Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97582 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Herlina Limyati
"ABSTRAK
Salah satu gangguan klinis yang dapat terjadi pada masa perkembangan adalah Attention-Deficit Hyperactmty Disorder (ADHD). Terdapat lebih dari separuh populasi anak dengan ADHD yang mengalami kesulitan dalam hubungan interpersonalnya dengan anak lain, orang tua, dan guru. Perilaku anak-anak tersebut menimbulkan respons negatif dari lingkungan teman sebayanya yang mengakibatkan munculnya tingkat penolakan yang tinggi terhadap mereka. Mereka dianggap mengganggu, sebagai penyebab keributan, sulit menyesuaikan diri, dan mudah
tersinggung. Hal itu dikaitkan dengan karakteristik perilaku mereka yang bersifat
inatentif, hiperaktif, dan impulsif.
Intervensi dini terhadap anak yang menunjukkan simtom ADHD penting untuk dilakukan guna mengurangi kemungkinan munculnya perilaku agresif, oposisional, dan perilaku hiperaktif-impulsif di tahapan usia selanjutnya. Intervensi tersebut diharapkan dapat membantu mengembangkan interaksi yang positif antara orang tua dengan anak serta meningkatkan fungsi adaptasi anak di lingkungan keluarga dan sekolah. Pelatihan keterampilan sosial merupakan salah satu penanganan yang dapat membantu anak dengan ADHD dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas rancangan program pelatihan keterampilan sosial, dalam ha! ini dipilih keterampilan mengikuti instruksi (following
histruction) sebagai sasaran perilaku. Keterampilan mengikuti instruksi ini dipilih
karena merupakan keterampilan yang mendasar untuk dikuasai oleh anak agar dapat
terlibat aktif dalam kegiatan sehari-hari serta merupakan prasyarat untuk menguasai
keterampilan yang lebih kompleks.
Berdasarkan analisis, rancangan program pelatihan ini perlu memusatkan perhatian pada satu aspek perilaku yang lebih spesifik. Selain itu, generalisasi penguasaan keterampilan yang dilatihkan memerlukan waktu yang lebih lama dan perlu dilakukan secara bertahap pada setting yang berbeda-beda."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38126
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Gemayuni Yusman
"Terdapat berbagai masalah klinis yang dapat terjadi dalam masa perkembangan anak. Masalah-masalah tersebut seharusnya menjadi perhatian karena berbagai konsekuensi yang mungkin terjadi dan dapat berlanjut hingga masa dewasa. Salah sate masalah klinis adalah ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder), yang merupakan suatu gangguan perkembangan, dalam bentuk gangguan pemusatan perhatian. Gangguan ini memiliki tiga gejala utama, yaitu inattention (kurang mampu memperhatikan), impulsivitas, dan hiperaktivitas (Wenar & Kerig, 2000).
Anak yang didiagnosa ADHD seringkali memiliki gangguan psikiatris lain dan mengalami serangkaian resiko kesehatan, perkembangan, dan sosial. ADHD diklasifkasikan dalam DSM-IV sebagai disruptive behavior disorder' karena adanya kesulitan yang signifikan dalam perilaku sosial dan penyesuaian sosial. Perilaku interpersonal anak ADHD lebih impulsif, mengganggu, berlebihan, tidak teratur, agresif, intens, dan emosional, sehingga mereka mengalami kesulitan dan gangguan dalam alur interaksi sosial biasa yang resiprokal dan kooperatif, yang merupakan bagian yang penting dalam kehidupan sosial anak. Barkley (2004) mengungkapkan bahwa ketika anak ADHD memasuki sekolah dasar, masalah dalam ketiga karakteristik utama berlanjut dan ditambah dengan berbagai kesulitan karena sekarang masalah mungkin terjadi di sekolah dan rumah. PrevaIensi ADHD pada usia sekolah mencapai sekitar 5 % dari anak usia sekolah (Wenar & Kerig, 2000). Masalah sosial pada anak ADHD muncul bukan hanya karena perilaku inattentive, hiperaktif, dan impulsif mereka, namun juga merupakan konsekuensi dari ekspresi emosi, raut muka, nada bicara, dan Bahasa tubuh yang berlebihan, lebih terbatasnya timbal batik dalam interaksi, kurang digunakannya pemyataan sosial yang positif, lebih negatifnya aksi fisik, dan terbatasnya pengetahuan akan keterampilan sosial (Barkley, 2004).
