Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173077 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ritonga, Imam Tongku Padesma
"Sindrom Prahaid (SPH) adalah masalah kesehatan yang grafik kejadiannya meningkat pada perempuan usia muda dalam beberapa dekade terakhir. Uniknya, pola yang sama juga terjadi pada semakin dininya usia menarche dalam rentang waktu yang sama. Jakarta, sebagai ibu kota negara berpenduduk terbanyak keempat di dunia, memiliki total penduduk perempuan sekitar 900 ribu. Studi ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kejadian SPH dan usia menarche pada perempuan usia 15-24 tahun di Jakarta pada tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik observasional. Penelitian dilakukan terhadap 106 mahasiswi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dalam rentang waktu mulai Juni 2012 hingga Juni 2013. Responden penelitian mengisi kuesioner tervalidasi yang meliputi kriteria SPH, faktor demografi, usia menarche, dan variabel lain terkait SPH.
Hasil penelitian menunjukan SPH ditemukan pada 62,3% kasus, dengan distribusi ringan 19,8%, sedang 29,2%, dan berat 13,2%. Berdasarkan uji Chi-square terhadap derajat keparahan SPH dengan usia menarche, ditemukan perbedaan bermakna dengan nilai P=0,037 (P<0,05). Dengan demikian, faktor usia menarche dapat digunakan sebagai penanda karakteristik individu dalam menilai derajat keparahan SPH seorang perempuan.

Premenstrual Syndrome (PMS) is a health problem with increased incidence graph in young women in recent decades. Interestingly, the same pattern also occurred in earlier onset of menarche in the same time period. Jakarta, as the capital of the fourth most populous nation in the world, has a total population of about 900 thousand women. This study was conducted to determine the relationship of the incidence of PMS and age of menarche in women aged 15-24 years in Jakarta in 2013. Research design is an observational analytic. The study was conducted on 106 female students in the Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), from July 2012 to June 2013. Respondents completed a questionnaire covering validated PMS criteria, demographic factors, age of menarche, and other variables related to PMS.
The results showed PMS was found in 62.3% of cases, distributed as 19.8% mild, 29.2% moderate and 13.2% severe. Chi-square test based on the severity of PMS and age of menarche show a significant difference were found with a value of P = 0.037 (P <0,05). Thus, age of menarche factor can be used as a marker for assessing the severity of PMS that an individual could have."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Kalani Firdaus
"Sindrom prahaid dan gangguan siklus haid merupakan masalah yang kerap mengganggu perempuan. Patofisiologi dari keduanya berkaitan dengan faktor hormonal sehingga dihipotesiskan berkaitan. Penelitian cross-sectional analitik observasional ini dilakukan terhadap 106 mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan menggunakan kuesioner yang sudah divalidasi sebelumnya. Pengolahan data secara statistik dengan uji Chi Square dan Uji Kolgmorov-Smirnov dan didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sindrom prahaid dan gangguan siklus haid (p=0,507). Pravalensi sampel yang mengalami sindrom prahaid dan gangguan siklus cukup besar yaitu 62.2% dan 63.2%. Diantara yang mengalami gangguan siklus haid, sebagian besar (59.7%) juga mengalami sindrom prahaid. Jenis gangguan siklus haid paling banyak diantaranya menorrhagia (56.6%) dan oligomenorrhea (20.7%).

Premenstrual syndrome (PMS) and menstrual disorders are problems that are usually complained by women, especially in adolescence. The pathophysiology behind them both, the hormonal factor, are the reason behind the hypothesis of them related. This cross-sectional observasional analitic research is done on 106 college students on Faculty of Medicine University of Indonesia using a questionnaire that has been validated. Statistical process is done with Chi Square and Kolgmorov-Smirnov test and concluded that there is no significant relation between PMS (p=0.507) and menstrual disorder with prevalence of PMS and menstrual disorder are 62.2% and 63.2%. Among the samples diagnosed postive for menstrual disorders, most (59.7%) were also diagnosed with premenstrual syndrome. The most common types of menstrual disorders are menorrhagia (56.6%) and oligomenorrhea (20.7%)."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Ardian Noor
"Sindrom prahaid (SPH) adalah salah satu masalah kesehatan perempuan yang semakin meningkat prevalensinya selama beberapa dekade terakhir. SPH dapat menurunkan kualitas hidup perempuan saat masa suburnya. Berbagai terapi farmakologi dan nonfarmakologi digunakan untuk mengatasi gejalanya. Aktivitas fisik telah direkomendasikan sebagai salah satu metode untuk mengurangi keparahan gejala. Namun, hanya sedikit bukti yang mendukung bahwa memang ada hubungan antara SPH dengan aktivitas fisik, termasuk di Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan data gambaran antara dua variabel tersebut.
