Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179913 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Jalil
"Insight buruk dimiliki 80% klien skizofrenia dan efikasi dirinya rendah. Insight buruk menurunkan efikasi diri. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh Terapi Penerimaan dan Komitmen (TPK) dan Program Edukasi Pasien (PEP) terhadap insight dan efikasi diri klien skizofrenia di RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang. Desain quasi experimental pre-post test with control group. Sampel 147 diambil dengan teknik simple random sampling. Analisis data dengan Kruskall Wallis Test dan Regresi Linear Ganda. Hasil: Insight dan efikasi diri klien skizofrenia yang mendapatkan TPK-PEP meningkat secara bermakna dan lebih tinggi secara bermakna dari klien yang mendapatkan TPK. TPK-PEP meningkatkan insight sebesar 8,741 poin dan efikasi diri 11,522 poin. TPK-PEP direkomendasikan sebagai terapi keperawatan utama dalam merawat klien skizofrenia dengan insight buruk dan efikasi diri rendah.
Impaired insight and low self-efficacy are common in schizophrenic clients. Bad insight exacerbates self stigma and lowers self-efficacy. This study aimed to determine effect of ACT-PEP on insight and self-efficacy of schizophrenic clients at Prof. Dr. Soeroyo Magelang Hospital. This was a quasiexperimental research, using pre-post test with control group. A number of 147 samples were recruited using simple random sampling technique, divided into 3 groups of ACT-PEP, ACT only and control. Data were analyzed using Kruskall Wallis Test and Linear Regression. Result: insight and self-efficacy of schizophrenia clients who get ACT-PEP was significantly increased and significantly higher than the clients were getting ACT. ACT-PEP increased insight by 8.741 points and increased self-efficacy by 11.522 points. ACT-PEP is recommended as primary therapy in nursing care for clients schizophrenia with poor insight and low self-efficacy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36749
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Encik Putri Ema Komala
"Skizofrenia adalah penyakit gangguan jiwa berat yang banyak dirawat di Rumah Sakit. Insight buruk dan perilaku kekerasan adalah tanda dan gejala dominan yang ditemukan pada klien skizofrenia. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas program edukasi pasien, terapi penerimaan komitmen, psiko edukasi keluarga terhadap insight, tanda dan gejala serta kemampuan klien mengontrol perilaku kekerasan. Metode penelitian kuantitatif dengan desain quasi experiment pre post test without control group. Responden adalah klien skizofrenia yang mengalami perilaku kekerasan berjumlah 66 orang. Program edukasi pasien, terapi penerimaan komitmen dan psiko edukasi keluarga efektif menaikan secara bermakna insight klien, menurunkan secara bermakna tanda dan gejala perilaku kekerasan serta meningkatkan secara bermakna kemampuan klien mengontrol perilaku kekerasan (p-value <0,05). Penelitian ini merekomendasikan agar program edukasi pasien, terapi penerimaan komitmen, psiko edukasi keluarga dijadikan tindakan keperawatan terpadu untuk meningkatkan insight klien, menurunkan tanda dan gejala perilaku kekerasan serta meningkatkan kemampuan klien mengontrol perilaku kekerasan.

