Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158352 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zumadi Haksyah
"Penggunaan napza akhir-akhir ini semakin meningkat yaitu mencapai 400% pada akhir tahun 2000. Remaja merupakan individu yang sedang mengalami konflik-konflik yang membuat ia berperilaku menyimpang dan dapat mempengaruhi dirinya untuk menggunakan napza. Wacana inilah yang menjadi fokus dalam penelitian ini yang berjudul "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Penggunaan Napza Pada Remaja".
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif sederhana, sedangkan responden yang dipilih 30 orang responden yang menjalani rawat inap manpun rawat jalan. Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diberikan pada responden yang sesuai dengan kriteria.
Hasil pengumpulan data di analisa dan diperoleh hasil sebagai berikut, faktor utama remaja menggunakan napza adalah keinginan untuk mencoba atau ikut-ikutan (80%). Seharusnya penelitian ini tidak berhenti sampai tetapi perlu ditindaklanjuti dengan melaksanakan penelitian berikutnya maupun dengan memperhatikan hasil-hasilnya guna perbaikan pelayanan keperawatan di masa yang akan datang."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA4986
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chiyar Edison Sunarya
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5688
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Era Prajayati
"Remaja merupakan seseorang yang berusia 12-18 tahun. Penelitian deskriptif ini mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perineal hygiene saat menstruasi meliputi aspek pengetahuan remaja, sikap remaja, media informasi, status bekerja orang tua pada remaja. Desain penelitian ini adalah deskriptif sederhana. Sampel dipilih berdasarkan stratified random sampling sehingga diperoleh jumlah responden lll orang.
Kesimpulan faktor predisposisi, pendukung, dan pendorong mempengaruhi perilaku perineal hygiene dan terdapat hublmgan yang bermakna antara faktor yang mempengaruhi perilaku perineal hygiene pada remaja yaitu sikap saat remaja mengalami menstruasi.

Someone who is a teenager aged 12-18 years. Descriptive research is to learn the factors that influence the behavior of perineal hygiene at menstruation include aspects of youth, youth attitudes, media information, the status of working parents on teenagers. Design research is a simple descriptive. The sample is selected based on stratified random sampling so that the number of respondents 111 people.
Conclusion that predisposing, enabling, and reinforcing factors influencing behavior of perineal hygiene and there are meaningful relationships between factors that influence the behavior of adolescents perineal hygiene on the attitudes when adolescents gets experience in menstruation conditon.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5760
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Hafsari
"Jumlah kasus HIV/AIDS setiap tahunnya mengalami peningkatan, dan salah satu faktor yang menyebkan peningkatan kasus HIV adalah dengan adanya peningkatan jumlah penularan di kalangan pengguna NAPZA suntik. Masalah tersebut mendorong dilakukannya penelitian ini untuk melihat faktor-faktor faktor-faktor yang berhubungan dengan status HIV pada pengguna NAPZA suntik di Klinik PTRM Rumah Sakit Ketergantungan Obat Cibubur Tahun 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan sampel 46 pasien NAPZA suntik di Klinik PTRM. Hasil penelitian menunjukkan status HIV (+) sebesar 63%, diketahui 87% penasun adalah laki-laki, 58.7% berusia ≥34 tahun, 71,7% memiliki tingkat pendidikan ≤SMA, 58.7% menikah, 69.6% memiliki tingkat pengetahuan HIV yang baik, 63% penasun telah menyuntik ≥9 tahun, 50% penasun pertama kali menyuntik di usia <19 tahun, 69.6% penasun menyuntik ≥3 kali sehari, 87% penasun berbagi jarum suntik, 43.5% penasun melakukan sterilisasi dengan air bersih, 60.9% penasun melakukan seks berisiko rendah, 80.4% penasun memanfaatkan LJSS, 52.2% telah mengikuti terapi metadon ≥4 tahun, 58.7% penasun mendapatkan NAPZA dari ≥2 sumber yang berbeda. Hasil uji Chi Square menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara usia pertama kali menyuntik (PR 1.8; P Value = 0.02), berbagi jarum suntik (PR 4.2; P Value = 0.02), dan sterilisasi jarum menggunakan air bersih (PR 5.5; P Value = 0.006) dengan status HIV. Oleh karena itu perlu dikembangkan lagi akses terhadap jarum suntik steril bagi penasun.

