Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171890 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwinara Febrianti
"ABSTRAK
Survey di Depok menunjukan 31,8% siswa pernah mengalami bullying. Tujuan
penelitian untuk mengetahui pengaruh latihan perilaku asertif pada anak usia
sekolah yang didampingi orangtua, guru dan anak usia sekolah yang didampingi
orangtua terhadap kondisi bullying dan kemampuan perilaku asertif. Desainnya
menggunakan Quasi experimental pre-post test with control group. Responden
sebanyak 133 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Semua anak usia sekolah
pada kelompok 1 dan 2 mendapatkan latihan perilaku asertif namun kelompok 1
didampingi oleh orangtua dan guru sedangkan kelompok 2 didampingi orangtua
sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan latihan perilaku asertif. Analisis
menggunakan Paired T Test dan Annova. Hasil penelitian menunjukkan
kemampuan perilaku asertif anak usia sekolah yang didampingi orangtua, guru
menunjukan nilai lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kelompok
yang hanya didampingi orangtua dan anak. Faktor yang berkontribusi terhadap
kondisi bullying: usia, pendidikan orangtua, pendidikan guru dan faktor yang
berkontribusi terhadap kemampuan perilaku asertif anak usia sekolah: jenis
kelamin. Terapi latihan perilaku asertif direkomendasikan diberikan pada anak
usia sekolah dengan melibatkan orangtua dan guru.
ABSTRACT
Survey in Depok showed 31.8% of students had experienced bullying. The
purpose of this research to determine the effect of assertive behavior training in
school-aged children accompanied by parents, teachers and children are
accompanied by a parent to bullying conditions and the ability of assertive
behavior. The design research was quasi-experimental pre-post test with control
group. Involving 133 respondents who met the inclusion criteria. All school-age
children in group 1 and 2 get assertive behavior training but group 1 was
accompanied by parents and teachers, while group 2 was accompanied by a parent
and the control group did not receive assertive behavior training. Analysis using
Paired T Test and Annova. The results show the ability of assertive behavior
school-aged children accompanied by parents, teachers showed significantly
higher values compared to those who only accompanied by a parent and child.
Factors that contribute to bullying conditions: age, parental education, teacher
education and the factors that contribute to the ability of assertive behavior in
school-age children: sex. Assertive behavior recommended exercise therapy given
to school-age children by involving parents and teachers."
2013
T35396
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Gowi
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pengaruh latihan asertif terhadap perilaku kekerasan orang tua pada anak
usia sekolah di Kabupaten Karawang. Sampel pada kelompok intervensi dan kontrol masing-masing 32 orang. Latihan asertif
dilakukan selama 6 sesi. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan komunikasi asertif orangtua pada
kelompok intervensi dibanding kelompok kontrol secara bermakna (p< 0,05). Kemampuan anak dalam mengendalikan emosi
pada kelompok intervensi meningkat, sedangkan pada kelompok kontrol menurun secara bermakna (p< 0,05). Latihan asertif
membantu orangtua menurunkan perilaku kekerasan pada anak melalui komunikasi asertif. Terapi ini direkomendasikan pada
orangtua, guru, dan pemberi pelayanan kesehatan.
This research aimed to describe the influence of assertive training on violence behavior of parents towards children in Karawang
district. Samples in the intervention group and control were 64 parents, 32 respondent for each group. Assertive training has
conducted in 6 sessions. The results showed increased assertive communication skills of parents on the group that received
assertive training. There was significant difference among those groups (p< 0.05). The group of parents who did not receive
assertive training, showed a significant decreased communication of skills (p< 0.05). The was increased ability of children in
controlling their emotions of intervention group parents, while there was significant decreased children ability of control
group parents (p< 0.05). Assertive training was proven to decrease parents? violent behaviors towarsd children. It was
recommended that this training to be regularly conducted to parents, teachers, and health care provider.
"
Karawang: STIKES Kharisma Karawang, 2012
610 JKI 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Isdar Andre Marwan
"
ABSTRAK
Kebahagiaan adalah sesuatu yang didambakan manusia sejak zaman
dahulu kala. Banyak cabang ilmu yang mempelajari kebahagiaan, salah satunya
adalah psikologi. Para ahli psikologi lalu menggunakan konstruk kesejahteraan
subyektif (subjective well-being), karena istilah kebahagiaan memiliki makna
yang rancu.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, diketahui bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara perilaku asertif, pengaruh perbedaan budaya,
penghasilan, dukungan sosial, tujuan pribadi, aktivitas, kepribadian, kognisi, dan
kejadian-kejadian yang dialami seorang dalam hidup dengan kesejahteraan
subyektif (Diener, 1996; Alberti & Emmons, 1995; Zika & Chamberlain, 1987).
