Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208473 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farah Octavia
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kontrol sosial keluarga, faktor penguat dan faktor predisposisi dengan perilaku seksual berisiko pada remaja SMK M di Jakarta tahun 2013. Desain penelitian menggunakan pendekatan crossectional dan Rapid Assessment Procedures. Responden berjumlah 108 remaja dan 12 informan sebagai anggota FGD serta informan dua orangtua dan guru kesiswaan SMK M.
Hasil studi ini menunjukan adanya hubungan jenis kelamin, sikap permisif terhadap perilaku seksual, dan pola komunikasi orangtua dengan perilaku seksual berisiko di SMK M. Penelitian ini merekomendasikan perlu adanya komunikasi yang terbuka dan adanya tata aturan keluarga yang jelas dalam pencegahan perilaku seksual berisiko pada remaja.

This study aims to get a picture of family social control, reinforcing factors and predisposing factors with sexual risk behavior in adolescents SMK M in Jakarta in 2013. Research design using cross sectional approach and Rapid Assessment Procedures. Respondents totaled 108 teens and 12 focus group members and informants as informants two parents and teachers of SMK student M.
Results of this study showed an association of sex, permissive attitudes toward sexual behavior, and patterns of parental communication with risky sexual behavior in SMK M. The study recommends the need for open communication and a clear family rules and regulations in the prevention of risky sexual behaviors in adolescents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46426
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Rimawati
"Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan dan seringkali menghadapi risiko kesehatan reproduksi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran perilaku seksual berisiko remaja dan faktorfaktor apa saja yang mempengaruhinya di Tiga Sekolah Menengah Atas Negeri Kelas X dan XI di Kota Bengkulu Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan besar sampel sebanyak 693 orang siswa dari Tiga Sekolah Menengah Atas Negeri yang terpilih sebagai sampel penelitian ini. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner terstruktur dan dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Gambaran perilaku seksual remaja ditemukan sebanyak 5,3% remaja mengatakan sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Hasil analisis menunjukkan bahwa niat remaja untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah, teman sebaya dan sikap remaja terhadap seksualitas memiliki hubungan dengan perilaku seksual berisiko yang dilakukan remaja (p value < α). Disarankan adanya kerjasama antara instansi pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk meningkatkan layanan kesehatan reproduksi, khususnya layanan informasi, edukasi dan konseling yang turut melibatkan remaja secara langsung dalam program yang ramah remaja.

Adolescence is characterized by growth, change, the emergence of a variety of opportunities and often run the risk of reproductive health. This study was conducted to see the picture of adolescent risky sexual behavior and the factors that associated with in Three Public High School Grade X and XI in Bengkulu City in 2013. This study uses cross-sectional design with a sample size of 693 students from Three Public Senior High Schools that were selected as the study sample. Collecting data in this study using a structured questionnaire and was conducted in May 2013.
The result show that adolescents that engage with risky sexual behavior found as many as 5.3%. The results showed that adolescents intention to have sexual intercourse before marriage, peers and adolescent attitudes toward sexuality have relationships with adolescent risk sexual behavior (p value <α). The suggestion that could be given by this study is the collaboration between government agencies, schools, and communities to improve reproductive health services, especially information services, education and counseling that also directly involve youth in youth-friendly programs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarwati
"Penelitian ini membahas tentang perilaku seksual pranikah pada anak jalanan usia remaja serta faktor yang berhubungan dengannya. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional, jumlah sampel sebanyak 110 orang, dilakukan di wilayah binaan Yayasan Himmata periode Desember 2013. Analisa hubungan dengan menggunakan uji chi square dan regresi logistik model prediksi.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 33.6% anak jalanan yang berperilaku seksual pranikah berisiko. Hasil uji statistik bivariat menunjukkan ada hubungan bermakna pada variabel jenis kelamin, umur, pendidikan, tempat tinggal, status pekerjaan, pubertas, dan keterpaparan media pornografi.
Hasil uji statistik multivariat menunjukkan bahwa pubertas dan pengetahuan kesehatan reproduksi merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada anak jalanan.
Hasil analisis didapatkan OR yang paling besar adalah pubertas, OR = 8.6 yang artinya pubertas berpengaruh sebesar 8.6 kali terhadap perilaku seksual pranikah pada anak jalanan.
Dari hasil penelitian ini diketahui adanya keterkaitan antara sepuluh variabel dengan perilaku seksual pranikah pada anak jalanan usia remaja.