Schizophrenia is a severe mental illness that many hospitalized. Insight bad and violent behavior is predominant signs and symptoms found in schizophrenia clients. This study aims to determine the effectiveness of patient education programs, acceptance commitment therapy, family psycho education on patient?s insight, signs and symptoms as well as the client's ability to control aggresive behavior. research methods is quantitative with design quasi experimental pre-post test with control group. Respondents are schizophrenic client who experienced aggresive behavior amounted to 66 people. Patient education programs, acceptance commitments therapy and family psycho education effectively increase significantly clients ?insight, significantly reduce the signs and symptoms of aggresive behavior as well as significantly improve the client's ability to control aggresive behavior (p-value <0.05). This study recommends that patient education programs, acceptance commitment therapy, family psycho education nursing used to improve client?s insight, reduce the signs and symptoms of aggressive behavior and to improve the client's ability to control aggresive behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T46155
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Fitri
"Latar Belakang: Skizofrenia ditandai dengan gangguan signifikan dalam persepsi dan perubahan perilaku. Gejala lainnya yang muncul termasuk delusi, halusinasi, pemikiran tidak teratur, perilaku tidak terarah atau agitasi yang ekstrim. Seseorang dengan skizofrenia mengalami kesulitan terus menerus dengan fungsi kognitif, namun pengobatan skizofrenia dapat dilakukan dengan patuh minum obat, psikoedukasi, intervensi keluarga, dan rehabilitasi psikososial. Gejala paling umum oleh penderita skizofrenia adalah halusinasi (persepsi yang salah tentang objek atau peristiwa yang melibatkan panca indra seperti penglihatan, suara, penciuman, sentuhan, dan rasa). Kasus: Ny. T (25 tahun) diantar suaminya karena sejak 2 minggu gelisah, sulit tidur, sering berteriak, bicara sendiri, mondar-mandir, tidak ada gairah, dan sudah tidak bisa diajak berkomunikasi. Pasien minum densol pukul 14.00 sudah di pasang NGT untuk kumbah lambung di RS Citra Insana. Pasien putus obat sejak 17 Januari 2023. Diskusi: Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, analisa data, perencanaan, implementasi hingga evaluasi. Seluruh proses asuhan keperawatan dilakukan selama sepuluh hari sejak 8 April-17 April 2023 di ruangan Utari Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSJMM) Bogor. Intervensi yang diberikan sesuai dengan standar asuhan keperawatan generalis untuk diagnosa utama halusinasi dengan dikombinasikan terapi menggambar dan menulis sebagai alternatif untuk mendistraksi pasien dari pikiran yang terpusat pada halusinasi yang muncul pada pasien. Kesimpulan: Penerapan intervensi generalis dengan pendekatan terapi seni menggambar dan menulis terhadap pasien Ny. T dengan masalah keperawatan halusinasi dapat mengurangi tanda gejala dan meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi

Background: Schizophrenia is characterized by significant disturbances in perception and changes in behavior. Other symptoms include delusions, hallucinations, disorganized thinking, disorganized behavior or extreme agitation. Someone with schizophrenia experiences continuous difficulties with cognitive function, but schizophrenia treatment can be carried out by adhering to taking medication, psychoeducation, family intervention, and psychosocial rehabilitation. The most common symptom of people with schizophrenia is hallucinations (false perceptions of objects or events involving the five senses such as sight, sound, smell, touch and taste). Case: Mrs. T (25 years) brought by her husband because since 2 weeks she has been restless, has trouble sleeping, often screams, talks to herself, paces back and forth, has no passion, and is no longer able to communicate. The patient drank densol at 14.00 and had an NGT installed for gastric lavage at Citra Insana Hospital. The patient has been off medication since January 17, 2023. Discussion: Care begins with assessment, data analysis, planning, implementation and evaluation. The entire process of nursing care was carried out for ten days from 8 April to 17 April 2023 in the Utari room of the Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSJMM) Bogor. The interventions provided are in accordance with generalist nursing care standards for the main diagnosis of hallucinations with a combination of drawing and writing therapy as an alternative to distract patients from thoughts that are forced on hallucinations that appear in patients. Conclusion: The application of generalist interventions with a drawing and writing art therapy approach to Mrs. T with hallucination nursing problems can increase patient motivation to reduce signs and symptoms and improve the ability to control hallucinations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Emi Wuri Wuryaningsih
"Perilaku kekerasan merupakan masalah yang sering muncul pada pasien gangguan jiwa berat termasuk skizofrenia. Alasan keluarga membawa pasien ke RSJ adalah ketidakmampuan mengatasi perilaku kekerasan pasien di rumah. Keluarga berusaha mencegah kekambuhan perilaku kekerasan pasien pasca rawat inap karena perilaku kekerasan menimbulkan beban bagi keluarga. Penelitian ini bertujuan menggambarkan pengalaman keluarga mencegah kekambuhan pasien dengan riwayat risiko perilaku kekerasan pasca rawat inap di RSJ. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi deskriptif. Sampel penelitian berjumlah 8 partisipan dengan purposive sampling. Analisis data menggunakan metode Collaizi.
Hasil penelitian yaitu terdapat 8 tema yang menggambarkan pengalaman keluarga tersebut yaitu: 1) pengetahuan keluarga tentang riwayat perilaku kekerasan; 2) kepekaan keluarga terhadap pencetus kekambuhan, 3) cara pengendalian pasien untuk mencegah kekambuhan; 4) kepedulian keluarga sebagai upaya pencegah kekambuhan, 5) beban keluarga, 6) strategi koping keluarga; 7) bentuk dukungan keluarga, 8) kepasrahan dalam menerima kondisi pasien. Perawat jiwa dapat memberikan pendidikan kesehatan pencegahan dan manajemen perilaku kekerasan kepada pasien dan keluarga. Pelatihan perawat tentang terapi supportif sehingga dapat memfasilitasi terapi supportif pada pasien dan keluarga.

