Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 202091 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chintami Maria
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kewirausahaan pada pengemudi taksi yang dapat digunakan untuk pemberdayaan SDM yang diukur berdasarkan teori Santos et al.(2008) dalam jurnal berjudul ”How to Assess Entrepreneurial Potential”. Kewirausahaan dapat digunakan dalam pemberdayaan SDM berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah dengan metode survey. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik quota sampling. Analisis data terhadap 98 responden pengemudi taksi pada empat perusahaan (Blue Bird, Express Group, Koperasi Taksi, dan Taksi Putra) dianalisis dengan distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran potensi kewirausahaan yang tinggi pada pengemudi taksi di Jakarta (pada perusahaan taksi yang diteliti).

ABSTRACT
This study aims to examine entrepreneurship potential of taxi drivers which can be used to human resources empowerment based on Santos et al. (2008) theory in journal “How to Assess Entrepreneurial Potential”. Entrepreneurship can be used on human resources empowerment based on several studies. This study uses a quantitative approach. Sample in this study collected by survey techniques. This study use quota sampling techniques to collect data sample. Analysis of 98
respondents in four taxi company (Blue Bird, Express Group, Koperasi Taksi, dan Taksi Putra) use with frequencies descriptive analyze. The result showed that taxi drivers in Jakarta (at research’s place) have high entrepreneurship potential."
2014
S55164
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellyzar Zachra Putri Bantara
"ABSTRAK
Blue Bird merupakan salah satu pemimpin di industri penyedia layanan taksi di Indonesia. Dalam lingkup teknologi Blue Bird merupakan perusahaan taksi pertama yang meneydiakan layanan pemesanan dari perangkat seluler Blackberry dan memiliki aplikasi My Blue Bird untuk pemesanan taksi. Akan tetapi, di masa transformasi digital ini, muncul gejolak yaitu demontrasi dari pengemudi taksi di Jakarta, termasuk pengemudi Blue Bird, pada 22 Maret 2016. Karena transformasi digital tidaklah mudah dan budaya perusahaan berperan penting sebagai tuas strategi terkuat yang menciptakan keterlibatan dan komitmen para tenaga kerja, perlu diidentifikasi budaya perusahaan di masa transformasi digital ini.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang menggunakan paradigm post-positivisme. Tujuan dari penelitian ini adalah memahami budaya perusahaan pada masa transformasi digital di PT Blue Bird Tbk dari sudut pandang pengemudi taksi Blue Bird serta memahami proses transmisi budaya di antara pengemudi taksi Blue Bird di masa transformasi digital. Penelitian ini mengambil data dari wawancara berbagai sumber, media pemberitaan dan dokumen pendukung lainnya.Hasil penelitian ini adalah transformasi digital pada level artifacts dan espoused values sudah terjadi terkait penggunaan teknologi yang rutin, berbagi informasi teknologi di lingkungan internal, mengembangkan kerja sama tim, adanya pembelajaran digital, kreativitas pemanfaatan teknologi, problem solving dan relasi kerja. Di level basic underlying assumptions, transformasi digital belum terjadi karena perusahan belum tangkas dan gesit dalam memanfaatkan sumber daya serta komitmen perusahaan dalam memberikan dukungan fasilitas dan finansial masih rendah. Pada transformasi digital, budaya organisasi ditransmisikan melalui cara formal yaitu dari ketua group dan non formal yaitu dari keberadaan kelompok-kelompok sesama pengemudi.