Number of HIV/AIDS cases has increased every year, and one of factor that cause this rapid increases is the rise prevalence among injecting drug user. That problem encourage this study to observe the factors associated HIV status among Injecting Drug Users at Methadone Maintenance Treatment Program RSKO Jakarta in 2014. This study using cross sectional study with 46 sample of IDUs in methadone maintenance treatment program. The results shows that proportion of HIV (+) is 63%, most respondents (87%) are male, 58.7% aged ≥34 year, 71.7% have less or secondary high school, 58.7% married, 69.6% have good knowledge about HIV, 63% had injecting for ≥9 years, 50% first injecting drugs in <19 years old, 69.6% injected drugs ≥3 times a day, 87% sharing needles, 43.5% rinsed needles with clean water, 60.9% having low risk sexual activity, 80.4% had utilize Needle and Syringe Program (NSP), 52.2% had join methadone maintenance treatment program for ≥4 year. The results of Chi-square test stated there are significant relationsip between age of first injecting drugs (PR 1.8; P Value = 0.02), sharing needles (PR 4.2; P Value = 0.02) and rinsed needle with clean water (PR 5.5; P Value = 0.006) with HIV status. The results suggest that access of needle exchange programs should be developed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55896
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Untuk mengatasi masalah ketidakdisiplinan atau ketidaktahuan remaja dalam
program rehabilitasi diperlukan adanya motivasi dari diri remaja itu sendiri.
Namun untuk merubah perilaku individu agar taat menjalankan program
rehabilitasi untuk melepaskan diri dari ketergantungan NAPZA dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain : tingkat pengetahuan, status ekonomi keluarga,
dukungan/support system, minat dan perubahan kondisi fisik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeidentifikasi faktor-faktor yang
berhubungan dengan motivasi remaja untuk melepaskan diri dari ketergantungan
NAPZA. Penelitian dilakukan di ruang rawat Seruni RS Ongko Mulyo Jakarta,
dengan responden sampai selesai penelitian berjumlah 14 orang. Desain
penelitian ini adalah deskriptif eksploratif, alat pengumpul data memakai check
list dan skala Likert yang terdiri atas 28 item pernyataan. Analisa data dilakukan
secara manual yang disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang.
Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor - faktor yang mempengaruhi motivasi
remaja untuk melepaskan diri dari ketergantungan NAPZA adalah tingkat
pengetahuan 64,30%, status ekonomi 78,50%, support system 28,56%,
perubahan kondisi fisik 64,30% dan minat 85,72%. Dari kelima faktor yang
diteliti terlihat bahwa faktor minat paling dominan berhubungan dengan
motivasi remaja unluk melepaskan diri dari ketergantungan NAPZA.
Mengingat hasil penelitian ini hanya bersifat eksplorasi, maka untuk penelitian
selanjutnya agar variabel yang diteliti lebih dikembangkan dan menggunakan
desain penelitian yang lebih komplek dengan sampel yang diperbesar serta
instrumen yang kesahihannya Iebih tinggi. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat dalam ilmu keperawatan saat ini dan yang akan datang."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5097
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Angka penyalahgunaan NAPZA terutama pada remaja dan dewasa terus meningkat.
Fenomena ini harus ditanggulangi secara cepat dan tepat yaitu dari orang tua untuk
melakukan perawatan secara komprehensif. Studi kepustakaan menunjukkan jumlah
kunjungan rawat pada RSKO pada tahun 1999 adalah 5.008 orang kemudian tahun
2000 menjadi 8 823 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi orang tua untuk merawat anggota keluarga dengan
penyalahgunaan NAPZA adalah faktor predisposisi: pengetahuan 78,57%, preferensi
fasilitas kesehatan 75%, kepercayaan pelayanan 71,43% dan Nilai pelayanan
lcesehatan 82, 14%. Faktor lain yang berpeluang berpengaruh adalah faktor
kebutuhan: informasi pelayanan kesehatan 39,29%, sistem pendukung 71 ,43%.
