Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159971 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Ellah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran family functioning dan kualitas hidup pada anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengukuran family functioning menggunakan Family Assessment Device (FAD) dan pengukuran kualitas hidup menggunakan alat ukur WHOQOL-BREF.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum family functioning anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia tidak mengalami masalah pada semua dimensi yang diukur dan kualitas hidup anggota keluarga yang merawat penderita skizofrenia berada pada tingkatan sedang.

This study was conducted to examine family functioning and quality of life of family member who take care for people with schizophrenia. This study used quantitative method. Family functioning was measured by Family Assessment Device (FAD) and quality of life was measured by WHOQOL-BREF.
The result of this study showed that generally family member who take care for people with schizophrenia don't have any problem on each dimension of family functioning and the result showed that they had moderate quality of life.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46525
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Sri Nurtantri
"Latar belakang: Penelitian ini merupakan penelitian penentuan validitas dan realibilitas instrumen Family Questionnaire (FQ) agar dapat digunakan dalam menilai kualitas dan kuantitas ekspresi emosi pada keluarga penderita skizofrenia di Indonesia.
Tujuan: Untuk mendapatkan instrumen Family Questionnaire (FQ) dalam bahasa Indonesia yang sahib dan mengetahui apakah FQ tersebut stabil dan terpercaya untuk digunakan dalam penilaian ekspresi emosi yang dialami oleh keluarga yang merawat penderita skizofrenia di Indonesia.
Metode: Pengambilan sampel keluarga yang merawat penderita skizofrenia sejumlah 97 orang (N = 97) dan sampel pada keluarga yang merawat penderita reumatoid artritis sebagai kontrol sejumlah 94 orang (N = 94). Memenuhi kriteria inklusi dengan metode consecutive yang dilaksanakan di RS Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Pengisian kuesioner dilakukan secara self report. Hasil pengisian kuesioner dianalisis secara statistik dengan alat bantu SPSS versi 13, untuk mendapatkan validitas diskriminan, validitas konstruksi, reliabilitas test retest, reliabilitas interobserver, dan reliabilitas konsistensi internal dari instrumen FQ.
Hasil: Hasil analisis diskriminan menunjukkan kemampuan diskriminasi yang baik dari instrumen FQ. Dari pengujian didapatkan sensitivitas (95,5%), spesifisitas (93,8%) dan akurasi FQ (94,3%). Pada pengujian analisis faktor didapatkan koefisien korelasi antara butir dalam domain yang sama menunjukkan angka yang iebih tinggi dibanding domain yang berbeda. Hasil dari analisis faktor menunjukkan 2 underlying construct yaitu Emotional Over Involvement (EO1} dan komponen Critical Comments (CC). Hasil pengujian reliabilitas memperlihatkan skor Cronbach alpha sebesar 0,896, tidak terdapat perbedaan bermakna pada sebagian besar reliabilitas test-retest (p >0,05) dan reliabilitas interobserver (p >0,05).
Kesimpulan: Pada penelitian ini terbukti bahwa instrumen FQ versi bahasa Indonesia memiliki validitas dan reliabilitas yang baik dan dapat digunakan untuk menilai ekspresi emosi yang dialami oleh keluarga penderita skizofrenia, namun ada beberapa pertanyaan yang perlu diperbaiki, terutama pada tatabahasa agar mudah dipahami.

Background: This study is a research of validity and realibility of the Family Questionnaire (FQ) for evaluating quality and quantity of emotional expression of schizophrenia caregivers.
Objective: To obtain the Family Questionnaire (FQ) in Bahasa and to explore the stability and reliability of the FQ in Bahasa for evaluating emotional expression experienced by family members and relatives as caregivers of schizophrenia patients.
Method: Participants were caregiver of the schizophrenia patients (N = 97) and caregiver of arthritis rheumatoid patients (N = 94) and were recruited consecutively from Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta. The data was analyzed systematically with the SPSS 13 version instrument, to obtain discriminant validity, construct validity, test retest reliability, inter-observer reliability and internal consistency reliability of the family questionnaire.
