Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119398 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadillah, Author
"Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan untuk melihat kemungkinan pengembangan Skala CES-D Revisi yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Skala ini merupakan alat deteksi dini (first screening) gejala depresi. Subyek yang diikutsertakan dalam penelitian adalah subyek dari masyarakat umum berumur 20-40 tahun di Jakarta (N-137). Uji validitas yang dipakai adalah uji validitęs kriteria dengan menggunakan BDI. Hasil uji analisis data menunjukkan Skala CES-D Revisi memiliki koefisien alpha Cronbach sebesar 0.779. Koefisien korelasi item-total terkoreksi bergerak antara 0.046-0.546. Beberapa butir pernyataan tampak kurang sensitif mengukur gejala depresi sehingga menyebabkan koefisien alpha dan koefisien korelasi item-total menjadi rendah. Koefisien korelasi antara CES-D Revisi dengan BDI sebesar 0.54 (p<0.01). Selain itu, pengujian dengan t-test menunjukkan ada perbedaan skor CES-D Revisi yang signifikan (p<0.01) antara kelompok individu yang hampir tidak menunjukkan adanya tanda-tanda depresi dengan kelompok individu dengan derajat depresi berat pada BDI. Kelompok individu dengan derajat depresi berat akan memiliki skor CES-D Revisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok individu yang hampir tidak menunjukkan adanya tanda-tanda depresi. Skala CES-D Revisi dapat dikembangkan lebih lanjut untuk digunakan sebagai alat ukur deteksi dini gejala depresi di Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T38582
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadillah, Author
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan untuk melihat kemungkinan pengembangan Skala CES-D Revisi yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Skala ini merupakan alat deteksi dini (first screening) gejala depresi. Subyek yang diikutsertakan dalam penelitian adalah subyek dari masyarakat umum berumur 20-40 tahun di Jakarta (N=137). Uji validitas yang dipakai adalah uji validitas kriteria dengan menggunakan SDI. Hasil uji analisis data menunjukkan Skala CES-D Revisi memiliki koefisien alpha Cronbach sebesar 0.779. Koefisien korelasi item-total terkoreksi bergerak antara 0.046-0.546. Beberapa butir pernyataan tampak kurang sensitif mengukur gejala depresi sehingga menyebabkan koefisien alpha dan koefisien korelasi item-total menjadi rendah. Koefisien korelasi antara CES-D Revisi dengan BDI sebesar 0.54 (p<0.01). Selain itu, pengujian dengan t-test menunjukkan ada perbedaan skor CES-D Revisi yang signifikan (p<0.01) antara kelompok individu yang hampir tidak menunjukkan adanya tanda-tanda depresi dengan kelompok individu dengan derajat depresi berat pada BDI. Kelompok individu dengan derajat depresi berat akan memiliki skor CES-D Revisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok individu yang hampir tidak menunjukkan adanya tanda-tanda depresi. Skala CES-D Revisi dapat dikembangkan lebih lanjut untuk digunakan sebagai alat ukur deteksi dini gejala depresi di Indonesia.

ABSTRACT
This research is a preliminary study to see the possibility of developing the Revised CES-D Scale which has been adapted into Indonesian. This scale is a tool for early detection (first screening) symptoms of depression. Subjects included in the study were subjects from the general public aged 20-40 years in Jakarta (N=137). The validity test used is a criterion validity test using SDI. The results of the data analysis test show the Revised CES-D Scale has a Cronbach alpha coefficient of 0.779. The corrected item-total correlation coefficient moved between 0.046-0.546. Some items appear to be less sensitive in measuring symptoms of depression, causing the alpha coefficient and item-total correlation coefficient to be low. The correlation coefficient between the Revised CES-D and BDI was 0.54 (p<0.01). In addition, the t-test showed that there was a significant difference in the Revised CES-D score (p<0.01) between the group of individuals who showed almost no signs of depression and the group of individuals with a degree of major depression on the BDI. The group of individuals with a degree of major depression will have a higher Revised CES-D score than the group of individuals who show almost no signs of depression. The Revised CES-D scale can be further developed to be used as a measuring tool for early detection of depressive symptoms in Indonesia. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17882
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soep
"Ibu menggambarkan depresi nifas sebagai mimpi buruk dengan kecemasan yang tidak terkontrol, rasa bersalah, dan pikiran
obsesif. Kontemplasi wanita tersebut bukan hanya membahayakan dirinya sendiri tapi juga bayi mereka. Ibu merasa kesepian
dan kualitas hidup menurun, yang berpengaruh terhadap kurangnya emosi positif. Hampir 50% kasus depresi nifas tidak
terdeteksi. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) adalah alat yang dirancang khusus untuk menyaring penyimpangan
suasana hati. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi risiko depresi nifas pada primipara dan multipara menggunakan
EPDS. Penelitian survei ini menggunakan pendekatan kuantitatif sebanyak 50 pasien terpilih dengan metode purposive sampling.
