Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194550 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azzaki Abubakar
"Pendahuluan: Prevalensi sirosis tinggi di Indonesia yang mayoritas populasinya adalah muslim. Pada saat menjalani puasa Ramadhan yang merupakan kewajiban umat muslim terjadi berbagai proses metabolik yang dapat mempengaruhi keadaan klinis, nutrisi dan bokimiawi pasien sirosis hati . Penelitian tentang efek puasa Ramadhan pada pasien sirosis hati di Indonesia belum pernah dilakukan.
Tujuan: Untuk mengetahui perubahan status nutrisi, status fungsi hati, pembentukan badan keton dan keseimbangan nitrogen pada pasien sirosis hati yang menjalankan puasa Ramadhan.
Metode: Penelitian "pre dan post" dengan consecutive sampling dilakukan pada pasien sirosis hati yang berpuasa Ramadhan. Penilaian status fungsional hati dengan skor Child-Pugh (CP), antropometrik dengan mengukur indeks massa tubuh (IMT), ketebalan triceps skinfold (TSF) menggunakan kaliper Holtain, mid-arm muscle circumference, asupan makanan 24 jam, kadar 3-β-hidroksi butirat darah, serta pengukuran ekskresi nitrogen urin 24 jam, dilakukan pada minggu ke-4 Ramadhan dan 4 minggu pasca Ramadhan.
Hasil: Didapatkan 24 pasien sirosis hati, 16 orang (66,7%) laki-laki dan 8 orang (33,3%) perempuan yang menjalankan puasa Ramadhan dengan rerata umur 60 tahun. Etiologinya virus hepatitis B 54,2%, hepatitis C 20,8%, dan penyebab yang tidak diketahui 25%. Status fungsi hati CP A 19 orang (79,2%), CP B 2 orang (8,3%), dan CP C 3 orang (12,5%). Tidak ada perubahan skor CP pasca Ramadhan. Rerata (SD) IMT, ketebalan TSF, MAMC saat puasa Ramadhan berturut-turut adalah 25,112 (4,05) kg/m2, 7,40 (3,61) mm, 25,77 (3,077) cm dan pasca Ramadhan berturut-turut 25,25 (4,01) kg/m2 (p = 0,438), 7,89 (4,33) mm (p=0,024), 25,96 (3,42) cm (p=0,228). Kadar 3-β-hidroksi butirat darah saat Ramadhan adalah 0,14 (0.07) mmol/L, pasca Ramadhan 0,11 (0.09) mmol/L (p=0,166). Rerata (SD) keseimbangan nitrogen saat puasa Ramadhan 2,44 (2,93) gram/24 jam, pasca Ramadhan 0,51 (3,16) gram/24 jam (p=0,037).
Simpulan: Tidak ada pebedaan status fungsi hati dan kadar 3-β-hidroksi butirat darah pada saat dan pasca Ramadhan. Indeks massa tubuh dan ketebalan TSF membaik pasca Ramadhan. Keseimbangan nitrogen lebih positif saat Ramadhan. Puasa Ramadhan tampaknya tidak membahayakan pasien sirosis hati terutama pada kondisi fungsi hati yang terkompensasi.

Introduction: The prevalence of cirrhosis is high in Indonesia which most of are predominantly moslems. There were various metabolic changes happened in Ramadhan fasting that obligated for moslems that could influence clinical, nutritional, and biochemistry condition of cirrhotic patients.The study of effects of Ramdhan fasting in cirrhotics patients (pts) in Indonesia has never been investigated.
Aim of Study: To evaluate changes of liver functional status, nutritional status, serum 3-β-hidroxy butyric and nitrogen balance in cirrhotic patients during Ramadhan fasting.
Methods: This was a ‘pre and post’ study with consecutive sampling conducted in cirrhotic patients during Ramdhan fasting. Assessment of liver functional status by Child-Pugh (CP) score, anthropometric by measuring body mass index (BMI), triceps skinfold (TSF) thickness measured by Holtain caliper, and mid-arm muscle circumference, 24-hours food intake, serum 3-β-hidroxi butyric, and 24-hours urine nitrogen excretion, were performed at fourth week and four weeks after the end of Ramadhan fasting.