Result: The FQ has good validity. The sensitivity is 95.5%, specificity is 93.8% and accuracy of the FQ is 94.3%. In the test of the analysis factor it was obtained correlation coefficient between items in the similar domain showed higher figures compared to the dfferent domain. The result of the analysis factor showed 2 underlying construct, (1) emotional over involvement (EOI) and (2) critical commence (CC). The reliability test produced score of the Cronbach 's alpha 0.896, there was no significant difference in most of the test retest reliability (p >0.05) and inter-observer (p >0.05).
Conclusion: The Family Questionnaire in Bahasa has good validity and reliability and can be used to evaluate emotional expression experienced by the relatives/Family members of schizophrenia patients, there are several items have to be reviewed to make the questions more comprehensible for Indonesians.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ice Yulia Wardani
"Ketidakpatuhan terhadap pengobatan merupakan masalah yang banyak dialami oleh pasien skizofrenia. Keluarga sebagai caregiver di rumah dituntut untuk mampu mengatasi masalah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang makna pengalaman menghadapi ketidakpatuhan anggota keluarga dengan skizofrenia dalam mengikuti regimen terapeutik: pengobatan. Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi deskriptif. Partisipan adalah caregiver pasien di rumah, yang didapatkan dengan cara purposive sampling sebanyak 12 orang yang berasal dari 9 keluarga pasien. Metode pengumpulan data adalah indepth interview, dengan tipe pertanyaan semi terstuktur. Hasil wawancara dalam bentuk transkrip dianalisa dengan menggunakan teknik Collaizi.
Hasil penelitian mengidentifikasi sepuluh tema yaitu persepsi tentang kepatuhan meliputi perilaku patuh, penyebab patuh, durasi patuh setelah pasien dirawat di rumah sakit; sedangkan persepsi ketidak patuhan meliputi perilaku tidak patuh, penyebab, dan akibatnya; dukungan keluarga didapat dari keluarga dan masyarakat dalam bentuk dukungan instrumental, emosional, informasional, dan penilaian; merawat anggota keluarga yang tidak patuh dirasakan sebagai suatu beban sehingga keluarga menggunakan mekanisme koping baik positif maupun negatif; keluarga mengharapkan mendapatkan pelayanan yang mampu menumbuhkan atau meningkatkan kepatuhan anggota keluarga yang mengalami skizofrenia; penerimaan tanggung jawab dan perubahan sikap merupakan makna pengalaman keluarga dalam merawat pasien.
Temuan penelitian ini menggambarkan pengalaman keluarga dalam merawat anggota keluarga yang tidak patuh terhadap pengobatan, meliputi dukungan yang diberikan, beban yang dirasakan, dan bagaimana keluarga mengatasi beban yang dirasakan. Temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan oleh praktisi keperawatan baik di area praktik maupun area pendidikan untuk mengembangkan cara penanganan ketidakpatuhan pada pasien skizofrenia. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat memahami konsep ketidakpatuhan pada pasien skizofrenia sehingga mampu memberikan intervensi keperawatan yang tepat baik untuk pasien maupun keluarganya.

The non-compliance to the treatment is the common issue among the patients with schizophrenia. Family as the main caregiver at home was being charged to be able to solve this problem. The objective of the study was to understand deeply about the family experiences in facing the non-compliance the treatment of patient with schizophrenia. This study used the phenomenology descriptive design. The participants were the patients caregiver at home, and they were taken by using purposive sampling technique. The number of participants were 12 people taken from 9 patients family. The method used for collecting data was in-depth interview, with semi structure questions. The interviews transcript was then analyzed by using the Collaizi method.
Ten themes were identified as study result. There are perception of compliance that consist of compliance behavior, the causes of compliance, the length of compliance after hospitalization; perception of non-compliance covers non compliance behavior, the causes and the impact; social support from family and community includes instrumental, emotional, informational, and appraisal support; applying positive or negative coping mechanism in caring for family member in response to family burden; family expectation for services that able to increase compliance; the meaning of familys experience in taking care their family members are acceptable responsibility and behavioral changes.