Menurut Combs & Slaby (dalam Cartledge & Milburn, 1995), keterampilan sosial adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dengan cara-cara yang dapat diterima secara sosial dan membawa manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain secara timbal balik. Selain treatment dengan obat-obatan, anak ADHD membutuhkan bantuan khusus untuk mengembangkan tehnik dalam mengelola pola perilaku, termasuk cara berinteraksi dengan orang lain (National Institute of Mental Health, 2000). Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk menyusun suatu program pelatihan keterampilan sosial bagi anak ADHD usia sekolah (6 -- 12 tahun). Pelatihan yang dilakukan merupakan modifikasi dari program pelatihan keterampilan sosial yang dikembangkan oleh Goldstein & Pollock (1988).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan sosial anak usia sekolah yang mengalami ADHD melalui program pelatihan keterampilan sosial. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Pengambilan sampel penelitian akan dilakukan melalui pemeriksaan psikologis. Subyek penelitian adalah 3 anak usia sekolah dengan diagnosis ADHD pada Axis I. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner asesmen keterampilan sosial yang diisi oleh guru dan orangtua sebelum dan sesudah subyek mengikuti pelatihan (pre and post training). Berdasarkan hasil kuesioner sebelum pelaksanaan program pelatihan serta wawancara dengan guru dan orangtua subyek, peneliti menentukan target pelatihan yaitu keterampilan sosial yang dianggap masih kurang atau buruk pada ketiga subyek. Tiga keterampilan sosial yang menjadi target pelatihan adalah Bertanya dengan Baik, Mengikuti PerintahlInstruksi, dan Menyadari Akibat Tindakannya terhadap prang Lain. Peneliti juga menggunakan token reinforcement berupa stiker "senyum" untuk menguatkan keterampilan sosial yang dilatihkan dan agar subyek bersikap kooperatif selama pelatihan. Token yang telah dikumpulkan oleh subyek dapat ditukarkan dengan hadiah pada hari terakhir pelatihan. Selama pelaksanaan pelatihan, peneliti melakukan observasi terhadap perilaku maupun jawaban-jawaban yang diberikan subyek pada tiap pertemuan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan keterampilan sosial yang telah dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan (dengan tiga kali pertemuan inti untuk melatih keterampilan sosial yang menjadi target pelatihan) memperlihatkan terjadinya perkembangan keterampilan sosial pada subyek penelitian. Hasil kuesioner yang diisi 10 hari sesudah pelatihan (post training) menunjukkan bahwa dua subyek mengalami perubahan dalam hal keterampilan sosial sedangkan satu subyek lainnya tidak mengalami perubahan. Penerapan token reinforcement ditemukan cukup berhasil pada dua subyek yang mengalami perubahan namun kurang berhasil pada subyek yang tidak mengalami perubahan.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezki Yuniandari
"Orangtua anak-anak ADHD tentu tidak akan sama dengan orangtua lainnya yang memiliki anak nommal, karena selain harus menerima kenyataan bahwa anaknya mempunyai perbedaan dengan anak-anak nonnal, orangtua ini juga harus menghadapi berbagai permasalahan dalam pengasuhan anaknya. Permasalahan akan bertambah ketika orang tua yaitu ayah dan ibu keduanya bekerja Waktu yang diberikan untuk mengasuh anak akan berkurang padahal anak-anak dengan special needs seperti ADHD membutuhkan perhadan lebih dibanding anak-anak 'normal' lainnya. Salah satu jalan keluarnya adalah dengan meminta bantuan babysitter untuk membantu mengasuh anak, Hal ini akan menjadi mudah jika babysister yang dipekerjakan mampu memberikan kasih sayang, dukungan dan juga perhatian yang tepat pada anak.