Results: Of 24 cirrhotic patients, 16 male (66,7%) dan 8 female (33,3%) who performed Ramadhan fasting were 60 years old in this study. Etiologies were hepatitis B viral (54,2%), hepatitis C ( 20,8%), and unknown (25%). Liver functional status were CP A 19 pts (79,2%), CP B 2 pts (8,3%), and CP C 3 pts (12,5%). No changes of this status after Ramadhan. Mean (SD) of BMI, TSF thickness, MAMC at Ramadhan concecutively were 25,112 (4,05) kg/m2, 7,40 (3,61) mm, 25,77 (3,077) cm and after Ramadhan 25,25 (4,01) kg/m2 (p = 0,438), 7,89 (4,33) mm (p=0,024), 25,96 (3,42) cm (p=0,228). Mean (SD) of serum 3-β-hidroxy butyric at Ramadhan was 0,14 (0.07) mmol/L, after Ramadhan 0,11 (0.09) mmol/L (p=0,166). Mean (SD) of nitrogen balance at Ramadhan was 2,44 (2,93) gram/24 hour, after Ramadhan 0,51 (3,16) gram/24 hour (p=0,037).
Conclusion: No difference of liver functional status and serum 3-β-hidroxy butyric during and after Ramadhan. Body mass index and triceps skinfold were better after Ramadhan. Nitrogen balance was more positive during Ramadhan compared to after Ramadhan. Ramadhan fasting is likely harmless especially in compensated liver cirrhosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwindo
"Latar Belakang: Puasa ramadan menurunkan petanda inflamasi pada individu sehat. pasien PGK (Penyakit ginjal kronik) yang menjalanin hemodialisis rutin meskipun dianjurkan tidak berpuasa sebagian besar masih tetap berpuasa ramadan. PGK merupakan kondisi inflamasi kronik dengan petanda inflamasi IL-6 yang tinggi, IL-6 berkorelasi kuat dengan skor inflamasi malnutrisi dan menjadi prediktor mortalitas pasien PGK yang menjalanin HD rutin. Saat ini belum diketahui pengaruh puasa ramadan pada pasien PGK yang menjalanin HD rutin apakah akan juga mempengaruhi petanda inflamasi seperti individu sehat.
Tujuan: Mengetahui pengaruh puasa Ramadan pada pasien dengan hemodialisis rutin terhadap inflamasi.
Metode: Penelitian dengan desain kohort prospektif yang dikerjakan pada ramadan tahun 2022 (April-Mei) pada pasien hemodialisis rutin di 3 unit HD, dibagi menjadi 2 kelompok (berpuasa/tidak berpuasa) dimana subjek dengan kondisi infeksi, dalam terapi steroid, edema pulmo, diabetes yang tidak terkontrol, disabilitas, tuli pendengaran serta memiliki penyakit kardiovascular berat dikeluarkan dalam penelitian ini. Kadar IL-6 dan skor MIS dinilai sebelum menjalankan proses HD di minggu pertama dan terkhir ramadan. Analisis dilakukan dengan menghitung median dari tiap variable dependen.
Hasil: Total 70 subjek diikutsertakan pada penelitian ini. Sebagian besar subjek penelitian adalah laki-laki (54,3%), berusia lebih dari 45 tahun (52,9%), berasal dari rumah sakit PMI (42,9%) dengan jenis dialiser LF (Lowflux) 78,6%. Durasi lama puasa lebih dari sama dengan 15 hari adalah 70%, tidak menjalankan ibadah puasa saat HD 71,4% dengan lama menjalani hemodialisis lebih dari 5 tahun 48,6% dan komorbid hipertensi 64,3%. Delta kadar IL-6 Kel berpuasa 6,1 pg/mL, kel tidak berpuasa 13,6 pg/mL dengan p=0,828. Delta MIS kel berpuasa 1 point dan kel tidak berpuasa 2 point dengan p=0,376.
Simpulan: Pasien hemodialisis rutin yang berpuasa ramadan menunjukan peningkatan kadar IL-6 dan skor MIS lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak berpuasa walaupun secara statistik tidak bermakna
Background and Objectives Ramadan fasting reduces sign of inflammation in healthy individuals. CKD patients who undergo routine hemodialysis, although those patients are not recommended to fast, most of them were still fasting. CKD is a chronic inflammation condition which indicated by high level of IL-6. Level of IL-6 is strongly correlated with Malnutrition- Inflammatory Score (MIS) and is a mortality predictor in PGK patients who undergo routine dialysis. Currently, there is no information on the effect of Ramadan fasting on CKD patients who undergo dialysis and whether it has similar effect on inflammation index compared to healthy individuals.
