Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174485 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sendy Agita
"Pemerintah Indonesia telah melakukan pembenahan sistem dan insfrastruktur
kesehatan khususnya Rumah Sakit dan Puskesmas sebagai provider BPJS untuk
mengimplementasikan progam universal health coverage dalam SJSN. Tujuan
penelitian untuk mengetahui kebutuhan tempat tidur di Kabupaten Bolaang
Mongondow Propinsi Sulawesi Utara dalam implementasi program SJSN.
Metode penelitian yaitu penelitian operasional yang membuat estimasi dan
proyeksi kebutuhan tempat tidur, Pendekatan kualitatif dengan indepth interview
(wawancara mendalam) kepada informan tertentu juga dilakukan agar dapat
gambaran strategi kebijakan. Hasil penelitian yaitu estimasi jumlah TT tahun
2013 antara ketersediaan TT dan kebutuhan TT mencukupi. Proyeksi jumlah TT
tahun 2018 dan tahun 2023 yaitu kebutuhan TT meningkat tetapi ketersediaan
kurang. Strategi kebijakan yaitu pemerintah daerah membangun RS tipe C dan
akan mengembangkan Puskesmas Non Perawatan menjadi Puskesmas Perawatan.
Hasil penelitian ini lebih lanjut diarahkan kepada pemerintah Kabupaten Bolaang
Mongondow.
.....The Indonesian government has to reform the health system and infrastructure in
particular hospitals and health centers as providers BPJS for implementation
universal health coverage program in the Social Security System. Research
purposes to determine the bed needs in Bolaang Mongondow Regency North
Sulawesi Province in SJSN program implementation. Research methods that
operational research to make estimates and projected needs bed, qualitative
approach with indepth interview to specific informants also done in order to
overview policy strategy. The results are estimates of the number of beds in 2013
between the availability of beds and beds needs sufficient. Projected number of
beds in 2018 and in 2023 the need for beds increased but the availability is less.
Policy strategies that local governments establish hospitals type C and will
develop PHC Non Care into Care PHC. Results of this study further directed to
government Bolaang Mongondow Regency."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhona Dwi Anjaya
"Warga negara berhak untuk mendapatkan perlindungan dasar agar kebutuhan dasar dapat terpenuhi, walau merupakan program yang masih baru Jaminan Sosial yang dihadirkan oleh negara berdampak sangat besar bagi kesehatan dan kesejahteraan rakyat Indonesia, namun implementasinya jaminan sosial yang berbasis skema iuran ini terdapat permalahan yaitu defisit iuran yang dihimpun dengan jumlah klaim yang harus dibayar
ditambah dengan beban operasional sehingga tiap tahun terus terjadi peningkatan defisit. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses penanggulangan defisit secara kolaboratif belum memenuhi seluruh unsur kolaboratif karena rendahnya partisipasi masyarakat dan dukungan dari para pengusaha dan swasta akan keberlangsungan program ini. Adapun upaya membangun kolaborasi
dalam penanggulangan defisit program jaminan sosial nasional adalah dengan membentuk komitmen dengan antar stakeholders, sikap saling memiliki dan saling ketergantungan, serta adanya sikap saling menghormati hingga pemahaman bersama diantara stakeholders, dukungan politik dan dukungan masyarakat yang dilibatkan menjadi inti membangun kolaborasi terutama menanamkan asas gotong-royong pada masyarakat

Citizens are entitled to basic protection social security, social security presented by the state is very large for the health and welfare of the people of Indonesia, but the implementation of this contribution-based social security scheme has problems. This contribution deficit collected by the number of claims to be paid plus operational expenses so that each year the deficit continues to increase. By using a qualitative approach, the results of this research indicate that the collaborative deficit reduction process has not fulfilled all collaborative elements due to the low community participation and support from entrepreneurs and the private sector for the sustainability of this program, The effort to build collaboration in overcoming the deficit of the national social security program is by forming commitments among stakeholders, attitude of mutual ownership and interdependence, and the existence of mutual respect to mutual
understanding among stakeholders, political support and community support that are involved are at the core of building collaboration especially instilling the principle of mutual cooperation in the community.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
T54541
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasbi Baharuddin Habibie
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi program Jamsostek LHK periode 2006-2010 dengan menggunakan model implementasi Edward III (1980) untuk mengukur kualitas implementasi kebijakan. Edward mengungkapkan 4 variabel yang mempengaruhi yaitu komunikasi, sumber daya-sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif (positivisme) dengan menjelaskan penelitian secara deskriptif.