Namun, berdasarkan wawancara dengan 4 orang ibu yang memiliki anak ADHD, mereka mengeluhkan bahwa sulit mencari babysitter yang bisa bertahan dalam mengasuh anak-anak mereka Babysitter yang pernah mereka pekerjakan selalu mengundurkan diri karena tidak betah dengan tingkah laku anak yang 'sangat aktif’ Mereka melasa bahwa babysitter tidak memiliki pengetahuan tentang anak ADHD sehingga mereka tidak tahu bagaimana menangani anak-anak tersebut. Sehingga diperlukan adanya pelatihan tentang anak ADHD untuk babysttter.
Oleh karena itu, dilakukan analisa kebutuhan di klinik tumbuh kembang "SmartKid' di Jalan Tomang Raya, Jakarta Barat. Sebelum melakukan analisa kebutuhan, dilakukan elistasi untuk melihat apakah secara umum orang tua dan babysitter anak ADHD sudaln cukup mengetahui tentang ADHD. Ternyata hasilnya adalah, sudah banyak orang tua yang mengetabui tentang ADHD namun masih banyak babysitter yang belum memiliki pengetahuan mengenai ADHD. Berdasarkan hasil elisitasi tersebut maka analisa kebutuhan di fokuskan kepada keterampilan-keterampilan yang orang tua dan babysitter itu sendiri harapkan bisa dimiliki dalam mengasuh anak ADHD. Analisa kebutuhan dilakukan dengan metode wawancara berstruktur yang dilakukan terhadap 4 orang ibu anak ADHD dan 4 orang babysitter anak ADHD.
Wawancara dilakukan sementara mereka menunggu anak yang sedang melakukan terapi di klinik tetsebut Berdasarkan wawancara, didapat hasil bahwa: Orang tua membutuhkan babysitter dalam mengasuh anak mereka yang ADHD dengan alasan capek kalau harus menjaga anak mereka yang hiperaktif Orang lua mengharapkan babysitter dengan usia minimal 15 tahun dan pendidikan SD dengan pengalaman kerja 3-4 tahun. Selain itu, mereka juga mengharapkan babysitter yang sayang anak dan bersikap jujur. Keterampilan yang diharapkan dimillki oleh babysitter adalah pengetahuan mengenai ADHD, mampu menerapkan disiplin dan menyiapkan makanan yang sesuai dengan pantangan anak ADHD. Ketiga hal inilah yang akan menjadi isi/materi dari pelatihan peningkatan keterampilan pendampingan anak ADHD pada babysitter."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38505
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Desi Kurnaini
"Penelitian ini ditujukan untuk menjawah pertanyaan mengenai apakah pelaksanaan program terapi perilaku dengan metoda /Ipplied Behavior- Analysis (ABA) efektif meningkatkan kemampuan anak yang menderita gangguan autisme. Autisme adalah sualu gangguan pervasif yang tcrjadi di dalam masa perkembangan yang ditandai dengan adanya hendaya dalam bidang komunikasi, intcraksi sosial, kognitif, motorik, dan poly perilaku stercotipik dimana gejala-gejala tersebut muncul sebelum anak berusia 3 tahun. Aspek perilaku pada anak penyandang autisme seringkali menghambat terealisasinya potensi anak. Karma itulah maka penanganan pada anak penyandang autisme seringkali dipusatkan pada terapi perilaku. Terapi perilaku bertujuan dasar membentuk perilaku yang lehih dapat diterima di lingkungan sosial dan mengurangi perilaku yang bermasalah (lovaas, 1981). Salah satu terapi perilaku yang sangal popular adalah Applied Behavior Analyisi (ABA) yang telah diteliti terbukti dapat membantu mcmbentuk perilaku yang dapat diterirna oleh Iingkungan sosial pada anak peyandang autisme. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang mcndalam mengenai efektivitas pclaksanaan program terapi perilaku dengan menggunakan metoda Applied Behcmiour Analysis (ABA) disertai panduan materi yang meugacu pada keterampilan dasar latihan pada anak penyandang autisme oleh Maurice (1996) yang disesuaikan pada kemampuan dan perkembangan subyck yang telah menjalani terapi perilaku dengan metoda ABA selama satu setengah tahun. Karma itu pendekatan penelitian yang dipilih adalah pendekatan kualitatif. Metoda pengumpulan data yang digunakan dalam penclitian ini adalah metoda wawancara mendalam terhadap of ang ua dan terapis serta observasi terhadap anak. Dad hasil penelitian dipcroleh basil bahwa terdapat peningkatan antara kondisi sebelum subyck mendapatkan terapi perilaku dengan metoda ABA dan kondisi subyck setelah mendapatkan terapi perilaku dengan metoda ABA.