Sementara yang sedikit berpengaruh adalah faktor ekonomi: biaya pelayanan
kesehatan 39,29%, jarak pelayanan kesehatan 28,57% dan pendapatan orang tua
%28,57."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
TA5151
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yosi Nuriskawati
"Kompleksnya masalah penyalahgunaan Narkotika dan zat psikotropika (napza) di Indonesia membutuhkan pencegahan yang dipengaruhi berbagai factor. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif koleratif yang A bertujuan untuk meningkatkan peran ibu dalam mencegah penyalahgunaan napza pada remaja. Penelitian ini mengikutsertakan 33 ibu yang memiliki anak usia remaja di RT 07 RW 08 Pondok Ranji dengan alat pengumpul data berupa kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan 7 responden (2l,2%) sangat berperan, I2 responden (36,4%) cukup berperan, dan I4 responden (46,4%) kurang berperan. Hasil analisis data didapatkan nilai p sebesar 0,001 nilai ini lebih kecil dari a (0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signitikan antara pengetahuan, sikap, motivasi, dan ketersediaan waktu dengan peran ibu dalam upaya pencegahan penyalahgunaan napza pada remaja. Variable yang Iain menunjukkan nilai p lebih besar dari fx (0,05), hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dorongan keluarga, dorongan guru dr sekolah, pendidikan ibu, dan pengalaman buruk."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5707
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Daly Erni
Depok: Universitas Indonesia. Pusat Penelitian Pranata Pembangunan, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Raudha Ilmi Farid
"Lansia mengalami penurunan fungsi fisiologis tubuh dan penurunan masa tulang, sehingga resiko jatuh dan fraktur meningkat seiring bertambahnya usia. Fraktur pada lansia dipengaruhi faktor yang spesifik mengingat dapat terjadi bahkan dengan minimal trauma. Identifikasi faktor yang mempengaruhi fraktur pada lansia perlu dilakukan sebagai salah satu upaya preventif dalam menekan angka kejadian fraktur. Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif sederhana dengan menggunakan data 97 Rekam Medis pasien fraktur di RSUP Fatmawati pada rentang tahun 2012-2016.
Dari penelitian ini didaptkan angka kejadian fraktur terbesar terjadi pada usia 65 tahun ke atas yaitu sebesar 56,7 dengan dominasi pasien perempuan sebesar 64,95. Tempat kejadian fraktur pada lansia paling banyak terjadi di dalam ruangan sebesar 70,10. Sebanyak 87,63 pasien memiliki riwayat jatuh dan 59,79 memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Pengembangan penelitian lebih lanjut menggunakan data bone mass density BMD sangat direkomendasikan mengingat BMD merupakan salah satu faktor utama kepadatan masa tulang. Selain itu, diperlukan inovasi dalam upaya promotif terkait tata letak ruang dan lingkungan yang ramah lansia.

Elderly has decreases physiological function of the body and decreases bone mass, so the risk of falls and fractures increases with age. Fractures in the elderly are influenced by specific factors since they can occur even with minimal trauma. Identification of factors that affect fractures in the elderly should be done as one of the preventive efforts in decreasing the incidence of fracture. This study used a simple descriptive analysis using data of 97 Medical Records of fracture patients at RSUP Fatmawati in the year 2012 2016 range.
The greatest fracture occurrence occurred at age 65 years and above that is equal to 56,7 with female patient dominance equal to 64,95. Fractures in the elderly is most prevalent in the room indoor by 70.10. A total of 87.63 of patients had a history of falling and 59.79 had a prior history of disease. The development of further research using data of bone mass density BMD is highly recommended since BMD is one of the major factors of bone density. In addition, innovative promotion efforts are needed related to spatial design and environmental for the elderly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69722
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>