Violence behavior has been the common problem for patients with severe mental illness, including schizophrenia. The reason their family brought them to the psychiatric hospital is their inability to control the patients? violent behavior at home. Their family tried to prevent patients? posthospitalization recurrence because it has been a burden for them. This research was aimed to describe the family experiences in preventing patients? recurrence with risk for violence after being treated in psychiatric hospital. This research used descriptive phenomenology qualitative approach. The research sample was 8 participants taken by purposive sampling method. The data had been analyzed using Collaizi method.
Eight themes were revealed to describe the family experiences: 1) family knowledge of patients? violent behavior history; 2) family sensitivity to trigger violence behavior; 3) the ways of family controlled patient to prevent recurrence; 4) family care as an effort to prevent recurrence; 5) family burden; 6) family coping strategies in preventing recurrence; 7) family support to prevent recurrence; 8) resignation to accept the patients? condition. Nurses can provide mental health preventing education and management of violent behavior to patients and families. Nurse training of supportive therapy to facilitate supportive therapy for patients and families."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Imelisa
"Prevalensi schizophrenia di Kersamanah adalah sebesar 2.6/1000 jiwa, dan 39,8% klien drop out berobat. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh asuhan keperawatan pada klien, keluarga dan peran PMO (terapi keperawatan) terhadap kemandirian dan kepatuhan berobat. Penelitian ini menggunakan desain quasy experiment dengan purposive sampling. Penelitian menggunakan instrumen kemandirian CMHN Jakarta dan MARS.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan bermakna kemandirian dan kepatuhan berobat setelah diberikan terapi keperawatan (p-value<α=0.05). Terdapat perbedaan perubahan bermakna pada kelompok intervensi dan kontrol (p-value<α=0.05). Terdapat hubungan erat antara kemandirian dengan kepatuhan berobat (p-value < α=0.05). Saran dari penelitian ini adalah dikembangkannya asuhan keperawatan pada klien, keluarga dan peran PMO di Kersamanah.

The prevalence of schizophrenia in Kersamanah is 2.6/1000 person, 39.8% client has been drop out in medication. This research aimed to found the effect of nursing process to the client, family and PMO role (as nursing therapy) to independency and medication adherence. This research used a quasy experiment design with purposive sampling. This research use the instrument of independency from the CMHN Jakarta research and the MARS instrumen for medication adherence.
The result shows that there is a significant change of independency and medication adherence after intervension of nursing therapy (p-value < α=0.05). There is a significant differences change between intervention and control group (p-value < α=0.05). There is a close relation between independency and medication adherence (p-value < α=0.05). This research suggest continue implementation of nursing process to client, family and PMO role in Kersamanah.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31229
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Magdalena Niken Oktovina
"Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan melayani pasien tidak mampu dan sebagian besar merupakan penderita schizophrenia. Untuk mengatasi pembiayaan obat yang semakin meningkat, dilakukan penerapan program INADRG Case-mix. Pada program Case-mix, aLOS bagi penderita schizophrenia (kode 194101 - 3) adalah 7,8 - 10,7 hari. Sedangkan, menurut data rekam medik aLOS bagi penderita schizophrenia pada tahun 2008 adalah 49 hari. Perbedaan aLOS ini akan menyebabkan kesulitan dalam penagihan biaya pengobatan serta menghambat pelaksanaan program tersebut. Oleh karena itu, dilakukan uji coba penerapan kebijakan INA-DRG dengan menurunkan lama dirawat menjadi 21 hari pada tanggal 1 Nopember 2008. Penurunan lama dirawat dapat disertai dengan merubah penggunaan rejimen obat psikotropika.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi rejimen obat dengan mengetahui perbedaan pengaruh pemakaian rejimen obat terhadap outcome terapi sebelum dan setelah kebijakan. Mengetahui ada tidaknya perbedaan antara sebelum dan setelah kebijakan terhadap rejimen obat, lama dirawat, skor awal dan skor akhir keperawatan, serta biaya obat di rawat inap. Tujuan khusus dari penelitian di rawat jalan mengetahui ada tidaknya perbedaan pada rejimen obat dan biaya obat. Mengetahui faktor-faktor apa saja selain rejimen obat yang dapat mempengaruhi outcome terapi sebelum dan setelah kebijakan dilaksanakan.