Hasil penelitian independent t-test menunjukkan perbedaan risiko yang signifikan depresi nifas pada wanita primipara dan
multipara (p= 0,000; α= 0,05). Disarankan untuk menerapkan skala Edinburgh sebagai alat deteksi depresi nifas pada ibu
primipara dan multipara mengingat bahwa depresi nifas kadang terjadi tanpa diketahui dulu sebelumnya.
Mothers describe postpartum depression as a living nightmare filled with uncontrollable anxiety, consuming guilt, and
obsessive thinking. These conditions do not only harm themselves but also their infants. Mothers are enveloped in loneliness
and the quality of their lives is further compromised by a lack of all positive emotions. Up to 50% of all cases of postpartum
depression go undetected. The Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) has been the only instrument available that
was specifically designed to screen for this mood disorder. The aim of this study is to evaluate risk of postpartum depression
differences of primiparous and multiparous mother by using EPDS. This study utilized survey with quantitative approach.
Fourty patients were chosen with purposive sampling method. The result of the study especially the independent t-test shows
that there was significant differences of postpartum depression risk of primiparous and multiparous women (p= 0.000; α=
0.05). It is recommended to apply the scale of Edinburgh as tools detection of postpartum depression in mothers primiparous
and multiparous considering that postpartum depression often occurs without any known beforehand."
Medan: Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Medan, 2011
610 JKI 14:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Astrini
"Alat ukur K-ABC adalah alat ukur yang digunakan untuk melihat inteligensi dan prestasi seseorang dimana di dalam alat ukur ini terdapat dua skala yaitu Skala Mental dan Skala Prestasi. Skala Mental terbagi menjadi dua skala yaitu Skala Sekuensial dan Skala Simultan. Dengan diadaptasinya alat ukur K-ABC untuk digunakan di Indonesia maka diharapkan adaptasi alat ukur ini dapat menjadi salah satu alternatif alat ukur yang dapat membantu psikolog maupun pengajar untuk memahami kemarnpuan siswa.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini akan dianalisis apakah item-item dalam setiap subtes yang terdapat dalam Skala Mental sudah tersusun berdasarkan tingkat kesulitannya dan apakah sudah memiliki validitas yang layak terhadap Kuesioner Penilaian Guru.
Metode yang digunakan untuk melihat tingkat kesulitan item adalah metode statistik modern yaitu Item Respons Theory. Sedangkan untuk melihat kelayakan validitas digunakan metode klasik yaitu Criterion-related Validity dengan metode Concurrent Validity. Pengolahan data untuk Item Respons Theory menggunakan program QUEST sedangkan untuk validitas menggunakan program SPSS13. Jumlah sampel keseluruhan yang digunakan untuk melihat tingkat kesulitan item adalah sebanyak 120 siswa, sedangkan jumlah sampel yang dilihat profil kemampuannya adalah sebanyak 30 siswa dengan rentang usia 6 sampai 7 tahun 11 bulan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh item dalam subtes-subtes yang ada masih belum tersusun berdasarkan tingkat kesulitannya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa adaptasi alat ukur K-ABC Skala Mental untuk usia 6 sampai 7-tahun 11 bulan ini memiliki korelasi yang tidak signifikan terhadap Kuesioner Penilaian Guru.