Materials and Methods: The study employed prospective cohort design which was done during Ramadan 2022 (April – May) on routine hemodialysis patients in 3 hemodialysis unit. The subject was divided into two groups (i.e. fasting/ non- fasting) where subjects with infection conditions, undergoing steroid therapy, pulmonary edema, uncontrolled diabetes, disability, hearing impaired, and cardiovascular disease are excluded from this study. Level of IL-6 and MIS score was taken before undergo hemodialysis in the first and last week of Ramadan. Data analysis was done by calculating median to every dependent variable.
Results: A total of 70 subjects were included in this study. Most of the subjects are male (54.3%), aged more than 45 years old (52.9%), taken from PMI hospital (42.9%), and with low-flux membrane dialyzers (LF) (78.6%). The duration of fasting was more or equal to 15 days (70%), undergo hemodialysis without fasting (71.4%), have been undergo hemodialysis for more than five years (48.6%) and comorbidity of hypertension (64.3%). The change of IL-6 level in fasting group was 6.1 pg/mL; not fasting group was 13.6 pg/mL with p value= 0.828. The difference in MIS in fasting group was 1 point and non-fasting group was 2 points with p value=0.376.
Conclusion: Patients undergo routine hemodialysis in fasting group showed increase in IL-6 levels and MIS score lower compared to non-fasting group, although statistically insignificant. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Noviyani Sugiarto
"Latar Belakang. Malnutrisi pada pasien kanker ginekologi merupakan masalah besar yang dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup pasien. Sayangnya, belum banyak penelitian yang dilakukan. Tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan status gizi pasien kanker ginekologi sebelum dan sesudah perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Metode. Studi yang dilakukan adalah dengan kohort prospektif yang melibatkan pasien kanker ginekologi yang dirawat di bangsal ginekologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Penelitian dilakukan dari bulan Juni 2016 sampai Mei 2017. Kami menggunakan teknik sampling konsekutif, food record, dan pengukuran antropometri lengkap untuk pengumpulan data. Kami menggunakan parameter indeks massa tubuh IMT untuk menilai kategori malnutrisi, dan pemeriksaan antropometri dan laboratorium untuk parameter status nutrisi lainnya. Untuk menganalisis data nutrisi, kami menggunakan NutriSurvey 2007 dan untuk data lain yang kami gunakan SPSS IBM 21.0. Hasil. Ada 96 subyek yang menjalani dan menyeselesaikan semua pemeriksaan dan data untuk penelitian ini. Proporsi malnutrisi berdasarkan IMT adalah 24 , sedangkan berdasarkan Malnutrisi Skrining Alat MST , prevalensi malnutrisi adalah 62,5 . Berdasarkan penurunan IMT, 20,8 pasien mengalami penurunan IMT setelah pengobatan. Lingkar Lengan Atas LILA dan serum albumin pasien menurun secara signifikan setelah pengobatan. Kesimpulan. Lingkar Lengan Atas LILA dan serum albumin pasien menurun secara signifikan setelah perawatan.

Background. Cancer malnutrition in gynecologic cancers cases were big problem that can affect survival rate. Unfortunately, not many studies has been done. Objective. The aim of this study is to find out the nutritional status changes of gynecologic cancer patients before and after treatment in Gynecology Ward Cipto Mangunkusumo Hospital. Method. This is a prospective cohort study on gynecologic cancer patients treated in Gynecology Ward Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta. The study was done from June 2016 to May 2017. We used consecutive sampling techniques, food record, and complete anthropometric measurement for data collection. We used body mass index BMI parameter for appraising malnutrition categories, and anthropometric and laboratory examination for other parameters. For analysing data, we used NutriSurvey 2007 for nutritional data and SPSS IBM 21.0.for other data. Results. There were 96 subjects underwent all examination and data completion for the study. Proportion of malnutrition with BMI was 24 , while based on Malnutrition Screening Tool MST was 62,5 . There were 20,8 patients that experience reduction of BMI after treatment. Mid upper arm circumference MUAC and albumin serum of patients decrease significantly after treatment. Conclusion. Mid upper arm circumference MUAC and albumin serum of patients decrease significantly after treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Brama Ihsan Sazli
"ABSTRAK
Latar Belakang: Puasa selama bulan Ramadhan adalah perubahan dalam gaya hidup untuk periode sebulan penuh yang rutin tiap tahunnya. Sejumlah penelitian menunjukkan terjadinya perubahan biokimia tubuh saat berpuasa baik pada pasien diabetes dan juga nondiabetes yang dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dan sensitivitas insulin.
