Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128755 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Syafaat Nur
"Kualitas udara di ruang ICU perlu diperhatikan karena kerentanan pasien akan penyakit dan menghindarinya dari infeksi nosokomial. Beberapa indikator dari pencemar udara dalam ruang adalah konsentrasi bakteri dan konsentrasi jamur. Pengambilan sampel bakteri dan jamur di udara menggunakan alat EMS serta media kultur TSA untuk bakteri dan media kultur PDA untuk jamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi bakteri dan jamur berdasarkan besarnya intensitas cahaya, kelembaban, dan temperatur. Intensitas cahaya, kelembaban, dan temperatur terhadap konsentrasi bakteri memiliki korelasi Spearman Rank sebesar -0,043; 0,033; -0,194 dan korelasi analisi regresi linear sebesar -0,115; 0,017; -0,168. Intensitas cahaya, kelembaban, dan temperatur terhadap konsentrasi jamur memiliki korelasi Spearman Rank sebesar -0.231; 0,062; -0,095 dan korelasi analisi regresi linear sebesar -0,265; 0,072; -0,192.

Air quality in ICU Room need to be considered as susceptibility to disease and avoid nosocomial infection. Some indicators of indoor air pollutants are bacteria and fungi. Using EMS and TSA as a media culture for bacteria and PDA as a media culture for fungi. In this study, the concentrations of bacteria and fungi were analyzed based on intensity of ray, humidity, and temperature. Intensity of ray, humidity, and temperature in the room have a relationship with the concentration of bacteria with the Spearman Rank correlation coefficient of -0.043; 0.033; -0.194 and with linear regretion analysis correlation coefficient of -0.115; 0.017; -0.168. Intensity of ray, humidity, and temperature in the room have a relationship with the concentration of fungi with the Spearman Rank correlation coefficient of -0.231; 0.062; -0.095 and with linear regretion analysis correlation coefficient of -0.265; 0.072; -0.192.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irhashfi Dasayondri
"Kualitas udara biologi di dalam ruangan produksi obat menjadi perhatian tersendiri karena dikhawatirkan dapat mepengaruhi obat yang sedang dilakukan proses, maka dilakukan penelitian di salah satu industri farmasi yaitu PT. X. Sampel udara diambil dengan menggunakan alat MAS 100-NT yang memiliki daya hisap sebesar 100 liter/menit. Waktu pengambilan sampel udara dibedakan menjadi dua waktu, sebelum HVAC beroperasi dan saat HVAC beroperasi. Bakteri di udara diambil dengan menggunakan media Tryptic Soy Agar TSA dan diinkubasi selama 24 jam dalam suhu 35-370C. Jamur di udara diambil dengan menggunakan media Malt Extraxt Agar MEA dan diinkubasi selama 48-72 jam dalam suhu 25-290C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka tertinggi dalam kosentrasi angka kuman mencapai angka 48 CFU/m3 pada waktu sebelum HVAC beroperasi. Uji statistik digunakan dalam penelitian ini untuk melihat ada atau tidak korelasi jumlah pekerja dengan konsentrasi angka kuman dan juga melihat ada atau tidak perbedaan dalam konsentrasi angka kuman sebelum HVAC beroperasi dan HVAC beroperasi. Nilai signifikansi yang keluar yaitu 0,016 untuk uji korelasi dan 0,007 untuk uji perbandingan. Nilai signfikansi yang kurang dari 0,05 menimbulkan kesimpulan bahwa adanya korelasi antara jumlah pekerja dengan konsentrasi angka kuman dan adanya perbedaan antara konsentrasi angka kuman sebelum HVAC beroperasi dan saat HVAC beroperasi. Anka Reynold menunjukkan jenis aliran, di ventilasi memiliki aliran turbulen karena angka lebih dari 2000 sedangkan di dekat titik sampling memiliki aliran laminar karena kurang dari 2000. Sirkulasi udara di dalam ruangan sudah memenuhi syarat CPOB yaitu minimal 20 kali/jam.