Menggunakan desain penelitian cross-sectional peneliti ingin melihat gambaran SPH dan hubungannya dengan intensitas aktivitas fisik pada 106 mahasiswi di Fakultas Kedokeran Universitas Indonesia yang berada dalam rentang usia 15-24 tahun. Data didapatkan dari 106 responden dengan menggunakan kuesioner tervalidasi. Diagnosis SPH menggunakan kriteria dari The American College of Obstetrics and Gynecology sedangkan aktivitas fisik berdasarkan kriteria pada kuesioner Rapid Assessment of Physical Activity.
Hasil uji distribusi data 62.3% perempuan masuk ke dalam kriteria SPH dengan distribusi ringan 19.8%, sedang 29.2%, dan berat 13.2%. Nilai p Chi-Square antara kejadian SPH dengan intensitas aktivitas fisik 0.804 (p<0.050). Dilakukan penggabungan data aktivitas fisik (aktif, tidak aktif) dan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan p=1.000. Sebagia kesimpulan, tidak ditemukan ada hubungan bermakna antara SPH dengan intensitas aktivitas fisik.

Premenstrual Syndrome (PMS) is one of women?s health problem with an increasing of its prevalence in recent decades. PMS has a high chance to reduce the quality of life for many women in their reproductive age. Variation of therapies has been used to eliminate the symptomps. Physical activity has been recommended as one of the treatments to reduce the severity of the symptoms. However, no clear evidence to support a relationship between PMS and physical activity, including in Indonesia. Therefore, specific data that gives picture of relationship between those variables is needed.
Using a cross-sectional design, we evaluated PMS?s distribution in 106 college students between 15-24 years old in Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia and its relationship to physical activity. Datas from respondents were assessed by validated questionnaire. Diagnostic of PMS based on The American College of Obstetrics and Gynecology criteria of PMS and Rapid Assessment of Physical Activity were used to classified the intensity of physical activity.
Distribution test shows that 62.3% women met established criteria of PMS, 19.8% with mild symptom, 29.2% moderate, and 13.2% severe. Value of p=0.804 were obtained from Chi-Square test between PMS and physical activity (p<0.050). Integration of several categories of physical activity were calculated (active, non-active) and results in p=1.000 from Kolmogorov-Smirnov test. As a conclusion, the results do not support a significant relationship between prevalent of PMS and intensity of physical activity."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rahmah Safitri
"ABSTRAK
Seiring perkembangan zaman, tuntutan terhadap mahasiswi semakin besar seperti nilai dan kegiatan perkuliahan yang menyita waktu serta tuntutan beradaptasi dengan lingkungan pergaulan menyebabkan mahasiswi rentan mengalami stres, gangguan asupan makanan, ataupun kelelahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga keseimbangan hormon dalam tubuh terganggu yang akibatnya mengganggu kerja tubuh seperti sistem reproduksi. Gangguan pada sistem reproduksi yang sering dirasakan oleh mahasiswi salah satunya siklus menstruasi yang tidak teratur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan siklus menstruasi pada mahasiswi tiga fakultas terpilih di Universitas Indonesia.Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain crosssectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2015 di Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia, dengan jumlah sampel sebanyak 155 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner dan pengukuran antropometri serta analisisnya menggunakan uji chi-squareuntuk melihat hubungan antar variabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,7% responden memiliki siklus menstruasi tidak teratur. Uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara persen lemak tubuh danstres dengan siklus menstruasi.Mahasiswi yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur diharapkan dapat segera berkonsultasi ke pelayanan kesehatan agar dapat segera diketahui penyebabnya serta jika ada masalah kesehatan reproduksi dapat segera terdeteksi dan ditanggulangi.