Disarankan agar penelitian ini dilanjutkan dengan memperbanyak jumlah sampel, memperluas wilayah untuk pengambilan sampel, dan mempertimbangkan kembali Kuesioner Penilaian Guru dalam hal item dan instruksi pelaksanaannya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T16822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Prabandari
"Alat ukur K-ABC merupakan alat ukur inteligensi yang sudah terbukti reliabel dan valid untuk mengukur inteligensi untuk anak usia 2,6 sampai dengan 12,6 tahun berdasarkan beberapa penelitian di Amerika dan di Indonesia. Alat ukur ini juga tidak dipengaruhi faktor budaya atau culture fair. Alat Ukur K-ABC yang dapat mengukur inteligensi adalah Skal Mental. Skala Mental terbagi menjadi dua skala yaitu Skala Sekuensial dan Skala Simultan. Penelitian adaptasi Alat Ukur K-ABC yang dilakukan ini bertujuan untuk dituj ukan untuk mengetahui apakah item-item dalam setiap subtes yang terdapat dalam Skala Mental sudah tersusun berdasarkan tingkat kesulitannya dan apakah sudah memiliki validitas yang layak terhadap Kuesioner Penilaian Guru. Diharapkan dari hasil penelitian ini diperoleh data-data yang mencukupi untuk melakukan penelitian lanjutan guna memperoleh norma kelompok, sehingga Alat Ukur K-ABC dapat digunakan sebagai altematif alat ukur inteligensi di Indonesia. Metode statistik yang digunakan untuk analisis item adalah metode statistik modern yaitu Item Respons Theory, lalu pengolahan data untuk metode ini menggunakan program QUEST. Sedangkan untuk melihat kelayakan validitas digunakan metode klasik yaitu Criterion-related Validity dengan metode Concurrent Validity dan menggunakan program SPSS13.
Berdasarkan hasil pengolahan analisis item menunjukkan bahwa seluruh item dalam subtes-subtes Alat Ukur K-ABC Skala Mental belum tersusun berdasarkan tingkat kesulitannya. Sedangkan hasil dari uji validitas adalah bahwa adaptasi alat ukur K-ABC Skala Mental untuk usia 8 sampai dengan 9 tahun 11 bulan tidak berkorelasi secara signifikan terhadap Kuesioner Penilaian Guru. Hal ini disebabkan antara lain karena item-item yang kurang sesuai dengan kondisi belajar mengajar di kelas siswa usia 8 - 9 tahun 11 bulan, kurang bervariasinya jawaban guru pada kuesioner dan kondisi yang kurang kondusif ketika memberikan kuesioner yaitu saat para guru sedang sibuk mempersiapkan ujian akshir semester.
Beberapa saran yang diberikan untuk penelitian lanjutan antara lain, untuk mernperbaiki item-item pada Kuesioner Penilaian Guru agar lebih sesuai dengan situasi kelas siswa usia 8 - 9 tahun 11 bulan, penyesuaian gambar-gambar yang digunakan dengan masa sekarang dan pelaksanaan tes di pagi hari agar respon subyek dapat lebih optimal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T18568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Yulita Rosaria
"Alat ukur K-ABC merupakan alat ukur yang digunakan untuk melihat inteligensi dan prestasi seseorang. Alat ukur ini terdiri dari dua skala yaitu Skala Mental dan Skala Prestasi. Skala Mental terbagi menjadi dua skala yaitu Skala Sekuensial dan Skala Simultan. Adaptasi alat ukur K-ABC yang dilakukan dalam Tugas Akhir ini diharapkan agar alat ukur ini dapat digunakan di Indonesia sehingga menjadi salah satu alternatif alat ukur yang membantu psikolog maupun pengajar untuk memahami kemampuan siswa.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini akan dianalisis apakah item-item dalam setiap subtes yang terdapat dalam Skala Mental sudah tersusun berdasarkan tingkat kesulitannya dan apakah sudah memiliki validitas yang layak terhadap Kuesioner Penilaian Guru (teacher rating).
