Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183244 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Luh Mas Sukeningsih
"Selulit merupakan masalah estetika yang terjadi pada 85% perempuan Asia yang berusia di atas 20 tahun dan paling sering terdapat di area paha, bokong dan perut yang perawatannya membutuhkan biaya mahal dengan berbagai efek samping.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kualitas minyak esensial nilam (Pogostemon cablin), melati (Jasminum sambac) dan jahe (Zingiber officinale) dengan Gas Chromathography-Mass Spectrometry (GC-MS) dan membuktikan pengaruhnya dalam mengurangi gejala selulit. Uji pengaruh dilakukan secara open label comparative clinical trial dengan rancangan inter subject, single blind pada 21 orang relawan perempuan dengan selulit derajat 1-3 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta telah menandatangani informed consent. Sediaan campuran minyak esensial nilam, melati dan jahe dengan konsentrasi masing-masing 1%, diaplikasikan pada kulit relawan yang berselulit dan diamati pengaruhnya terhadap iritasi dan manfaatnya terhadap gejala selulit setelah pemakaian selama 28 hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan uji tidak mengiritasi kulit dan dapat mengurangi secara bermakna ukuran lingkar paha pada keadaan longgar dengan nilai p = 0,0035 dan keadaan ketat dengan dengan nilai p = 0,003 serta ukuran kekasaran kulit (kedalaman kerutan) dengan nilai p = 0,0275. Data fotografi menunjukkan bahwa ada perbaikan penampilan permukaan kulit walaupun derajat selulit belum berubah.

Cellulite is an aesthetic problem which occurs in 85% of Asian women over the age of 20 years and most often found in the area of the thighs, buttocks, and stomach, which its treatment is expensive and can cause many side effects.
The purpose of this study was to determine the quality of essential oils of patchouli (Pogostemon cablin), jasmine (Jasminum sambac) and ginger (Zingiber officinale) with Gas Chromathography-Mass Spectrometry (GC-MS) and prove its efficacy in reducing the symptoms of cellulite. The efficacy test conducted open label comparative clinical trial with inter-subject design, single blind on 21 female volunteers with cellulite 1-3 degrees that meet the inclusion and exclusion criteria and have signed informed consent. The preparation of essential oil blends : patchouli, jasmine and ginger with a concentration of 1% each, was applied to volunteers skin and observed the symptoms of irritation and the beneficial effects on cellulite after 28 days of application.
The results showed that the tested preparation did not irritate the skin and could significantly reduce the thigh circumference in loose measurement with p value = 0.0035 and 0,003 in tight measurement, as well as skin roughness (depth of wrinkles) with p value = 0.0275. The photographic data showed that there was an improvement in skin surface appearance, although the degree of cellulite has not been changed."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T38256
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariesonna Lestari
"ABSTRAK
Selulit sudah lama dikenal sebagai sejenis kegemukan yang terjadi pada jutaan
wanita di seluruh dunia dan berakibat pada penurunan nilai estetik. Berbagai
macam media banyak membahas mengenai penyakit ini beserta dengan berbagai
metode dan prosedur terapinya yang meliputi bedah, farmakologi, fitoterapi,
homeopati, elektromedis, kosmetik, atau mesoterapi fisiologi. Namun semuanya
itu memerlukan biaya yang cukup tinggi sehingga hanya tersedia bagi mereka
yang mampu membelinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
sediaan krim campuran minyak nilam (Pogostemon cablin.L), minyak melati
(Jasminum sambac.L), dan minyak jahe merah (Zingiber officinale var rubrum)
untuk mengatasi selulit. Minyak nilam, minyak melati, dan minyak jahe merah
dibuat menjadi sediaan krim dengan konsentrasi masing-masing minyak 1.5%. Uji
stabilitas fisik sediaan krim uji dilakukan selama 12 minggu dan uji keamanan
kepada relawan menggunakan metode uji tempel. Uji manfaat dilakukan selama
28 hari pada area paha sebelah kanan. Sediaan krim uji menunjukkan kestabilan
selama 12 minggu dan hasil uji keamanan ada sedikit menimbulkan iritasi pada 1
orang dari total responden 46 orang. Hasil uji manfaat diukur dengan
menggunakan parameter fotografi, pengukuran lingkar paha, cutometer, dan
corneometer menunjukkan sediaan krim mampu menurunkan derajat selulit. Krim
uji terbukti memberikan hasil yang lebih signifikan dibandingkan dengan krim
plasebo, yaitu pada pemakaian krim selama 28 hari dan hasil statistik
menunjukkan ada perbedaan bermakna (p < 0,05).