ABSTRACT
College student has greater demands such as scores and activities in campus as well as adapting to the demands of the social environment cause the female college student susceptible to stress, food intake disorders, or fatigue in performing daily activities, so that the balance of hormones in the body which consequently disrupted, so can disrupt the body workingsuch as the reproductive system. Disorders of the reproductive system is often perceived by the female college student with irregular menstrual cycle.
This study aims to determine factors related to the menstrual cycle in female college student at three facultiesof Universitas Indonesia. The design used in this study is quantitative research with cross sectional design. The research was conducted in April-May 2015 in Clusterof Health Science Building, Universitas Indonesia, with a total sample of 155 people. Data collected through questionnaires and anthropometric measurements and analysis using the chi-square test to find out the relationship between variables.
The results showed that 58.7% of respondents have irregular menstrual cycles. Statistical test showed a significant relationship between percent body fat and stress with the menstrual cycle. Female college student with irregular menstrual cycles are expected to immediately consult with doctors so that can be addressed and if there is a problem of reproductive health can be immediately detected.
"
2015
S60237
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auliya Nanda Susmita
"Kualitas tidur dan tingkat stres merupakan aspek penting kesehatan mahasiswa, yang berpotensi dipengaruhi salah satunya oleh siklus menstruasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara tingkat stres dan siklus menstruasi  dengan kualitas tidur pada mahasiswa S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia tahun 2024 menggunakan desain cross-sectional dengan sampel 167 mahasiswa yang dipilih secara simple random sampling dari populasi 1070 mahasiswi. Data dikumpulkan melalui kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk kualitas tidur, Perceived Stress Scale (PSS-10) untuk tingkat stres, dan kuesioner menstruasi  secara online, kemudian dianalisis dengan uji Chi-Square dan korelasi Spearman menggunakan SPSS. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswi memiliki kualitas tidur buruk (81,2%) dan tingkat stres sedang (88,6%). Dengan siklus menstruasi yang normal pada seluruh responden. Analisis Chi-square menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara tingkat stres dengan kualitas tidur (p-value = 0,347), antara tingkat stres dengan siklus menstruasi (p-value = 0,206), dan juga kualitas tidur dengan siklus menstruasi (p-value = 0,423). Namun, uji korelasi Spearman menunjukkan hubungan negatif yang lemah namun signifikan secara statistik antara tingkat stres dan siklus menstruasi (korelasi = -0,170, p = 0,028), serta antara kualitas tidur dan siklus menstruasi (korelasi = -0,155, p = 0,04). Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan tingkat stres dan penurunan kualitas tidur berhubungan dengan perubahan pada siklus menstruasi, meskipun kekuatan hubungan tergolong lemah. Penelitian ini memberikan gambaran awal mengenai interaksi antara stres, kualitas tidur, dan siklus menstruasi, yang menekankan pentingnya menjaga kesehatan mental dan pola tidur untuk mendukung kesehatan reproduksi mahasiswi, meskipun keterbatasan jumlah sampel dan metode survei online dapat memengaruhi hasil.  Penelitian lanjutan dengan desain yang lebih komprehensif disarankan untuk memvalidasi temuan ini.

Sleep quality and stress levels are essential aspects of student health, potentially influenced by the menstrual cycle. This study aims to analyze the relationship between stress levels and sleep quality based on the menstrual cycle in undergraduate students of the Faculty of Public Health, University of Indonesia in 2024. The study used a cross-sectional design with a sample of 167 students selected by simple random sampling from a population of 1070 female students. Data were collected through the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire for sleep quality, the Perceived Stress Scale (PSS-10) for stress levels, and an online menstrual questionnaire, then analyzed using the Chi-Square test and Spearman correlation using SPSS. The results of the descriptive analysis showed that the majority of female students had poor sleep quality (81.2%) and moderate stress levels (88.6%). With a normal menstrual cycle in all respondents. Chi-square analysis showed no significant relationship between stress levels and sleep quality (p-value = 0.347), between stress levels and the menstrual cycle (p-value = 0.206), and also sleep quality with the menstrual cycle (p-value = 0.423). However, Spearman's correlation test showed a weak but statistically significant negative relationship between stress level and menstrual cycle (correlation = -0.170, p = 0.028), and between sleep quality and menstrual cycle (correlation = -0.155, p = 0.04). These results indicate that increased stress level and decreased sleep quality are associated with changes in menstrual cycle, although the strength of the relationship is relatively weak. This study provides an initial overview of the interaction between stress, sleep quality, and menstrual cycle, emphasizing the importance of maintaining mental health and sleep patterns to support female students' reproductive health, although the limited number of samples and online survey method may affect the results. Further research with a more comprehensive design is recommended to validate these findings."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indinesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auliya Nanda Susmita