Penelitian ini menemukan bahwa dalam implementasi program Jamsostek LHK masih terdapat banyak kekurangan variabel implementasi yaitu keterbatasan sosialisasi kepada target sasaran kebijakan dalam hal kuantitas maupun sarana yang digunakan untuk sosialisasi, kemudian keterbatasan sosialisasi yang diberikan pembuat kebijakan kepada implementor kebijakan sehingga implementor tidak dapat menangkap secara utuh mengenai program Jamsostek LHK khususnya mengenai deskripsi target sasaran kebijakan. Sosialisasi kepada target sasaran kebijakan bersifat sporadis atau tidak dilakukan secara berkelanjutan. Kekurangan lainnya adalah keterbatasan dalam beberapa variabel seperti kuantitas sumber daya manusia (SDM) PT Jamsostek (Persero) untuk mengelola program Jamsostek LHK, ketersediaan dana, ketersediaan sumber daya informasi, kemudian juga adanya sebagian tindakan curang untuk memenuhi target sasaran dari para account officer terkait sistem insentif yang ada dalam PT Jamsostek (Persero). Variabel dalam implementasi program yang telah terselenggara dengan baik adalah ketersediaan sumber daya fasilitas penunjang, peningkatan kualitas sumber daya manusia dari PT Jamsostek (Persero), ketersediaan sistem insentif dan SOP (Standard Operating Procedure) dan disposisi implementor terhadap program Jamsostek LHK.

The purpose of this research is to know the form of implementation activities in Jamsostek LHK Program (Social Security for Worker Out of Work Relationship Program) between 2006-2010 with implementation model from Edward III (1980) to value the quality of policy implementation. Edward uses 4 variables which are communication, resources, disposition and bureacratic structure. Researcher uses quantitative (positivism) approach with descriptive analysis.
This research found that the implementation of Jamsostek LHK Program still lot of variable inadequacy such as lack of socialization to policy objective target about program in term of quantity and means of communication, lack of socialization from policy makers to implementor that has an impact for implementor cannot grasp the wholeness of program especially about description of policy objective target. Socialization to the policy objective target has the character of sporadic or in other words not good in maintain the pace. Another inadequacy include limitedness of human resources quantity to manage program, funding adequacy, information resources, and research also indicate that there is some form of cheating from account officer in order to fulfill objective target that being used in incentive system. The variable that already good include adequacy of facility resources, improvement of human resources quality, incentive system and SOP (Standard Operating Procedure) availability and disposition of impelementor toward program."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S44861
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmadina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap pemberian jaminan sosial di Bank Mandiri Kantor Cabang Kebumen, Jawa Tengah. Dalam mengukur persepsi terhadap pemberian jaminan sosial digunakan teori dari Human Capital Journal edisi 15 November-15 Desember 2012. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif dengan menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling, yakni seluruh karyawan Bank Mandiri Kantor Cabang Kebumen, Jawa Tengah baik kontrak maupun tetap yang telah bekerja selama lebih dari 1 tahun sebanyak 22 responden. Dalam mengukur persepsi karyawan terhadap pemberian jaminan sosial digunakan skala penilaian kriteria dan rumus rentang skala. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi karyawan terhadap pemberian jaminan sosial di Bank Mandiri Cabang Kebumen, Jawa Tengah secara umum telah mendapatkan persepsi yang baik dari karyawannya. Beberapa hal sudah dianggap baik di antaranya dimensi peningkatan kinerja, dimensi mudah dikelola/dijelaskan dan dimensi sesuai Undang-undang, sedangkan untuk dimensi keadilan/kesetaraan dan terjangkau oleh perusahaan mendapatkan persepsi cukup baik oleh karyawan.

