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Immas Nurhayati
"Tujuan utama dari penelitian ini adalah melakukan pengukuran friksi perdagangan pada data keuangan berfrekuensi tinggi di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan melakukan adjustment friksi perdagangan tersebut untuk mengestimasi expected return pada three factor model. Friksi perdagangan diukur menggunakan quoted half spread, effective half spread, traded spread, roll price serta proportional half spread.
Penelitian ini mendefinisikan friksi perdagangan sebagai kendala yang dihadapi investor dalam melakukan transaksi perdagangan saham yang merupakan biaya implisit yang bersumber dari real friction dan informational friction. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa friksi perdagangan tertinggi bersumber dari informasi.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa rata-rata friksi perdagangan yang dihasilkan adalah sebesar 1% pertahun. Mengingat saham-saham yang menjadi sampel dalam penelitian ini merupakan saham berkapitalisasi pasar tinggi yang tersebar pada berbagai fraksi harga, maka friksi sebesar 1% pertahun tersebut merupakan friksi yang dihasilkan pada perusahaan yang relatif likuid. Hasil estimasi expected return pada three factor model yang memperhitungkan friksi perdagangan dapat menjelaskan adanya hubungan positif antara beta dengan expected return pada seluruh periode pengamatan.
Melalui uji beda rata-rata selisih beta saham sebelum dan setelah adjustment baik menggunakan proportional quoted half spread maupun proportional effective half spread, dapat dibuktikan bahwa friksi perdagangan menyebabkan peningkatan beta terutama pada saat krisis. Sebagai market risk (systematic risk), peningkatan beta yang disebabkan adanya friksi perdagangan sebesar 1% pertahun tersebut dapat mempengaruhi pasar dan menyebabkan perubahan harga (asset pricing). Dalam hubungannya dengan karakteristik perdagangan, friksi perdagangan memiliki hubungan negatif dengan harga saham, volume perdagangan, jumlah perdagangan dan kapitalisasi pasar.
Hasil uji korelasi dapat membuktikan keeratan hubungan antara friksi perdagangan dengan harga saham, jumlah transaksi dan kapitalisasi pasar, dan tidak dapat membuktikan hubungannya dengan volume transaksi karena parameternya terbukti tidak signifikan. Hasil uji beda rata-rata perubahan tick size dapat membuktikan dampak kebijakan penurunan tick size terhadap penurunan friksi perdagangan.

The main purpose of this research is to measure trading friction for high frequency financial data at Bursa Efek Indonesia (BEI) and to adjust trading friction to estimate expected return in three factor model. Trading friction could be measured by quoted half spread, effective half spread, traded half spread, Roll price and proportional half spread. This research defines trading friction as the difficulties faced by investors in the stocks trading which is sourced from implisit transaction cost. The sources of trading friction are real friction dan informational friction.
Based on calculations, it is known that the highest trading frictions derived from the information. These results prove that the average trading friction is equal to 1% per year. Given the stocks that the sample in this study is the high market capitalization stocks scattered in various fractions price, then the friction of 1% per year is a friction at the company's relatively liquid. The estimation results of the expected return on the three-factor model that takes into account the trading frictions can explain the existence of a positive relationship between beta with the expected return on the entire observation period.
Through compare mean test before and after adjustment using either proportional quoted half spread or proportional effective half spreads, it can be proved that the trading frictions lead to an increase in the beta, especially in times of crisis. As market risk (systematic risk), due to an increase in beta trade friction of 1% per year can affect the market and lead to changes in prices (asset pricing). The cross-sectional relation of trading friction to characteristics of trade, trading frictions are negatively related to measures of trading activity such as stock price, trade volume, number of trades and market capitalization.
Trading friction measures are highly correlated with the stock price, market capitalization and number of transactions, and uncorrelated with the volume of transactions as parameters proved to be insignificant. The results of compare mean test of tick size change can explain the impact of policies on the reduction in tick size in trading frictions."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
D1923
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Utomo Aji
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh shortabilitas pada model capital asset pricing dan Fama-French 3 Factor Model pada Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan excess return, risiko pasar, size dengam proksi small-minus big, book-to-market equity dengan proksi high minus low dan shortabilitas dengan proksi NMS. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa shortabilitas merupakan faktor penting dalam perhitungan return dari portofolio dan dapat menjadi pertimbangan keputusan investasi dalam menilai risiko perusahaan.