Biological air quality in the medicine production room is of particular concern because it is feared to affect drugs being processed, then conducted research in one of the pharmaceutical industry namely PT. X. The air samples were taken using a 100 NT MAS device that has a suction power of 100 liters min. Air sampling times are differentiated into two times, before HVAC is in operation and when HVAC is in operation. Bacteria in the air were taken using Tryptic Soy Agar TSA medium and incubated for 24 hours at 35 370C temperature. The airborne fungi were taken using Malt Extract Agar MEA medium and incubated for 48 72 h at 25 290C temperature. The results showed that the highest number in the concentration of germ rate reached 48 CFU m3 at the time before HVAC operated. A statistical test was used in this study to see whether or not the correlation of the number of workers with concentrations of germplasm and also to see whether or not there was a difference in the concentration of germ rates before HVAC was in operation and HVAC operated. Exit significance value is 0.016 for correlation test and 0,007 for a comparison test. Significant values less than 0.05 lead to the conclusion that there is a correlation between the number of workers with the concentration of germs and the difference between the concentration of germ numbers before HVAC operates and when HVAC operates. Reynold rsquo s number shows the type of flow, in ventilation, has turbulent flow because the number is more than 2000 while near the sampling point has laminar flow because of less than 2000. The air circulation in the room already fulfills the requirement of CPOB that is at least 20 times hour.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryo Wibhisono
"ABSTRAK
Ruang Operasi merupakan ruangan yang harus berada dalam kondisi steril, hal ini dikarenakan pada proses operasi pasien rentan untuk terinfeksi kuman-kuman yang berada di udara. Telah dilakukan pengambilan data pada ruang operasi di sebuah rumah sakit di Jakarta. Dari data yang diperoleh, masih terdapat beberapa parameter yang belum memenuhi standar, seperti kelembaban, dan jumlah partikel (ukuran 0.3, 0.5, dan 1µm) yang terdapat di dalam ruangan. Oleh karena itu dilakukan perancangan ulang sistem tata udara pada ruang operasi dengan memperhatikan standar ASHRAE dan Standar mentri kesehatan, mulai dari perhitungan beban pendingin, kebutuhan volume aliran udara, penentuan letak ducting dan peralatan yang dibutuhkan dalam sistem tata udara di ruang operasi. Hasil dari perancangan ini kemudian disimulasikan dengan program FloVENT versi 8.2, dan dibandingkan dengan simulasi pada keadaan aktual yang datanya disesuaikan dengan hasil pengukuran. Pada proses pembuatan model di simulasi, peletakan alat-alat operasi, jumlah orang pada proses operasi, dan beban pendingin yang berada di dalam ruangan disesuaikan dengan keadaan aktual. Dari hasil simulasi dapat terlihat perbedaan pola aliran udara antara ruang operasi dengan keadaan aktual dan ruang operasi hasil perancangan. Perbedaan pola aliran udara ini terletak pada aliran turbulensi pada ruang operasi dengan keadaan aktual yang hanya mempunyai dua bagian pembuangan. Hal ini dapat menyebabkan partikel-partikel yang berada di ruang operasi terus berputar mengikuti aliran turbulen dan meningkatkan kemungkinan partikel-partikel tersebut masuk ke dalam tubuh pasien yang dioperasi. Pada ruang operasi hasil perancangan baru terlihat bahwa aliran udara di sekitar meja operasi laminer, dan membuat partikel langsung terhisap ke bagian pembuangan udara.

ABSTRACT
Operating room is a room that must be in clean conditions, this is due to in the process of surgery patients are very vulnerable to bacterial infection in the air. Data collection has been done in the operating room in a hospital in Jakarta. From the data that obtained, there are some parameters that do not meet the standards, such as humidity, and the number of particles in the air (size 0.3, 0.5 and 1μm) contained in the room. So the writer does the redesign of the ventilation systems in the operating room that follows the ASHRAE standards and Health Minister standards. The steps of redesign the operating room are calculating the cooling load, airflow requirements, determination the location of the ducting, and equipment needed in the ventilation systems operating rooms. Then the result of the design is simulated with software FloVENT 8.2, and compared with the simulation that uses the existing data in the operating room. In the modeling simulation process, the equipment for operation, number of occupants, and the cooling load in the room are adapted to actual circumstances. From simulation results can be seen different patterns of air flow between the operating room with existing state and operating room with the new design. This air flows pattern difference lies in the turbulence flow in the operating room existing that only have two return air grill, so the airflow in the side that do not have return air grill become turbulent flows. This can cause the aerosol particles follow the turbulent flow and keep rotating in the operating room, and increase the likelihood of these particles enter the body of the patient. In the operating room design results, it can be seen that the airflow around the operating room is laminar, it make the particles inhaled directly to the return air grill. "
2016
S64111
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Nugroho
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas tentang ruang kelas pada sekolah tingkat menengah atas.