Peneliti menggunakan metode statistik modem yaitu Item Respons Theory untuk melihat tingkat kesulitan item. Sedangkan untuk melihat kelayakan validitas digunakan metode klasik yaitu Criterion-related Validity dengan metode Concurrent Validity. Pengolahan data untuk Item Respons Theory menggunakan program QUEST sedangkan untuk validitas menggunakan program SPSS. Jumlah sampel keseluruhan yang digunakan untuk melihat tingkat kesulitan item adalah sebanyak 120 siswa, sedangkan jumlah sampel yang dilihat profil kemampuannya adalah sebanyak 30 siswa dengan rentang usia 10 sampai 12 tahun 6 bulan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh item dalam subtes-subtes Skala Mental alat ukur K-ABC belum tersusun berdasarkan tingkat kesulitannya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa adaptasi alat ukur K-ABC Skala Mental untuk usia 10 sampai 12 tahun 6 bulan ini memiliki korelasi yang tidak signifikan terhadap Kuesioner Penilaian Guru.
Disarankan agar penelitian ini dilanjutkan dengan memperbanyak jumlah sampel, memperluas wilayah untuk pengambilan sampel, dan mempertimbangkan kembali Kuesioner Penilaian Guru dalam hal item dan instruksi pelaksanaannya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T16812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Ika Ayuananda
"The purpose of the research is to assess the recency effect about sequence, manner of presentation
and form of information on audit decisions when the information is presented sequentially or
simultaneously. Recency effect is a biased decision of the auditor when information is given in
sequence and auditors tend to weigh the last information greater than the earlier information. The
research used a 2x2x2 experimental design with 80 participants between the subject of undergraduate
students majoring in accounting. The results of the research showed that: (i) belief revision occurs
when information is presented in the sequential method; and (ii) in the audit decision-making, reviews
effects occur in the form of a chart.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek risensi atas urutan, cara penyajian, dan bentuk
informasi terhadap pengambilan keputusan audit ketika informasi disajikan secara sekuensial
maupun simultan. Efek risensi adalah keputusan bias seorang auditor ketika informasi diberikan
secara berurutan dan auditor cenderung membobot informasi terakhir lebih besar dari informasi
yang diterima sebelumnya. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental 2x2x2 between subject
dengan 80 peserta dari jurusan akuntansi S1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (i) terjadi
efek risensi pada keputusan SPI ketika informasi disajikan dengan pola sekuensial; dan (ii) pada
pengambilan keputusan audit, terjadi efek risensi dalam bentuk bagan."
Universitas Kristen Satya Wacana, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, 2015
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Puspitasari
"California Marriage Readiness Evaluation (CMRE)merupakan tes psikologi untuk mengukur kesiapan perkawinan yang disusun oleh Morse P. Manson Ph.D, dan dipublikasikan oleh Western Psychological Services (WPS) di Amerika Serikat. Tes ini rnengukur kesiapan perkawinan dalam 8 subkategori yang tercakup kedalam 3 kategori yang paling relevan dengan kesiapan perkawinan. Kategori Kepribadian terdiri dari 3 subkategori yaitu struktur karakter, kematangan emosi, dan kesiapan menikah. Kategori Persiapan terdiri dari 3 subkabegori yaitu pengalaman keluarga, keuangan dan rencana masa depan. Kategori yang terakhir adalah kategori interpersonal yang terdiri dari 2 subkategori yaitumotivasi menikah dan kesesuaian.
Tujuan penelitian ini adalah mengadaptasi CMRE sehingga akhirnya dihasilkan alat ukur kesiapan perkawinan yang dapat digunakan di Indonesia. Dan agar CMRE dapat dianggap sebagai tes psikologi yang balk dan memenuhi syarat, perlu dilakukan uji reliabilitas, validitas, serta norma.