This study investigated pre-marital sexual behavior and its associated factors among adolescent street children in Himmata Foundation with period of December 2013. A quantitative research using cross-sectional design was employed in this study. The participants were 110 adolescent street children living in Himmata Foundation. The chi square test and logistic regression prediction model was used for analyzing the data.
Data analysis revealed that there were 33.6 % of street children suffered from pre-marital sexual behavior. Factors associated with pre-marital sexual debut were assessed using bivariate and multivariate statistical test.
The results of bivariate statistical test showed significant correlation between gender, age, educational background, place of residence, employment status, puberty, and media exposure to pornography exposure among children.
The results of multivariate statistical tests described that the onset of puberty and reproductive health knowledge were the most dominant variable associated with pre-marital sexual behavior among the children. The largest OR of data analysis was puberty 8.6 which means the puberty was affected by 8.6 times against pre-marital sexual behavior among the respondents.
From this research we know the relation between the ten variables with premarital sexual behavior of adolescence street children.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Munirah Bulqini
"Meskipun penelitian mengenai perilaku seksual remaja telah banyak dilakukan, namun gambaran perilaku seksual remaja di Kota Tasikmalaya belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku seksual remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada siswa SMA di Kota Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional (n = 373). Sebagian besar siswa berperilaku seksual risiko rendah (83,6%) sementara 16,4% siswa berperilaku seksual risiko tinggi. Variabel yang memiliki hubungan bermakna adalah sikap, relijiusitas, komunikasi teman sebaya, jenis kelamin. Sedangkan variabel paling dominan adalah Sikap. Diperlukan kerjasama dari berbagai pihak untuk meningkatkan program kesehatan reproduksi remaja sedini mungkin secara sinergi dan berkelanjutan.

Despite extensive research, little is known about the sexual behavior of adolescent high school students in 2013 Kota Tasikmalaya. The aim of this research is to establish a coherent understanding of sexual behavior among the adolescent. This research used a quantitative method with cross sectional design (n = 373). There were 83,6% students have low sexual behavior risk, while 16,4% students have high sexual behavior risk, in relation with variables such as: attitude,peer communication, gender and religious obedience.The most significant variable is attitude. It is imperative to encourage good partnership among stakeholders to initiate an adolescent reproductive health program synergically, sustainably and as imminent as possible."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pujiarti Sri Hastuti
"Skripsi ini membahas keterpaparan terhadap Program Dunia Remajaku Seru (DAKU) dan perilaku seksual berisiko pada remaja di SMKN 32 Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional dan pengambilan sampel dilakukan dengan Systematic Random Sampling. Hasil penelitian menunjukan siswa yang perilaku seksual berisiko rendah (65,3%) dan perilaku seksual tinggi (34,7%). Responden yang mempunyai perilaku seksual berisiko tinggi lebih banyak pada siswa yang tidak ikut DAKU (37,1%), jenis kelamin laki-laki (57,3%), umur ≥ 16 tahun (37,8), umur pubertas dini (52,2%), pendidikan orang tua tamat ≥ SMA/SMK/sederajat (37,9%), uang saku ≥ 20.000 (54,1%), pengetahuan kurang (43,3%), pernah/punya pacar (36,7%), frekuensi pertemuan dengan pacar sering (52,3%), persepsi negatif (42,8%), sikap negatif (56,5%), dan komunikasi dengan orang tua yang pasif (52%). Terdapat hubungan antara keterpaparan terhadap Program Dunia Remajaku Seru (DAKU) dan perilaku seksual berisiko pada remaja di SMKN 32 Jakarta (p=0,04).