Pengaruh perbedaan budaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
idiosentrisme, karena obyek penelitian ini adalah individu. Perilaku asertif
membuat seseorang mampu mengekspresikan diri sekaligus menghormati hak-hak
orang lain. Hal ini meningkatkan kualitas hubungan dengan orang lain,
meningkatkan self-esteem, mengurangi kecemasan dan mengurangi tingkat
depresi. Idiosentrisme berhubungan dengan kesejahteraan subyektif karena orang
yang idiosentris punya kebebasan untuk menetapkan tujuan dan tingkah lakunya
sendiri. Idiosentrisme juga berhubungan dengan self-esteem yang berkaitan erat
dengan kesejahteraan subyektif.
Penelitian-penelitian mengenai hubungan antara perilaku asertif dan
kesejahteraan subyektif masih sangat jarang dilakukan, demikian pula dengan
idiosentrisme. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara
perilaku asertif dan idiosentrisme dengan kesejahteraan subyektif. Apalagi
penelitian-penelitian yang selama ini dilakukan lebih banyak dilakukan dalam
budaya yang individualis, masih sangat jarang dilakukan di Indonesia yang
memiliki budaya yang kolektif dan kekhasan tersendiri.
Budaya Indonesia terlalu luas untuk dibicarakan, maka peneliti memilih
budaya Jawa dan budaya Batak sebagai kelompok budaya yang menjadi obyek
penelitian ini. Kedua kelompok budaya ini djpilih karena hasil penelitian Najelaa
(1996) menunjukkan budaya Batak dipersepsikan sebagai budaya yang paling
asertif sedangkan budaya Jawa sebagai budaya yang paling tidak asertif.

Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara
perilaku asertif dan idiosentrisme dengan kesejahteraan subyektif pada orang
Jawa dan orang Batak. Penelitian ini bertujuan pula untuk melihat sumbangan
perilaku asertif dan idiosentrisme terhadap kesejahteraan subyektif orang Jawa
dan orang Barak.
Berkaitan denga tujuan di atas, maka penelitian ini melibatkan 277
mahasiswa dari perguruan tinggi dan swasta yang ada di Jabotabek. Kepada
mereka diberikan beberapa alat ukur, yang masing-masing mengukur : kepuasan
hidup, afek menyenangkan dan afek tidak menyenangkan, perilaku asertif dan
idiosentrisme. Hubungan antara perilaku asertif dan idiosentrisme secara
bersama-sama terhadap kesejahteraan subyektif orang Jawa dan orang Batak
diukur dengan mengontrol variabel-variabel yang mungkin berpengaruh dengan
kontrol statistik. Sumbangan masing-masing faktor tersebut terhadap
kesejahteraan subyektif diperoleh dengan menggunakan analisis regresi majemuk.
Penelitian ini membuktikan adanya hubungan antara perilaku asertif dan
idiosentrisme secara bersama-sama terhadap kesejahteraan subyektif baik pada
orang Jawa maupun orang Batak. Perilaku asertif memiliki sumbangan positif
yang bermakna tarhadap kesejahteraan subyektif baik pada orang Jawa maupun
orang Batak. Variabel idiosentrisme memiliki sumbangan negatif yang bermakna
terhadap kesejahteraan subyektif orang Batak, sedangkan pada orang Jawa,
sumbangan variabel ini tidak bermakna. Variabel pengeluaran setiap bulan
memberikan sumbangan positif yang bermakna terhadap kesejahteraan subyektif
orang Batak. Temuan ini sejalan dengan sumbangan negatif yang bermakna dari
variabel jumlah saudara terhadap kesejahteraan subyektif orang Batak.
Hasil tambahan dari penelitian ini menunjukkan bahwa orang Batak lebih
asertif dibandingkan orang Jawa. Hasil lain adalah budaya Jawa lebih cenderung
mengarah ke arah kolektivisme vertikal dibanding budaya Batak. Didapati pula
hasil yang menunjukkan bahwa perilaku asertif dihambat oleh budaya yang
mengarah pada kolektivisme vertikal dan cenderung muncul dalam budaya yang
individualisme horizontal.