Pembahasan dilakukan dengan menganalisis aspek-aspek yang berkaitan dengan
kualitas ruang. Aspek-aspek tersebut antara lain warna, penghawaan,
pencahayaan, vista, akustik ,dan ergonomi. Untuk membahas lebih lanjut
dilakukan studi kasus untuk membandingkan keadaan yang ada dengan teori yang
juga dibahas. Setelah membandingkan teori dan studi kasus, dapat disimpulkan
dari aspek-aspek tersebut kriteria yang paling tepat digunakan pada ruang kelas
untuk diimplementasikan. Temuan skripsi ini dapat menunjukkan pentingnya
pemahaman tentang aspek keruangan dalam pembangunan sebuah ruang kelas

ABSTRACT
This thesis discusses about classrooms on High School. This thesis is being done
by analyzing a few aspects which related to room quality. Those aspects are
color, air condition, lighting, vista, acoustic, and ergonomics. For further
investigation, a study on certain schools will be conducted in order to compare
the facts and theories. After comparing them, there will be conclusions from those
aspects. The conclusions are the best criteria from each aspect that can be
implemented on a classroom. The findings on this thesis will show our
understanding of room aspects on the creation of a classroom."
2014
S57103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rianta Widya Amalia
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis unit cost layanan ICU menggunakan metode distribusi berganda pada RSUD Pasar Rebo dan RSUD Cengkareng berdasarkan data laporan keuangan 2015 dan membandingkan unit cost tersebut terhadap tarif layanan ICU yang berlaku. Hasil perhitungan unit cost layanan ICU pada RSUD Pasar Rebo memperhitungkan seluruh biaya sebesar Rp5.765.575,00 dan menggunakan Permenkes Nomor 12 Tahun 2013 yaitu tidak memperhitungkan biaya yang dibiayai APBD maka unit cost layanan ICU sebesar Rp1.818.467,00. Hasil perhitungan unit cost layanan ICU pada RSUD Cengkareng jika memperhitungkan seluruh biaya sebesar Rp2.452.411,00 jika menggunakan Permenkes Nomor 12 Tahun 2013 maka unit cost layanan ICU sebesar Rp1.761.914,00. Unit cost layanan ICU lebih besar dari tarif yang berlaku Rp1.500.000,00 namun perlu tidaknya melakukan revisi tarif membutuhkan analisis lebih lanjut.

ABSTRACT
This research aims to analyze the unit cost of ICU service at local public hospital Pasar Rebo dan Cengkareng by applying the double distribution method using the data gained from the financial statements for the year 201, and to perfom comparison of the unit cost with the current ICU service rate. The result of analysis for at local public hospital Pasar Rebo when calculated using all cost incurred is Rp5,76 million. When calculated using Minister of Health Decree Number 12 2013 which exclude cost financed by the APBD, the unit cost would be Rp1,82 million. The result of analysis for at local public hospital Cengkareng when calculated using all cost incurred is Rp2,45 million. When calculated using Minister of Health Decree Number 12 2013 which exclude cost financed by the APBD, the unit cost would be Rp1,76 million. The unit cost of ICU service exceed the current ICU service rate Rp1,5 million, whether need to make rate revision need futher analysis.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulastri
"Petugas kamar bedah merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan yang mempunyai resiko tinggi terhadap kemungkinan terpapar oleh berbagai kuman penyakit, terutama HIV/AIDS yang saat ini sangat ditakuti. Salah satu upaya perlindungan diri adalah dengan menerapkan kewaspadaan universal melalui tindakan cuci tangan secara benar, penggunaan alat pelindung, desinfektan, mencegah tusukan alat/benda tajam. Adapun konsep yang dianut adalah, bahwa semua darah dan cairan tubuh tertentu harus dikelola sebagai sumber yang dapat menularkan HIV, Hepatitis dan berbagai penyakit lain melalui darah.