ABSTRACT
Cellulite has been known as kind of obesity that occured in millions of women
around the world and resulted in decreasing aesthetic value. Various kinds of
media talked much about this disease along with the methods and procedures
including surgical therapy, pharmacology, phytotherapy, homeopathy,
electromedical, cosmetics, or mesotherapy physiology. But all of them are quite
high in cost, so they are only available to those who can afford them. The purpose
of this study is to determine the effect of the cream mixture preparation of
patchouli oil (Pogostemon cablin.L), jasmine oil (Jasminum sambac.L), and red
ginger oil (Zingiber officinale var rubrum) to cure cellulite. Patchouli oil, jasmine
oil, and red ginger oil is mixed into a cream preparation with each concentration
contains 1.5%. The physical stability of test cream dosage was conducted from
over 12 weeks and the safety test was conducted to 46 volunteers on the right
thigh using patch test. The test was done in 28 days at the right thigh. Preparation
cream showed stability for 12 weeks and there is 1 out of 46 people that had
irritation while safety testing were being tested. The benefit results which are
measured by using photographic parameters, measurement of thigh
circumference, cutometer, and corneometer showed that the cream preparation is
capable of lowering the degree of cellulite. The mixture cream is proved to be
more significant in test results compared to placebo cream for 28 days therapy
(P<0.05)."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felita Dwinugraheni
"Selulit merupakan salah satu masalah kulit yang dialami oleh 85% wanita. Salah satu cara untuk mengurangi selulit adalah dengan penggunaan kafein secara topikal. Kafein diklaim dapat menstimulasi lipolisis dan mencegah akumulsi lemak berlebihan di kulit. Kafein harus dapat berpenetrasi ke dalam kulit untuk mencapai adiposa sebagai sasarannya agar menghasilkan efek antiselulitnya. Sifat kafein yang hidrofilik akan mempersulit penetrasinya ke dalam kulit yang bersifat lipofilik sehingga dibutuhkan modifikasi bentuk kafein untuk meningkatkan penetrasinya ke dalam kulit. Pemanfaatan liposom sebagai pembawa dianggap sebagai salah satu cara untuk meningkatkan penetrasi kafein ke dalam kulit. Struktur fosfolipid pada liposom dengan bagian kepala yang bersifat hidrofilik dan bagian ekornya yang bersifat hidrofobik dapat digunakan sebagai pembawa obat, baik untuk molekul obat yang bersifat hidrofobik maupun hidrofilik seperti kafein. Review ini akan membahas tentang pemanfaatan liposom yang mengandung kafein sebagai antiselulit.