Tujuan: Menilai pengaruh berpuasa selama Ramadhan terhadap perubahan kontrol glikemia, kadar Fetuin A, dan TNF-α dibandingkan sebelum dan sesudah puasa Ramadhan
Metode: Penelitian prospektif terhadap dua kelompok (diabetes dan non diabetes). Parameter kontrol glikemik, Fetuin A, dan TNF-α diukur 2-4 minggu sebelum berpuasa Ramadhan, minimal 14 hari puasa Ramadhan dan 4 minggu setelah puasa Ramadhan.
Hasil: Puasa Ramadhan menurunkan glukosa darah puasa (GDP) secara signifikan pada kelompok Diabetes (D) (p=0,013) dan pada kelompok Non Diabetes (ND) (p=0,047), sedangkan serum Fetuin A turun tidak signifikan pada kelompok D (p=0,217) dan secara signifikan pada kelompok ND (p=0,009). Dan tidak ada perubahan yang signifikan kadar TNF-α pada kedua kelompok dibandingkan sebelum puasa Ramadhan (p=0,248, p=0,789). Pada 4 minggu setelah puasa Ramadhan,GDP kembali ke nilai yang tidak berbeda dari nilai dasar pada kedua kelompok, sementara Fetuin A secara signifikan lebih rendah pada kelompok diabetes (p=0,039) dan TNF-α lebih rendah secara signifikan pada kelompok ND (p=0,042) dari dari nilai dasar.
Kesimpulan: Puasa selama Ramadahan memperbaiki kontrol glikemia pada kedua kelompok. Puasa Ramadhan juga mampu menurunkan nilai Fetuin A pada kedua kelompok, dan TNF-α pada kelompok ND

ABSTRACT
Background: Fasting during Ramadan is a anually change in lifestyle for the period of a lunar month. Numerous studies have mentioned the biochemical alterations while fasting among both in nondiabetic patients and diabetic patients which can affect glucose metabolism and insulin sensitivity.
Objective: to assess the impact of fasting during Ramadan on glycemic control, Fetuin A l, and TNF-a compared to before and after Ramadhan fasting
Methods: Prospective Study of diabetic patients (D group) and non-diabetic subjects (ND group). Parameters of glycemic control, Fetuin A, and TNF-a were measured 2-4 weeks before Ramadan fasting, at least 14 days of Ramadan fasting and 4 weeks after Ramadan fasting.
Results: Ramadan fasting reduced fasting blood glucose (FBG) significantly in D groups (p=0,013) and in the (ND) groups (p=0,047) , respectively, serum Fetuin A were lowered insignificantly in D groups (p=0,217) dan significantly in ND groups (p=0,009). And no significant differences of TNF-α level ini both group compared to before Ramadhan fasting (p=0,248, p=0,789). At 4 weeks post-Ramadhan fasting FBG returned to levels indistinguishable from their baseline values in both groups, while Fetuin A was maintained significantly lower in D groups (p=0,039) and TNF-α significantly lower in ND groups (p=0,042) from their baseline.