The finding of this study described the family experience in treating the family member with non-compliance to the treatment, including the support given, the burden felt by the care giver, and the strategy used to ease the burden. The findings of this study can be used as reference by the nursing practitioners, both in clinical and educational area, to develop the strategy to solve the non-compliance of patients with schizophrenia. This study recommends the nurses to understand the concept of non-compliance in patients with schizophrenia in order to give proper nursing interventions both for patients and the family.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Imelisa
"Prevalensi schizophrenia di Kersamanah adalah sebesar 2.6/1000 jiwa, dan 39,8% klien drop out berobat. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh asuhan keperawatan pada klien, keluarga dan peran PMO (terapi keperawatan) terhadap kemandirian dan kepatuhan berobat. Penelitian ini menggunakan desain quasy experiment dengan purposive sampling. Penelitian menggunakan instrumen kemandirian CMHN Jakarta dan MARS.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan bermakna kemandirian dan kepatuhan berobat setelah diberikan terapi keperawatan (p-value<α=0.05). Terdapat perbedaan perubahan bermakna pada kelompok intervensi dan kontrol (p-value<α=0.05). Terdapat hubungan erat antara kemandirian dengan kepatuhan berobat (p-value < α=0.05). Saran dari penelitian ini adalah dikembangkannya asuhan keperawatan pada klien, keluarga dan peran PMO di Kersamanah.

The prevalence of schizophrenia in Kersamanah is 2.6/1000 person, 39.8% client has been drop out in medication. This research aimed to found the effect of nursing process to the client, family and PMO role (as nursing therapy) to independency and medication adherence. This research used a quasy experiment design with purposive sampling. This research use the instrument of independency from the CMHN Jakarta research and the MARS instrumen for medication adherence.
The result shows that there is a significant change of independency and medication adherence after intervension of nursing therapy (p-value < α=0.05). There is a significant differences change between intervention and control group (p-value < α=0.05). There is a close relation between independency and medication adherence (p-value < α=0.05). This research suggest continue implementation of nursing process to client, family and PMO role in Kersamanah.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31229
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Suryaningrum
"Skizofrenia menduduki peringkat keempat sebagai penyakit yang membebankan di seluruh dunia. Salah satu manifestasi klinik dari skizofrenia adalah perilaku kekerasan. Beban berat yang dirasakan keluarga dapat menurunkan kemampuan keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan.
Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi hubungan beban dengan kemampuan keluarga merawat pasien perilaku kekerasan di Poliklinik Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Desain penelitian adalah analitik dengan tehnik purposive sampling terhadap 103 responden.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara beban dengan kemampuan keluarga dalam merawat pasien perilaku kekerasan (P value <0,05). Penigkatan kemampuan keluarga merawat pasien perilaku kekerasan perlu dilakukan agar beban yang dirasakan keluarga menjadi berkurang.

Schizophrenia is the fourth most burdening health problem in the world. One of the clinical manifestation of schizophrenia is violent behavior. Strenous burden perceived by the family could lower the ability of family to care for patient.
The purpose of this study is to indentify the relationship of family's burden and the family ability to care for patient with violent behavior at the Psychiatric Clinic of Marzoeki Mahdi Hospital of Bogor. This study used analitical design and collected 103 samples using the purposive sampling technique.
This study result indicated a significant relationship between family?s burden and family ability to care for patient with violent behavior (p value < 0,05). Study showed it is necessary to increase family capability in caring for patient with abusive behavior in order to lower the burden perceived by the family.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S45943
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haya Serena
"Skizofrenia merupakan gangguan yang menimbulkan gangguan proses kognitif, disintegrasi kepribadian, gangguan afek, dan munculnya perilaku menarik diri dari lingkungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kekambuhan adalah dengan memberikan pelatihan asertif. Keasertifan merupakan kunci dari keterampilan sosial yang jika dapat dikuasai oleh penderita skizofrenia, maka kecemasan sosial mereka akan menurun sehingga kemungkinan kambuh juga semakin kecil. Asertif merupakan kemampuan untuk mengekspresikan perasaan dan kemampuan untuk membela hak pribadi dengan tetap menghormati perasaan serta hak dari orang lain.