Cellulite is one of the skin problems experienced by 85% of women. One way to reduce cellulite is to use caffeine topically. Caffeine is claimed to stimulate lipolysis and prevent excessive fat accumulation in the skin. Caffeine must be able to penetrate into the skin to reach the target adipose to produce its anticellulite effect. The hydrophilic nature of caffeine will make it difficult for its penetration into the skin which is lipophilic, so it requires modification of the form of caffeine to increase its penetration into the skin. Utilization of liposomes as carriers is considered as one way to increase the penetration of caffeine into the skin. The phospholipid structure of liposomes with a hydrophilic head and a hydrophobic tail can be used as a drug carrier, both for hydrophobic and hydrophilic drug molecules such as caffeine. This review will discuss the use of liposomes containing caffeine as anticellulite."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriani Annisa Al Mansur
"Menstruasi yang menimbulkan nyeri merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia. Manajemen untuk mengatasi nyeri saat haid diantaranya adalah dengan mengonsumsi obat pereda nyeri haid. Saat ini masyarakat mulai beralih untuk menggunakan tanaman obat sebagai obat alternatif analgesik, diantaranya tanaman jahe merah merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan cengkeh (Syzigium aromaticum). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sediaan krim campuran minyak jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan minyak cengkeh (Syzigium aromaticum) terhadap penurunan intensitas nyeri haid primer. Minyak jahe merah dan minyak cengkeh dibuat menjadi sediaan krim dengan konsentrasi berturut-turut 5% dan 3%. Uji stabilitas fisik sediaan krim dilakukan selama 12 minggu dan uji keamanan kepada relawan menggunakan metode uji tempel. Uji manfaat dilakukan selama 3 jam pada area abdomen bagian bawah. Sediaan krim menunjukkan kestabilan selama 12 minggu dan hasil uji keamanan tidak menimbulkan iritasi sehingga aman digunakan secara topikal. Hasil uji manfaat diukur dengan parameter Visual Analogue Scale, Wong-Baker Faces Pain Rating Scale, frekuensi denyut nadi radialis, frekuensi pernapasan, menunjukkan sediaan krim uji mampu menurunkan intensitas nyeri haid primer. Krim uji memberikan pengaruh penurunan intensitas nyeri yang berbeda nyata dibandingkan krim plasebo, yaitu pada pemakaian krim setelah 3 jam.

Painful menstruation is one of the most common gynecological problems experienced by women of all ages. To overcome the pain during menstruation is by taking pain medication during menstruation. Nowadays , people are start to use herb as an alternative analgesic medicine, including red ginger plant (Zingiber officinale var.Rubrum) and cloves (Syzigium aromaticum). This research aims to determine the effect of mixture cream between red ginger oil (Zingiber officinale var . Rubrum) and clove oil ( Syzigium aromaticum) to reduce the intensity of primary Dysmenorrhea. Oil of red ginger and clove oils are made into cream with a concentration respectively 5% and 3%. Physical stability test for creams conducted over 12 weeks and safety testing to volunteers using the patch test. Benefit test carried out for 3 hours at the lower abdominal area. Formulations cream showed stability during 12 weeks and the results of safety test does not cause irritation which make safe to use topically. Benefit test results measured by Visual Analogue Scale parameter, Wong- Baker Faces Pain Rating Scale, the frequency of the radial pulse and respiratory rate, it shows the test cream capable of lowering the intensity of the primary dysmenorrhea. Test creams is able to decrease pain intensity and was significantly different compared to placebo cream where each effect of the cream is observed after 3 hours.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T43642
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Muqaddam
"Latar belakang: Kanker serviks merupakan kanker dengan prevalensi terbanyak keempat pada wanita di dunia, sehingga tatalaksana yang tepat dengan efek samping minimal sangat dibutuhkan. Salah satu tatalaksana yang sedang dikembangkan adalah terapi menggunakan herbal jahe (Zingiber officinale) yang diketahui memiliki aktivitas antioksidan dan sitotoksik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan aktivitas antioksidan dan sitotoksik ekstrak air rebusan jahe dan minyak esensial jahe.
Metode: Ekstrak jahe yang diujikan adalah ekstrak air rebusan jahe dan minyak esensial jahe. Aktivitas antioksidan ekstrak jahe ditentukan menggunakan metode DPPH [2,2-di(4-tert-octylphenyl)-1-picrylhydrazyl], sedangkan aktivitas sitotoksiknya terhadap sel kanker serviks HeLa ditentukan dengan metode MTT (3-(4,5-dimetilthiazol-2-yl)-2,5 difenil tetrazolium bromida) assay.
Hasil: Ekstrak air rebusan jahe dan minyak esensial jahe menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap DPPH yang tergolong aktif. Minyak esensial jahe dengan nilai IC50 sebesar 51,33 µg/mL, memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik daripada ekstrak air rebusan jahe dengan nilai IC50 sebesar 91,79 µg/mL. Aktivitas sitotoksik ekstrak air rebusan jahe (IC50=7,33 µg/mL) dan minyak esensial jahe (IC50=7,17 µg/mL) terhadap sel kanker serviks HeLa tergolong aktif dan tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik.