Selain itu didapatkan hasil bahwa terdapat peningkatan pada 3 aspek kemampuan yang diobscrvasi sclama 12 sesi pertemuan. Hasilnya adalah pada kemampuan meniru/imilasi subyek dapat melakukan gerakan menuang, memotong, mengetuk, putar tangan, berdiri, berputar, tepuk tangan, dan buka mulut. Pada kemampuan pra akademik, subyek dapat menyusun tujuh potongan bentuk menjadi gambar Benda utuh, subyek dapat mengenal ukuran bcsar dan ukuran kecil pada bendabenda idcntik yang sudah dikenalnya, dan subyek dapat menyusun 6 balok dengan susunan yang bervariatif Pada kemampuan bahasa reseptif, subyek dapat mengidentifikasi kursi, meja, lemari, pintu, TV, dan jendela, subyek dapat mengenali mama, papa, dan kiki (kakak pertama) melalui foto, dan subyek dapat mengenali anggota tubuh seperti tangan, kaki, mata, dan mulut."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Th. Ratih Sawitridjati
2007
T38300
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istiqomah Nurul Fauziah
"Anak usia prasekolah merupakan masa kritis dalam proses perkembangan seorang individu. Orang tua, terutama ibu memiliki peran yang penting dalam tercapainya perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Saat ini, banyak ibu bekerja diluar rumah sehingga ibu memiliki peran ganda didalam kehidupannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perkembangan anak usia prasekolah pada ibu yang bekerja. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan analisis univariat. Responden merupakan anak usia prasekolah yang memiliki ibu bekerja di PAUD/TK pada Kelurahan Tanah Baru Beji Depok n=93 diambil dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP. Hasil penelitan menunjukkan perkembangan anak sebagian besar 62,4 sesuai dengan tahap tumbuh kembang. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan promosi kesehatan tentang pentingnya pemantauan perkembangan anak terutama pada ibu bekerja.

Preschoolers is a critical period in the development of an individual. Parents, particularly mothers have an important role in the achievement of development in accordance with the stages of child development. Today, mothers have work so mother has a double role in her life. This study aims to describe the development of preschool children of working mothers. This study design is descriptive univariate analysis. Respondents are preschoolers whose mothers work in early childhood kindergarten in Tanah Baru, Beji, Depok n 93 were taken by purposive sampling technique. The instrument used to measure the child 39 s development is Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP. The results showed a large majority of child development 62.4 according to the stage of growth and development. This research is expected to be used as consideration of the importance of health promotion monitoring child development, especially on working mothers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S69501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenny Hartiani
"ABSTRAK
Tidak semua anak beruntung dapat berkembang secara normal. Pada masa perkembangannya, seorang anak yang oleh sebab-sebab tertentu dapat rnengalami hambatan sehingga aspek-aspek perkembangannya tidak berfungsi sebagaimana anak lain seusianya Anak-anak yang tidak berkembang secara normal disebut juga dengan anak dengan kebutuhan khusus. Anak-anak dengan kebutuhan khusus tersebut antara lain adalah anak retardasi mental. Sesuai dengan defsnisi dari retardasi mental menurut The American Association on Mental Retardation (AAMR 1992), maka anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam fungsi intelektual yang dibawah rata-rata dan memiliki defisit dalam dua atau lebih area perilaku adaptilnya seperti: komunikasi, perawatan diri, tempat tinggal. keterampilan sosial, kemasyarakatan, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, fungsi akademis, waktu luang dan pekerjaan serta retardasi ini terjadi sebelum usia 18 tahun (dalam Smith et al, 2002).
Perilaku adaptif ini penting karena dengan adanya defisit pada dua atau lebih area dalam perilaku ini maka seorang anak akan sulit untuk mengembangkan kemandirian dan tanggung jawab pribadi yang sesuai dengan usia dan budaya tempat anak tersebut tinggal.