Peneliti kemudian memberikan pelatihan asertif kepada tiga penderita skizofrenia paranoid yang dirawat di RSMM yang sudah melewati fase akut. Pelatihan diberikan dalam bentuk terapi kelompok yang diharapkan dapat mempersingkat waktu dan biaya serta memfasilitasi partisipan untuk dapat berlatih berinteraksi dengan orang lain. Pelatihan ini dilakukan dengan menggunakan teknik behavioral dan restrukturisasi kognitif untuk menunjang teknik behavioral yang dilakukan. Pelatihan diberikan melalui edukasi dengan metode ceramah, diskusi, role play, dan menonton film. Pelatihan ini berhasil menurunkan kecemasan sosial pada ketiga penderita, dilihat dari penurunan skor pada Social Interaction Anxiety Scale.

Schizophrenia is a group of disorder characterized by severely impaired cognitive processes, personality disintergration, affective disturbances, and social withdrawal. Assertiveness training is one of the intervention that can be given to the patient to prevent relaps. Assertiveness is a key ability to be mastered in order to reduce social anxiety. Thus, their possibility to relaps will also decreased. Assertiveness is the ability to express one?s feeling and assert one?s rights while respecting the feelings and rights of others.
The researcher conducted an assertiveness training for three non acute schizophrenic paranoid patients in RSMM. The training was running in a group therapy form in order to cut time and cost, and also to facilitate the participants to be able to interact with each other. The researcher is using behavioral techniques and also cognitive restructurization to support the behavioral techniques. The subjects is given through education by lectures, group discussion, role play, and movie watching. This training is succeed to reduce social anxiety of all three participants, proven by the decrease of Social Interaction Anxiety Scale."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T35734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arundhati Nugrahaning Aji
"ABSTRAK
Adanya anak dengan skizofrenia dapat mempengaruhi sistem relasi keluarga, termasuk relasi orangtua terhadap anak mereka. Tujuan: untuk melihat pengaruh adanya anak dengan skizofrenia terhadap pola relasi orangtua dan untuk mendapatkan gambaran pola relasi orangtua yang mempunyai anak dengan skizofrenia. Metode: penelitian ini merupakan studi kasus kontrol. Pola relasi orangtua diukur menggunakan Family Adaptability and Cohesion Evalution Scale (FACES) IV. Hasil: sebesar 73,33% keluarga yang memiliki anak dengan skizofrenia mempunyai pola relasi orangtua yang sehat dan 26,67% mempunyai relasi orangtua yang tidak sehat, baik menurut ayah maupun menurut ibu. Keluarga yang memiliki anak dengan skizofrenia memiliki pola relasi orangtua yang tidak sehat sebesar 6,65 kali dibandingkan dengan keluarga yang tidak memiliki anak dengan skizofrenia (p < 0,05, 95% CI = 2,428 – 18,213). Kesimpulan: adanya anak dengan skizofrenia memberikan pengaruh terhadap pola relasi orangtua.

ABSTRACT
Children with schizophrenia can affect family relation system, including parental relationship
towards their children. Purpose: To evaluate the impact of children with schizophrenia to
parental relationship pattern and acquire description of relationship pattern of parents having
children with schizophrenia. Method: This research is a case control study. Parental
relationship pattern is measured usingFamily Adaptability and Cohesion Evalution
Scale (FACES) IV. Result: 73,33% of families of children with schizophrenia have a healthy
parental relationship pattern, and 26,67% have an unhealthy relationship according to the
fathers and the mothers. Families of children with schizophrenia have an unhealthy pattern of
parental relationship 6,65 times compare to families having no children with schizophrenia
(p < 0,05, 95% CI = 2,428 – 18,213). Conclusion: Children with schizophrenia in the family
have an impact towards parental relationship pattern."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T33182
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inne Irawati
"Latar belakang : Salah satu masalah penting pada pengobatan pasien skizofrenia adalah stigma. Suatu alat ukur diperlukan untuk membantu klinisi mengidentifikasikan stigma. Diantara alat ukur yang ada, Stigma Items dari Schedule for Clinical Assessment in Neuro Psychiatry (SI dari SCAN) dapat menilai stigma yang dialami oleh keluarga yang merawat pasien skizofrenia.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan instrurnen SI dari SCAN dalam bahasa Indonesia yang sahih dan mengetahui apakah SI dari SCAN tersebut stabil dan terpercaya untuk digunakan dalam penilaian stigma.