Kesimpulan: Ekstrak air rebusan jahe dan minyak esensial jahe memiliki potensi unutk dikembangkan lebih lanjut sebagai antioksidan dan agen antikanker untuk terapi pengobatan kanker serviks.

Introduction: Cervical cancer is cancer with the fourth most prevalence in women in the world, therefore the proper management with minimal side effects is needed. One of the treatments being developed is therapy using ginger (Zingiber officinale) which is known previously to have antioxidant and cytotoxic activity. This study aims to compare the antioxidant and cytotoxic activity of ginger boiled-water extract and ginger essential oil.
Method: The ginger extracts tested were ginger boiled-water extract and ginger essential oil. The antioxidant activity of ginger extracts was measured by the DPPH [2,2-di(4-tert-octylphenyl)-1-picrylhydrazyl] method, whereas cytotoxic activities of the extracts against HeLa cervical cancer cells were evaluated by the MTT (3-(4,5-dimethylthiazol-2- yl)-2,5 diphenyl tetrazolium bromide) assay.
Result: Ginger boiled-water extract and ginger essential oil showed an active antioxidant activity against DPPH free radical. Ginger essential oil with an IC50 value of 51.33 g/mL, has a greater better antioxidant activity than ginger boiled-water extract with an IC50 value of 91.79 g/mL. Ginger boiled-water extract (IC50=7.33 g/mL) and ginger essential oil (IC50=7.17 g/mL) were classified to have an active cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells, and both of extracts did not show a statistically significant difference.
Conclusion: Ginger boiled-water extract and ginger essential oil both have are potential to be developed for as cervical cancer therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdelhaq Setya Subarkah
"Minyak atsiri pada jahe (Zingiber officinale) dan nilam (Pogostemon cablin) berturut-turut memiliki khasiat sebagai antioksidan dan astringent. Penggunaan minyak atsiri secara langsung pada kulit kurang praktis, oleh karena itu perlu dibuat sediaan yang sesuai, yaitu dalam bentuk krim. Tujuan penelitian ini adalah membuat sediaan krim yang stabil yang mengandung campuran minyak jahe dan minyak nilam. Formulasi krim dibuat dengan Emulgade®F sebagai emulgator dengan variasi konsentrasi Emulgade®F yaitu, 5; 10; dan 15%. Uji stabilitas pada krim dilakukan dengan tiga metode yaitu, uji stabilitas mekanik (sentrifugasi); penyimpanan pada suhu rendah (4+2oC), suhu kamar (25+2oC), dan suhu tinggi (40+2oC) selama 12 minggu; dan cycling test. Parameter dalam menilai kestabilan dari krim adalah organoleptis, fase emulsi, pH, viskositas, dan distribusi ukuran globul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula yang mengandung Emulgade®F sebesar 10% b/b memiliki kestabilan krim paling baik dengan selisih pH pada minggu ke-0 dan minggu ke-12 0,15% pada suhu kamar, 3,81% pada suhu rendah, dan 2,74% pada suhu tinggi, juga distribusi ukuran globul dan viskositas yang stabil. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa formulasi krim yang stabil didapatkan pada konsentrasi Emulgade®F 10% b/b.