Penelitian dilakukan secara cross sectional bersifat retrospektif, menggunakan data sekunder yang diambil dari rekam medik pasien. Sampel yang diambil merupakan pasien tidak mampu di wilayah DKI Jakarta (Gakin) dengan diagnosis schizophrenia, usia diatas 18 tahun dengan waktu pengobatan antara 1 Juni 2008 sampai 25 Oktober 2008 dan antara 5 Nopember 2008 sampai 30 Maret 2009, serta memiliki skor keperawatan. Pengambilan data dilaksanakan secara total sampel antara bulan Maret sampai Juni 2009. Sampel penelitian dikelompokan atas data rawat jalan dan rawat inap yang terbagi atas kelompok sebelum dan setelah kebijakan.
Data yang diperoleh olah dengan analisis univariat, bivariat, dan regresi logistik menggunakan metode Backward Stepwise. Hasil penelitian ditunjukan dengan tabel dan persentase. Pada umumnya, pasien schizophrenia yang berobat di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan di rawat jalan dan rawat inap berusia antara 30 – 39 tahun (50.41%), laki-laki (65.04%), dari Jakarta Barat (33.74%), tidak menikah (78.86%), pendidikan terakhir sampai SLTP (55.69%). Pasien dengan gejala schizoprenia paranoid/ F.20.0 (72.36%), lama dirawat antara 21 sampai 40 hari (48.94%), dengan kemampuan merawat diri sedang (62.77%) dan pulang dengan skor akhir baik (55.32%). Pasien lebih banyak mendapat rejimen obat no.17 (15.85%) dengan komposisi resperidon 2 mg dosis 2 x 1 sehari, haloperidol 5 mg dosis 2 x 1 sehari, triheksifenidyl 2 mg dosis 2 x 1 sehari, dan klopromazine 100 mg dosis 1 x 1 sehari. Biaya obat yang dibutuhkan untuk 14 hari masuk dalam katagori cukup yaitu antara 300001 rupiah sampai 500000 rupiah (59.57%).
Sebelum kebijakan terdapat perbedaan bermakna terhadap pengaruh pemakaian rejimen obat dengan Outcome terapi (Sig. 0.027), namun setelah kebijakan tidak terdapat perbedaan bermakna.(Sig. 1.00). Pada unit rawat inap antara sebelum dan setelah kebijakan, tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap pemakaian rejimen obat (Sig. 0.853), lama dirawat (Sig. 0.910), skor awal keperawatan (Sig. 0.529), skor akhir keperawatan (Sig. 0.789), dan biaya obat (Sig. 0.698). Pada unit rawat jalan antara sebelum dan setelah kebijakan tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap pemakaian rejimen obat.(Sig. 0.427), dan biaya obat (Sig. 0.772). Faktor-faktor lain yang memberi pengaruh bermakna terhadap Outcome terapi sebelum kebijakan adalah jenis kelamin (Sig. 0.007), status (Sig. 0.047), dan pendidikan (Sig. 0.005). Skor awal (Sig. 0.014) memberi pengaruh setelah kebijakan."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
T29039
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Andayani
"Skizofrenia adalah gangguan jiwa atau gangguan otak kronis yang mempengaruhi individu sepanjang kehidupannya. Defisit perawatan diri merupakan salah satu perilaku klien skizofrenia dimana seseorang mengalami gangguan atau hambatan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang meliputi defisit: mandi, berpakaian, makan, dan eliminasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik klien skizofrenia dengan tingkat kemampuan perawatan diri. Desain penelitian yang digunakan adalah desain cross-sectional melalui metode observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik klien skizofrenia pada umumnya tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan tingkat kemampuan perawatan dirinya, kecuali variabel frekuensi dirawat (P value < 0,05). Rekomendasi penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam penerapan tindakan keperawatan yang tepat dan pembuatan modulmodul terapi keperawatan pada klien skizofrenia sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan secara optimal dan mengurangi tingkat ketergantungan klien skizofrenia dalam perawatan dirinya.