ABSTRACT
Blue Bird is one of the leaders in the taxi service industry in Indonesia. In term of technology usage, Blue Bird is the first taxi company to offer booking services from Blackberry mobile devices and has My Blue Bird app for taxi order. In this digital transformation period, there is demonstration from taxi drivers in Jakarta, including Blue Bird drivers, on March 22, 2016. As digital transformation is difficult and corporate culture plays an important role as the strongest strategy lever that creates and commands the labor, it is necessary to identify the corporate culture in this digital transformation era.This research is a descriptive qualitative research using post positivism paradigm. The purpose of this research is to understand the corporate culture during the digital transformation at PT Blue Bird Tbk from the point of view of Blue Bird taxi driver and the understanding of taxi driver process. This research takes data from various sources, news media and other supporting documents.The results of this study are digital transformation at the level of artifacts and espoused values have occurred related to the use of routine technology, sharing information technology in the internal environment, developing teamwork, the existence of digital learning, the creativity of technology utilization, problem solving and work relations. At the basic level of underlying assumptions, digital transformation has not occurred because the company has not been agile and nimble in utilizing resources and the company 39 s commitment in providing financial and facility support is still low. In digital transformation, organizational culture is transmitted through the formal means of group and non formal chairmanship of the presence of fellow drivers groups.
"
2018
T49473
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Gede Panca Wiadnyana
"Latar belakang: Profesi pengemudi taksi merupakan profesi yang unik, lingkungan kerja luas, jam kerja panjang, sistem pcnggajian yang fluktuatif, dan risiko kecelakaan di jalan raya. Pada PT X 60% kccelakaan dikarenakan mengantuk. Salah satu penyebab kondisi mengantuk adalah adanya kemungkinan obstructive sleep apnea (OSA). Bcbcrapa faktor risiko kemungkinan OSA seperti kegemukan dan hipertensi dijumpai pada pengemudi PT X.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional pada pengemudi taksi X Mampang Jakana Selatan, pada bulan November»Desember 2008. Pengumpulan dilakukan dengan pengisian Kuesioner Berlin, dan pemeriksaan fisik (tekanan darah, bcrat, badan, tinggi badan, dan lingkar leher) pada 280 orang pengemudi.
Hasil: Jumlah responden sebanyak 280 orang, didapatkan 70 orang (25%) kemungkinan OSA. Kemungkinan OSA pada pengemudi dipcngaruhi olch bcbcrapa faktor yaitu: IMT 325 (acyusred OR 4.29, p <0.001, 95% Cl 2.04 - 9.05) riwayat keluarga mendengkur (aafiusled OR 2,34, p <0.00l, 95% Cl 1.45 - 3.78), lingkar leher 3 40 cm (afyusred OR 3.37, p 0.002, 95% Cl 1.58 - 7.19), umur 3 36 tahun (argusted OR 2.47, p 0.027, 95% CI I.ll - 5.48) dan jadwal keija tinggi (ac§usted OR 3.07, p 0.0l6, 95% Cl L23 - 7.66).
Kesimpulan: Didapat prevalensi kemungkinan OSA pada pengemudi Taksi X sebesar 25%. Kemungkinan OSA pada pcngcmudi Taksi X dipengaruhi oleh faktor indeks massa tubuh 325, riwayat keluarga mendengkur, Iingkar leher 540 cm, umur 336 tahun serta jadwal kerjatinggi.

Background: Taxi Driver is an unique profession because of the wide environment, the long hours working duration, the fluctuation wages, and the accidental risks. About 60% taxi's accidents in Company X were caused by sleepy conditions. Sleepy conditions may be caused by obstructive sleep apnea (OSA). Some factors that increase the prevalence of suspected OSA, like obesity and hypertension were founded among the taxi drivers in this company.
Method: This study was conducted with cross sectional design. The data was collected from November until December 2008 in Mampang, Jakarta Selatan. Data collection used Berlin's Questionnaire and Physical examinations (blood pressure, weight, height, neck circumference) to 280 drivers.
Result: This research showed that there are 25%, it?s mean 70 respondents from 280 respondents have OSA prevalence. Prevalence of OSA among taxi?s drivers is caused by several factors. The factors are Body Mass index (BMI) 3 25 (adjusted OR 4.29, p < 0.00l, 95% Cl 2.04 - 9.05), snoring historical in family (adjusted OR 2.34, p < 0.001 , 95% CI 1.45 - 3.78), neck circumference 3 40 cm (adjusted OR 3.37, p 0.002, 95% CI 1.58 - 7.l9), age 2 36 years old (adjusted OR 2.47, p 0.027, 95% Cl 1.ll - 5.48) and high work schedule (adjusted OR 3.07, p 0.0l6, 95% Cl 1.23 - 7.66).