Untuk dapat mengembangkan salah satu area perilaku adaptif di atas diperlukan suatu perencanaan program untuk mengajarkan perilaku baru yang sebelumnya belum dikuasai anak. Pada anak dengan kebutuhan khusus seperti anak retardasi mental sedang, program tersebut perlu dilatihkan agar anak mampu mandiri dalam melakukan tugas merawat diri. Salah satu bentuk perilaku adaptif yakni ranah fungsi berdikari sub ranah makan akan dilatihkan dengan metade successive approximation atau shaping (Morris, 1985 ; Martin & Pear 2003). Perilaku yang menjadi target untuk dikembangkan melalui program pelatihan ini adalah keterampilan makan dengan sendok tanpa tumpah.
Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu studi kasus. Subyek pada penelitian ini adalah anak retardasi mental sedang usia 7 tahun 8 bulan, dengan IQ 51 menurut skala Binet. Keterampilan ini merupakan bidang yang memungkinkan untuk dikembangkan dikarenakan karakteristik anak retardasi mental sedang yang mampu untuk dilatih keterampilan menolong diri, khususnya dalam hal makan. Pelatihan mengembangkan perilaku baru yakni makan sendiri dengan sendok tanpa tumpah dilakukan dalam 9 sesi.
Dalam penelitian ini digunakan tipe disain AB3. Dalam disain ini suatu fase baseline diikuti dengan suatu fase tretment dan akan dilakukan suatu perbandingan antara frekuensi perilaku selama baseline dan treatment. Sebelum sesi pelatihan dilakukan pengambilan data base line sebanyak 10 kali observasi dan menghitung frekuensi perilaku menumpahkan makanan. Selanjutnya observasi saat pelatihan dilakukan dan melakukan penghitungan frekuensi perilaku mernunpahkan makanan kemudian kedua data tersebut diperbandingkan. Effektivitas suatu treatment diukur melalui jumlah meningkatnya perilaku yang tepat yakni perilaku makan sendiri dengan sendok tanpa tumpah. Kerajuan dari program pelatihan dicatat melalui observasi perilaku yang dapat dicapai anak pada tiap sesi pelatihan berdasarkan urutan kompleksitas tugas yang dapat dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan keterampilan makan sendiri dengan sendok tanpa tumpah dapat diterapkan pada anak retardasi mental sedang dengan metode shaping. Pada dua sesi terakhir pelatihan terlihat frekuensi perilaku menumpahkan makanan sudah tidak ada. Namun demikian pelatihan ini memiliki banyak kelemahan. Kelemahan utama dari penelitian ini adalah dalam hal tipe disain yang dipilih, yaitu disain AB. Disain ini terlalu sederhana umuk melihat efek treatment terhadap suatu perubahan perilaku. Banyak kejadian di War program treatment yang mungkin berpengaruh pada perubahan perilaku yang diobservasi. Peneliti juga tidak boleti begitu saja menyatakan bahwa perubahan perilaku merupakan efek dari program treatment. Kelemahan lain adalah dalam hal kejelasan penentuan target behavior yang stabil, penentuan ukaran langkah perilaku awal hingga terbentuk stabil, perencanaan tentang banyaknya sesi pelatihan yang akan diiakukan, pemilihan bentuk reinforcernent rnaupun prompting yang benar-benar efektif, menu dan peralatan makan yang terbatas variasinya.
Saran penelitian terutama adalah dalam hal pemilihan tipe disain penelitian yang sebaiknya dipilih pada penelitian selanjutnya. Saran lain menyangkut penentuan reinforcement maupun prompting yang lebih efektif, penentuan ukuran langkah yang jelas untuk perilaku awal hingga terbentuk stabil, perencanaan yang matang tentang jumlah sesi, penambahan waktu pengambilan data base line dart adanya menu dan alat makan yang bervariasi. Pembentukan perilaku dengan metode shaping perlu dicoba dilatihkan pada perilaku adaptif anak retardasi mental sedang yang mengalami defisit selain perilaku makan.
"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T17816
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"ndonesian children learn the rules governing attitudes and utterances--the politeness strategies--in their community through the process language acquisition. They use mainly the positive politeness. It it found that Indonesian preschoolers use different politeness strategies towards different participants at school, based on age, social distance, and authority scales for expressing their requests."
LIND 27:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>