This thesis discusses the exposure of the Programme Dunia Remajaku Seru (DAKU) and risky sexual behavior in adolescents at SMK 32 Jakarta. This study is a quantitative study with cross-sectional research design and sampling carried out by the Systematic Random Sampling. The results showed that students' lowrisk sexual behavior (65.3%) and sexual behavior is high (34.7%). Respondents who have high-risk sexual behavior more on students who do not follow me (37.1%), male gender (57.3%), age ≥ 16 years (37.8), early puberty age (52, 2%), education of parents graduated ≥ SMA/SMK/equivalent (37.9%), allowance ≥ 20,000 (54.1%), lack of knowledge (43.3%), had / have a girlfriend (36.7% ), the frequency of meetings with boyfriend often (52.3%), negative perceptions (42.8%), negative attitude (56.5%), and communication with parents are passive (52%). There is a relationship between exposure to the World Programme teenage Seru (me) and risky sexual behavior in adolescents at SMKN 32 Jakarta (p= 0.04)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S58478
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Nurkhotami
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku seksual pranikah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada remaja kelas XI SMA Budhi Warman II Jakarta Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan disain studi cross-sectional dengan menggunakan data primer pada 146 remaja kelas XI di SMA Budhi Warman II Jakarta tahun 2013. Hasil menunjukkan bahwa proporsi perilaku seksual berisiko tinggi pada remaja kelas XI SMA Budhi Warman II Jakarta adalah 17,12%. Berdasarkan analisis bivariat, dapat diketahui dari faktor individu yang mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku seksual remaja adalah jenis kelamin laki-laki (PR= 3,39; 95% CI= 1,35-8,55), sikap permisif tinggi terhadap seksualitas (PR= 4,00; 95% CI= 1,59-10,08), pubertas dini (PR= 2,20; 95% CI= 1,08-4,50), merokok (PR= 4,17; 95% CI= 2,10-8,28), dan konsumsi alkohol (PR= 2,52; 95% CI= 1,25-5,12). Kemudian, dari faktor luar keluarga, yang mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku seksual remaja adalah mempunyai teman yang pernah melakukan HUS (PR= 7,50; 95% CI= 1,06-53,19) dan dorongan untuk melakukan HUS dari teman (PR= 4,81; 95% CI= 2,41-9,60).

This thesis aims - describe premarital sexual behavior and the factors that influence adolescent class XI SMA Budhi Warman II Jakarta in 2013. This study is a cross-sectional study, which using primary data on 146 adolescents in the high school class XI Budhi Warman II Jakarta in 2013. Results showed that the proportion of high-risk sexual behavior in adolescents class XI SMA Budhi Warman II Jakarta is 17.12%. Based on bivariate analysis, it has known, for the individual factors which have a significant relationship with adolescent sexual behavior are male gender (PR = 3.39, 95% CI = 1.35 - 8.55), high permissive attitude -ward sexuality (PR = 4.00, 95% CI = 1.59 - 10.08), early puberty (PR = 2.20, 95% CI = 1.08 - 4.50), smoking (PR = 4.17, 95% CI = 2.10 - 8.28), and alcohol consumption (PR = 2.52, 95% CI = 1.25 - 5.12). Then, for extra familial factors, which have a significant relationship with adolescent sexual behavior are having friends who've done sexual intercourse (PR = 7.50, 95% CI = 1.06 - 53.19), and the encourage to doing sexual intercourse from friends (PR = 4.81, 95% CI = 2.41 - 9.60).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elis Kantiah
"Rendahnya tingkat pengetahuan merupakan salah satu penyebab kurang baiknya praktek higiene menstruasi pada remaja putri khususnya di Sekolah Menengah Pertama menjadi latar belakang penelitian yang berdesain potong lintang ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat yang berhubungan dengan praktek higiene menstruasi pada siswi kelas 7 dan kelas 8 di SMPN 86 Jakarta Selatan Tahun 2015. Data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan kuesioner pada bulan Maret-April tahun 2015 dan sampel berjumlah 129 orang siswi yang sudah mengalami menstruasi. Hasil penelitiannya yaitu proporsi praktek higiene yang baik sebanyak 73.6% dan yang kurang baik 26.4%. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor predisposisi ( Pengetahuan dengan OR 3.28, dan sikap dengan OR 2.26), Faktor pemungkin ( ketersediaan pembalut di rumah dengan OR 2.8, keterpaparan terhadap sumber informasi dengan OR 2.5) dengan praktek higiene menstruasi pada siswi kelas 7 dan kelas 8 di SMPN 86 Jakarta Tahun 2015. Diperlukan adanya optimalisasi kerjasama lintas sektor dan pemberdayaan Usaha Kesehatan Sekolah terkait penelitian ini.