Departemen Kesehatan telah menetapkan upaya peningkatan mutu layanan kesehatan dengan memprioritaskan upaya pengendalian infeksi nosokomial bagi seluruh rumah sakit di seluruh Indonesia, antara lain dengan menerapkan kewaspadaan universal. Sejalan dengan ketetapan Departemen Kesehatan tersebut, maka Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan berupaya meningkatkan mutu layanan antara lain dengan upaya pengendalian infeksi nosokomial, salah satu upaya yaitu dengan menerapkan kewaspadaan universal secara baik dan benar di seluruh ruang termasuk kamar bedah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan petugas kamar bedah dalam menerapkan kewaspadaan universal dan untuk mengetahui seberapa jauh faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat berpengaruh terhadap kepatuhan.
Responden adalah seluruh petugas kamar bedah (IGD dan IBS) berjumlah 78, yang terdiri dari dokter dan perawat yang bersifat tenaga tetap, berhubungan langsung dalam penanganan pasien, dan telah bekerja minimal 1 (satu) bulan.
Metoda penelitian menggunakan rancangan kros seksional. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan pengamatan langsung di rumah sakit. Pengumpulan data dilakukan selama periode Maret sampai Mei 2001 (satu bulan lima belas hari) di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa sebagian besar (73,1%) responden memiliki tingkat kepatuhan sedang. Ketidak patuhan lebih banyak ditemukan di IGD dibandingkan dengan IBS, terutama dalam hal tidak mencuci tangan saat datang di kamar bedah (9,5%), saat meninggalkan kamar bedah (15,4%), sebelum melakukan tindakan (12,8%), setelah melakukan tindakan (7,7%), tidak menggunakan alas kaki (12,8%), masih melakukan pemasangan kembali tutup jarum suntik (recapping =87,1%). Pengetahuan responden tentang kewaspadaan universal. sebagian besar masih kurang (73,1) dengan nilai rata-rata 65,995 (p-wald = 0,0448 OR 1,7744).
Hasil analisis ditemukan ada hubungan antara variabel pengetahuan, tempat kerja, dan lama kerja di kamar bedah dengan kepatuhan dalam menerapkan kewaspadaan universal. Pengetahuan dan lama kerja merupakan variabel yang paling menentukan kepatuhan dalam menerapkan kewaspadaan universal. Responden yang memiliki pengetahuan kurang berpeluang untuk tidak patuh hampir 2 kali dibandingkan yang memiliki pengetahuan baik setelah variabel lama dan tempat kerja dikendalikan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti menyarankan agar dilakukan upaya meningkatkan pengetahuan petugas melalui sosialisasi kewaspadaan universal dengan pelatihan, penyebaran leaflet, atau mengadakan pekan kewaspadaan universal.
Di samping itu mungkin perlu diadakan evaluasi terhadap kcpatuhan secara berkala, bila memungkinkan adakan reward dan punishment. Untuk menjaga kesehatan petugas agar tetap terpelihara sesuai standar kesehatan yang dibutuhkan, perlu adanya pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi seluruh petugas kamar bedah.

Factors Related to Obedience Level of Surgery Room Staff in Applying Universal Precautions on Persababatan General HospitalStaff on surgery room is one of health personal who has high risk to possibly contaminate by any of germ disease, especially the frightening HIV/AIDS. One effort of self protection is applying universal precautions through real action such as washing hands properly, using protection tools, disinfectants, prevented any stab from sharp-pointed tools. The adherent concept is all blood and particular body liquid has to be managed as a source, with can infect HIV, hepatitis and other disease through blood.
Department of Health has determined effort to increase health service quality with prioritizing effort of restrained nosocomial infection for all hospital in Indonesia, like applying universal precautions. Along with department of Health's determination, Persahabatan General Hospital tries to increase service quality on restraining nosocomial infection with applying universal precaution properly in all room including surgery room.
The objective of this research is to understand the obedience level of surgery room's staff in applying universal precautions and to understand how far predisposition factors, enabling factors, and reinforcement factors is influencing the obedience. The cross sectional design is used for research method. Data was obtained by distributing questionnaires and direct observation in the hospital. Data was collected during March to May 2001 (one month and 15 days) on Persahabatan General Hospital.