Metode: Sampel adalah keluarga yang merawat pasien skizofrenia (N = 100) dan keluarga yang merawat pasien rematoid artritis (N = 50). Pengambilan sampel dilakukan di RS Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dengan cara cosecutive. Partisipan tersebut kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan SI dari SCAN yang diajukan oleh pengamat. Hasil pengisian kuesioner dianalisis secara statistik dengan alat bantu SPSS versi 13, untuk mendapatkan criterion validity, discriminant validity, construct validity, internal consistency, test retest reliability dan interrater reliability dari instrumen SI dari SCAN.
Hasil: Dari pengujian didapatkan sensitivitas =90%, spesifisitas = 98%, dan akurasi SI dan SCAN= 94%. Discriminant validity secara keseluruhan menunjukkan perbedaan yang bermakna (p= 0.021). Pada pengujian analisis faktor didapatkan koefisien korelasi antara butir dalam domain yang sama menunjukkan angka yang lebih tinggi dibanding domain yang berbeda. Pengujian reliabilitas memperlihatkan skor Cronbach alpha sebesar 0.786. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada test retest (p >0.05) dan interrater (p >0.05).
Kesimpulan: Dengan hasil-hasil diatas dapat disimpulkan bahwa SI dan SCAN dalam Bahasa Indonesia terbukti valid dan reliable. Instrumen ini dapat digunakan untuk menilai stigma yang dirasakan oleh keluarga yang rnerawat penderita skizofrenia.
Kata kunci: SI dan SCAN- Stigma - Skizofrenia

Background: Stigma is one of the biggest problems in treating schizophrenia. To help clinician to identify stigma, an instrument is needed. Stigma Items from the Schedule for Clinical Assessment in Neuro Psychiatry (SI - SCAN) is one of the instruments that has been used in developing country to assess stigma experienced by the family in caring for schizophrenia patient. The aims of this study are to obtain the instrument of Sl from SCAN in Indonesian language and to find out whether SI from SCAN in Indonesia language is stable and reliable.
Methods: Participants were caregivers of schizophrenia patient (N=100) and caregivers of rheumatoid arthritis patients (N=50). Both groups were recruited from RSCM Jakarta consecutively. All participants give their responses to the SI-SCAN questions which provided by the researchers. The data was analyzed statistically using SPSS 13 version, to obtain criterion validity, discriminate validity, construct validity, internal consistency, test retest reliability and inter-rater reliability.
Result: The sensitivity of SI-SCAN Indonesia version is 90 %, the specificity is 98 % and the accuracy is 94%. Discriminate validity as a whole showed significant difference (p-0,021). The coefficient obtained between items in the same domain showed higher figure compare with items from different domains. The reliability test showed Cronbach's alpha score 0.786. There is no significant difference in the test of retest (per 0.05) and inter-rater (p>0.05).
Conclusion: The research showed that the SI from SCAN in Indonesian language is valid and is reliable. The instrument can be used to assess the stigma experienced by family of schizophrenia patient.