Essential oil of ginger (Zingiber officinale) and patchouli (Pogostemon cablin) respectedly, have efficacy as an anti oxidant and as an astringent. The use of essential oils directly on the skin less practical, therefore it needs to make in a friendly dosage forms, that is cream. The purpose of this research is to create a stable formulation of the creams that contain ginger oil and patchouli alcohol. Cream formulation made with Emulgade®F as an emulsifier, with variations concentrations of Emulgade®F ie, 5; 10; and 15%. Stability test of the cream made with the three methods, namely, mechanical stability test (centrifugation); storage at low temperature (4+2°C), room temperature (25+2°C) and high temperature (40+2°C) for 12 weeks; and a cycling test. Parameter in assessing the stability of the cream is organoleptic, separation phase ofemulsion, pH, viscosity, and the globule size distribution. The results showed that formula containing Emulgade®F of 10% w/w has the best stability with pH difference at week 0 and week 12 0.15% at room temperature, 3.81% at low temperatures, and 2.74% at high temperatures, as well globule size distribution and viscosity. In this study concluded that a stable cream formulations obtained at concentrations Emulgade®F 10% w/w.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S62230
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Anita Khairani
"Otot merupakan fungsi dari aktivitas sehari-hari. Seiring bertambahnya usia, perubahan organ tubuh menyebabkan penurunan massa otot yang berakibat pada individu lanjut usia mengalami penurunan kekuatan tubuh sehingga mobilitasnya berkurang, kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, kesulitan menjaga keseimbangan tubuh, meningkatkan resiko seseorang mengidap penyakit. orang lanjut usia mudah jatuh dan mengalami patah tulang. Namun demikian tidak semua metode pengukuran massa otot apendikuler praktis dan murah sehingga diperlukan metode lain yang dapat mengukur massa otot apendikuler dengan biaya yang sederhana, praktis, dan murah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan model prediksi massa otot apendikuler berdasarkan lingkar tengah paha, lingkar betis dan lingkar lengan atas sebagai alternatif pengukuran massa otot pada lansia. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang dengan jumlah sampel 101 individu berusia ≥60 tahun (37 laki-laki dan 64 perempuan) di Desa Kadumanggu. Model prediksi yang dihasilkan adalah Massa Otot Apendikuler (kg) = (64.171 x Tinggi Badan (m)) + (1.710 x Indeks Massa Tubuh (kg / m2)) - (0.109 x Lingkar Lengan Atas (cm)) + 0.178 x Lingkar Betis (cm)) + (0,033 x Lingkar Paha Tengah (cm)) - (0,535 x Berat Badan (kg)) - (0,065 x Usia (tahun)) - 98,098 untuk pria lanjut usia (R2 = 0,710; LIHAT = 1, 43 kg ; p <0,05) dan Massa Otot Apendikular (kg) = (8,987 x Tinggi Badan (m)) - (0,170 x Indeks Massa Tubuh (kg / m2)) - (0,117 x Lingkar Lengan Atas (cm)) + (0,121 x Lingkar Betis (cm)) - (0,025 x Lingkar Paha Tengah (cm)) + (0,160 x Berat Badan (kg)) - (0,059 x Usia (tahun)) - 6,491 untuk wanita (R2 = 0,700; LIHAT = 1,23 kg; p <0,05). Model prediksi ini menunjukkan bahwa berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, umur, lingkar tengah paha, lingkar betis, dan lingkar lengan atas memiliki hubungan yang signifikan dengan massa otot apendikuler.

Muscle is a function of daily activities. With age, changes in body organs cause a decrease in muscle mass which results in elderly individuals experiencing a decrease in body strength so that their mobility is reduced, difficulty in carrying out daily activities, difficulty maintaining body balance, increasing a person's risk of suffering from disease. elderly people fall easily and have broken bones. However, not all methods of measuring appendicular muscle mass are practical and inexpensive so that another method is needed that can measure appendicular muscle mass at a cost that is simple, practical, and inexpensive. The purpose of this study was to obtain a predictive model for appendicular muscle mass based on mid-thigh circumference, calf circumference and upper arm circumference as an alternative to measuring muscle mass in the elderly. This study used a cross-sectional study design with a total sample of 101 individuals aged ≥60 years (37 males and 64 females) in Kadumanggu Village. The resulting prediction model is Appendicular Muscle Mass (kg) = (64,171 x Body Height (m)) + (1,710 x Body Mass Index (kg / m2)) - (0.109 x Upper Arm Circumference (cm)) + 0.178 x Calf Circumference (cm)) + (0.033 x Mid Thigh Circumference (cm)) - (0.535 x Body Weight (kg)) - (0.065 x Age (years)) - 98.098 for elderly men (R2 = 0.710; VIEW = 1.43 kg; p <0.05) and Appendicular Muscle Mass (kg) = (8.987 x Body Height (m)) - (0.170 x Body Mass Index (kg / m2)) - (0.117 x Upper Arm Circumference (cm)) + (0.121 x Calf Circumference (cm)) - (0.025 x Mid Thigh Circumference (cm)) + (0.160 x Body Weight (kg)) - (0.059 x Age (years)) - 6.491 for women (R2 = 0.700; VIEW = 1.23 kg; p <0.05). This predictive model shows that body weight, height, body mass index, age, mid-thigh circumference, calf circumference, and upper arm circumference have a significant relationship with appendicular muscle mass."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utih Arupah
"Pengukuran berat badan di rumah sakit merupakan parameter yang objektif, akan tetapi tidak semua pasien yang dirawat dapat dilakukan penimbangan berat badan dengan timbangan biasa, karena pasien tidak bisa berdiri tegak, ketidakmampuan pasien untuk berdiri, lemah tubuh, kesadaran menurun, karena penyakit tertentu sehingga data yang dihasilkan memiliki reliabilitas yang kurang baik. Lingkar lengan, lingkar pinggang, lingkar paha, lingkar betis dan panjang badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang kuat dapat digunakan untuk memprediksi berat badan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model prediksi berat badan berdasarkan lingkar lengan atas, lingkar pinggang, lingkar paha, lingkar betis dan panjang badan. Penelitian dilakukan pada bulan nopember 2017.