This study aims to determine whether there is influence of the capital asset pricing model and Fama French 3 Factor Model on the Indonesia Stock Exchange. By using excess return, market risk, size with small minus big proxy, book to market equity with high minus low proxy and shortability with NMS proxy. In this study found that the shortsale is an important factor in the calculation of the return of the portfolio and can be a consideration of investment decisions in assessing corporate risk."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajri Alan Ghazali
"Aset bebas risiko adalah salah satu komponen penting dalam mengestimasi imbal hasil dari aset berisiko dalam Capital Asset Pricing Model (CAPM). Namun keberadaan, penggunaan, dan bentuk aset bebas risiko masih menjadi fokus dalam banyak penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian asset pricing yang bertujuan untuk mengidentifikasi proksi yang sesuai untuk aset bebas risiko yang sejalan dengan definisi aset zero-beta di antara Sertifikat Bank Indonesia, IndONIA, dan emas di Indonesia. Penelitian ini menggunakan Zero-Beta CAPM yang mengasumsikan ketiadaan aset bebas risiko. Imbal hasil dari 213 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2017-2023 diestimasi menggunakan model Zero-Beta CAPM dan diuji menggunakan statistik Wald untuk mengidentifikasi proksi aset bebas risiko yang sesuai untuk setiap perusahaan individu. Hasil dari setiap statistik Wald kemudian diuji secara keseluruhan untuk melihat proksi aset bebas risiko yang sesuai untuk keseluruhan Bursa Efek Indonesia. Hasil menunjukkan bahwa di antara Sertifikat Bank Indonesia, IndONIA, dan emas, emas adalah satu-satunya proksi yang sesuai dengan persentase estimasi yang memenuhi sebesar 97,18% dari seluruh perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini memiliki implikasi bahwa emas dapat digunakan sebagai proksi untuk aset bebas risiko untuk mengestimasi imbal hasil perusahaan di Bursa Efek Indonesia.

Risk-free asset is a crucial component in estimating the returns of risky assets within the Capital Asset Pricing Model (CAPM). However, the existence, usage, and form of the risk-free asset remain a focal point in numerous studies. This research is classified as an asset pricing study aimed at identifying an appropriate proxy for the risk-free asset that aligns with the definition of a zero-beta asset among Bank Indonesia Certificates, IndONIA, and gold in Indonesia. This study employs the Zero-Beta CAPM, which assumes the absence of a risk-free asset. The returns of 213 companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2017-2023 are estimated using the Zero-Beta CAPM model and tested using Wald statistics to identify the appropriate risk-free asset proxy for each individual company. The results of each Wald statistic are then tested collectively to determine the suitable risk-free asset proxy for the entire Indonesia Stock Exchange. The results indicate that among Bank Indonesia Certificates, IndONIA, and gold, gold is the only suitable proxy, with an estimation percentage of 97.18% of all companies on the Indonesia Stock Exchange. This study implies that gold can be used as a proxy for the risk-free asset in estimating company returns on the Indonesia Stock Exchange."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Okta Martua
"Volatilitas Bursa Efek Indonesia (BEI) meningkat signifikan pada periode pandemi Covid-19. Pada periode ini return predictability dan volatilitas harga pada index saham mengalami single structural break. Terdapat kekhawatiran pada kalangan investor dan akademisi bahwa model pendekatan dari asset pricing yang selama ini secara empiris diterima, tidak mampu menjelaskan return maupun excess return dari suatu aset atau investasi pada periode pandemi Covid-19. Penelitian ini menguji signifikansi faktor size (market capitalization),  profitability, value (book-to-market), investment, dan market risk premium (Rm-Rf) terhadap excess return portofolio saham pada Bursa Efek Indonesia selama periode pandemi Covid-19. Studi awal menunjukkan bahwa Pandemi Covid-19 mempengaruhi sentimen investor, menyebabkan para investor panik serta pesimis terhadap investasinya. Selain itu, terdapat deviasi dari efficient market hypothesis selama beberapa periode pandemi di beberapa negara sehingga harga saham tidak sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia. Setelah dilakukan pengujian, ditemukan bahwa faktor size (market capitalization),  profitability, value (book-to-market), investment, dan market risk premium (Rm-Rf) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap excess return portofolio saham pada Bursa Efek Indonesia selama periode pandemi Covid-19.