Penelitian ini melibatkan 64 orang sarnpel yang terdiri 32 wanita dan 32 pria dengan rentang usia antara 20-30 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian tes secara individual. Pengolahan reliabilitas, menggunakan metode tes u1ang (test-retest method) yaitu CMRE diberikan 2 kali kepada subyek yang sama dengan selang waktu antara pengambilan tes pertama dan tes kedua 1 bulan. Kedua distribusi skor tes ini dikorelasikan dengan rumus Pearson Product Moment. Pengolahan validitas menggunakan pendekatan construct validity dengan rnelihat konsistensi internal CMRE. Perhitungan validitas ini mengkorelasikan item dengan skor total tes itu sendiri.
Dari hasil analisis secara umum, koefisien korelasi reliabilitas CMRE pada setiap subkategori mencapai alpha Iebih dari 0,60. Koefisien reliabilitas terendah adalah subkategori pengalaman keluarga ( 0, 6542) dan koefisien reliabilitas tertinggi adalah total CMRE ( 0,9035). Hal ini berarti tes ini memiliki stabilitas dan konsistensi yang cukup baik. Pengujian validitas CMRE menunjukkan koefisien validitas antara 0, 2125 sampai O, 6743, Dalam pengujian validitas ini, peneliti melakukan pembuangan terhadap item-item CMRE yang tidak valid pada setiap subkategori. Pembuatan norma untuk kelompok sampel ini menggunakan perhitungan persentil, dan profil norma terbagi dalam 4 kelompok yaitu minimum readiness, fair readiness, good readiness, dan maximum readiness.
Berdasarkan apa yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini, baik yang berkenaan dengan pelaksanaan penelitian maupun hasilnya peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian ulang untuk mengembangkan CMRE sehingga lebih sesuai dengan kondisi sosial dan budaya di indonesia, dengan jumlah dan latar belakang subyek yang lebih bervariasi. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan terbuka kesadaran akan adanya kebutuhan pada suatu tes yang dapat mengukur dan mengevaluasi kesiapan perkawinan bagi pasangan-pasangan yang akan rnemasuki kehidupan perkawinan. Peneliti berharap dengan adanya alat ukur kesiapan perkawinan nantinya dapat membantu konseling-konseling perkawinan yang ada di Indonesia."
1997
S2490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miniwaty Halim
"Kematian merupakan hal yang pasti akan terjadi pada semua manusia Walaupun demikian, kematian tetap tinggal sebagai suatu misteri karena manusia tidak pernah tahu kapan, dimana, bagaimana kematiannya akan terjadi serta apa yang akan terjadi setelah kematiannya. Sifat kematian sebagai misteri yang tak terelakkan ini menimbulkan perasaan ketakutan atau kecemasan pada diri manusia. Konstruk inilah yang dikenal dengan death anxiety atau fear of death, dimana penggunaan istilah ketakutan maupun kecemasan dapat saling menggantikan dalam topik tentang kematian (Rahim dkk, 2003). Peneiitian mengenai death anxiety umumnya diarahkan untuk menghasilkan alat ukur, misalnya Tempier's Death Anxiety Scale, Threat Index dan Bugen's Death. Shale (Mooney dalam Rahim dkk 2003). Di Indonesia sendiri alat ukur death unxiety dikembangkan oleh Sihombing dengan dasar teori dari Florian & Kravetz (Sihombing, 2002), yaitu Skala Ketakutan Akan Kematian. Alat yang kedua dikembangkan oleh Rahim dkk (2003) dengan dasar teori Florian & Kraveiz (Sihombing, 2002) serta Kastenbaum & Aisenberg (1976), yaitu Skala Ketakutan Terhadap Kematian Diri Sendiri. Skala ini terdiri dari empat dimensi death anxiety, yaitu Dying (ketakutan akan proses menghadapi kematian), Ajterlife (ketakutan akan apa yang terjadi setelah kemntian), Extinction (ketakutan akan kehilangan eksistensi diri, materi dan identitas sosial akibat kematian) serta Interpersonal Consequnces (ketakutan akan konsekuensi kematian diri sendiri terhadap orang-orang dekat).