Conclusions: Fasting during Ramadan improves glycemic control in both groups, Ramadan fasting was also able to reduce Fetuin A level in both groups, and TNF-α in the ND group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Hening Rahayatri
"Sirosis dekompensata pada anak merupakan indikasi utama transplantasi hati. Mayoritas pasien yang menunggu transplantasi hati memiliki masalah malnutrisi dan infeksi yang berhubungan dengan prognosis buruk, sehingga dibutuhkan terapi antara untuk memperbaiki kondisi pasien sebelum transplantasi hati. Skor pediatric end-stage liver disease (PELD) adalah sistem penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas transplantasi hati. Semakin tinggi nilainya, semakin buruk kondisi pasien. Terapi granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) telah memberikan hasil yang menjanjikan pada pasien sirosis dewasa, namun penelitian pada sirosis dekompensata anak belum pernah dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh G-CSF terhadap skor PELD dan status nutrisi. Juga dinilai pengaruh terapi G-CSF terhadap neutrofil, CD34+, sitokin pro-inflamasi dan anti-inflamasi, hepatocyte growth factor (HGF), biomarker fungsi hati, adverse event dan kesintasan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2019–Februari 2022 di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), bersifat uji acak terkontrol open-label. Subjek adalah pasien anak dengan usia antara 3 bulan hingga 12 tahun dengan diagnosis sirosis dekompensata yang dibagi dalam kelompok intervensi (n = 26) dan kelompok kontrol (n = 24). Subjek pada kelompok intervensi diberikan 12 kali injeksi subkutan G-CSF (5 µg/kg/hari) serta terapi standar sirosis, dan pada kelompok kontrol hanya diberikan terapi standar sirosis.
Tidak terdapat penurunan skor PELD yang bermakna setelah pemberian G-CSF. Terdapat perubahan bermakna pada kadar neutrofil dan leukosit (uji ANOVA, p < 0,001, untuk kedua parameter). Terdapat tanda mobilisasi sel punca yang dilihat dari peningkatan kadar CD34+, namun hasilnya tidak bermakna. Pemberian G-CSF secara bermakna menurunkan kadar tumor necrosis factor (TNF)-α (uji ANOVA, p = 0,001), dan meningkatkan interleukin (IL)-10 dan HGF (uji ANOVA, p = 0,003 untuk kedua parameter) yang menunjukkan bahwa imunitas bawaan dan regenerasi hati subjek dapat diperbaiki. Tidak ada perbedaan bermakna antara lingkar lengan atas (LILA) dan triceps skinfold thickness (TST) berdasarkan z-score setelah pemberian G-CSF. Kadar alanine aminotransferase (ALT) menurun secara bermakna pada kelompok intervensi (uji ANOVA, p = 0,038). Subjek yang mengalami kejadian infeksi lebih rendah pada kelompok intervensi dibanding kelompok kontrol (uji eksak Fisher, p = 0.04).

Decompensated cirrhosis in children is the main indication of liver transplantation. The majority of patients awaiting liver transplantation have malnutrition and infection problems that are associated with poor prognosis, thus requiring a bridging therapy to treat these conditions prior to liver transplantation. Pediatric end-stage liver disease (PELD) score is a scoring system used to determine liver transplantation priority, higher scores indicates a worse prognosis. Granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) therapy has shown promising results in adult liver cirrhosis. Our study aimed to investigate the effect of G-CSF on pediatric end-stage liver disease (PELD) scores and nutritional status in pediatric liver cirrhosis. The study also investigated the effects of G-CSF on neutrophils, CD34+ cells, pro-inflammatory and anti-inflammatory cytokines, hepatocyte growth factor (HGF), liver function markers, adverse events, and survival.
This study was conducted on September 2019–February 2022 at dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM). This was an open-label, randomized controlled trial (RCT) including subjects between 3 months and 12 years of age with decompensated cirrhosis. The subjects were divided into intervention group (n = 26) and control (n = 24). Subjects from the intervention group received 12 courses of subcutaneous injection of G-CSF (5 μg/kg/day) plus standard medical treatment (SMT) for liver cirrhosis, while the control received SMT.