The low level of knowledge is one of the causes of the lack of menstrual hygiene practices in young girls, especially in junior secondary school background of this cross-sectional design study. This study aims to determine the predisposing factors, enabling factors and reinforcing factors associated with menstrual hygiene practices at grade 7 and grade 8 SMPN 86 South Jakarta in 2015. The data used are primary data using questionnaires in March-April 2015 and the sample totaled 129 students were already menstruating. Research results that the proportion of good menstrual hygiene practices as much as 73.6% and 26.4% unfavorable. There is a significant relationship between predisposing factors (Knowledge with OR 3:28, and the attitude with OR 2.26), enabling factors (availability of sanitary napkins in the house with OR 2.8, exposure to resources with OR 2.5) with menstrual hygiene practices at grade 7 and grade 8 SMPN 86 South Jakarta in 2015. Required for optimizing cross-sector cooperation and empowerment of the school health program related to the study.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilia Chrystin
"Jumlah remaja yang terus bertambah mengharuskan kesehatan remaja untuk lebih diperhatikan. Hal ini termasuk kesehatan reproduksi remaja. Nyatanya, perkawinan di bawah umur, melahirkan di usia remaja, serta Infeksi Menular Seksual (IMS) masih banyak terjadi pada remaja yang disebabkan oleh perilaku seksual berisiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko dalam berpacaran pada siswa/i di SMK Putra Bangsa Depok tahun 2020. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan secara primer dengan menggunakan kuesioner online yang bersifat self-administrated. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 12,4% siswa/i pernah melakukan perilaku seksual berisiko dalam berpacaran baik berupa perilaku cium bibir (12,4%), meraba daerah sensitif (7,6%), seks oral (1,9%), petting (1,9%), dan/atau hubungan seks (1,9%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko dalam berpacaran pada siswa/i di SMK Putra Bangsa Depok tahun 2020 adalah jenis kelamin, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, perilaku teman sebaya dalam berpacaran, dan kepemilikan pasangan. Berdasarkan penelitian, dibutuhkan penyuluhan dan kurikulum pendidikan seksual yang mencakup kesehatan reproduksi hingga perilaku seksual, serta mengaktifkan peran guru Bimbingan Konseling (BK) dan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-R) sebagai sarana konseling dan sumbeer informasi mengenai kesehatan reproduksi bagi siswa/i.

The growing number of teenagers makes the health of teenagers need to be given more attention. This includes adolescent reproductive health. The reality is, underage marriage, giving birth at a young age, and sexually transmitted infections (STIs) still occur in adolescents due to risky sexual behavior. This study aimed to get the overview of student’s risky sexual berhavior in dating and determine what factors associated with risky sexual behavior in dating among students at SMK Putra Bangsa Depok in 2020. This research method is quantitative with cross-sectional study design. Data was collected primarily by using a self-administered online questionnaire. The results showed that 12.4% of students had risky sexual behavior in dating either in the form of kissing lips (12.4%), touching sensitive areas (7.6%), oral sex (1.9%), petting (1.9%), and/or having sex (1.9%). Factors related to risky sexual behavior in dating among students at SMK Putra Bangsa Depok in 2020 are gender, knowledge of reproductive health, peer behavior in dating, and partner ownership. Based on the research, counseling and sexual education curriculum that cover reproductive health up to sexual behavior are needed, as well as activating the role of school guidance counselor and the Adolescent Reproductive Health Information and Counseling Center as counseling facilities and sources of information on reproductive health for students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Fadhila
"Isu kesehatan reproduksi remaja menjadi isu penting karena fakta menyebutkan dampak pergaulan global. Hubungan seksual yang hanya boleh dilakukan oleh sepasang suami-istri sebagai fungsi reproduktif, kini dilakukan oleh remaja sebagai fungsi rekreatif (fun), yang merupakan gaya hidup hedonistik. UNFPA memperkirakan ada 15 juta remaja perempuan berusia 15-19 tahun di dunia yang melahirkan setiap tahunnya, 4 juta melakukan aborsi, dan hampir 100 juta remaja dunia terjangkit infeksi menular seksual (IMS) yang dapat disembuhkan. Selain itu, 40 persen kasus HIV/AIDS terjadi pada kaum muda berusia 15-24 tahun. Laporan Epidemi Global HIV/AIDS pada tahun 1997 bahkan berani menyebutkan bahwa terjadi 7.000 infeksi HIV pada remaja di dunia setiap hari (UNAIDS, 1997). Salah satu cara orang tua untuk melindungi anaknya dari pergaulan yang buruk adalah dengan menyekolahkan mereka ke sekolah berbasis keagamaan. Dengan kurikulum keagamaan yang lebih mendalam, orang tua berharap agar anak-anaknya terlindung dari pergaulan berisiko. Religiusitas adalah faktor protektif terhadap aktivitas seksual yang dilakukan oleh remaja (McCullough, Hoyt, Larson, Koenig, & Thoreson, 2000; Wallace & Williams,1997).
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa prevalensi remaja yang bersekolah di sekolah berbasis keagamaan dan sudah melakukan aktivitas seksual lebih rendah dibandingkan dengan remaja yang bersekolah di sekolah umum (Donahue & Benson, 1995; Wallace & Williams, 1997). Efek protektif dari tingkat religiusitas terhadap penggunaan narkoba dan perilaku seks berisiko menunjukkan suatu mekanisme bahwa religiusitas seseorang mungkin berkontibusi pada kesehatan yang lebih berkualitas (cf. McCullough et al., 2000). Tujuan dan Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek religiusitas dan jenis sekolah terhadap perilaku seks pranikah remaja. Sampelnya adalah salah satu sekolah umum (selanjutnya disebut SMAN) dan salah satu sekolah keagamaan (selanjutnya disebut MAN) di Jakarta Timur, yaitu sebanyak 113 responden SMAN dan 123 responden MAN yang