This study aimed to determine employee perceptions of social security provision in Bank Mandiri Branch Kebumen, Central Java. In measuring the perception of the social security administration used the theory of Human Capital Journal 15 November to 15 December 2012. This study included in the quantitative research using questionnaires and interview instruments. Sampling in this study uses total sampling, ie, all employees of the Bank Branch Kebumen, Central Java, both contract and permanent that has been working for more than 1 year were 22 respondents. In measuring employee perceptions of the social security administration used a rating scale criteria and formula scale range. The results showed that employee perceptions of social security provision in Bank Mandiri branch Kebumen, Central Java in general are a good perception of the employees. Some things are already considered both of these dimensions of performance improvement, manageable dimensions/described and corresponding dimensions of the Act, while the dimensions of justice/equality and affordable for companies to get pretty good perception by employees."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S45257
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sentanoe Kertonegoro
Jakarta: Mutiara, 1987
368.43 SEN j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sentanoe Kertonegoro
Jakarta: Mutiara, 1982
368.43 SEN j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yusuf Sisus
"Jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek), di luar negeri disebut social security system, merupakan salah satu program publik yang dilaksanakan banyak negara di dunia. Negara-negara yang melaksanakan program jaminan sosial ini bergabung dalam organisasi International Social Security Assosiation (ISSA) dan sampai tahun 1997 anggota ISSA tercatat sebanyak 172 negara.
Program jamsostek sebagaimana umumnya yang berlaku secara internasional, mempunyai karakteristik tersendiri, yaitu : memberikan perlindungan dasar, diselenggarakan oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundangan, kepesertaannya bersifat wajib (compulsory) bagi semua tenaga kerja, tanpa seleksi, pembiayaan ditanggung bipartite (pengusaha - tenaga kerja) atau tripartite (pengusaha - tenaga kerja - pemerintah), besar manfaat jaminan tidak dikaitkan langsung dengan besar iuran, karena mengandung subsidi silang.
Dari catatan sejarah jaminan sosial, program ini berawal dari asuransi kesehatan yang dilaksanakan mulai tahun 1883 di Jerman di bawah Kanselir Otto van Bismarck. Indonesia sendiri sudah mulai merintis progam jaminan sosial bagi tenaga kerja dua tahun setelah kemerdekaan, yaitu dengan terbitnya Undang-undang Nomor 33 Tahun 1947 tentang Kecelakaan Kerja. Tapi baru tahun 1977 ada Iembaga sendiri, yaitu Perum Astek dengan program Asuransi Sosial Tenaga Kerja (Astek). Kemudian tahun 1992, dasar hukum yang semula Peraturan Pemerintah ditingkatkan menjadi Undang-undang, dan programnya berganti nama dari Astek menjadi Jamsostek.