Conclusion: This research has founded that there are 25%, it?s mean 70 respondents from 280 respondents have suspected OSA. Prevalence of suspected OSA among taxi?s drivers is caused by BMI 2 25, snoring historical in family, neck circumference 5 40 cm, age 3 36 years old and high work schedule.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T32302
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S6332
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Mardhiyah
"Latar Belakang
Lama mengemudi lebih dari 8 jam per hari, serta berbagai faktor pekerjaan lain, seperti posisi kerja dapat menimbulkan nyeri lutut akul pada pengemudi taksi. Pada taimn 2000, di Taipei telah di lakukan penelitian kesehatan untuk pengemudi taksi, di dapatkan prevalensi nyert lutut pada yang mengemudi lebih dari I 0 jam sebesar 22%,
Mctode penclitian
Desain peneiitian ini adalah potong lintang. Pemilihan subyek dilakukan secara consecutive pada pekerja yang datang ke pool saat studi dilakukan. Terpilih 300 sampel dari populasi beijumlah 1349 orang. Variabel dependen adalah nyeri lutut akut, dan variabel independen adalah umur, pendidikan, status gizi, kebiasaan
olah raga, riwayat berhenti berolah raga, pekerjaan tambahan, lama rnengemudi, masa kerja, siklus kerja, proporsi macet, pencapaian target penghasiian, shift kerja, besar sudut fleksi lutut sewaktu menglnjak pedal. Pengumpulan data· dHakukan dengan pengisian kuisloner,logsheet dan body map, perneriksaan fisik, pengukuran kedua sudut lutut.
Hasil
Dari 300 responden, didapatkan 95 orang (31,7%) mengalami nyeri lutut akut, diantaranya 14,7% nyeri lutut kanan saja, 27,37% nyeri lutut kiri saja dan 57,89% nyeri lutut kanan dan kiri. Pada analisis bivariat tidak ditemukan adanya hubungan bennakna dari 13 variabel tcrsebut dengan terjadinya nyeri lutut Ada 5 dari 13 variabel, yang diikutsertakan dalam analisis multivariat dan tidak didapatkan faktor dominan terjadinya nyeri lutut akut. Tetapi dari analisis antara besar sudut lutut kiri dengan nyeri lulut akut pada sendi lutut kiri, didapatkan hubungan yang bermakna (OR= 1,904 CI 1,028-3,530).

Backqround
Driving for more than 8 hours and other work factors, such as awkward position can cause acute knee pain among taxi drivers. A research conducted in Taipei (2000) found the prevalence of knee pain among drivers that drove more than 10 hours per day was 22%.
Research method:
This study used a cross sectional design. Subjects were selected consecutively among drivers that arrived in the pooL A sample of 300 drivers were selected from 1349. The dependent variable was acute knee pain, and independent variables were age, education, nutritional status, exercise habits, history of quitting exercising, extra work, period of driving working period, duty cycle, proportion of traffic jam, achievement of target, working shifts, knee flexion angle. Data collection was conducted using questionnaire. log sheet and body map, physical examination, and measurement of both the knee angles .
Result
Of the 300 respondents, 95 people (3l.7%) experienced acute knee pain, 14.7% of had only right knee pain, 27.37% left knee pain only and 57.89"/o right and left knee pain. Bivariate analysis did not reveal any significant relationship of 13 variables with the occurrence of knee pain. There are five of the 13 variables, which is included in multivariate analysis and no dominant factors of acute knee pain were found. But on the analysis of angle of the left knee with acute knee pain in the left knee joint, a significant relationship (OR 1.904 Cl 1.028 to 3.530)."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T31661
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurvidya Rachma Dewi
"Latar belakang: Gangguan kognitif memiliki prevalens yang tinggi pada orang dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan dapat menunjukkan hambatan kognitif di berbagai aspek, termasuk waktu reaksi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbandingan waktu reaksi pada kelompok pengemudi taksi PT “X” di Jakarta yang PPOK dan bukan PPOK.