Schizophrenia is a mental disorder or chronic brain disorder that affects human individuals throughout their lives. Self-care deficit is one of the schizophrenia client behaviour in which a person susceptible to interference or hindrance to perform or complete daily activities which include deficit on: bathing, dressing, eating, and elimination. The study aimed to determine the relationship between characteristic of schizophrenia clients with their self-care ability. The study was conducted by using cross-sectional design through direct observation. Results of the study had display generally there are no relationships or any significant difference between characteristic of schizophreniaa client with self-care level, except for the factor of treatment frequency (P value < 0,05). Recommendations suggested by the study can be used as guideline in applying appropriate nursing actions through the production of therapeutic modules on schizophrenia client to increase an optimum nursing care and finally to reduce client dependency on self care ability."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43366
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Wahyuningsih
"ABSTRAK
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku untuk melukai atau mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan secara verbal atau fisik yang sering dijumpai pada Skizoprenia. Perilaku kekerasan adalah alasan masuk utama klien gangguan jiwa dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas, dengan prosentase sebanyak 62 kasus (68%). Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh Assertiveness Training terhadap perilaku kekerasan pada klien Skizoprenia. Desain penelitian quasi eksperimen pendekatan pre post tes with control group. Sampel penelitian adalah klien Skizoprenia dengan perilaku kekerasan berjumlah 72 yaitu 36 responden mendapatkan terapi generalis dan Assertiveness Training dan 36 responden hanya mendapatkan terapi generalis, diambil secara random sampling Sampel penelitian adalah klien Skizoprenia dengan perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan diukur melalui empat respon yaitu respon perilaku, sosial dan fisik yang diukur dengan observasi dan respon kognitif diukur dengan kuisioner. Perbedaan perilaku kekerasan kemudian dianalisis dengan t test. Salah satu terapi yang dapat diberikan pada klien yang mengalami masalah perilaku kekerasan yaitu Assertiveness Training. Assertiveness Training diberikan pada kelompok intervensi dipadu dengan terapi terapi generalis. Terapi ini dilakukan dalam lima sesi dengan metode describing,modelling, role play, feedback dan transferring. Hasil penelitian menunjukkan perilaku kekerasan pada kelompok yang mendapatkan terapi generalis dan Assertiveness Training menurun secara bermakna pada respon perilaku,kognitif, sosial dan fisik (p value< 0,05) dan pada kelompok yang hanya mendapatkan terapi generalis menurun secara bermakna pada respon perilaku, kognitif dan fisik (p value< 0,05). Perilaku kekerasan kelompok yang mendapatkan terapi generalis dan Assertiveness Training menurun lebih rendah secara bermakna dari pada kelompok yang mendapatkan terapi generalis (p value < 0,05). Terapi generalis dan Assertiveness Training terbukti menurunkan perilaku kekerasan pada klien Skizoprenia dan direkomendasikan diterapkan sebagai terapi perawatan dalam merawat klien dengan perilaku kekerasan.

ABSTRACT
Violence behaviour was a behavioural form that hurt or do irreparable damage himself, someone else, or environment in a verbal or physical manner that found of Schizophrenia frequently. Violence behaviour was the mean reason why client with mental disorder should be admitted to Banyumas Hospital, with the 62 cases (68%). This study aimed to investigate the influence of Assertiveness Training toward violence behaviour of Schizophrenia. This study used Quasy experiment study design with pre and post test approach for intervention and control group. Respondent of this study were 72 Schizophrenia clients with violence behaviour which divided into 2 group using random sampling method. Thirthy six (36) respondents was given Assertiveness Training and 36 respondents was not given Assertiveness Training. Violence behaviour was measured through four responses namely behavioral, social and physical responses that was measured by observation, meanwhile cognitive respon was measured by using quesionnaire. Then differences violence behaviour was analized by using t test One of therapy that can be given to client who suffers from violence behavior was Assertiveness Training. Assertiveness training was a therapy to train someone to perform asertif behaviour. This therapy was conducted for 5 session using describing, modelling, role play, feedback and transferring methods. The study result showed that violence behaviour at the group which given generalist therapy and Assertiveness Training was decreased significantly in behavioral, cognitive, social and physical responses (p value < 0,05). The group which given generalist therapy was decreased significantly in behavioral, cognitive and physical responses (p value < 0,05). Violenece behavior at the group which given generalist therapy and Assertiveness Training was decreased more lower than the group which given generalist therapy (p value < 0,05).This result demonstrated that there was an impact of generalist therapy and Assertiveness Training in decreasing violence behaviour and recommended as nursing therapy used to treat client with violence behaviour ."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Subhan Rio Pamungkas
"Skizofrenia anak merupakan salah satu gangguan jiwa berat yang membutuhkan rawat inap. Pemeriksaan gejala skizofrenia anak secara objektif diperlukan untuk melihat perbaikan yang dicapai. Positive and Negative Syndrome Scale PANSS dan Clinical Global Impression-Severity CGI-S merupakan instrumen yang dapat dipergunakan untuk memeriksa gejala skizofrenia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan skor PANSS dan CGI-S pada skizofrenia anak saat masuk dan keluar rawat inap.