Menjelang akhir tahun 1997, PT Jamsostek (Persero) selaku satu-satunya badan penyelenggara program jamsostek yang ditunjuk pemerintah, mendapat sorotan tajam dari berbagai kalangan masyarakat. Tidak hanya terbatas pengusaha dan tenaga kerja, akan tetapi juga para tokoh masyarakat. Dampak yang dirasakan adalah timbulnya krisis kepercayaan terhadap PT Jamsostek (Persero). Mengingat program ini betul-betul dibutuhkan masyarakat tenaga kerja, maka perlu segera dilakukan reformasi jamsostek agar kepercayaan masyarakat bisa kembali, dan lebih dari itu agar manfaat jaminan program jamsostek ini bisa lebih baik dari sekarang. Selain itu, sumber daya manusia harus lebih profesional, karena ada kecenderungan PT Jamsostek (Persero) tidak lagi monopoli, sehingga harus bersaing dengan usaha sejenis yang mulai muncul."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lupita Widyaningrum
"BPJS Ketenagakerjaan sebagai pelaksana Sistem Jaminan Sosial di Indonesia merupakan lembaga yang memiliki fungsi strategis dan berperan penting dalam
meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi teknis Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan di seluruh Indonesia, serta untuk mengetahui faktor faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi teknis dan output BPJS Ketenagakerjaan. Penelitian dilakukan pada sebanyak
325 Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan di Indonesia dengan periode tahun 2014 hingga 2019. Analisis data yang digunakan dalam penelitian untuk mengukur efisiensi
teknis ini adalah dengan fungsi produksi Stochastic Frontier. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan memiliki efisiensi teknis dengan rata-rata bervariasi antara 0,409767 – 0,979056 selama periode 2014-2019.
Variabel yang berpengaruh terhadap inefisiensi teknis BPJS Ketenagakerjaan adalah jumlah peserta, dan variabel yang berpengaruh terhadap output pendapatan asuransi
adalah variabel input jumlah pegawai, belanja modal, dan klasifikasi Kantor Cabang.
Selain itu terdapat temuan menarik bahwa kantor cabang skala yang lebih kecil akan beroperasi lebih efisien dibandingkan Kantor Cabang yang besar. Untuk meningkatkan efisiensi Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan perlu meningkatkan jumlah pegawai,
meningkatkan capital, lebih gencar dalam melakukan sosialisasi untuk akuisisi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

BPJS Ketenagakerjaan as the institution implementing Social Security System in Indonesia has a strategic function and plays a vital role in improving welfare economy of the labour in Indonesia. The performance stability of the BPJS Ketenagakerjaan is vital. This study aims to determine the technical efficiency of BPJS Ketenagakerjaan
branch offices throughout Indonesia and determine the factors that affect the technical
efficiency and output of BPJS Ketenagakerjaan. The research was conducted at 325
BPJS Ketenagakerjaan branch offices in Indonesia for the period 2014 to 2019. The
data analysis used in this study to measure technical efficiency is stochastic frontier
production analysis. The results showed that the BPJS Ketenagakerjaan branch office
during 2014-2019 was technically efficient with an average efficiency ranging between
0.609767 - 0.929056. The variables that affect the technical inefficiency of BPJS Ketenagakerjaan is the number of participants, and variables that affect the insurance income output are the input variables for the number of employees, capital expenditures, and branch classes. Interestingly, it has been observed that smaller branch
offices have been operating more efficiently than large branch offices. To increase the BPJS Ketenagakerjaan branch office’s efficiency, it is necessary to increase the number of employees, increase capital, and be more aggressive conducting socialization for acquisitions of member BPJS Ketenagakerjaan.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Sri Wahyuni
"Setiap pekerja memiliki risiko sosial ekonomi yaitu risiko kehilangan sebagian atau seluruh penghasilan yang disebabkan oleh sakit, kecelakaan, cacat, usia tua, atau meninggal dunia. Jaminan sosial ketenagakerjaan hadir sebagai hak setiap pekerja untuk mendapatkan perlindungan dalam menghadapi risiko sosial ekonomi yang tidak hanya dihadapi saat masih aktif bekerja, tetapi juga setelah mencapai masa pensiun. Idealnya, setiap pekerja terdaftar sebagai peserta jaminan sosial ketenagakerjaan sampai dengan mencapai usia pensiun. Tetapi pada kenyataannya banyak pekerja yang keluar dari kepesertaan saat usia produktif bahkan saat masih aktif bekerja.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat lamanya dan karakteristik kepesertaan aktif tenaga kerja penerima upah dalam program jaminan sosial ketenagakerjaan. Penelitian ini menggunakan data kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan DKI Jakarta dengan metode penelitian yang digunakan adalah analisis data lifetime berupa grafik fungsi ketahanan untuk analisis deskriptif, dan model regresi cox untuk analisis inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lamanya masa kepesertaan aktif adalah selama 43 bulan. Keenam variabel bebas yang terdiri dari jenis kelamin, usia, upah, skala usaha perusahaan, tingkat risiko lingkungan kerja, dan jenis lapangan usaha, secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap lamanya masa kepesertaan.