The result indicated that most of respondent (73, 1%) has medium level of obedience. The obedient staff was found on not washing their hands when they arrived at surgery room (9, 5%), when they left surgery room (15, 4%), before they did actions (12, 8%), after they did action (7, 7%), not using fear footwear (12, 8%), still recapped the injection needle (90, 8%). Most respondent have less knowledge on Universal Precautions (73, 1%), mean 65,995.
Statistical analyst result indicated that p-wald =0, 0448 OR 1,7744 wich means that there is a meaningful relations between knowledge with obedience level. Respondent who has less knowledge is likelihood to be disobedient more than twice if compare to those who has better knowledge after controlling old working variable.
Based on those result, research recommend doing more effort in increasing knowledge of staff through socializing the universal precautions with training, leaflet or Universal Precautions week.
The obedience level should be evaluated periodically, present reward and punishment if possible. Health examination has to be done periodically to all surgery room staff."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T8421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Auline Salsabila
"Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan sediaan farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP). Salah satu bentuk pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP yang telah dilakukan oleh Depo Farmasi Ruang Operasi Rumah Sakit Universitas Indonesia adalah dengan mengadakan standar paket kebutuhan sesuai dengan jenis tindakan pembedahan yang akan dilakukan. Timpanoplasti menjadi salah satu tindakan operasi yang dilakukan oleh Central Operating Theatre (COT) RS UI. Meningkatnya permintaan untuk tindakan timpanoplasti ini memungkinkan terjadinya perubahan terhadap standar paket yang telah disiapkan sebelumnya. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi terhadap standar paket tindakan sebelumnya untuk mengoptimalkan pengelolaan sediaan farmasi, dan BMHP. Metode yang dilakukan dengan menganalisa data pada Stock Card Detail kemudian dievaluasi kesesuaiannya dengan paket standar yang telah diadakan. Terdapat 24 pasien yang melakukan tindakan timpanoplasti selama bulan april-juni 2023. Hasil dari analisa untuk penggunaan tiap item paket standar tindakan timpanoplasti diketahui telah sesuai sebanyak 39%, namun 59% penggunaannya masih kurang dari standar, dan 2% penggunaannya melebihi standar. Sehingga perlu dilakukan penyesuaian terhadap list standar paket yang telah diadakan sebelumnya berdasarkan penggunaan aktual tindakan timpanoplasti.
Pharmacists are responsible for the management of pharmaceutical preparations, and Consumable Medical Materials (BMHP). Management of pharmaceutical preparations and BMHP has been carried out by the Operating Room Pharmacy Depot of the UI Hospital is by holding a standard package of needs according to the type of surgery to be performed. Tympanoplasty is one of the operations performed by the Central Operating Theater (COT) of UI Hospital. The increasing demand for tympanoplasty allows changes to the standard package. Therefore, it is necessary to evaluate the standard package to optimize the management of pharmaceutical preparations and BMHP. The method is carried out by analyzing the data on the Stock Card Detail and then evaluating its suitability with the standard package that has been held. There were 24 patients who performed tympanoplasty during AprilJune 2023. The results of the analysis for the use of the standard tympanoplasty package are known to have been appropriate as much as 39%, but 59% of its use is still less than the standard, and 2% of its use exceeds the standard. So, it is necessary to make adjustments to the list of standard packages that have been held previously based on the actual use of tympanoplasty."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiah Ayu Purwandani
"Health and Safety Executive menemukan bahwa pada tahun 2013/2014 sebanyak 526.000 kasus dari 1.241.000 kasus penyakit akibat kerja adalah Musculoskeletal disorders. Menurut WHO fact sheet pada tahun 2014 terdapat sebanyak 37% penyakit akibat kerja adalah nyeri punggung. BLS Amerika Serikat menyatakan bahwa perawat merupakan kelompok pekerja dengan insiden rate yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keluhan muskuloskeletal pada perawat di kamar operasi dengan pendekatan ergonomi. Penilaian tingkat risiko ergonomi menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment). Penelitian ini menggunakan desain observasional dengan pendekatan cross sectional. Responden pada penelitian ini adalah sebanyak 8 perawat di kamar operasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% perawat mengalami keluhan muskuloskeletal setelah shift, dimana keluhan terbesar adalah pada betis kiri dan betis kanan (87,5%). Kegiatan memindahkan pasien dari meja operasi ke kereta dorong merupakan kegiatan dengan risiko tinggi yang dapat memicu timbulnya keluhan muskuloskeletal. Salah satu faktor yang berperan penting terhadap keluhan muskuloskeletal pada perawat di kamar operasi adalah faktor lingkungan yang aman dan nyaman bagi pekerja, peralatan, dan pekerjaan yang dilakukan.