Key Word: SI from SCAN-stigma -schizophrenia
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfonsus Edward Saun
"Pendahuluan: Skizofrenia berdampak besar terhadap pasien dan keluarganya. Awitannya sering pada masa remaja akhir sampai dengan dewasa awal, dengan perjalanan penyakit yang cenderung berlangsung seumur hidup. Potensi kekambuhan dan perburukan gejala semakin memperburuk prognosis gangguan ini. Berdasarkan teori diskonektivitas otak dan gangguan perkembangan saraf (struktur otak dan gangguan konektivitas), diduga patofisiologi yang terjadi adalah akibat efektivitas modulasi sinaptik yang terganggu. Mengenai perubahan konektivitas ini, terdapat perbedaan signifikan ambang motorik antara pasien skizofrenia dan kontrol yang normal, dengan alat TMS. Hal ini menunjukkan potensi besar ambang motorik sebagai penanda biologis neurofisiologi pada skizofrenia. Walau begitu, saat ini belum banyak diketahui faktor yang berpengaruh pada ambang motorik. Dikatakan terdapat perbedaan struktural otak, model perkembangan saraf, serta anisotropi fraksional, terkait awitan dan durasi perjalanan penyakit pasien dengan skizofrenia. Oleh karena itu, akan diteliti lebih lanjut hubungan antara umur saat awitan gejala psikotik dan durasi perjalanan penyakit skizofrenia dengan ambang motorik.
Metode: Penelitian dengan desain studi potong lintang, dilakukan di Unit Rawat Jalan Psikiatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada April 2018 sampai dengan Desember 2018 (N= 40, usia 18 hingga 59 tahun), dengan sampling konsekutif. Subjek penelitian adalah pasien dengan skizofrenia resisten pengobatan, yang mengikuti terapi TMS. Setelah diberikan penjelasan rinci dan memberikan persetujuan, data demografi dan klinis dikumpulkan, kemudian dilakukan penilaian ambang motorik oleh tenaga ahli terlatih. Subjek diberikan penutup kepala kain untuk mengukur dan menandai titik yang akan dinilai. Diberikan stimulasi dengan alat TMS, dari intensitas paling kecil yang dinaikkan bertahap sampai didapatkan nilai ambang motorik (respons gerakan/kontraksi otot ibu jari tangan kanan, 50% dari stimulasi). Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data.
Hasil: Rerata hasil pengukuran ambang motorik yang didapatkan adalah 60,2% ± 8,841. Nilai tengah umur saat awitan gejala psikotik sebesar 19,5 ± 6,0, dan nilai tengah durasi perjalanan penyakit skizofrenia sebesar 13,0 ± 14,5 tahun. Pada uji korelasi antara variabel umur saat awitan gejala psikotik dengan ambang motorik didapatkan hasil tidak signifikan, dengan p= 0,063. Demikian pula, hasilnya tidak signifikan pada uji korelasi antara variabel durasi perjalanan penyakit skizofrenia dengan ambang motorik, p= 0,068. Tidak ada perbedaan bermakna rerata ambang motorik, terkait kelompok usia, jenis kelamin, antipsikotik, atau obat lainnya (antikolinergik, penstabil mood, benzodiazepin).
Diskusi: Terdapat kesulitan pada pengambilan sampel, tidak semua pasien yang datang bersedia untuk ikut dalam penelitian, karena ragu dan takut akan keamanannya dan waktu yang dihabiskan, sekalipun telah dijelaskan dengan rinci. Tidak ada terjadi efek samping seperti nyeri atau kejang yang dilaporkan. Pengawasan dan penilaian pada penelitian ini dilakukan oleh pakar terlatih. Kekuatan penelitian relatif terbatas. Banyak subjek, terutama yang sudah lebih tua dan tidak ada keluarga, tidak ingat secara pasti mengenai umur saat pertama kali muncul gejala psikotik.

Introduction: Schizophrenia has a major impact on patients and their families, with late adolescence to early adulthood onset, and tends to last a lifetime. There is also a great potential for recurrence and symptoms worsening. Based on the theory of brain disconnectivity and neurodevelopmental disorders, it is suspected that the pathophysiology occurs due to the disrupted effectiveness of synaptic modulation. Regarding changes in connectivity, significant motor threshold differences between schizophrenic patients and normal controls are found using TMS. This shows a great potential of motor threshold to be used as a neurophysiological biological marker in schizophrenia. Nevertheless, currently not many motor threshold influencing factors are known. It is said that brain structural differences, neural development, and fractional anisotropy are related to the onset and duration of the disease in patients with schizophrenia. Therefore, further study will be carried out to see the relationship between onset age of psychotic symptoms or duration of schizophrenia and motor threshold.