Skala ini menggunakan bentuk skala sikap 2 poin, yaitu setuju/tidak setuju. Pada pengujian reliabilitas dan validitas skala ini, didapat hasil yang cukup baik Reliabilitas total alat ini adalah 0,87- Sedangkan reliabilitas masing-masing dimensi berkisar antara 0,61 sampai 0,83. Sampel yang digunakan berjumlah 38 orang, terdiri dari orang dewasa berusia 40-65 tahun yang beragama Islam, Katolik dan Kristen. A Namun alat ukur ini masih memiliki beberapa kekurangan. Bentuk item setuju/tidak setuju kurang mampu mendiskriminasi derajat ketakutan subyek, bahasa dalam kalimat pernyataan beberapa item cenderung ambigu, serta indikator perilaku dalam dimensi Alterlfe dan Extinction yang masih tumpang tindih. Kekurangan-kekurangan ini mengakibatkan sebanyak I2 item dalam skala ini harus direvisi karena tidak valid.
Penelitian ini bertujuan untuk merevisi Skala Ketakutan terhadap Kemaiian Diri Sendiri dari Rahim dkk (2003), Revisi ini terdiri dari revisi indikator perilaku dari dimensi Afterlife dan Extinction, revisi bentuk item menjadi skala Likert 6 poin, revisi atas kalimat pemyataan item termasuk menambah jumlah item negatif serta revisi alas sampel penelitian ini. Sampei penelitian ini menjadi 80 orang. Dari kelompok usia dewasa awal yang berkisar 20 sampai 40 tahun sebanyak 40 orang. Dari kelompok dewasa madya yang berkisar 40-65 tahun juga sebesar 40 orang. Sampel penelitian berasal dari agama Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha
Dari hasil analisis data ternyata diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara derajat ketakutan pada kelompok usiadewasa awal dan dewasa madya. Hasil ini tidak mendukung teori yang menyatakan bahwa kelompok usia dewasa madya merupakan kelompok dengan derajat ketakutan terhadap kematian yang paling tinggi (Papalia dkk, 1998). Implikasi dan hasil analisis data ini adalah bahwa kelompok usia dewasa awal dan dewasa madya dapat diperlakukan sebagai kelompok norma yang sama. Pengujian reliabilitas dengan menggunakan metode koefisien alpha menghasilkan koeflsien sebesar 0,92- Koeflsien reliabilitas sebesar ini menunjukkan bahwa skala revisi memiliki konsistensi yang baik (Anastasi & Urbina, 1997). Sedangkan korelasi antara item dengan dimensi mendapatkan adanya 2 item yang tidak: valid, yaitu item 4 dan item 17. Hal ini tampaknya disebabkan bahasa kalimat pernyataan yang susah dipahami. Item 4 menggunakan kalimat negasi ganda sedangkan item 17 mengandung kata kata yang ambigu Korelasi dimetsi dengan skor total juga menunjukkan hasil yang baik dimana semua dimensi berkordinasi secara signifikan pada level 0,01 dengan skor total. Hal ini berarti semua dimensi valid untuk memprediksi skor total subyek. Penghitungan norma dengan standard score menghasilkan tabel norma yang mencakup kelompok usia dewasa awal dan dewasa madya. Yang perlu dicermati dalam penelitian ini adalah bahwa subyek penelitian cenderung menghasilkan skor yang rendah pada dimensi Extinction. Sedangkan dimensi Afterlife memiliki standar deviasi yang paling besar. Tampaknya pada kelompok usia dewasa awal dan dewasa madya di Indonesia, ketakutan akan hilangnya eksistensi diri akibat kematian tidak terlalu berpengaruh. Sedangkan ketakutan akan apa yang terjiadi setelah kematian (kehidupan setelah mati) tampaknya dipengaruhi pandangan religiusitas subyek, dimana ada subyek yang sangat takut dan ada subyek yang tidak takut.