Metode: Total 99 orang pengemudi taksi PT “X” di Jakarta dilibatkan dalam penelitian potong lintang ini dan menjalani beberapa pemeriksaan. Kuesioner dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik dasar, latar belakang pendidikan, faktor pekerjaan dan status merokok. Pemeriksaan spirometri dan uji bronkodilator dilakukan untuk menilai faal paru dan mendeteksi gangguan saluran napas. Versi Indonesia dari uji Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) digunakan untuk menilai adakah gangguan kognitif pada subjek. Waktu reaksi subjek diukur dengan menggunakan alat reaction timer Lakassidaya L-77 (Biro Konsultasi Departemen Kesehatan, Keselamatan dan Produktivitas Kerja, Yogyakarta, Indonesia).
Hasil: Proporsi PPOK pada pengemudi taksi PT “X” di Jakarta adalah 9,47%, dengan 84,62% dari pengemudi taksi dengan PPOK memiliki gangguan kognitif. Hasil rerata waktu reaksi pada kelompok PPOK lebih lambat bila dibandingkan dengan kelompok bukan PPOK yaitu sebesar 252,18 milidetik dibandingkan dengan 202,73 milidetik.
Kesimpulan: Proporsi PPOK pada pengemudi taksi PT “X” di Jakarta adalah sebesar 9,47%. Sebagian besar dari pengemudi taksi yang PPOK tersebut memiliki gangguan kognitif yang dapat mempengaruhi waktu reaksi dan selanjutnya dapat berpengaruh terhadap performa mengemudi.

Background: Cognitive impairment is prevalent in chronic obstructive pulmonary disease (COPD) and is detrimental to work performance, including reaction time. This study investigates the comparison of reaction times between taxi drivers with COPD and without COPD.
Method: This cross-sectional study included 99 male taxi drivers of a taxi company in Jakarta, Indonesia, as subjects. Subjects were questioned and examined to obtain their basic characteristics, educational backgrounds, occupational factors, and smoking status. Lung function tests were used to detect respiratory airway disorders. The Indonesian version of the Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) test was used to determine cognitive impairment. The reaction times were measured using reaction timer Lakassidaya L-77 (The Occupational Health, Safety, and Work Productivity Consultative Bureau, Yogyakarta, Indonesia).
Result: The proportion of COPD was 9.47%, and 84.62% of which had cognitive impairment. The mean reaction time of the COPD group was slower than the non-COPD group (252.18 ms vs. 202.73 ms).
Conclusion: The proportion of taxi drivers with COPD in this study was 9.47%. Most of them had a cognitive impairment, which affected their reaction time and ultimately impaired their driving performance."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meliala, Indhira S.
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran deskriptif mengenai budaya organisasi Perusahaan Taksi Blue Bird di tengah persaingan usaha jasa taksi yang semakin ketat. Peneliti mengumpulkan data dengan melakukan wawancara terstruktur dan tidak terstruktur dengan enam orang informan, yaitu dua orang manajer dan empat orang pengemudi. Penelitian berlangsung dari Januari hingga Mei 2009.
Hasil dari penelitian ini adalah Perusahaan Taksi Blue Bird memiliki struktur organisasi yang mekanis, yaitu dengan adanya mekanisme pembagian kerja, spesialisasi dan hubungan kerja yang hierarkis. Perusahaan taksi Blue menerapkan empat nilai dasar, yaitu kejujuran, kedisiplinan, kerja keras dan kekeluargaan. Pendiri perusahaan memegang peranan penting dalam penerapan keempat nilai tersebut. Keempat nilai tersebut merupakan budaya organisasi perusahaan taksi Blue Bird, namun ternyata terdapat dua nilai yang masih berada dalam tataran formalisasi, yaitu kedisiplinan dan kekeluargaan.
Temuan penting lainnya dari penelitian ini adalah budaya organisasi tidaklah sama dengan budaya perusahaan. Budaya perusahaan adalah pedoman nilai-nilai akan tetapi mengalami suatu pencitraan (image) yang berusaha untuk dibentuk oleh manajemen agar dapat ditangkap oleh masyarakat. Budaya perusahaan yang dimiliki taksi Blue Bird dapat dilihat dari standar servicenya, yaitu aman, nyaman, mudah dan personalised (ANDAL).