"Kualitas tidur dan tingkat stres merupakan aspek penting kesehatan mahasiswa, yang berpotensi dipengaruhi salah satunya oleh siklus menstruasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara tingkat stres dan siklus menstruasi  dengan kualitas tidur pada mahasiswa S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia tahun 2024 menggunakan desain cross-sectional dengan sampel 167 mahasiswa yang dipilih secara simple random sampling dari populasi 1070 mahasiswi. Data dikumpulkan melalui kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk kualitas tidur, Perceived Stress Scale (PSS-10) untuk tingkat stres, dan kuesioner menstruasi  secara online, kemudian dianalisis dengan uji Chi-Square dan korelasi Spearman menggunakan SPSS. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswi memiliki kualitas tidur buruk (81,2%) dan tingkat stres sedang (88,6%). Dengan siklus menstruasi yang normal pada seluruh responden. Analisis Chi-square menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara tingkat stres dengan kualitas tidur (p-value = 0,347), antara tingkat stres dengan siklus menstruasi (p-value = 0,206), dan juga kualitas tidur dengan siklus menstruasi (p-value = 0,423). Namun, uji korelasi Spearman menunjukkan hubungan negatif yang lemah namun signifikan secara statistik antara tingkat stres dan siklus menstruasi (korelasi = -0,170, p = 0,028), serta antara kualitas tidur dan siklus menstruasi (korelasi = -0,155, p = 0,04). Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan tingkat stres dan penurunan kualitas tidur berhubungan dengan perubahan pada siklus menstruasi, meskipun kekuatan hubungan tergolong lemah. Penelitian ini memberikan gambaran awal mengenai interaksi antara stres, kualitas tidur, dan siklus menstruasi, yang menekankan pentingnya menjaga kesehatan mental dan pola tidur untuk mendukung kesehatan reproduksi mahasiswi, meskipun keterbatasan jumlah sampel dan metode survei online dapat memengaruhi hasil.  Penelitian lanjutan dengan desain yang lebih komprehensif disarankan untuk memvalidasi temuan ini.

Sleep quality and stress levels are essential aspects of student health, potentially influenced by the menstrual cycle. This study aims to analyze the relationship between stress levels and sleep quality based on the menstrual cycle in undergraduate students of the Faculty of Public Health, University of Indonesia in 2024. The study used a cross-sectional design with a sample of 167 students selected by simple random sampling from a population of 1070 female students. Data were collected through the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire for sleep quality, the Perceived Stress Scale (PSS-10) for stress levels, and an online menstrual questionnaire, then analyzed using the Chi-Square test and Spearman correlation using SPSS. The results of the descriptive analysis showed that the majority of female students had poor sleep quality (81.2%) and moderate stress levels (88.6%). With a normal menstrual cycle in all respondents. Chi-square analysis showed no significant relationship between stress levels and sleep quality (p-value = 0.347), between stress levels and the menstrual cycle (p-value = 0.206), and also sleep quality with the menstrual cycle (p-value = 0.423). However, Spearman's correlation test showed a weak but statistically significant negative relationship between stress level and menstrual cycle (correlation = -0.170, p = 0.028), and between sleep quality and menstrual cycle (correlation = -0.155, p = 0.04). These results indicate that increased stress level and decreased sleep quality are associated with changes in menstrual cycle, although the strength of the relationship is relatively weak. This study provides an initial overview of the interaction between stress, sleep quality, and menstrual cycle, emphasizing the importance of maintaining mental health and sleep patterns to support female students' reproductive health, although the limited number of samples and online survey method may affect the results. Further research with a more comprehensive design is recommended to validate these findings."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indinesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Haidar Syaifullah
"Sindrom prahaid didefinisikan sebagai suatu kumpulan gejala, baik somatik ataupun psikologis, yang dialami wanita pada 7-14 hari sebelum menstruasi yang telah berlangsung selama beberapa siklus. Sindrom prahaid telah terbukti menyebabkan penurunan produktivitas pada wanita terutama yang telah bekerja dan prevalensi di Jakarta belum diketahui. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran sindrom prahaid dan hubungannya dengan indeks massa tubuh agar diketahui beratnya gangguan yang disebabkan sindrom prahaid.