Disain yang digunakan adalah crosssectional jumlah sampel 160 orang pegawai yang diambil secara simple random sampling di RSCM. Variabel yang dikumpuli meliputi berat badan, lingkar lengan atas, lingkar pinggang, lingkar paha, lingkar betis, dan panjang badan. Berat badan diukur dengan penimbangan dan lingkar lengan atas, lingkar pinggang, lingkar paha, lingkar betis dengan melingkari pita, panjang badan dengan ukuran meteran.
Hasil akhir dari penelitian menghasilkan model prediksi berat badan untuk mendapatkan berat badan prediksi. Menghasilkan 18 model prediksi berat badan memiliki nilai R square tinggi yaitu: 2 model prediksi berat berat untuk laki-laki R2= 0,898, dan R2= 0,930, 9 model prediksi berat badan untuk perempuan R2=0,960, R2=0,952, R2=0,953, R2=0,956, R2=0,968, R2=0,949, R2=0,945, R2=0,963, R2= 0,944 dan 7 model prediksi untuk gabungan laki-laki dan perempuan R2=0,949, R2=0,934, R2=0,893,R2=0,935, R2=0,914, R2=0,913, R2=0,929.
Peneliti menyimpulkan bahwa model prediksi berat badan yang dihasilkan akurat untuk memprediksi beratbadan dewasa. Namun perlu dilakukan penelitian kembali pada populasi yanglebih luas.

The Weight measurement at Hospital is an objective parameter, however thereare only a few treated patients whose body weights can be measured withordinary scales. The reasons are mostly because of their inability to stand up bythemselves or because of certain disease so that the data results have lessreliability. Arm circumference, waist circumference, thigh circumference, calfcircumference and body length are one of the strongest anthropometry can beused to predict body weight.
This research aims to develop a weight predictionmodel based on the upper arm circumference, waist circumference, thighcircumference, calf circumference and body length. This research was conducted in November 2017.
The design which used are cross sectional with160 samples of staffs which were taken by simple random in RSCM. Thecollected variables which consist of body weight, upper arm circumference, waist circumference, thigh circumference, calf circumference, and body length. Measurement of body weights can be done by weighing them. Measurement ofupper arm circumference, waist circumference, thigh circumference, calfcircumference can be done by using metering ribbon, and body length withstick meter.
The final result of the research creates the formula of body weightprediction to get body weight's prediction. Producing 18 weight predictionmodels that have high lsquo R'square value, that is 2 weight prediction models forman which are R2 0,898, and R2 0,930, 9 weight prediction models forwomen which are R2 0,960, R2 0,952, R2 0,953, R2 0,956, R2 0,968, R2 0,949, R2 0,945, R2 0,963, R2 0,944 and 7 weight prediction models ofmixed gender R2 0,949, R2 0,934, R2 0,893, R2 0,935, R2 0,914, R2 0,913,R2 0,929.
Scientists concluded that weight prediction models which wasdeveloped is accurate for predicting adult body weight. However, it needs to bere examined in the wider population.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Richard S.N.