The volatility of the Indonesia Stock Exchange (IDX) increased significantly during the Covid-19 pandemic. During this period, return predictability and price volatility on the stock index experienced a single structural break. There is concern among investors and academics that the asset pricing model that has been empirically accepted is not able to explain the return or excess return of an asset or investment during the Covid-19 pandemic. This study examines the significance of factor size (market capitalization), profitability, value (book-to-market), investment, and market risk premium (Rm-Rf) for the excess return of stock portfolios on the Indonesia Stock Exchange during the Covid-19 pandemic period. Preliminary studies show that the Covid-19 pandemic has affected investor sentiment, causing investors to panic and be pessimistic about their investments. In addition, there were deviations from the efficient market hypothesis during several pandemic periods in several countries so that stock prices did not fully reflect the available information. After testing, it is found that the factor size (market capitalization), profitability, value (book-to-market), investment, and market risk premium (Rm-Rf) did not have a significant effect on the excess return on stock portfolios on the Indonesia Stock Exchange during the pandemic Covid-19 period."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiyanda
"Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan bursa luar negeri adalah alternatif untuk memperluas kepemilikan saham oleh investor dalam dan luar negeri dan dalam rangka mendekatkan diri dengan para investor yang belum mengenal perusahaan tersebut sebelumnya. Di antaranya adalah PT Indosat dan PT Telkom yang dual listing di BEJ dan New York Stock Exchange (NYSE).
Tujuan penelitian ini adalah menjawab pertanyaan berikut : pertama, apakah terdapat korelasi negatif antara imbal hasil (return) saham PT Indosat di BEJ dan di NYSE, dan antara imbal hasil saham PT Telkom di BEJ dan di NYSE ? Apabila terdapat korelasi negatif, maka dapat dibentuk suatu portofolio optimum. Kedua, adakah keuntungan arbitrase atas investasi saham-saham yang melakukan dual listing di BEJ dan NYSE akibat adanya perubahan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika ? Ketiga, faktor-faktor apa yang menentukan imbal hasil (return) saham-saham yang dual listing di BEJ dan NYSE ?
Hubungan antara imbal hasil saham yang dual listing seperti saham PT Indosat dan PT Telkom di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan New York Stock Exchange (NYSE) dapat diamati melalui koefisien korelasi. Untuk menghitung koefisien korelasi digunakan rumus : pjj = a^ I (cjj x aj).
Imbal hasil saham atau return yang diharapkan sangatlah bervariasi tergantung dengan risiko pasar dan faktor-faktor lain di luar pasar. Hubungan antara imbal hasil sekuritas dengan risiko dapat diamati melalui analisis terhadap koefisien beta sekuritas dengan menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) dengan pendekatan Security Market Line (SML). Koefisien beta (P) dapat dihitung dengan persamaan : (3j = <7j pjm / om = °~im / O m.
Sehubungan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika, maka perdagangan saham perusahaan yang dual listing sangatlah rentan terhadap kemungkinan transaksi arbitrase. Kemungkinan terjadinya transaksi arbitrase atas saham-saham yang dual listing tersebut, dapat diamati dengan menggunakan International Fisher Effect, yaitu : (l+rH)/(l+rF) =e,/e0.
Selain ditentukan oleh risiko pasar, imbal hasil saham juga ditentukan oleh faktor-faktor di luar pasar. Metode pendekatan ini adalah Arbitrage Pricing Theory (APT). Melalui model dengan 3 faktor, yaitu Faktor T-Bills, Faktor Certificate of Deposit dan Faktor Perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika, diamati signifikansinya dalam menentukan imbal hasil suatu sekuritas. Model APT dengan 3 faktor dirumuskan sebagai berikut: E(r) = a + Pi-Bills F(T-Bills) + PuS-CD F(US-CD) + PRp-sF(Rp-S)-
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari PT Indosat, PT Telkom, Bursa Efek Jakarta, Bursa NYSE, Bank Indonesia dan Federal Reserve Amerika Serikat. Data yang diamati merupakan data historis yang dikumpulkan dari tahun 1997 sampai 2001. Data pengamatan merupakan data bulanan, yaitu data periode awal dan akhir bulan serta data pada bulan yang bersangkutan.
Hasil penelitian memberikan gambaran, pertama, tidak adanya korelasi negatif antara imbal hasil saham yang listing di BEJ dan yang listing di NYSE. Kedua, dimungkinkan terjadinya keuntungan arbitrase atas investasi saham-saham yang dual listing di BEJ dan NYSE akibat adanya fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika. Ketiga, faktor-faktor T-Bills, Certificate of Deposit (CD) dan perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika sangat menentukan imbal hasil saham yang dual listing baik di BEJ maupun di NYSE dalam Model APT dengan 3 faktor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T1347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Linda Wati
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T27198
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Ristiani
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji dua model yang paling sering digunakan dalam menduga expected return portofolio yaitu Fama-French Three Factors model dan CAPM Capital Asset Pricing Model, manakah yang lebih lebih baik dalam menduga expected return portofolio industri non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI . Penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel return bulanan dari tahun 2013 hingga 2017. Hasil penelitian menunjukan dari kedua model yang digunakan, model tiga faktor Fama-French adalah model yanglebih baik dalam menjelaskan expected return jika dibandingkan dengan model CAPM Capital Asset Pricing Model.