Health and Safety Executive found that in 2013/2014, about 526.000 from 1.241.000 of work related disesease cases is musculoskeletal disorders. In 2014 WHO fact sheet stated that 37% of work relaed disesase is back pain. US BLS stated that nurse is the worker who is with high prevelence. This research aims to observe musculoskeletal symptoms of nurses who is in operating room by ergonomic approaching. Ergonomic risk level was assessed by REBA (Rapid Entire Body Assesment) method. This research design is observational with cross sectional. Respondent in this research is 8 nurses in operating room.
The result showed that 100% of nurses got musculoskeletal symptoms after shift work, where the highest symptoms is in left and right calf (87.5%). Patient transferring activity from operating table to bed is activity with high risk which potentially caused musculoskeletal symptoms. One of the important factor in musculoskeletal symptoms of nurse in operating room is environment factor which is secure and comfort for worker, tools, and its job."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T44785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brooks, Shirley M.
St louis: Mosby , 1979
617.917 BRO f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sanyadwia Ghinasnizen
"Keterlambatan deteksi kesehatan pasien Intensive Care Unit (ICU) yang memburuk dapat menyebabkan kecacatan permanen atau bahkan kematian. Oleh karena itu, pemantauan pasien adalah proses terpenting di ICU. Pemantauan manual oleh manusia adalah sering kali menyebabkan keterlambatan deteksi kondisi pasien ICU yang memburuk. Beban kerja yang lebih tinggi di ICU menyebabkan pekerja kesehatan kelelahan dan dapat mengakibatkan kualitas perawatan kesehatan yang buruk. Penerapan Internet of Things (IoT) dalam proses pemantauan ICU diharapkan dapat mengurangi beban kerja tenaga kesehatan dan waktu proses pemantauan pasien. Penilitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses operasional pemantauan ICU melalui implementasi IoT dengan pendekatan Business Process Reengineering (BPR) di salah satu rumah sakit swasta Jakarta. Metode Complex Proportional Assessment (COPRAS) digunakan untuk memprioritaskan risiko dari proses pemantauan saat ini untuk memilih IoT yang sesuai. Penelitian ini mengusulkan tiga model proses bisnis yang memanfaatkan pemantauan pasien berbasis IoT, Intelligent Monitoring Analytics, dan kombinasi keduanya. Kombinasi pemantauan pasien berbasis IoT dan Intelligent Monitoring Analytics menghasilkan pengurangan waktu proses terbesar yaitu 37.10%. Intelligent Monitoring Analytics menghasilkan pengurangan waktu proses terkecil sebesar 11.56%

A small delay of the Intensive Care Unit (ICU) patient deterioration recognition can cause a permanent disability or even death. Therefore, patient monitoring is the most critical process in ICU. Human-related monitoring failures mostly cause delayed recognition of ICU patients. A higher workload in ICU leads to health professional burnout that could result in lousy healthcare quality. Internet of Things (IoT) implementation in the ICU monitoring process is expected to reduce the health workforce’s workload and patient monitoring process time. This paper aims to improve the operational process of ICU monitoring through IoT implementation with the Business Process Reengineering (BPR) approach in one of Jakarta’s private hospitals. The Complex Proportional Assessment (COPRAS) method is used to prioritize the risks of the current monitoring process to select the suitable IoT. This research proposes three business process models that utilize IoT-Based Patient Monitoring, Intelligent Monitoring Analytics, and a combination of both. A combination of IoT-Based Patient Monitoring and Intelligent Monitoring Analytics results the greatest process time reduction at 37.10%. Intelligent Monitoring Analytics results the smallest process time reduction at 11.56%"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>