Our study did not identify a significant difference in PELD scores between the intervention and control groups after 3 months of G-CSF treatment. Leucocyte and neutrophil counts showed significant differences between the intervention and control groups (ANOVA test, p > 0.001, for both). There was evidence of stem cell mobilization based on increased CD34+ cells in the intervention group; however, the results were not significant. G-CSF administration significantly decreased TNF-α (ANOVA test, p = 0,001), and significantly increased IL-10 and HGF (ANOVA test, p = 0,0003, respectively) indicating improvement in subjects’ immunity. There was no significant difference in nutritional status according to mid-upper arm circumference (MUAC) and triceps skinfold thickness (TST) based on the z-scores. Alanine aminotransferase (ALT) levels significantly decreased in the intervention group (ANOVA test, p = 0,038). Subjects in the intervention group experienced fewer infection events, with a significant difference in the occurrence of sepsis in the intervention group compared to the control (Fisher’s exact test, p = 0.04).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Alfian
"Latar Belakang: Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, sebagian besar masyarakat Indonesia termasuk lansia menjalani puasa pada bulan Ramadhan. Dalam mengevaluasi keamanan berpuasa Ramadhan pada populasi lansia, dilakukan berbagai penilaian, salah satunya adalah profil fungsi ginjal. Profil fungsi ginjal, dinilai dari laju filtrasi glomerulus (LFG), merupakan salah satu parameter penting dalam menentukan kesehatan lansia. Namun, belum terdapat penelitian mengenai profil fungsi ginjal dan faktor-faktor yang memengaruhi pada lansia berpuasa.
Tujuan: Mengetahui profil dan faktor risiko perubahan fungsi ginjal pada usia lanjut yang berpuasa Ramadhan.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort prospektif dengan menggunakan data primer pada subyek usia > 60 tahun yang menjalani puasa Ramadhan di kelurahan Jatinegara sejak April 2019 hingga Juli 2019. Profil fungsi ginjal dihitung menggunakan pemeriksaan (LFG) pada 1 minggu sebelum berpuasa, 3 minggu berpuasa, dan 2 minggu pasca berpuasa. Faktor risiko yang dinilai adalah usia, indeks massa tubuh, diabetes melitus, hipertensi, kebiasaan merokok, konsumsi protein, dan konsumsi cairan. Analisa bivariat dilakukan menggunakan uji chi-square atau Fisher. Analisis multivariat dilakukan menggunakan regresi logistik.
Hasil: Pada penelitian ini, tidak ditemukan adanya faktor risiko yang secara signifikan berpengaruh terhadap perubahan fungsi ginjal selama puasa bulan Ramadhan pada lanjut usia. Beberapa farktor dapat mempengaruhi fungsi ginjal pada usia lanjut yang berpuasa Ramadhan, salah satunya adalah usia. Mayoritas lanjut usia yang mengalami penurunan GFR selama bulan Ramadhan berusia 60-70 tahun berjumlah 89 orang atau 68,5%. Sisanya berjumlah 10 orang atau 58,8% berusia >70 tahun. Namun, setelah dilakukan analisis, hubungan antara usia dengan penurunan GFR selama puasa Ramadhan tidak bermakna (p=0,426).
Kesimpulan: Tidak ditemukan adanya perubahan signifikan pada fungsi ginjal dengan usia lanjut yang menjalankan puasa dibulan Ramadhan.

Background. As a country with a majority Muslim population, most Indonesians, including the elderly, fast during the month of Ramadan. To evaluate the safety of fasting during Ramadan in the elderly population, various assessments were carried out, one of which is kidney function profile. Kidney function profile, assessed using glomerular filtration rate (GFR), is one of the important parameters in determining the health of the elderly. However, there has been no research on kidney function profile and its affecting factors on fasting elderly in Indonesia.
Aim:. To determine the profile and risk factors for changes in kidney function in elderly who fast during Ramadan.
Methods. This study used prospective cohort design using primary data on subjects aged > 60 years who were undergoing Ramadan fasting in Jatinegara village from April 2019 to July 2019. The kidney function profile was calculated using glomerular filtration rate (GFR) examination on 1 week before fasting, 3 weeks fasting, and 2 weeks post fasting. The risk factors assessed were age, body mass index, diabetes mellitus, hypertension, smoking habits, protein consumption, and fluid consumption. Bivariate analysis was performed using the chi-square or Fisher test. Multivariate analysis was performed using logistic regression.
Result. In this study, no risk factors were found significantly influencing changes in kidney function during the Ramadan fasting in the elderly. Some factors can affect kidney function in elderly who fasted in Ramadan, one of which is age. The majority of elderly who experienced a decrease in GFR during the month of Ramadan aged 60-70 years amounted to 89 people or 68.5%. The rest amounted to 10 people or 58.8% aged> 70 years. However, after analysis, the relationship between age and decreased GFR during Ramadan fasting was not significant (p = 0.426).