The study aims to examine the two most commonly used models for estimating portfolio expected returns, Fama French 3 Factors model and CAPM Capital Asset Pricing Model , which one is the better model in estimating the expected return of non financial industry portfolio listed on the Indonesia Stock Exchange BEI. The study was conducted using monthly return samples from 2013 to 2017. The results show that from the two models used, the Fama French three factor model is a better model in explaining the expected return compared to the Capital Asste Pricing Model CAPM."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Effendi
"Penelitian ini menguji kekuatan model Asset Pricing: Model Lima Faktor Fama-French dan Momentum, Model Lima Faktor Fama-French, dan Capital Asset Pricing Model serta untuk menjelaskan variabilitas pengembalian saham di Bursa Efek Indonesia. Untuk menguji kekuatan model Asset Pricing, penulis menetapkan perkiraan in-sample dan out-sample untuk portofolionya. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam menjelaskan variabilitas pengembalian saham di Bursa Efek Indonesia Model Lima Faktor Fama-French dan Momentum lebih baik dalam uji data in-sample dibanding dua model lainnya. Namun pada uji data out-sample Model Lima Faktor Fama-French lebih unggul dibandingkan dua model lainnya.

This research examines the power of the Asset Pricing models: Five Factor Fama-French Model and Momentum, Five Factor Fama-French Model as well as Capital Asset Pricing Model, to explain stock return variability in Indonesian Stock Exchange. To test the power of the Asset Pricing models, author set in-sample and out-of-sample forecast for the portfolios. The results show that in explaining the variability of stock returns on the Indonesia Stock Exchange, the Five Factors Fama-French and Momentum model is better in testing the in-sample data than the other two models. However, in the out-sample data test the Fama-French Five-Factor Model is superior than other two models.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutahaean, Fernando H.
"Tesis ini membahas pembentukan asset pricing model dengan menggunakan multifactor pricing theory terhadap saham-saham perusahaan minyak dan gas bumi pada Bursa Efek Indonesia, Singapore Exchange, dan Bursa Malaysia, dalam kurun waktu Januari 2003 hingga Desember 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi premi risiko, yang pada akhirnya digunakan untuk membentuk sebuah asset pricing model, untuk dapat mengestimasi tingkat pengembalian saham-saham yang diteliti. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu investor maupun pihak yang berkepentingan lainnya untuk membuat keputusan investasi. Penelitian ini bersifat eksploratif kuantitatif dengan menggunakan prosedur two-steps regression analysis versi Fama-Macbeth. Empat faktor makro dipilih sebagai variable bebas, yaitu masing-masing return dari harga spot minyak bumi, nilai tukar mata uang lokal terhadap dollar Amerika, yield spread obligasi pemerintah Amerika Serikat, serta indeks WIDOW dari Dow Jones; sedangkan variable terikat adalah return saham. Penelitian ini mengungkapkan tidak adanya korelasi yang berarti antara fluktuasi faktor makro dengan fluktuasi harga saham.

The thesis discuss the construction of asse pricing model using the multifactor asset pricing theory, for shares of oil, gas and energy companies in Indonesia Stock Exchange, Singapore Exchange, and Kuala Lumpur Stock Exchange. The time scope of the research was from January 2003 up to December 2008. The objective of the research is to estimate the risk premium for the four macro factors, which ini turn is utilized to construct the asset pricing model that could be used to estimate the expected return of the shares. It is expected that the result of the research might assist the investors and other interested parties in making investment decisions. The research is quantitative and explorative in nature, and utilizes the two-steps regression analysis procedure of Fama-Macbeth. Four macro factors selected as independent variables, i.e., return of oil's spot price, local bond, and, Dow Jone's WIDOW index. The research reveals, that there is no significant correlation between the fluctuation of the macro factors wth the fluctuation of shares price."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T27194
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Hartoyo
"ABSTRACT
Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pengaruh masing masing resiko terhadap return saham serta melihat model keseimbangan yang mempunyai standard error yang lebih kecil. Jenis penelitian ini adalah verifikatif yaitu dengan melakukan hipotesis melalui pengolahan data dan pengujian secara statistik. DAta peenelitian diperoleh dari data sekunder diambil dar Bursa Efek Indonesia. dari hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa variabel risiko pasar dan premi kurs berpengaruh secara signifikan dan sesuai dengan hipotesis, sedangkan variabel SMB, HML dan premi inflasi bukan determinan return saham. Hasil pengujian lain dengan menggunakan Mean Average Deviation membuktikan bahwa model keseimbangan CAPM mempunyai tingkat standard error ynagng lebih kecil daripada aAPT, namun dengan uji beda rata-rata menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. penelitian ini memberikan masukan kepada investor bahwa faktor yang perlu diperhatikan sebelum melakukan investasi saham adalah memperhatiakn faktor resiko pasar dan premi kurs. sedangkan bagi perusahaan agar tetap nejaga stabilitas pendapatan untuk dapat menjaga kepercayaan investor, karena faktoe pSMB dan HML kurang diperhatikan dalam pengambilan investasi."
Direktorat Jenderal Pembendaharaan Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2016
336 ITR 1:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>