"Relaksasi merupakan salah satu mekanisme coping yang digunakan untuk menghadapi stress. Salah satu metode relaksasi yang banyak dipakai adalah aromaterapi dengan menggunakan minyak esensial. Minyak esensial yang berasal dari tanaman Indonesia yang bisa dimanfaatkan untuk relaksasi adalah sereh wangi, kenanga dan nilam.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektifitas campuran minyak esensial Indonesia yang terdiri dari sereh wangi, kenanga dan nilam yang diberikan secara inhalasi terhadap relaksasi secara psikologis dengan pengukuran Visual Analog Scale (VAS) dan fisik dengan pengukuran tekanan darah (MAP), frekuensi nadi, dan frekuensi nafas serta dibandingkan dengan minyak lavender dan kontrol.
Penelitian dilakukan dengan rancangan uji klinis tersamar tunggal, before and after, dengan perlakuan intent to treat yang dilanjutkan dengan tes kejut pada 60 wanita sehat yang terdiri dari 20 subyek kelompok campuran minyak esensial Indonesia, 20 subyek kelompok lavender, dan 20 subyek kontrol.
Penelitian ini memperlihatkan hasil bahwa campuran minyak esensial Indonesia memiliki efektifitas relaksasi secara psikologis yang sama dengan minyak lavender dan kontrol tetapi memiliki kecenderungan yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan secara fisik campuran minyak esensial Indonesia memiliki efektifitas relaksasi yang lebih baik dibandingkan dengan lavender dan kecenderungan yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol terutama pada parameter tekanan darah (MAP).

Relaxation is one of the coping mechanisms used to deal with stress. One method that is widely used for relaxation is aromatherapy using essential oils. The essential oil from Indonesian plants that can be used for relaxation is sereh wangi, kenanga and nilam.
This study aims to look at the effectiveness of Indonesian essential oils blend consists of sereh wangi, kenanga and nilam that are administered by inhalation to the psychological relaxation measurements of Visual Analog Scale (VAS) and physical measurements of blood pressure (MAP), pulse rate, and breathing rate and compared with lavender oil and control.
The study was conducted with the design of a single-blind clinical trials, before and after, with treatment intent to treat followed by startle test on 60 healthy women consists of 20 subjects group of Indonesian essential oils, 20 subjects group of lavender oil, and 20 subjects group of control.
This study showed that an Indonesian essensial oil blend has the effectiveness of psychological relaxation similar to lavender oil and control but have a tendency better than the controls. While the physical measurenment showed that Indonesian essential oil blend has better effectiveness on relaxation than lavender oil and has tendency better than the controls, especially on the parameters of blood pressure (MAP).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T32508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Wayan Aira Dharmayanti
"Pada penelitian ini dipelajari stabilitas madu, minyak jahe merah, dan minyak serai. Campuran madu, minyak jahe merah, serta minyak serai memiliki banyak manfaat akan tetapi campuran ini tidak stabil, karena memiliki sifat kepolaran atau fase zat-zat penyusunnya yang berbeda. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan Tween 80 sebagai emulsifier Food Grade untuk menstabilkan campuran tersebut.
Dari penelitian ini diperoleh campuran madu, minyak jahe merah, dan minyak serai yang stabil dengan penambahan emulsifier Tween 80, pada komposisi perbandingan volume masingmasing 100ml : 4ml : 2ml dan Tween 80 sebanyak 3ml. Penggunaan emulsifier tween 80 optimal sebanyak 4 ml ternyata mampu menstabilkan campuran baik densitas,tegangan permukaan, dan viskositas selama 5 minggu.

In this research, studied the stability of mixture honey, red ginger oil, and lemongrass oil. A mixture of honey, red ginger oil, and lemongrass oil has many benefits, but the mixture was not stabled, because it has a polarity or phase properties of substances of different constituent. Therefore, in this study used Tween 80 as emulsifier Food Grade to stabilizer the mixture.
This study obtained a mixture of honey, red ginger oil, and lemongrass oil was a stable with the addition of Tween 80 emulsifier, the composition ratio of volume for each 100ml: 4ml: 2ml and 3ml as Tween 80. Tween 80 emulsifier optimal use as much as 4 ml was able to stabilize a good mixture density, surface tension, and viscosity for 5 weeks.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45777
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>