Conclusion. There was no significant changes in kidney function on fasting elderly during Ramadan.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Dwi Fathinasari
"Sirosis hati SH merupakan tahap akhir dari penyakit hari kronik yang ditandai dengan fibrosis hati dan mikro maupun makronodul. Penyakit hati kronik mempengaruhi metabolisme lipid sehinga menggangu profil lipid pasien. Adanya kerusakan hati dideteksi dengan penilaian fungsi hati di mana salah satu penilainnya adalah analisis kadar albumin serum. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar profil lipid dan apakah terdapat korelasi antara profil lipid dengan fungsi hati albumin pada pasien SH.
Penelitian menggunakan desain cross sectional pada 73 penderita SH 56 laki-laki dan 17 perempuan didapatkan dari rekam medis Laboratorium Patologi Klinik RSCM. Hasil penelitian dianalisis dengan uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan kadar kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida rata-rata 158.07, 39.05, 94.07, dan median 92 dan dengan uji Pearson menunjukkan korelasi antara kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL dan albumin semua.

Cirrhosis is an end stage of chronic inflammatory liver disease with fibrosis and micro or macro nodule. Chronic liver disease affects lipid metabolism and disrupts patient rsquo s lipid profile. Cirrhosis can be detected by assessing liver function, one of which is analyzing serum albumin. The aim is to study the lipid profile in patients with cirrhosis and to determine the correlation between serum lipid profile and serum albumin in patients with cirrhosis.
Design of the study is cross sectional, 73 patients with cirrhosis 56 men and 17 women were obtained from the medical records of the Laboratory Clinical Pathology RSCM. The results of the study were analyzed with Kolmogorov Smirnov test showed serum total cholesterol, HDL cholesterol, LDL cholesterol, and triglyceride mean of 158.07, 39.05, 94.07 and median of 92 , Pearson test showed a correlation between total cholesterol, HDL cholesterol, LDL cholesterol and albumin all.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reinhart Greglorio
"Puasa Ramadan dapat menyebabkan perubahan pola tidur dan makan yang memengaruhi pasien dengan penyakit neurologis kronis. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kualitas tidur pasien selama puasa Ramadan. Studi potong lintang ini melibatkan 40 pasien dengan penyakit neurologis kronis di Poliklinik Saraf RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari Februari hingga Juni 2023. Kualitas tidur diukur menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Insomnia Severity Index (ISI), Epworth Sleepiness Scale (ESS), dan STOP-BANG. Hasil menunjukkan 77,5% subjek mengalami gangguan tidur setelah puasa, dengan perubahan signifikan pada tingkat insomnia (ISI) dan risiko obstructive sleep apnea (OSA). Namun, tidak terdapat perubahan signifikan pada kualitas tidur menurut ESS dan PSQI. Mayoritas subjek (75%) adalah perempuan dengan usia rata-rata 40,25 tahun. Kesimpulannya, meskipun puasa dapat memicu gangguan tidur, manajemen yang tepat memungkinkan pasien menjalankan puasa tanpa dampak buruk yang signifikan terhadap kualitas tidur. Hal ini memberikan harapan bagi pasien dengan penyakit neurologis kronis untuk tetap menjalankan puasa secara aman.

Ramadan fasting can lead to changes in eating and sleeping patterns that affect patients with chronic neurological diseases. This study aimed to evaluate the sleep quality of patients during Ramadan fasting. A cross-sectional study was conducted involving 40 patients with chronic neurological diseases at the Neurology Clinic of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo from February to June 2023. Sleep quality was measured using the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Insomnia Severity Index (ISI), Epworth Sleepiness Scale (ESS), and STOP-BANG. The results showed that 77.5% of the subjects experienced sleep disturbances after fasting, with significant changes in insomnia severity (ISI) and the risk of obstructive sleep apnea (OSA). However, there were no significant changes in sleep quality as measured by ESS and PSQI. The majority of subjects (75%) were female, with an average age of 40.25 years. In conclusion, while fasting may trigger sleep disturbances, proper management enables patients to fast without significant adverse effects on sleep quality. This finding provides hope for patients with chronic neurological diseases to safely observe Ramadan fasting."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eric Daniel Tenda
"ABSTRAK
Tujuan : Untuk menilai dan mengetahui pengaruh pemberian kombinasi asam
amino rantai cabang (AARC) dengan L-ornitin L-aspartat (LOLA) larut malam
terhadap status nutrisi dan ensefalopati hepatikum derajat rendah pada pasien
sirosis hati.