Individuals face different risk and vulnerabilities in every stage on their lives. The risk is also occur to workers, who have social and economic risk i.e. the risk of losing some or all of the income caused by sickness, accident, disability, old age, or death. The labor social security comes as the right of every worker to get protection against the socio economic risks not only faced while still actively working but also after retirement. Ideally, every worker is registered as a participant of the labor social security up to retirement age. But in reality many workers are out of membership during the productive age even while still actively working.
This study aims to see the duration and characteristics of active participation of wage earner workers in the labor social security program. This study uses the data of participation BPJS Employment DKI Jakarta with research method used is lifetime analysis in the form of graph of survival function for descriptive analysis, and cox regression model for inferential analysis. The results showed that the average duration of active membership is for 43 months. The six independent variables consisting of sex, age, wage, size of enterprise, work environment risk, and industrial classification, significantly influence the duration of membership."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T49871
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retma Diaryu
"Demi meningkatkan kualitas pelayanan Rumah Sakit di Indonesia, salah satu upaya Pemerintah adalah memberlakukan sistem Badan Layanan Umum (BLU), sehingga Rumah Sakit Pemerintah di seluruh Indonesia dituntut untuk menerapkan sistem badan layanan umum ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran dari identifikasi aspek persyaratan BLU, penjabaran regulasi, SDM dan kinerja Rumah Sakit.
Penelitian ini adalah jenis penelitian observatif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif melalui teknik wawancara, telaah dokumen dan kuesioner. Penelitian dilakukan di tiga Rumah Sakit TNI AD dengan sepuluh orang sebagai informan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga Rumah Sakit pernah mempersiapkan persyaratan dan siap untuk menjadi BLU ditinjau dari persyaratan substantif, teknis dan administratif serta SDM. Kinerja pelayanan dan keuangan mengalami peningkatan pada tahun 2014 dengan berjalannya implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Penjabaran kebijakan internal terkait BLU belum jelas dan realisasi pelaksanaannya belum ada.
Penelitian ini menyarankan Rumah Sakit TNI AD dapat diajukan untuk mendapatkan status BLU penuh. Secara bertahap dimulai dari Rumah Sakit Tingkat II Dustira dan diikuti oleh ke dua Rumah sakit lainnya dengan cara belajar dan mencontoh dari Rumah Sakit yang sudah mendapatkan status BLU.

In order to improve the quality of hospital services in Indonesia, one of the government?s efforts is a system of Public service Agency (BLU). So the government hospitals in Indonesia are required to implement this system public service agency.The purpose of this study was to get an overview from identification aspects of a Public Service Agency requirements, the elaboration of regulatory, human resources and hospital performance.
This research is a type of observational study with a qualitative and quantitative approach through interviews, document review techniques and questionnaires. The study was conducted in three Army hospital with ten people as the informants.
The results showed that all three hospitals ever prepare requirements and ready to be BLU in term of substantive requirements, technical, administrative and human resources. Performance and financial services increased in 2014 with the passage of National Health Insurance (JKN) implementation. Elaboration of internal policies related to BLU unclear and actual implementation is not clear yet.
This study suggests that Army hospital can be advisable to obtain the status of full BLU. It gradually starts from the Hospital level two Dustira and was followed by two other hospitals by learning and imitating of the Hospital who already have the status of Public service agency.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44695
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>