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dan mengukur nilai PANSS dan CGI-S pasien skizofrenia anak 10-18 tahun saat masuk dan keluar rawat inap. Hasil yang didapat menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara skor total PANSS saat masuk 106,71 21,74 dan saat keluar 46,12 14,38 . Pada skor CGI-S saat masuk 5,33 1,05 dan saat keluar 2,52 1,096 juga terdapat perbedaan bermakna. Penggunaan PANSS dan CGI-S dapat disarankan sebagai instrumen untuk mengevaluasi rutin perkembangan gejala skizofrenia anak.
Child schizophrenia is one of the major mental disorders that often require hospitalization. Examination of schizophrenia symptoms in children is objectively required to observe the improvement achieved. Positive and Negative Syndrome Scale PANSS and Clinical Global Impression-Severity CGI-S are instruments that can be used to examine the symptoms of schizophrenia. The objectives of the study was to find out the differences between PANSS as well as CGI-S scores on child schizophrenia at admission and discharge from the hospital.
This study used a cross-sectional study to measure PANSS and CGI-S score in schizophrenic children 10-18 years at admission and discharge. The results showed that there was a significant difference between the total PANSS score at admission 106.71 21.74 and discharge 46.12 14.38 . There is also a significant difference on the CGI-S score at admission 5.33 1.05 and discharge 2.52 1.096 . The use of PANSS and CGI-S can be suggested as an instrument for the routine evaluation of childhood schizophrenia symptoms."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan: Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa di Indonesia mempunyai rerata lama hari rawat yang tinggi yatu 54 hari, dan yang paling lama dirawat adalah klien dengan diagnosa skizofrenia. Data rumah sakit jiwa pusat Bogor 2001, menunjukkan rerata lama hari rawat adalah 115 hari dan untuk klien perilaku kekerasan 42 hari. Penelitian ini bertujuan mengurangi lama hari rawat klien skizofrenia dengan perilaku kekerasan dengan meningkatkan kemampuan klien mencegah perilaku kekerasan. Metoda: Metoda penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan disain multipel seri ganda. Penelitian dilakukan di RSJP Bogor, dengan 152 responden (75 orang kelompok intervensi dan 77 orang kelompok non intervensi). Pendidikan diberikan kepada kelompok intervensi tentang cara mencegah perilaku kekerasan. Hasil: Dari hasil penelitian ditemukan bahwa rerata lama hari rawat klien kelompok intervensi adalah 23 hari dan kelompok non intervensi 40 hari. Klien kelompok intervensi yang mempunyai kemampuan mandiri 86,6% dan kemampuan dengan bantuan 13,4% dalam mencegah perilaku kekerasan. Klien kelompok non intervensi semuanya tidak mempunyai kemampuan mengendalikan perilaku kekerasan. Klien dengan kemampuan mandiri dalam mencegah perilaku kekerasan mempunyai lama hari rawat yang lebih pendek secara bermakna dibandingkan dengan klien yang tidak mempunyai kemampuan (p-value 0.025). Kesimpulan: Disimpulkan, pendidikan kesehatan tentang cara mencegah perilaku kekerasan dapat meningkatkan kemampuan klien dan selanjutnya memperpendek lama hari rawat secara bermakna.

Abstract
Aim: In average, the length of hospital stay in mental hospitals in Indonesia is 54 days, the longest of which occur on schizophrenic clients. In Bogor Mental Hospital, the average length of stay is 115 days. Those with schizophrenic and violence behavior have 42 days length of stay. The purpose of this study was to reduce length of stay for schizophrenic clients by enhancing their abilities to control violence behavior. Methods: This is a quasi experimental study with multiple series design. Study was conducted in Bogor Mental Hospital with 152 respondents (75 intervention and 77 non intervention). Training was given to the intervention group about the ways how to control violence behavior. Results: The results of this study showed that the average length of stay in the hospital for the clients in intervention group was 23 days and non intervention group was 40 days. There were 86.6% of clients in intervention group that independently (without assistance) could control their behavior, whereas 13.4 % still need assistant. All clients in non intervention group had no abilities to control their violence behavior. Clients who were independent in controlling violence behavior had significantly shorter length of stay compared to non independent clients (p < 0.05). Conclusion: Hence, the training control violence behavior can increase the abilities of the clients in controlling their violence behavior and resulting in shorter length of stay in hospital. "
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>