Method: A cross-sectional study design was carried out in the Psychiatric Outpatient Unit of Cipto Mangunkusumo Hospital in April 2018 to December 2018 (N = 40, ages 18 to 59 years), with consecutive sampling. The research subjects were treatment-resistant schizophrenia patients who underwent TMS. Demographic and clinical data were collected after detailed explanations and subjects gave informed consent. Motor threshold measurements were then carried out by trained experts. The subjects are given a cloth head cover to measure and mark the assessment point, and stimulations are casted from the smallest intensity, gradually increased, with TMS until the motor threshold value is obtained, based on movement / contraction responses of right thumb muscle as much as 50% of the stimulation. After all data is collected, data processing is carried out.
Result: The mean result of motor threshold measurements was 60.2% ± 8.841. The median of age at the onset of psychotic symptoms is 19.5 ± 6.0, and the median of duration of illness of schizophrenia is 13.0 ± 14.5 years. The correlation test result between the age at the onset of psychotic symptoms and motor threshold was not significant, with p = 0.063. Similarly, the correlation test result between the duration of illness of schizophrenia and motor threshold was also not significant, with p = 0.068. There were no significant differences in motor thresholds mean, related to age group, gender, antipsychotics, or other drugs, such as anticholinergics, mood stabilizers, or benzodiazepines.
Discussion: There were difficulties in sampling, which not all patients who had come were willing to participate in the study, because of their doubts and safety concerns, also worry about have to spend a lot of time, even though it has been explained in detail. There were no side effects that were reported. Monitoring and assessment in this study was carried out by trained experts. The power of the study is relatively limited. There are many research subjects, especially those who are older and have no other family, dont remember for certain about their psychotic symptoms onset."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dindadari Arum Jati
"ABSTRAK
Penelitian ini berkaitan dengan tuturan yang dihasilkan penderita skizofrenia tipe hebefren di Indonesia, khususnya di kota Yogyakarta. Tuturan tersebut akan dianalisis dengan prinsip kerja sama dari Grice 1975 yang terdiri atas empat maksim, yaitu maksim kualitas, kuantitas, relevansi, dan cara, serta jenis pelanggaran prinsip kerja samanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pelanggaran maksim dan mengklasifikasi jenis pelanggaran prinsip kerja sama yang mendominasi tuturan penderita skizofrenia tipe hebefren. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara berbentuk tanya jawab yang dilakukan peneliti kepada 6 informan, 3 fase akut dan 3 fase tenang . Data rekaman audio yang telah didapat akan ditranskrip dan dianalisis dengan teori prinsip kerja sama Grice 1975 . Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penderita skizofrenia fase akut lebih banyak melakukan pelanggaran maksim dari pada fase tenang dan maksim yang paling banyak dilanggar adalah maksim relevansi yang mencapai 57 kali kemunculan pada fase akut dan 23 kali kemunculan pada fase tenang. Selain itu, jenis pelanggaran prinsip kerja sama yang mendominasi tuturan penderita skizofrenia tipe hebefren adalah jenis infringing dengan total temuan 70 kali kemunculan. Rincian dari temuan adalah fase akut melakukan 47 dan fase tenang melakukan 23 pelanggaran jenis infringing.

ABSTRACT
This research observes how hebephrenic schizophrenia patients conduct a communication toward others. This research uses the theory from Grice 1975 , cooperative principles which consist of four maxims, they are the maxim of quality, quantity, relation, and manner. More over, this research also observes the type of the violation of cooperative principles. The data collection technique of this research is interviewing the six hebephrenic skizofrenia patients three acute phase patients and three quiet phase patients . The audio recorded which is obtained will be transcribed and analized based on the coopreative principles theory from Grice. The findings of this research shows that acute phase hebephrenic skizophrenia patients commited more violation toward cooperative principles than quiet phase hebephrenic skizophrenia patients. Furthermore, maxim which is usually violated is maxim of relation which reach up to 57 times occurance in acute phase and 23 times occurance in quiet phase. Then the findings of the type which is usually violated is infringing type with 47 times occurance for the acute phase and 23 times occurance for the quiet phase."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>