Penelitian Ianjutan kiranya dapat dilakukan dengan menggunakan alat
ukur yang lebih baik untuk masing-masing variabel penelitian ini. Topiknya dapat
diperluas dengan hal-hal Iain seperti dukungan sosial dan self-esteem, yang
diharapkan dapat lebih menjelaskan perbedaan budaya individualis dan budaya
kolektif. Sampelnya pun dapat diperluas, bukan hanya usia dewasa muda dan
bukan hanya mahasiswa yang tinggal di Jakarta. Dengan demikian dapat
diperoleh masukan yang berguna untuk meningkatkan kesejahteraan subyektif
masyarakat Indonesia.
"
1997
S2553
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuniek Setyo Wardani
"Tujuan penelitian memperoleh gambaran pengaruh assertive training therapy (ATT) terhadap kemampuan asertif dan persepsi istri terhadap risiko kekerasan dalam rumah tangga suami. Desain penelitian "Quasi Experimental Pre-Post Test With Control Group". Sampel penelitian ini berjumlah 60 orang istri dengan resiko kekerasan dalam rumah tangga, 30 orang diberikan assertive training therapy dan 30 orang mendapatkan terapi generalis.
Hasil penelitian didapatkan bahwa ATT berpengaruh meningkatkan kemampuan asertif istri secara bermakna sebesar 86,9% dan persepsi istri terhadap risiko kekerasan dalam rumah tangga suami menurun secara bermakna sebesar 71,3%. Istri yang diberi ATT mempunyai kemampuan asertif yang meningkat secara bermakna dan persepsi istri terhadap risiko kekerasan dalam rumah tangga suami lebih rendah dibandingkan yang tidak diberikan ATT. Assertive Training Therapy direkomendasikan untuk istri dengan resiko kekerasan dalam rumah tangga.

Purpose of the study was to discover the effect of assertive training therapy (ATT) to assertive ability and wive perception to husband with risk of domestic violence. The study's design was Quasi Experimental Pre-Post Test With Control Group. Sample of the study is 60 wives with the risk of domestic violence, 30 people were given assertive training therapy and 30 people get a generalist therapy.
Result showed that the ATT effect increases significantly the wife assertive ability of 86.9% and the wife's perception of the risk of domestic violence by husbands were significantly decreased 71.3%. ATT has a wife who is given a Assertive skills increased significantly and the wife's perception of the risk of domestic violence is lower than the husband who is not given ATT. Therapy Training assertive recommended to his wife with the risk of domestic violence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nuniek Setyo Wardani
"Peningkatan masalah dalam rumah tangga dengan kurangnya pemecahan masalah yang baik memicu terjadinya kekerasan
dalam rumah tangga, baik pada usia pernikahan muda maupun tua. Tujuan penelitian ini melihat pengaruh assertive training
therapy (ATT) terhadap kemampuan asertif dan persepsi istri terhadap risiko kekerasan dalam rumah tangga suami. Desain
penelitian Quasi Experimental Pre-Post Test With Control Group, dengan sampel 60 orang istri dengan resiko kekerasan dalam
rumah tangga. Hasil menunjukkan ATT berpengaruh meningkatkan kemampuan asertif istri sebesar 86,9% dan persepsi istri
terhadap risiko kekerasan menurun 71,3%. Istri yang diberi ATT mempunyai kemampuan asertif meningkat secara bermakna
dan persepsi istri terhadap risiko kekerasan dalam rumah tangga suami lebih rendah dibandingkan yang tidak diberikan ATT.
Assertive Training Therapy direkomendasikan untuk istri dengan resiko kekerasan dalam rumah tangga.
"
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 JKI 15:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dianta Raisa Fathania
"Dalam penelitian ini, sebuah alat ukur keasertifan dibuat untuk digunakan dalam konteks khusus yaitu dalam rumah kos. Alat ukur ini diadaptasi dari the Rathus Assertiveness Scale (McCormick, 1984), dan diuji kepada 142 mahasiswa psikologi di University of Queensland. Analisis statistik menunjukkan bahwa alat ukur ini memiliki reliabilitas yang cukup baik (α = .64). Kalkulasi Indeks Diskirimasi Item mengungkap bahwa pada umumnya, item-item dalam skala ini tidak terlalu tinggi angka indeksnya, namun kebanyakan item cukup baik angka indeksnya. Validitas dari alat ukur ini hanya terbukti sebagian, karena subskala Extraversion dari Eysenck Personality Questionnaire, sebagai salah satu dari skala validasi, tidak menunjukkan korelasi yang signifikan dengan skala GOOMS ini. Walaupun begitu, Rathus Assertiveness Scale dan Liebowitz Social Anxiety Scale dua-duanya berkolerasi secara positif dengan skala GOOMS. Secara keseluruhan, skala ini menunjukkan reliabilitas dan validitas yang cukup menjanjikan, dan dapat berguna dalam konteks dimana keasertifan sangat diperlukan.