Metode : Populasi terjangkau penelitian adalah pasien poliklinik hati rumah sakit
Cipto Mangunkusumo periode Juni 2011 – Juni 2012 yang kemudian dilakukan
evaluasi critical flicker frequency (CFF). Semua pasien yang masuk dalam
populasi penelitian adalah subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi
penelitian. Subjek penelitian kemudian diberikan edukasi diet sesuai dengan
konsensus ESPEN. Subjek penelitian dibagi dalam 2 kelompok sesuai hasil
randomisasi, yaitu kelompok makanan selingan siang hari (MSSH) dan kelompok
makanan selingan malam hari (MSMH). Evaluasi terhadap anamnesis,
pemeriksaan fisik, laboratorium dan CFF dilakukan 1 bulan setelah intervensi.
Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian uji acak tersamar tunggal ini
adalah uji t independen.
Hasil : Tiga puluh dua pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi dibagi dalam 2
kelompok intervensi. Kelompok A, MSSH (07.30 dan 12.30) dan kelompok B,
MSMH (07.30 dan 22.30), masing-masing kelompok memiliki 16 subjek
penelitian. Setelah 1 bulan intervensi didapatkan hasil rerata lingkar lengan atas
(LLA) kelompok MSMH (26.1±6.0 cm) (p = 0.001) dibandingkan kelompok
MSSH (25.5±4.0 cm). Pada hasil CFF, didapatkan kelompok MSMH (39.5±3.9
Hz) (p = 0.001) dibandingkan kelompok MSSH (38.4±4.2 Hz). Tidak didapatkan
perbaikan kadar prealbumin dan derajat SGA setelah 1 bulan intervensi pada dua
kelompok. Hal ini dipikirkan karena perbedaan karakteristik dasar dan jumlah
sampel yang relatif kecil.
Simpulan : Proses randomisasi tidak berhasil menyamakan karakteristik dasar
pada kedua kelompok. Terdapat peningkatan bermakna pada lingkar lengan atas,
berat badan dan CFF setelah 1 bulan pemberian kombinasi AARC dan LOLA
sebagai makanan selingan malam hari pada pasien sirosis hati.

ABSTRACT
Aim : To determine the effect of L-ornithine L-aspartate (LOLA) and branch
chain amino acids (BCAA) as a combination supplementation on nutritional status
and minimal hepatic encephalopathy improvement in liver cirrhosis patient.
Methods : Liver cirrhosis patient in walk-in clinic of Cipto Mangunkusumo
Hospital in June 2011 – June 2012 were evaluated by critical flicker frequency
(CFF) test. Encephalopathy is defined when CFF < 38 Hz. All subjects who
fulfilled the inclusion criteria received education for an adequate diet based on the
ESPEN Guidelines. They were divided into two groups based on randomization.
One group was given the combination supplement as day snacks, while the other
group as late evening snacks. The evaluation based on anamnesis, physical
finding, laboratory result and CFF test after 1 month of interventions. Statistical
analysis conducted for this single blind randomized clinical trial was independent
t-test.
Results : Thirty two patients who fit the inclusion criteria were divided into two
groups, group A : day snacks (7.30 am and 12.30 pm) and group B : late evening
snacks groups (07.30 am and 10.30 pm), each groups has 16 subjects. Statistical
analysis obtained the statistically significant (p = 0.001) of increasing of the mean
mid arm circumference in group B (26.1±6.0 cm) compared to group A (25.5±4.0
cm). Statistically significant (p = 0.001) were also revealed in mean CFF value in
group B (39.5±3.9 Hz) compared to group A (38.4±4.2 Hz). However, the mean
prealbumin level and SGA score after 1 month intervention in both groups was
not met statistically significant, caused by the small subjects.
Conclusion : The randomization process was not able to make a good comparison
in both groups. There is a significant increasing level of mid arm circumference,
body weight and CFF after 1 month combination of LOLA and BCAA as late
evening snacks for liver cirrhosis patient."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Hidayat
Jakarta : Inmark, 2011
297.362 MOH p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>