Penelitian ini adalah studi analitik observasional menggunakan desain penelitian potong lintang. Data didapat dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan langsung ke sampel. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji Kolmogorov- Smirnov untuk mengetahui hubungan antara sindrom prahaid dan indeks massa tubuh. Dari 106 sampel, didapatkan 40 (37,7% ) tidak mengalami sindrom prahaid dan 66 (62,3%) mengalami sindrom prahaid.
Dari analisis menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov tidak didapat perbedaan bermakna antara sindroma prahaid pada sampel dengan indeks massa tubuh <25 dengan >=25 (p>0,05). Disimpulkan bahwa sindrom prahaid tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan indeks massa tubuh dan prevalensi sindrom prahaid pada wanita usia 15-24 tahun adalah 62,3%.

Premenstrual syndrome is defined as a collection of symptoms, somatic or psychological, that is experienced at 7-14 days before menstruation and already happened for several cycles. Premenstrual syndrome is proven to make a drop in productivity, especially in a working female, and the prevalence of it is unknown in Jakarta. The objective of this research is to describe the prevalence of premenstrual syndrome and relation with body mass index. After this objective is completed, we hope to know the burden premenstrual syndrome caused.
The design of this research is observational analytic cross sectional study. Data is obtained by handing questionnaires directly to the subject. The collected data is analyzed using Kolmogorov-Smirnov test to find out the relation between premenstrual syndrome and body mass index. From 106 samples, 40 (37,7%) samples weren't diagnosed as premenstrual syndrome and 66 (62,3%) were diagnosed as premenstrual syndrome.
From the analysis using Kolmogorov-Smirnov test, we did not get any meaningful relation between premenstrual syndrome in samples with body mass index less than twenty five with equal to or more than 25 (p>0,05). It is concluded that premenstrual syndrome did not have any meaningful correlation with body mass index and the prevalence of premenstrual syndrome is 62,3% in 15-24 year old female."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahmadini
"Menurut MDGs pengetahuan komprehensif HIV/AIDS merupakan pengetahuan mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang terdiri dari 5 kategori. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan komprehensif HIV/AIDS dengan perilaku berisiko pada remaja belum menikah usia 15-24 tahun di Indonesia. Desain studi penelitian adalah desain cross- sectional dengan menggunakan data SDKI-KRR tahun 2012. Hasil uji penelitian ini menunjukkan persentase perilaku berisiko pada responden adalah 7,4% sedangkan persentase remaja yang mengetahui pengetahuan komprehensif adalah 27,5%. Analisis multivariabel menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan komprehensif HIV/AIDS dengan perilaku berisiko HIV pada remaja belum menikah (P = 0,359).

Comprehensive knowledge of HIV/AIDS is a knowledge about transmission and prevention of HIV/AIDS are elaborated based on 5 things, namely: HIV can be prevented by having sex only with husband/wife, do not needles sharing, using condom when having sex with risky partner, HIV can?t be spread by eating within on plate with the people effected by HIV, and HIV can?t be spread through mosquito bites. This study was conducted to know how the relationship between comprehensive knowledge of HIV/AIDS with risk behavior of HIV in unmarried adolescent age 15 ? 24 years old in Indonesia. Study design is observational study with cross-sectional design, using the Indonesia Demographic and Health Survey ? Adolescent Reproductive Health in 2012. Total respondents are 17.194 adolescents. Chi-squared test result of this study demonstrate is percentage of risky behavior unmarried adolescent was 7,4% while the percentage of comprehensive knowledge was 27,5%. Multivariate analysis showed there no significant relationship between the comprehensive knowledge of HIV/AIDS with risk behavior of HIV in unmarried adolescent (P = 0,359).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60060
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harmiyani