In this study, a scale of Assertiveness in share-housing was created. The scale was adapted from the Rathus Assertiveness Scale (McCormick, 1984), and was tested on 142 Psychology students at the University of Queensland. Statistical analyses revealed that the scale had an acceptable level of reliability (α = .64). Calculations of Item Discrimination Indices also revealed that on average, items were not very high in terms of their indices, but
most obtained sufficient figures. The validity of this scale was also only partially established, as the Extraversion subscale of the Eysenck Personality Questionnaire, as one of the three validating scales, did not show significant correlation with the GOOMS scale. However, the Rathus Assertiveness Scale and the Liebowitz Social Anxiety Scale were significantly positively correlated with GOOMS. Overall, this scale showed promising direction towards good reliability and validity, and could be useful for certain contexts where assertiveness
might be socially required in a community.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Maria Ninawati
"Tesis ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas program training komunikasi asertif untuk meningkatkan keterampilan kerjasama pada Pre Operational First Officer di PT. X. Tipe penelitian ini adalah action research dengan partisipan sebanyak 7 orang. Alat ukur perilaku asertif adalah adaptasi dari Rathus Assertiveness Schedule (Rathus,1973) dengan nilai koefisien alpha (α) sebesar 0,744. Sedangkan untuk mengukur keterampilan kerjasama, digunakan adaptasi dari Teamwork Skill Questionnaire (O?Neil 1996) dengan nilai koefisien alpha (α) sebesar 0,750.
Hasil uji korelasi Spearman-Rho menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara perilaku asertif dengan keterampilan kerjasama dengan korelasi sebesar 0,773 dan signifikansi 0,042 (p>0,05). Dengan demikian semakin tinggi perilaku asertif, maka semakin tinggi keterampilan kerjasama. Sementara hasil uji Wilcoxon Signed-Rank Test menunjukkan perbedaan skor sebelum dan sesudah intervensi pada perilaku asertif dengan nilai signifikansi 0,027 (p>0,05) dan pada skor keterampilan kerjasama dengan nilai signifikansi 0,042 (p>0,05).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa training komunikasi asertif dapat meningkatkan perilaku asertif dan keterampilan kerjasama pada responden. Dengan demikian perusahaan dapat menerapkan training komunikasi asertif untuk meningkatkan keterampilan kerjasama pada pre operational first officer.

The purpose of this thesis is to see the effectiveness of assertive communication training program to improve teamwork skills of pre operational first officer at X company. This research used action research method with 7 participants. The research that was used Rathus Assertiveness Schedule (Rathus, 1973) with alpha coefficient (α = 0,744), and Teamwork Skill Questionnaire (O?Neil 1996) with alpha coefficient (α = 0,750) to measure teamwork skill.
The result showed a significant relationship between assertive behavior and teamwork skill with a correlation value of 0.773 and significance of 0.042 (p <0.05). It showed that with increasing assertive behavior so teamwork skill will be increase too. In addition, there were significant differences score before and after intervention program of assertive behavior (p=0.027<0.05) and (p=0.042<0.05) of teamwork skill.
The analysis results showed that assertive communication training can enhance assertive behavior and teamwork skill of participant. Assertive Communication Training can be used by company to improve teamwork skill of pre operational first officer.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31849
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Soimah
"Perilaku kekerasan merupakan salah satu gejala yang menjadi alasan bagi keluarga untuk membawa klien ke rumah sakit jiwa karena berisiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Manajemen perilaku kekerasan terdiri dari tiga strategi yaitu strategi pencegahan, strategi antisipasi, dan strategi pengekangan. Latihan asertif merupakan salah satu strategi pencegahan untuk mengantisipasi tindakan kekerasan yang berulang. Tujuan penanganan kasus ini adalah diketahui perubahan tanda gejala dan kemampuan klien risiko perilaku kekerasan setelah diberikan tindakan keperawatan ners dan latihan asertif. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan pendekatan metode case series. Responden berjumlah 26 orang yang dibagi dalam 2 kelompok sesuai kriteria inklusi. Kelompok pertama adalah klien yang mengalami risiko perilaku kekerasan karena halusinasi, kelompok kedua klien yang mengalami risiko perilaku kekerasan karena keinginan/kebutuhan tidak terpenuhi. Hasil penanganan kasus menunjukkan bahwa terjadi penurunan tanda gejala risiko perilaku kekerasan terutama pada aspek perilaku, kognitif dan afektif setelah diberikan tindakan keperawatan ners dan ners spesialis latihan asertif. Rekomendasi dari penanganan kasus ini adalah tindakan keperawatan ners dan tindakan keperawatan ners spesialis latihan asertif dilakukan secara terus-menerus untuk menurunkan tanda gejala pada klien risiko perilaku kekerasan.