Dari penclitian ini juga muncul indikator perilaku khas budaya yang tampaknya belum tercakup dalam teori Kastenbaum & Aisenberg (1976) serta Florian & Kravetz (Sihombing, 2002). lndikator perilaku ini adalah ketakutan akan sendirian dalam menghadapl proses kematian (loneliness). Indikator ini dapat menjadi sumbangan pada dlmensi Dying pada pengembanan lebih lanjut dari Skala Ketakutan terhadap Kematian Diri Sendiri."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yostika Melani Sunaryo
"ABSTRAK
Setahim terakhir ini di Indonesia banyak teijadi kecelakaan pesawat terbang,
sebagian besar disebabkan karena faktor penerbang {human factor). Setiap
penerbang yang akan menjalankan tugas terbang hams dinyatakan siap terbang {fit
fly) terlebih dahulu sehingga diharapkan keamanan penerbangan {flight safety)
dap at tercapai. Keadaan siap terbang yang dimaksud adalah siap secara fisik,
mental, dan memiliki ketrampilan terbang yang baik. Pemeriksaan kesiapan terbang
ini dilakukan dengan cara pemeriksaan kesehatan fisik dan mental {medical
examination) dan pemeriksaan kelaikan terbang {proficiency check) setiap 6 bulan
sekalL Pemeriksaan kesehatan mental di Indonesia adalah bempa wawancara
singkat antara dokter penerbangan {flight surgeon) dan penerbang, dan tidak
didukung dengan alat-alat diagnostik yang dapat mengetahui keadaan mental
seseorang.
Maiumt Thomas (1989); Stokes dan Kite (1994), ada beberapa tipe stres pada
penerbang, yaitu Acute reactive stress, Enviromental stress. Life stress, dan
Supervisory stress. Semua stres yang dialami penerbang ini bersifat kumulatrf dan
dapat sangat mempengaruhi kineija penerbang.
Skala Stres Pilot RS Kaunang (SSPK) yang mempakan hasil adaptasi daii Pilot
Attitude Safety Survey (PASS), adalah alat diagnostik untuk mengetahui pola
gangguan psikologis dan taraf stres penerbang. Terhadap alat diagnostik ini telah
dilakukan pengujian validitas pengukuran, namun belum diketahui validitas peramalan {validity for decisions) terhadap kineqa penerbang. Padahal, sebuah alat
ukur diagnostik dapat dikatakan valid adalah bila validltas pengukuran maupim
validitas peramalan diketahui valid. Bda SSPK dinyatakan valid, maka kineija
penerbang juga dapat diramalkan sehingga keselamatan penerbangan dapat lebih
teijamin dengan penerbang-penerbang yang berkompeten. Dengan demikian,
terdapat satu masalah yang dijadikan masalah penelitian ini yaitu "Bagaimanakah
validitas peramalan alat ukur Skala Stres Pilot RS Kaunang?"
Untuk melakukan pengujian validitas peramalan SSPK, hasU tes SSPK diuji dengan
kriteria penilaian lain untuk mendapatkan koefisien validitas. Kriteiia penilaian lain
yang ditetapkan adalah penilaian kineija penerbang bempa hasilproficiency check.
Subyek penelitian dibatasi pada penerbang airline PT Garuda Indonesia yang
sudah menikah, berusia di atas 25 tahun, tingkat pendidikan minimal SLTA, dan
memilikijam terbang lebih dari 5000 jam dengan pesawat bermesin jet.
Desain penelitian adalah Ex Post Facto Field Studies, dengan telcnik korelasional,
dan metode pengolahan data dengan cara regresi linier.
Hasil penehtian adalah koefisien validitas peramalan SSPK terhadap kriteria lain
berupa hasil penilaian proficiency check, yaitu sebesar .866, dan signifikan pada
level .01; dan Skala Stres Pilot RS Kaunang dinyatakan sebagai alat ukur yang
valid.
Untuk mengetahui keadaan mental penerbang sebelum dinyatakan siap terbang,
selain mengisi SSPK dapat ditambah dengan wawancara terhadap penerbang. Dari
wawancara ini dapat digah hal-hal tambahan atau memperdalam keterangan
jawaban Skala Stres Pilot RS Kaunang, sehingga gambaran mental penerbang
dapat lebih diketahui."
1998
S2632
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>