"Menarche merupakan peristiwa datangnya menstruasi yang pertama kali bagi seorang perempuan. Menarche merupakan tahapan akhir dari pubertas yang menjadi ciri khas kedewasaan dan kesiapan bereproduksi. Saat ini menarche terjadi pada usia yang semakin muda. Penurunan usia menarche ini perlu mendapatkan perhatian karena semakin muda usia menarche semakin berisiko terkena kanker payudara. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai usia menarche dan faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menarche. Penelitian berlangsung pada bulan Mei 2013 di SDN 11 pagi dan SMPN 62 Jakarta Timur. Desain penelitian Cross-sectional dan bersifat deskriptif. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 324 orang siswi. Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat yang dianalisis menggunakan uji Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan 70,7% siswi telah mengalami menarche. Rata-rata usia menarche adalah 11,92 ± 0,98 tahun. Usia termuda 8,25 dan tertua 14,58 tahun. Analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan menarche dengan peluang siswi gemuk 2,2 kali (95% CI=1,7-2,8) jika dibandingkan dengan siswi status gizi normal. Hubungan yang bermakna juga pada lamanya waktu berlatih fisik selama 45 menit dengan peluang 1,6 kali (95% CI= 1,1-2,2 ) dibandingkan dengan siswi berlatih fisik selama 60 menit dan besarnya uang jajan siswa ≥Rp10.000,- berpeluang 1, 4 kali (95% CI 1,0-1,9) menarche cepat. Hal ini bermakna secara statistik ( nilai p=0,013). Disarankan untuk melakukan pengawasan terhadap asupan gizi siswi karena status gizi yang erat hubungannya dengan terjadinya menarche lebih cepat.

Menarche menstruation is an event for the first time a woman. Menarche is the final stage of puberty is a hallmark of maturity and readiness to reproduce. Currently menarche occurs at an increasingly young age. Decrease in age of menarche is necessary to get attention because of the young age of menarche increasingly at risk for breast cancer. This study aims to gain an idea of the age of menarche and the factors associated with the age of menarche. The research took place in May 2013 at SDN 11 am and SMP 62 Jakarta Timur. Cross-sectional research design and descriptive besifat. The sample size in this study were 324 students. Analyses were performed using univariate and bivariate analysis using Chi Square.
The results showed 70,7% girls had experienced menarche. The average age of menarche was 11,98 ± 0,98 years. Youngest age of 8,25 and the oldest 14,58 months. Bivariate analysis showed no association between nutritional status at menarche with opportunities chubby schoolgirl 2,2 times (95% CI = 1,7-2,8) when compared with a normal nutritional status schoolgirl significant relationship was also on the length of time of physical exercise for 45 minutes with a chance of 1,6 (95% CI = 1,1-2,2) times compared with female students physical exercise for 60 minutes and the amount of pocket money students ≥10.000,- chance of 1,4 (95% CI 1,0-1,9) times faster menarche. This was statistically significant (Pvalue = 0,013). It is recommended to monitor the nutritional intake of students since nutritional status is closely related to the occurrence of menarche sooner."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S52869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Davianti Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi, pola makan, dan stres dengan siklus menstruasi pada remaja putri di SMA Negeri 68 Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pengambilan sampel menggunakan metode random klaster. Sampel yang diteliti adalah kelas X dan XI dengan total sampel berjumlah 104 siswa. Data yang dikumpulkan berupa lama siklus menstruasi, IMT/U, persen lemak tubuh, frekuensi makan utama dalam sehari, asupan energi dan makronutrien, dan tingkat stres. Data ini dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner mandiri, wawancara recall 3x24 jam, pengukuran antropometri untuk berat dan tinggi badan dan pengukuran persen lemak tubuh menggunakan BIA. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 43 responden (41,3%) mengalami siklus menstruasi tidak teratur dan terdapat hubungan yang signifikan antara persen lemak tubuh dan stres dengan siklus menstruasi (nilai p<0,05).

This study aimed to identify the association between nutritional status,food pattern, and stress with menstrual cycle on female student of SMA Negeri 68 Jakarta. This study used the cross sectional design by using cluster random sampling method. The observed sample in this study was the 10th and 11th grader consisting 104 students. The collected data were menstrual cycle length, BAZ, percent of body fat mass, frequency of main eating per day, energy and macronutrient intake, and stress level. These data were collected by using self administered questionnaire, 3x24 hours recall interview, antropometric measurement for weight and height, and body fat measurement using BIA. This study used chi-square test analysis. The result of this study showed that there are 43 respondents (41,3%) had irregular menstrual cycle and there is significant correlation between percent of body fat mass and stress with menstrual cycle. (p value < 0,05)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46287
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>