Violent behavior is one of the main reasons for families to take clients to a mental hospital because they risk injuring themselves, others and the environment. Violent behavior management consists of three strategies: prevention strategies, anticipatory strategies, and restraint strategies. Assertive training is one prevention strategy to anticipate repeated acts of violence. The purpose of handling this case is to know the change of symptoms and the ability of the client's risk of violent behavior after being given nursing actions ners and assertive training. Writing this scientific paper using case series method approach. Respondents were 26 people divided into 2 groups according to inclusion criteria. The first group is the client who is experiencing the risk of violent behavior due to hallucinations, the second group of clients experiencing the risk of violent behavior due to desire/needs are not met. The results of case management showed that there was a decrease in signs of violent behavior risk behavior especially on behavioral, cognitive and affective aspects after being given nursing actions ners and assertive training. Recommendations from the handling of this case are nursing actions ners and nursing actions ners specialists assertive training are conducted continuously to reduce sign and symptoms on the client risk of violent behavior. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vira Andalusita Mulyaningrum
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh intervensi dengan pendekatan Acceptance and Commitment Therapy yang dikombinasikan dengan komunikasi asertif dan memaafkan untuk menurunkan kemarahan. Partisipan dalam penelitian ini adalah individu dewasa muda yang sedang dalam hubungan berpacaran dan telah berencana untuk menikah. Tingkat kemarahan yang tinggi dapat menimbulkan efek destruktif bagi hubungan pacaran, serta berpotensi menimbulkan permasalahan di kehidupan rumah tangga nantinya. Penelitian ini merupakan kuasi-eksperimental one group, pre-test/post-test design. Peneliti memberikan enam sesi intervensi individual secara daring kepada tiga partisipan perempuan dan satu partisipan laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian intervensi dengan pendekatan Acceptance and Commitment Therapy dapat menurunkan intensitas, frekuensi, dan ekspresi kemarahan dalam hubungan pacaran pada individu dewasa muda dalam penelitian ini. Secara kuantitatif, partisipan menunjukkan penurunan skor pada skala State Anger, Trait Anger, dan Anger Expression Index pada STAXI-2. Secara kualitatif, intervensi ini membantu partisipan untuk merespon emosi dan situasi pemicu marahnya dengan lebih baik.

This study was conducted to investigate the effect of an intervention with Acceptance and Commitment Therapy approach combined with assertive communication and forgiveness to reduce anger. Participants in this study were young adults who were in dating relationships and had planned to get married. A high level of anger can be destructive in courtship relationships and can lead to many problems in marriage life later on. This is a one-group, quasi-experimental study with a pre-test/post-test design. Six individual intervention sessions were given online to three female and one male participants. The findings revealed that the application of Acceptance and Commitment Therapy approach could reduce the intensity, frequency, and expression of anger in courtship relationships in young adults in this study. Participants showed a decrease in scores on the State Anger, Trait Anger, and Anger Expression Index scales on the STAXI-2. Qualitatively, this intervention taught participants how to respond more effectively to emotions and anger-provoking situations."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilin Darmiyanti
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas pelaksanaan model Assertive Community Treatment, faktorfaktor
penghambat dan pendukung serta pelaksanaan di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor . Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis studi kasus.
Sedangkan data dan informasi diperoleh dari informan yang ditetapkan sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Metode pengumpulan data diperoleh melalui studi kepustakaan,
wawancara mendalam, observasi, serta pengambilan foto. Berdasarkan dari hasil penelitian
didapatkan kesimpulan bahwa pelaksanaan model Assertive Community Treatment di Rumah
Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor cukup berhasil, karena didukung oleh berbagai pihak
yaitu Dinas Kesehatan, dokter, perawat, dan kader pelaksanaan model Assertive Community
Treatment di Masyarakat."
2011
T29514
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>