The goal of this research is giving descriptive explanation about cultural organization Taxi Blue Bird Company in the era competition which is getting tighter. Researcher collects the data by doing both structured and unstructured interview with six sources that consist of two managers and four drivers. The research held from January until May 2009.
The result from this research is Taxi Blue Bird Company has mechanic structur, that consist of job desciption mechanism, spesialization, and work relation. Blue Bird Taxi Company applies four basic values, honest, dicipline, hard work and kinship. The founder held important role on the application four values. The four values are the cultural organization, yet there are two values that still on the formalization level, dicipline and kinship.
The other important result on this research is cultural organization is inequal with cultural corporate. Cultural corporate is also the values guidline but the difference is cultural corporate related with image that curved by management so the society can figure it out. Cultural corporate reflected on their standard service, save, comfortable, easy and personalised."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Jatmikawati
"Low back pain (LBP) adalah kondisi umum yang melibatkan keluhan nyeri akut atau kronis serta ketidaknyamanan pada atau di sekitar daerah lumbosakral. Sekitar sepuluh persen kejadian LBP terkait dengan pekerjaan, dan mereka yang bekerja sebagai pengemudi memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan punggung bawah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi frekuensi kejadian LBP dan faktor risiko ergonomi yang terkait dengan LBP pada pengemudi taksi. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan pendekatan deskriptif analitik, berlokasi di PT. X Jakarta Selatan. Sampel terdiri dari 74 pengemudi berdasarkan tabel besar sampel (Iwan Ariawan, 1998), dengan uji hipotesis beda 2 proporsi, derajat kemaknaan 5%, dan kekuatan uji 90%. Dengan asumsi P1 (LBP yang menetap) 25% dan P2 (LBP pada pengemudi taksi) 50%, diperoleh ukuran sampel 63. Untuk mengantisipasi sampel yang tidak dapat digunakan, ditambahkan 15% menjadi total 74 sampel. Sampel dipilih menggunakan random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner, pengukuran tinggi badan dan berat badan, observasi, data operasional, dan rekam medis. Analisis data dilakukan dengan uji statistik univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi LBP pada pengemudi taksi di PT. X adalah 63,5%. Uji statistik mengindikasikan bahwa riwayat LBP sebelumnya berhubungan signifikan dengan LBP saat ini (p-value 0,001). Namun, faktor-faktor lain seperti usia, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), kebiasaan merokok, durasi kerja per hari, jadwal kerja, manual handling, postur duduk mengemudi, dan tipe kendaraan tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan LBP.
Rekomendasi untuk perusahaan adalah agar saat perekrutan pengemudi, mempertimbangkan riwayat LBP yang dimiliki calon pengemudi. Selain itu, disarankan agar perusahaan secara berkala memberikan pelatihan tentang cara mengemudi yang baik serta langkah-langkah untuk menghindari risiko kesehatan terkait dengan pekerjaan mengemudi."
Universitas Indonesia, 2006
T31589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzaky Muhammad Daris
"Penelitian sebelumnya telah menemukan adanya perbedaan persepsi terhadap kondisi lalu lintas dan perilaku berkendara pada saat sebelum pandemi dan saat pandemi berlangsung. Sayangnya penelitian yang membandingkan persepsi resiko dan perilaku berkendara pada masa pandemi dan setelah pandemi masih sedikit dilakukan khususnya di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan persepsi terhadap kondisi lalu lintas, persepsi risiko, perilaku berkendara berisiko pengendara, serta perilaku berkendara berisiko pengendara lain antara saat dan setelah pandemi pada pengemudi taksi online. Partisipan penelitian ini adalah pengemudi taksi online (N=95) yang berdomisili di Jabodetabek. Berdasarkan hasil analisis  paired samples t-test ditemukan tidak terdapat perbedaan persepsi terhadap kondisi lalu lintas saat dan setelah pandemi. Meskipun begitu, pada persepsi risiko, perilaku berkendara berisiko pengendara dan perilaku berisiko pengendara lain terdapat perbedaan antara saat dan setelah pandemi dimana setelah pandemi ketiga variabel tersebut mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil penelitian ini, pihak berwenang perlu untuk lebih memperhatikan perilaku berkendara berisiko khususnya perusahaan yang menaungi pengemudi taksi online agar keselamatan bersama di jalan dapat terwujud dan khususnya penumpang mendapatkan pelayanan yang memuaskan.