Adolescent reproductive health becomes an important issue since facts show that its impact of globalization. Sexual activity, should only be practiced by spouses as a reproductive function, is also practiced by teenagers as a recreative function (fun factors) which is a hedonistic lifestyle. UNFPA estimates that there are 15 million of young women aged 15-19 years old giving birth each year, 4 millions of the same group purposively have induced abortion, and almost 100 millions of worldwide teenagers infected by curable STDs. Furthermore, 40 percents of HIV/AIDS cases happend to the youngsters aged 15-24 years old each year. Global Epidemic Report of HIV/AIDS in 1997 mentioned that 7000 cases of HIV infections occured to the worldwide teenagers each day (UNAIDS, 1997). One way for parents to protect their kids from a dangerous circumstances is to send them to religious-based school. With a deeper religious curriculum, parents hope that the children are protected from an unprotected commingling. Religiousity is a protective factor against sexual activities by adolescent (McCullough, Hoyt, Larson, Koenig, & Thoreson, 2000; Wallace & Williams, 1997).
A study says that the prevalence of teenagers who attend religious-based schools and have had sexual activities are lower than teenagers who attend regular school ((Donahue & Benson, 1995; Wallace & Williams, 1997). The protective effect of religiousity to substance use and risky sexual activities show a mechanism that it may contribute to improved health status (cf. McCullough et al., 2000). Objective and Method: The aim of this study is to investigate the effect of religiousity and type of school to adolescent sexual behavior. The chosen schools are one of regular schools (hereinafter referred to as SMAN) and one of islamic schools (hereinafter referred to as MAN) in East Jakarta, as many as 113 respondents from SMAN and 123 respondents from MAN randomly selected from first grade and second grade (social and natural science). Results: The students with lower level of
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45736
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurma Harlianti
"Perilaku sehat dipengaruhi oleh faktor-faktor perilaku diantaranya faktor predisposisi yang mencakup usia, jenis kelamin, suku, dan pendapatan serta faktor pemungkin yang meliputi akses pelayanan kesehatan dan akses informasi kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan faktor predisposisi dan faktor pemungkin dengan perilaku sehat mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia angkatan tahun 2012 dan 2013. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan proportional stratified random sampling dilakukan terhadap 319 mahasiswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku sehat mahasiswa 54,5% masuk dalam kategori baik dan faktor pemungkin yang berhubungan dengan perilaku sehat adalah penggunaan dalam mengakses pelayanan kesehatan (p=0,002). Hasil penelitian ini menyarankan agar petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik terutama dalam memberikan edukasi dan informasi kesehatan agar menunjang perilaku sehat mahasiswa menjadi lebih optimal.

Health behavior is influenced by various behavioral factors such as predisposing factor which includes age, sex, ethnicity, and income as well as enabling factor including access to health care services and access to health information. The purpose of this research was to identify the relationship between two factors (predisposing and enabling factors) to health behavior of University of Indonesia Health Science Cluster class of 2012 and 2013. This research was conducted using a quantitative research methodology with a cross-sectional design. The sampling method used was the proportional stratified random sampling which was taken from 319 students.
The result indicates that 54,5% of the students? health behavior classified as good and the enabling factor related to health behavior is the use of access to health care services (p=0,002). The result suggests health care workers to provide better services particularly in providing education and health information for students in order to optimize students health behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S60791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>