Penelitian sebelumnya telah menemukan adanya perbedaan persepsi terhadap kondisi lalu lintas dan perilaku berkendara pada saat sebelum pandemi dan saat pandemi berlangsung. Sayangnya penelitian yang membandingkan persepsi resiko dan perilaku berkendara pada masa pandemi dan setelah pandemi masih sedikit dilakukan khususnya di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan persepsi terhadap kondisi lalu lintas, persepsi risiko, perilaku berkendara berisiko pengendara, serta perilaku berkendara berisiko pengendara lain antara saat dan setelah pandemi pada pengemudi taksi online. Partisipan penelitian ini adalah pengemudi taksi online (N=95) yang berdomisili di Jabodetabek. Berdasarkan hasil analisis paired samples t-test ditemukan tidak terdapat perbedaan persepsi terhadap kondisi lalu lintas saat dan setelah pandemi. Meskipun begitu, pada persepsi risiko, perilaku berkendara berisiko pengendara dan perilaku berisiko pengendara lain terdapat perbedaan antara saat dan setelah pandemi dimana setelah pandemi ketiga variabel tersebut mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil penelitian ini, pihak berwenang perlu untuk lebih memperhatikan perilaku berkendara berisiko khususnya perusahaan yang menaungi pengemudi taksi online agar keselamatan bersama di jalan dapat terwujud dan khususnya penumpang mendapatkan pelayanan yang memuaskan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Rizki Mardhiana
"Penelitian ini menguji pengaruh aktivitas rebranding terhadap kepuasan pelanggan, dan pengaruh aktivitas rebranding ini terhadap loyalitas pelanggan terhadap persepsi konsumen Blue Bird Group. Variabel rebranding memiliki indikator pengukuran yang sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Muzellec et al. (2003). Selain itu, variabel kepuasan pelanggan diukur dengan indikator hasil penelitian dari Fornell et al. (1996). Selanjutnya variabel loyalitas pelanggan diukur dengan dimensi dan indikator menurut teori Dick and Basu (1994) dan Baloglu (2002). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan penyebaran kuesioner sebagai instrumen utama, dengan responden yang memenuhi kriteria, seperti mengetahui adanya kegiatan rebranding yang dilakukan oleh Blue Bird Group, dan pernah berwisata menggunakan jasa angkutan Blue Bird Gorup, sebelum dan setelah rebranding, masing-masing. masing-masing setidaknya dua kali. Tanggapan responden kemudian diolah menggunakan SPSS 24.0 melalui analisis statistik deskriptif dan analisis regresi linier sederhana. Temuan dari penelitian ini adalah rebranding berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen, dan rebranding berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen.

This study examines the effect of rebranding activity on customer satisfaction, and the effect of this rebranding activity on customer loyalty towards consumer perceptions of Blue Bird Group. The rebranding variable has measurement indicators in accordance with the theory put forward by Muzellec et al. (2003). In addition, the customer satisfaction variable is measured by the research results indicator from Fornell et al. (1996). Furthermore, customer loyalty variables are measured by dimensions and indicators according to the theory of Dick and Basu (1994) and Baloglu (2002). This study uses a quantitative approach with distributing questionnaires as the main instrument, with respondents who meet the criteria, such as knowing the existence of rebranding activities carried out by the Blue Bird Group, and having traveled using the Blue Bird Gorup transportation service, before and after the rebranding, respectively. each at least twice. Respondents' responses were then processed using SPSS 24.0 through descriptive statistical analysis and simple linear regression analysis. The findings of this study are rebranding has a positive effect on customer satisfaction, and rebranding has a positive effect on consumer loyalty."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>